Anda di halaman 1dari 2

Sikap Kaku: Bahaya dan Solusinya

Manusia disepakati sebagai makhluk paling sempurna di antara


makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Hal ini berlandaskan dengan argumen
bahwa manusia dilengkapi oleh tuhan dengan akalnya, berbeda dengan
hewan, tumbuhan, ataupun yang lain. Seiring dengan berjalannya waktu,
kehidupan yang terus mengalir deras, akal menusia dituntut untuk terus
berpikir untuk menyeleseikan suatu keadaan atau persoalan-persoalan
kehidupan dengan harapan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Pada
kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari kita akan banyak menjumpai
perbedaan dalam menyikapi suatu persoalan. Dalam sebuah perdebatan
atau diskusi misalnya, akan ada perbedaan menyikapi pendapat. Ada
seorang invidu bahkan kelompok yang luwes menerima pendapat orang lain
dan ada juga individu bahkan kelompok yang cenderung ngotot dan tidak
bisa menerima pendapat orang lain, atau bisa dibahasakan bahwa orang
tersebut menyikapi dengan kaku, baik disadari atau tidak.
Sikap Kaku secara leksikal dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), merupakan suatu tingah laku yang sukar untuk diberi tahu atau
susah menerima pendapat orang, tidak lemah lembut dengan kata lain tidak
mudah bergaul. Dalam kehidupan sehari-hari nampak banyak sekali di
sekitar kita perilaku yang mencerminkan sikap kaku.
Kekakuan tersebut banyak disebabkan oleh lingkungan sekitar, baik
dari teman, didikan orang tua yang terlalu formal. Sikap susah menerima
pendapat orang lain ini biasanya timbul karena melihat sesuatu dari segi
benar dan salahnya, padahal tidak semua persoalan dipandang dari segi
benar dan salahnya. Sikap kaku juga cenderung jika ia sesuatu benar dan
kemudian ada sesuatu yang lain yang berbeda maka yang berbeda itu pasti
salah, yang akan menimbulkan egoisme yang berujung pada hal-hal yang
berbau kekerasan dikemudian hari. Maka dari itu, dibutuhkan sebuah solusi
untuk meredam sikap kaku tersebut.
Salah satu cara untuk mengatasi sikap kaku tersebut yakni dengan
selalu berpikiran positif (Positive Thinking Everytime). Berpikir positif
terhadap suatu tujuan merupakan kunci untuk meredam sikap kekakuan.
Efek yang ditimbulkan dari bersikap kaku, selain menimbulkan
ketidakharmonisan juga menimbulkan reaksi yang sensitif, canggung, dan
tegang. Sensitif, canggung, dan tegang ini disebabkan karena sikap kaku
mengakibatkan susahnya bergaul dengan sesama. Tidak mudahya bergaul

disebabkan karena tidak terbiasa dengan hal-hal atau keadaan-keadaan


yang baru karena tidak mudah memahami sesuatu keadaan dengan tepat.
Banyak sekali dampak bersikap kaku yang hari ini terjadi di Indonesia.
Apalagi bebicara tentang ras, komunal, bahkan kelompok penganut agama.
Baik kelompok antar agama maupun kelompok (sekte) dalam salah satu
agama itu sendiri. Ketidakharmonisan antar agama, seperti agama Islam
dengan penganut agama yang lain. Ketidakharmonisan antar ras atau suku
di Indonesia, seperti yang terjadi pada ras Madura dengan ras Sampit yang
kemudian terkenal dengan tragedi perang Sampit di tahun 2000-an. Tidak
sedikit terjadi pertumpahan darah yang dipicu dari keadaan yang tidak
harmonis.
Bisa dilihat kemudian direnungkan bersama, bahwa sikap kaku,
bertingkah tanpa mengenal kompromi, maka ujung-ujungnya akan mengarah
pada klaim-klaim kebenaran (truth claims). Klaim-klaim kebenaran tersebut
pada gilirannya dapat melahirkan pembenaran penggunaan kekerasan bagi
elemen-elemen lain yang tidak sejalan atau berbeda dengannya. Selalu
tenang dan berpikir positif dalam menghadapi suatu persoalan akan
memecahkan masalah tanpa menyuburkan masalah yang lain untuk timbul.
Dengan atau tanpa disadari berpikir positif sedikit demi sedikit akan
mengurangi sikap kaku dalam diri setiap orang. Semoga!

Anda mungkin juga menyukai