1. Upaya represif yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan masalah
yang muncul dalam keberagaman masyarakat antara lain sebagai berikut.
a. Melakukan penangkapan atas pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam upaya
aktif untuk melakukan perpecahan terkait keberagaman masyarakat.
b. Melakukan hukuman terhadap pihak-pihak yang secara hukum terbukti terlibat
dalam upaya melakukan perpecahan terkait keberagaman masyarakat.
2. Mengembangkan upaya preventif untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam
keberagaman masyarakat antara lain sebagai berikut.
a. Selalu bersikap ramah, brsahabat, berpikir positif, dan saling membantu sesama
warga masyarakat.
b. Masalah perbedaan yang terjadi dipecahkan dengan bermusyawarah secara
bijaksana, penuh pengertian, saling harga menghargai, dan tanpa paksaa.
c. Antaranggota masyarakat dan antarkelompok dalam masyarakat melakukan kerja
sama.
d. Warga negara belajar berkomunikasi secara efektif dan berdiskusi mengenai
perbedaan yang ada sehingga tercipta situasi ssaling memahami.
c) Perbedaan kepentingan
Antarindividu, antara individu, dan kelompok, maupun antarkelompok, dapat
memiliki perbedaan kepentingan. Kepentingan ini dapat menyangkut kepentingan
politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Misalnya, sebuah hutan di suatu wilayah.
Bagi kelompok pengusaha, berdasarkan kepentingan bisnis, pohon-pohon dapat
dipotong dan dijual sehingga mendapatkan keuntungan dan juga membuka
lowongan pekerjaan. Bagi kelompok pencinta lingkungan, berdasarkan
kepentingan lingkungan hidup, pohon-pohon tidak boleh dipotong agar
kelestariaan hutan terjaga. Perbedaan kepentingan dapat menimbulkan konflik.
d) Perubahan sosial
Masyarakat mengalami perubahan seiring perkembangan kebutuhan dan
pengetahuan. Coba kamu perhatikan keadaan masyarakat saat ini dan keadaan
sekitar 10 atau 20 tahun lalu. Tentu terlihat perubahan. Berbagai perubahan
memengaruhi cara pandang sebagian anggota masyarakat terhadapa nilai, norma,
dan perilaku. Misalnya, perilaku remaja yang berbeda terkadang mendapat
pandangan kurang baik oleh orang-orang yang lebih tua. Situasi ini dapat
menimbulkan konflik.
2) Sikap penyebab konflik
Terdapat beberapa sikap yang menjadi penyebab konflik dalam masyarakat antara
lain sebagai berikut.
a) Primordialisme yang berlebihan
Primordialisme merupakan pandangan atau paham yang menunjukkan sikap
berpegang teguh pada hal-hal yang sejak awal melekat pada diri individu, seperti
suku bangsa, ras, dan agama. Sikap primordialisme yang berlebihan akan
menganggap suku bangsa, ras, atau agamanya lebih unggul dibanding suku
bangsa, ras, atau agama lain.
b) Etnosentrisme
Etnosentrisme merupakan pandangan bahwa kebudayaan suku bangsanya lebih
baik dibandingkan kebudayaan suku bangsa lain.
c) Diskriminatif
Diskriminatif merupakan perbedaan perlakuan terhadap sesama warga negara
berdasarkan antara lain warna kulit, golongan, suku, ekonomi, dan agama.
d) Stereotipe
Stereotipe merupakan penilaian terhadap seseorang atau suatu golongan hanya
berdasarkan persepsi pribadi atau kelompok. Sikap ini umumnya berdasarkan
prasangka dan cenderung tidak tepat.
e) Fanatisme
Fanatisme merupakan keyakinan akan suatu kebenaran tanpa kepastian data dan
fakta, tetapi kebenaran itu dianggap kebenaran mutlak tanpa memedulikan
argumen orang lain.
f) Ekskluvisme
Ekskluvisme adalah sikap yang memandang bahwa pandangan atau ajaran yang
paling benar hanyalah padangan atau ajaran kelompoknya dan menganggap
pandangan atau ajaran lainnya tidak benar.
3. Akibat yang ditimbulkan konflik
Terjadinya konflik dapat menimbulkan sejumlah hal, antara lain sebagai berikut.
1) Perpecahan dalam masyarakat
Suatu masyarakat yang mengalami konflik hingga terjadi kekerasan fisik dan
kerusakan harta benda akan sulit bersatu. Kecurigaan terhadap kelompok lain atau
anggota lain atau masyarakat lain dapat terus terjadi. Akibatnya adalah masyarakat
dapat terpecah.
2) Kerugian harta benda dan korban manusia
Konflik dapat berkembang menjadi kekerasan fisik. Oleh karena itu, dapat terjadi
kerusakan pada fasilitas umum, kerusakan harta benda, kerugian harta benda, hinggan
terjadi luka fisik bahkan korban manusia.
3) Kehancuran nilai-nilai dan norma yang ada
Konflik yang terjadi pada suatu masyarakat dapat merusak bahkan menghancurkan
nilai-nilai dan norma yang ada. Para anggota masyarakat yang sebelumnya saling
percaya satu sama lain. Misalnya, setelah terjadinya konflik, dapat saling tidak
percaya, bahakan membenci satu sama lain. Para anggota masyarakat yang
sebelumnya saling menghargai dan menolong satu sama lian, setelah terjadinya
konflik, dapat saling bersikap kasar.
4) Ketika terjadi konflik, anggota masyarakat dapat mengalami trauma. Dapat terjadi
perubahan pada pribadi anggota masyarakat. Sikap kekhawatiran, ketakutan, dan
kecurigaan dapat berkembang pada anggota masyarakat.
5) Dominasi
Konflik yang terjadi pada suatu masyarakat dapat menciptakan pihak yang menang
dan pihak yang kalah. Pihak yang menang dapat saja mendominasi pihak yang kalah,
bahkan dapat menindas pihak yang kalah.
Secara harfiah, istilah ini berarti ‘berbeda (Bhinneka) itu (Ika) satu (Tunggal)’. Jika
didefinisikan dapat bermakna bahwa kita berbeda, tetapi tetap satu.
5. Pengertian wawasan nusantara
Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang
diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat sehingga tidak terjadi penyesatan dan
penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.
Wawasan nusantara menjadi landasan visional untuk menyelenggarakan kehidupan
nasioanal.
Ada beberapa pengertian wawasan nusantara, yaitu sebagai berikut.
a. Berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1993 dan 1998
tentang GBHN, wawasan nusantara yang merupakan wawasan nasional yang
bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD NRI Tahun 1945 adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.
b. Menurut Prof. Dr. Wan Usman, “Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua
aspek kehidupan yang beragam.” Hal tersebut disampaikannya saat lokakarya
wawasan nusantara dan ketahanan naional di Lemhanas pada Januari 2000. Ia juga
menjelaskan bahwa wawasan nusantara merupakan geopolitik Indonesia.
c. Menurut kelompok kerja wawasan nusantara yang kemudian diusulkan mejadi
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan dibuat Lemhanas Tahun 1999,
wawasan nusantara: “cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.”
Secara umum, wawasan nusantara berarti cara pandang suatu bangsa tetang diri dan
lingkungangnya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa tersebut sesuai
dengan posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita
nasionalnya.
Pada masyarakat tradisional, tanah pertanian yang diolah cenderung sempit, masih
menggunakan sistem pengelohan yang sederhana, dan sangat bergantung pada
kondisi alam. Sementara itu, pada masyarakat modern pengolahan tanah dilakukan
dengan memanfaatkan teknologi mutakhir, seperti penggunaan traktor,sistem
hidroponik, dan rumah kaca (green house).Penggunaan teknologi yang modern sangat
berguna bagi petani karena akan melipatkan hasil pertaniannya dan mereka tidak
perlu lagi bergantung dengan cuaca. Perbedaan tersebut tentunya menimbulkan
permasalahan tersendiri, seperti kesenjangan pendapatan. Adapun wilayah Indonesia
yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian petani antara lain adalah
Pulau Jawa dan Pulau Bali.
b. Perternakan
Adapun permasalahan yang dapat dialami para peternak antara lain sebagai berikut.
c. Nelayan
d. Jasa
Selain sistem mata pencaharian yang telah disebutkan di atas, terdapat pula mata
pencaharian yang kita kenal sekarang, yaitu di bidang jasa. Mata pencaharian atau
pekerjaan ini tidak menghasilakan produk seperti pertanian, peternak, dan juga
nelayan. Sistem mata pencaharian ini menyediakan jasa bagi perorangan ataupun
kelompo. Umunya, perkembangan mata pencaharian bidang jasa dialami di
perkotaan. Pada masyarakat pedesaan, terlebih yang daerahnya terpencil dan sulit
dijangkau, tidak begitu banyak terdapat mata pencaharian seperti ini. Dengan
demikian, berbagai kemudahan yang dapat dirasakan masyarakat kota tidak begitu
dirasakan oleh masyarakat pedesaan yang terpencil.
e. Induatri
Banyak masyarakat kota melakukan pekerjaan di bidang indistru, yaitu kegiatan yang
dilakukan untuk mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang
jadi. Hal ini tentu akan membangun perekonomian masyarakat sekitar. Taraf hidup
masyarakat akan naik karena tersedianya lapangan kerja. Namun, hal tersebut
berbanding terbalik dengan keadaan masyarakat pedesaan. Di pedesaan, lapangan
kerja yang tersedia umumnya pada bidang pertanian dan perkebunan. Setidaknya
lapangan kerja yang tersedia di pedesaan membuat masalah tersendiri, penduduk
yang tidak puas dengan kehidupan di desa dan menganggur terdorong untuk mencari
pekerjaan di kota. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan di perkotaan, seperti
kepadatan penduduk yang tinggi.
8. Sifat yang menyebabkan konflik.
Terdapat beberapa sikap yang menjadi penyebab konflik dalam masyarakat antara lain
sebagai berikut.
b) Etnosentrisme
c) Diskriminatif
d) Stereotipe
e) Fanatisme
Fanatisme merupakan keyakinan akan suatu kebenaran tanpa kepastian data dan
fakta, tetapi kebenaran itu dianggap kebenaran mutlak tanpa memedulikan argumen
dari orang lain.
f) Eksklusivisme
Eksklusivisme adalah sikap yang memandang bahwa pandangan atau ajaran yang
paling benar hanyalah pandangan atau ajaran kelompoknya dan menganggap
pandangan atau ajaran lainnya tidak benar.
9. Pasal 28 UUD NRI Tahun 1945
a. Pasal 28A UUD NRI Tahun 1945, yaitu: “Setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
b. Pasal 28E UUD NRI Tahun 1945, yaitu:
Ayat (1) “Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memiliki tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.”
Ayat (2) “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.”
Ayat (3) “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.”
Ayat (1) “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdakaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa
pun.”
Ayat (2) “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadapan perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.”
Ayat (3) “Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati seleras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.”
Ayat (4) “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.”
Ayat (5) “Untuk menegakkan dan meilindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang dekromatis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangundangan.”
Ayat (1) “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ayat (2) “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntunan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokrasi.”