Anda di halaman 1dari 12

Unsur kebahasaan teks tantangan adalah unsur-unsur bahasa yang membangun teks tantangan

tersebut. Teks tantangan memiliki unsur kebahasaan yang membedakan dengan teks yang lain,
atau dengan kata lain teks tantangan mempunyai ciri-ciri kebahasaan yang khas. Ciri-ciri
kebahasaan itu, antara lain, menggunakan kalimat sanggahan dan kalimat penolakan. Kalimat
sanggahan adalah kalimat yang mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap masalah, pembicaraan,
atau kebijakan. Ciri kalimat sanggahan, antara lain, ditandai dengan pilihan kata kurang
sependapat, perlu ditinjau kembali, belum sesuai, kurang tepat, sebaiknya.
Selain kalimat sanggahan teks tantangan juga menggunakan kalimat penolakan. Kalimat
penolakan adalah kalimat yang berisi tidak setuju, kurang setuju, sependapat, kurang sependapat
atau membantah dalam suatu hal. Ciri-ciri kalimat penolakan, antara lain, ditandai dengan
pilihan kata tidak setuju, kurang setuju, tidak sependapat, menolak, ditolak, menentang,
tantangan, membantah, bantahan, sanggahan, disanggah. Untuk lebih memahami unsur
kebahasaan teks tantangan silahkan baca kembali teks "Kebijakan Mobil Murah di bawah ini.
Kebijakan Mobil Murah
Jenis Kalimat

Contoh Kalima

Isu (masalah)

Pemerintah dalam waktu dekat akan mengeluarkan kebijakan pengadaan


mobil murah. Mobil ini, rencananya, akan dioperasionalkan di wilayah
perdesaan, Di samping murah, mobil ini dirancang ramah lingkungan.
Supaya bisa berjalan dengan baik, pemerintah akan memberikan insentif
pajak bagi pembelii mobil yang ramah lingkungan.

Argumen
menentang

Menurut berbagai kalangan, munculnya mobil murah dan ramah lingkungan


adalah contoh kebijakan yang tidak dibahas secara komprehensif. Akhirnya,
kebijakan itu dapat menimbulkan masalah. Awalnya, usul mobil murah itu
dilontarkan tim pemerintah setelah studi banding ke India. Gagasannya
adalah pemerintah membuat mobil murah untuk kawasan perdesaan.
Namun, kini mobil yang muncul adalah mobil-mobil kecil yang bentuknya
lebih mirip city car.

Argumen
menentang

Tidak mustahil, menurut berbagai kalangan, keberadaan mobil murah dan


ramah lingkungan akan semakin meningkatkan subsidi bahan bakar minyak
(BBM). Ujung-ujungnya, beban pemerintah untuk membeli minyak dari
luar negeri semakin meningkat. Hal itu akan berujung pada beban rakyat.
Dengan demikian, kita perlu berhitung-hitung, apakah kebijakan ini
menguntungkan rakyat atau tidak?

Simpulan

Sebagai gantinya, pemerintah diminta memikirkan kebijakan strategis yang


lain. Pakar transportasi menyarankan bahwa pemerintah lebih baik
membangun infrastruktur transportasi laut dan udara karena Indonesia
merupakan negara kepulauan.

Setelah membaca teks tersebut dengan cermat kegiatan selanjutnya adalah mengidentifikasi
unsur kebahasaan seperti yang telah disebutkan di atas.

1. Kalimat Sanggahan
Ciri kalimat sanggahan, antara lain, ditandai dengan pilihan kata kurang sependapat, perlu
ditinjau kembali, belum sesuai, kurang tepat, sebaiknya. Seperti contoh di bawah ini:

Mohon maaf, saya kurang sependapat dengan Anda.

Untuk menjaga kestabilan masyarakat, sebaiknya kebijakan menaikkan BBM ditunda.

2. Kalimat Penolakan
Ciri-ciri kalimat penolakan, antara lain, ditandai dengan pilihan kata tidak setuju, kurang setuju,
tidak sependapat, menolak, ditolak, menentang, tantangan, membantah, bantahan, sanggahan,
disanggah. Beberapa contoh kalimat penolakan antara lain sebagai berikut.

Saya kurang setuju jika warga yang mempunyai mobil dan tidak mempunyai mobil
ditarik uang keamanan yang sama.

Saya tidak sependapat dengan kebijakan pengurus RT yang akan menaikkan uang
keamanan karena bersamaan dengan anak masuk sekolah.

3. Kalimat Pernyataan
Ciri lain dari teks tantangan adalah adanya kalimat pernyataan (kalimat deklaratif). Kalimat
pernyataan adalah kalimat yang ditandai intonasi turun dan pada umumnya mengandung makna
yang menyatakan atau memberitahukan sesuatu. Dalam ragam bahasa tulis, biasanya diberi tanda
titik pada bagian akhir.
Struktur

Kalimat

Kalimat
Sanggahan

1. Menurut berbagai kalangan, munculnya mobil murah dan ramah


lingkungan adalah contoh kebijakan yang tidak dibahas secara
komprehensif.
2. Gagasannya adalah pemerintah membuat mobil murah untuk
kawasan perdesaan. Namun, kini mobil yang muncul adalah mobilmobil kecil yang bentuknya lebih mirip city car.
3. Tidak mustahil, menurut berbagai kalangan, keberadaan mobil
murah dan ramah lingkungan akan semakin meningkatkan subsidi
bahan bakar minyak (BBM).

Kalimat
Penolakan

1. Akhirnya, kebijakan itu dapat menimbulkan masalah.


2. Ujung-ujungnya, beban pemerintah untuk membeli minyak dari luar
negeri semakin meningkat.
3. Hal itu akan berujung pada beban rakyat. Dengan demikian, kita
perlu berhitung-hitung, apakah kebijakan ini menguntungkan rakyat
atau tidak?

Kalimat
Pernyataan

1. Pemerintah dalam waktu dekat akan mengeluarkan kebijakan


pengadaan mobil murah.
2. Mobil ini, rencananya, akan dioperasionalkan di wilayah perdesaan,
Di samping murah, mobil ini dirancang ramah lingkungan.
3. Supaya bisa berjalan dengan baik, pemerintah akan memberikan
insentif pajak bagi pembelii mobil yang ramah lingkungan.

4.

Secara sederhana yang disebut dengan teks diskusi adalah tulisan yang mengulas sebuah masalah
(isu) dengan disertai argumen/pendapat baik yang mendukung maupun yang menentang isu
tersebut serta diakhiri dengan simpulan atau rekomendasi penulis. Wacana yang mengandung
permasalahan ini adalah wacana yang memiliki dua kubu antara pro (mendukung) dan kontra

(penentang), antara pendukung isu dan penentang isu. Pendapat yang mendukung dan pendapat
yang menentang tersebut harus didukung dengan fakta, data, pengalaman penulis, serta referensi
yang berhubungan dengan isu yang dibahas.
Masalah yang dihadirkan dalam teks diskusi nantinya akan didiskusikan berdasarkan dua sudut
pandang tersebut (point of view) tersebut, pro (pendukung) dan kontra (penentang). Tujuan
komunikatif dari teks diskusi itu sendiri adalah unutk mengetengahkan suatu masalah atau isu
yang ditinjau paling tidak dari dau sudut pandang, sebelum sampai pada suatu kesimpulan atau
rekomendasi.
Dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi, perlu diperhatikan dan dipahami tentang
ciri-ciri kebahasaan teks diskusi. Sehingga dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi
akan lebih mudah. Ada beberapa ciri-ciri kebahasaan dalam teks diskusi,yaitu mengguakan tanda
hubung perlawanan, menggunakan kohesi leksiakl dan kohesi gramtikal, mengawali
permasalahan dengan kalimat tanya, dan menggunakan kata modalitas. Perhatikan contoh teks
diskusi di bawah ini.
Bolehkah Anak Sekolah Membawa Telepon seluler ke Sekolah?
Struktur Teks

Kalimat

Isu

Banyak sekolah, terutama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama,


melarang siswannya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah
yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan berbagai
persyaratan. Sebagian orang menganggap bahwa membawa telepon seluler
ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap bahwa
membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan. Dengan demikian,
pelarangan siswa membawa telepon seluler ke sekolah menuai perdebatan.

Argumen
Mendukung

Masyarakat yang setuju siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah


memiliki alasan, yaitu orang tua dapat menghubungi anaknya baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan membawa telepon seluler,
setidaknya orang tua merasa nyaman karena dapat berkomunikasi dengan
anaknya jika terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat, dan sejenisnya.

Jika siswa tidak membawa telepon seluler sedangkan orang tua perlu segera
menghubungi, orang tua harus menghubungi kantor sekolah. Akibatnya,

waktu yang berharga bisa hilang. Apalagi, saluran telepon di kantor sekolah
sedang sibuk. Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk menghubungi
siswa yang bersangkutan dan menyampaikan pesan atau memanggilnya ke
kantor
untuk
menerima
telepon.
Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di
sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama
telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, seperti
kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk
membantu dalam bidang akademik.
Argumen
Menolak

Sementara itu, masyarakat yang tidak setuju siswa membawa telepon seluler
ke sekolah mengatakan bahwa aplikasi yang tersedia di telepon seluler dapat
memengaruhi konsentrasi siswa dalam pembelajaran. Ketika telepon seluler
berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, kegiatan pembelajaran akan
terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas. Di samping itu, siswa
dapat menggunakan telepon seluler untuk kegiatan melawan hukum seperti
pencurian,
dan
sejenisnya.
Aplikasi internet di telepon seluler memberikan kesempatan untuk
melakukan kecurangan. Siswa dapat pergi ke internet untuk mencari jawaban
pada saat ulangan. Siswa bisa membawa teks contekan dalam telepon
seluler. Kadang-kadang, hanya anak-anak dari keluarga mampu yang
memiliki telepon seluler. Hal ini dapat menyebabkan banyak masalah sosial,
seperti kecemburuan, pencurian, dan pelecehan. Proses penyesuaian di
sekolah menjadi agak sulit karena adanya kesenjangan sosial.

Simpulan

Cara untuk mengatasi masalah ini adalah pihak sekolah berdiskusi dan
bermusyawarah dengan orang tua agar menghasilkan kebijakan yang tepat.
Yang paling penting apakah telepon seluler mempunyai dampak positif yang
mengarah pada pendidikan atau hanya membawa dampak negatif belaka.

1. Penggunaan Konjungsi Perlawanan


Konjungsi perlawanan menggunakan kata hubung : tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya. Di
dalam teks Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah? konjungsi perlawanan
dapat dilihat pada contoh berikut.
1. Banyak sekolah, terutama di jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama,
melarang siswanya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang
membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan berbagai persyaratan.
2. Sebagian orang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah diperbolehkan,
tetapi banyak juga yang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak
diperbolehkan.
3. Jika siswa tidak membawa telepon seluler sedangkan orang tua perlu segera
menghubungi,

2. Penggunaan Kohesi Leksikal dan Kohesi Gramatikal


Penggunaan Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal adalah kepaduan yang dicapai melalui pemilihan kata. Kohesi leksikal itu dapat
berbentuk, antara lain, dengan pengulangan, sinonim, antonim, dan hiponim. Dalam teks
Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?, contoh kohesi leksikal adalah
sebagai berikut.
1. Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah
telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang
dilengkapi dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet.
2. Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah
telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang
dilengkapi dengan beberapa aksesori, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi
ini dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa dalam bidang akademik.
3. Banyak sekolah, terutama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang
siswannya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan
siswanya membawa telepon seluler dengan berbagai persyaratan.
4. Yang paling penting apakah telepon seluler mempunyai dampak positif yang mengarah
pada pendidikan atau hanya membawa dampak negatif belaka.
5. Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah
telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang
dilengkapi dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi
ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik.
Berdasarkan contoh 1) tersebut dapat dikemukakan bahwa supaya padu, penulis mengulang kata
telepon seluler beberapa kali. Sementara itu, pada contoh (2) frasa beberapa aksesoris, dan kata
aplikasi ini merupakan sinonim. Pada contoh 3 dan 4) kata melarang merupakan antonim kata
membolehkan dan kata positif merupakan antonim kata negatif. Pada contoh 5) kalkulator,
kamera, dan internet adalah hiponim dari kata aplikasi.
Penggunaan Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kepaduan yang dicapai dengan menggunakan elemen dan aturan
gramatikal. Kohesi gramatikal, antara lain, dapat terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan
elipsis. Hal itu dapat disimak pada contoh berikut.
1. Masyarakat yang setuju bahwa siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah karena
hal itu dapat memudahkan orang tua untuk dapat menghubungi anaknya.
2. Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, guru akan
kehilangan beberapa saat kesempatan mengajar karena terganggu. Hal itu akan
merugikan seluruh kelas.

Berdasarkan contoh (1) tersebut, -nya pada kata anaknya, merujuk pada orang tua; sedangkan
pada contoh (2) frasa hal ini merujuk pada kalimat guru akan kehilangan kesempatan mengajar.
3. Penggunaan Modalitas
Modalitas adalah kata yang mempunyai makna kemungkinan, kenyataan, dan sebagainya yang
dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia modalitas dinyatakan dengan kata-kata
seperti harus, akan, ingin, mungkin. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.
1. Jika siswa tidak membawa telepon seluler dan orang tua perlu segera menghubungi,
orang tua harus menghubungi kantor sekolah.
2. Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk menghubungi siswa yang bersangkutan
dan menyampaikan pesan atau memanggilnya ke kantor untuk menerima panggilan.
3. Meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan kesempatan mengajar.
4. Hal itu akan merugikan seluruh kelas.
5. Masyarakat yang setuju siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah memiliki
alasan, yaitu orang tua dapat menghubungi anaknya baik secara langsung maupun tidak
langsung.
6. Dengan membawa telepon seluler, setidaknya orang tua merasa nyaman karena dapat
berkomunikasi dengan anaknya jika terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat, dan
sejenisnya.
7. Di samping itu, siswa dapat menggunakan telepon seluler untuk kegiatan melawan
hukum seperti pencurian, dan sejenisnya.
8. Sementara itu, masyarakat yang tidak setuju siswa membawa telepon seluler ke sekolah
mengatakan bahwa aplikasi yang tersedia di telepon seluler dapat memengaruhi
konsentrasi siswa dalam pembelajaran.
9. Siswa dapat pergi ke internet untuk mencari jawaban pada saat ulangan.
10. Hal ini dapat menyebabkan banyak masalah sosial, seperti kecemburuan, pencurian, dan
pelecehan.
Berdasarkan contoh (1) sampai dengan (10) tersebut kata-kata modalitas yang digunakan adalah
harus, akan, dan dapat.
Materi Bahasa Indonesia dikembangkan dengan berbasis Teks. Satuan bahasa yang mengandung
makna, pikiran, dan gagasan lengkap adalah teks. Teks tidak selalu berwujud bahasa tulis,
sebagaimana lazim dipahami, misalnya teks Pancasila yang sering dibacakan pada saat upacara.
Teks dapat berwujud, baik teks tulisan maupun teks lisan. Teks itu sendiri memiliki dua unsur
utama yang harus dimiliki. Pertama, konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada

register yang melatarbelakangi lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu (pesan, pikiran, gagasan, ide)
yang hendak disampaikan (field).
Sasaran atau kepada siapa pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu disampaikan (tenor), dalam
format bahasa yang bagaimana pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu dikemas (mode). Terkait
dengan format bahasa tersebut, teks dapat berupa deskripsi, prosedural, naratif, cerita
petualangan, anekdot, dan lain-lain. Unsur kedua. adalah konteks situasi, yang di dalamnya ada
konteks sosial dan konteks budaya masyarakat, tutur bahasa yang menjadi tempat teks tersebut
diproduksi.
Unsur kebahasaan merupakan bagian-bagian yang membangun sebuah teks eksposisi. Unsur
kebahasaan yang ada pada teks eksposisi antara lain pronomina, konjungsi dan kata leksikal.
Perhatikan contoh teks eksposisi berikut ini.
Struktur

Kalimat

Pernyataan
pendapat (tesis)

Bangsa-bangsa Asia Tenggara segera berintegrasi. Organisasi Association of


Southeast Asian Nations (ASEAN) telah merancang bentuk komunitas
sosial budaya. Komunitas ASEAN mulai berlaku pada tahun 2015. Warga
komunitas, termasuk kita semua sebagai rakyat Indonesia, akan dituntut
plurilingual untuk memiliki kompetensi berbahasa negara lain.

Argumentasi

Komunitas sosial budaya ASEAN dibentuk dengan semangat persatuan


dalam keanekaragaman. Pada kenyataannya semangat komunitas ASEAN
sama dengan masyarakat Uni Eropa (Europeans United in Diversity). Di
Uni Eropa untuk memasuki pintu gerbang budaya setiap negara, semua
orang tentu telah mengenal kebijakan Europass Language Passport yang
dikeluarkan oleh The Council of Europe dengan dokumen teknis Common
European Framework of Reference (CEFR) for Languages. Kebijakan
bahasa itu mendorong warga masyarakat Uni Eropa menjadi plurilingual
sehingga semua bahasa Eropa dapat duduk pada posisi yang sama, misalnya
di parlemen Uni Eropa.

Lebih lanjut, keanekaragaman bahasa Eropa dikelola dalam satu model


kompetensi berbahasa Eropa. Model CEFR itu ditetapkan berisi enam
peringkat kompetensi, yaitu A1, A2, B1, B2, C1, dan C2. Europass
Language Passport sudah menetapkan C2 sebagai peringkat tertinggi dan
A1 terendah. Menurut pengalaman seorang warga Uni Eropa, sebagai
contoh penerapan kebijakan ini, siapa pun yang berasal dari luar Jerman

(bukan warga negara Jerman) ketika hendak menikah dengan pasangannya


di negara iniwajib memiliki paspor bahasa Jerman dengan lulus uji
bahasa Jerman sekurang-kurangnya peringkat kompetensi A1.
Jika skemapaspor bahasaseperti yang berlaku di Uni Eropa itu diadopsi
oleh bangsa-bangsa Asia Tenggara dalam kerangka komunitas ASEAN,
yakinlah kebijakan bahasa ini akan multiguna. Selain berguna untuk
penghormatan atas adanya perbedaan bahasa kebangsaan negara anggota
ASEAN, sebagaimana disebutkan dalam Cetak Biru Komunitas Sosial
Budaya ASEAN, kebijakan ini juga memberikan kegunaan praktis bagi
rakyat ASEAN untuk saling berkomunikasi sesuai dengan latar bahasa dan
budaya setiap warga ASEAN.
Penegasan ulang
pendapat

Sebagai organisasi yang berbasis kerakyatan (people-centered organization),


ASEAN tentu tidak boleh bermain pukul rata agar semua rakyat ASEAN
saling berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Apabila komunitas ASEAN
dibentuk tanpa kebijakan plurilingualisme, agaknya rakyat Indonesia pun
akan sulit bernasib mujur. Jika penghuni kawasan ASEAN dituntut hanya
berbahasa Inggris, saya percaya bahwa posisi bahasa Indonesia akan
bergeser di negeri kita sendiri. Pada saat itu bangsa Indonesia bukanlah
pemenang, melainkan pecundang! (Diadaptasi dari artikel pendapat yang
ditulis oleh Maryanto, pemerhati politik bahasa, Koran Tempo, 13
Desember 2010)

Kaidah/ciri bahasa yang digunakan dalam teks eksposisi antara lain sebagai berikut :
Pronomina
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa
nomina. Pronomina dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu pronomina persona dan
pronomina nonpersona.
1. Pronomina Persona (kata ganti orang) yaitu Persona Tunggal. Contohnya seperti ia, dia,
anda, kamu, aku, saudara, -nya, -mu, -ku, si-., dan Persona Jamak Contohnya seperti kita,
kami, kalian, mereka, hadirin, para.
2. Pronomina Nonpersona (kata ganti bukan orang) yaitu Pronomina Penunjuk contohnya
seperti ini, itu, sini, situ, sana. dan pronomina penanya contohnya seperti apa, mana,
siapa.
Pronomina adalah kata ganti orang yang dapat digunakan terutama pada saat pernyataan
pendapat pribadi (klaim) diungkapkan. Teks eksposisi tersebut dapat dikatakan sebagai teks
ilmiah. Dalam teks tersebut terkandung pronomina atau kata ganti saya dan kita. Pronomina kita
atau saya ditemukan hanya pada paragraf 1 dan 5. Inilah kalimat dari teks yang terdapat
pronomina itu.

1. Warga komunitas, termasuk kita semua sebagai rakyat Indonesia akan dituntut
plurilingual untuk memiliki kompetensi berbahasa negara lain. (paragraf 1)
2. Jika penghuni kawasan ASEAN dituntut hanya berbahasa Inggris, saya percaya bahwa
posisi bahasa Indonesia akan bergeser di negeri kita sendiri. (paragraf 5)
Paragraf 1 merupakan tahap pernyataan pendapat, tempat gagasan pribadi disampaikan, dan pada
paragraf 5 yang merupakan tahap penegasan ulang pendapat, gagasan itu dinyatakan kembali.
Jadi, pronomina atau kata ganti kita, kami, atau saya dapat digunakan, terutama pada saat
pernyataan pendapat pribadi (klaim) diungkapkan. Hal itu sejalan dengan fungsi sosial teks
eksposisi itu sendiri, yaitu teks yang digunakan untuk mengusulkan pendapat pribadi mengenai
sesuatu.
2.
Kata
Leksikal
(Nomina,
Verba,
Adjektiva,
Adverbia)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 805) Leksikal adalah berkaitan dengan kata;
berkaitan dengan leksem; berkaitan dengan kosa kata. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Makna Leksikal adalah makna yang berkaitan dengan kata, leksem, ataupun kosakata.
Nomina
(kata
benda)
Merupakan kata yang mengacu pada benda, baik nyata maupun abstrak. Dalam kalimat
berkedudukan sebagai subjek. Dilihat dari bentuk dan maknanya ada yang berbentuk nomina
dasar maupun nomina turunan. Nomina dasar contohnya gambar, meja, rumah, pisau. Nomina
turunan
contohnya
perbuatan,
pembelian,
kekuatan,
dll.
Verba
(kata
kerja)
Merupakan kata yang mengandung makna dasar perbuatan, proses, atau keadaan yang bukan
sifat. Dalam kalimat biasanya berfungsi sebagai predikat. Verba dilihat dari bentuknya
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis (afiksasi,
reduplikasi, komposisi). Contohnya mandi, pergi, ada, tiba, turun, jatuh, tinggal, tiba, dll.
2. Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena
proses morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya melebur, mendarat,
berlayar,
berjuang,
memukul-mukul,
makan-makan,
cuci
muka,
mempertanggungjawabkan, dll.
Adjektiva
(kata
sifat)
Merupakan kata yang yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, dan
binatang. Contohnya cantik, gagah, indah, menawan, berlebihan, lunak, lebar, luas, negatif,
positif,
jernih,
dingin,
jelek,
dan
lain-lain.
Adverbia
(kata
keterangan)
Merupakan kata yang melengkapi atau memberikan informasi berupa keterangan tempat, waktu,

suasana, alat, cara, dan lain-lain. Contohnya di-, dari-, ke-, sini, sana, mana, saat, ketika, mulamula, dengan, memakai, berdiskusi, dan lain-lain.
Kata leksikal (nomina, verba, adjektiva, dan adverbia) yang terdapat dalam teks eksposisi di atas,
misalnya:

kata percaya (verba), mempercayai (verba), kepercayaan (nomina)

kata yakin (adjektif), menyakini (verba), keyakinan (nomina)

kata optimistis (adjektif)

kata potensial (adjektif), berpotensi (verba)

Kata leksikal (nomina, verba, adjektiva, dan adverbia) tertentu dimanfaatkan pada teks
eksposisi.
Jika penghuni kawasan ASEAN dituntut hanya berbahasa Inggris, saya percaya bahwa posisi
bahasa Indonesia akan bergeser di negeri kita sendiri. (paragraf 5)
Kata percaya tergolong ke dalam verba yang menyatakan persepsi. Kata yang sejenis adalah
yakin, optimistis, potensial, dan sebagainya. Kata tersebut dapat dinyatakan sebagai verba atau
nomina sehingga akan berubah menjadi mempercayai/kepercayaan, meyakini/keyakinan,
mempunyai optimisme/optimisme, dan berpotensi/potensi.
Kata-kata itu digunakan untuk mempengaruhi atau mengubah persepsi pembaca agar mengikuti
atau menerima pendapat penulis teks. Hal itu sejalan dengan tujuan penulis bahwa pembaca akan
memiliki keyakinan yang sama dengan penulis, yang akhirnya usulan penulis dapat diterima.
Dalam konteks teks Integrasi ASEAN dalam Plurilingualisme, penulis mengajukan usulan
tentang pembuatan kebijakan bahasa agar bahasa Indonesia dijadikan bahasa ASEAN dan agar
bahasa lain di Negara ASEAN dikuasai oleh sesama warga ASEAN.
Konjungsi
Kata penghubung (konjungsi). Contohnya pada kenyataannya, kemudian, lebih lanjut. Untuk
memperkuat argumentasi, kata hubung atau konjungsi dapat dimanfaatkan. Dalam konteks
pengajuan pendapat tentang kebijakan bahasa ASEAN itu, penulis menghubungkan argumentasi
dengan kata hubung pada kenyataannya, kemudian, dan lebih lanjut. Idealnya, argumentasi tidak
disajikan secara acak. Kata hubung seperti itu dapat digunakan untuk menata argumentasi
dengan cara mengurutkan dari yang paling kuat menuju ke yang paling lemah atau sebaliknya.
Konjungsi dapat digunakan dalam teks eksposisi untuk memperkuat argumentasi. Suatu jenis
konjungsi dapat digunakan dengan menggabungkannya dengan konjungsi yang sejenis dalam
suatu kalimat yang saling berkorelasi sehingga membentuk koherensi antarkalimat. Dapat pula
mengombinasikan beberapa jenis konjungsi dalam suatu teks sehingga tercipta keharmonisan
makna
maupun
struktur.
Konjungsi temporal seperti mula-mula, kemudian, lalu, setelah itu, akhirnya dapat digunakan
bersamaan untuk menata argumentasi dengan cara mengurutkan dari yang penting menuju ke

yang kurang penting atau sebaliknya. Konjungsi sebab-akibat dapat digunakan untuk
menyuguhkan informasi asal-muasal suatu peristiwa atau kejadian dan efek yang ditimbulkan
dari kejadian tersebut. Konjungsi penegasan seperti pada kenyataannya, kemudian, lebih lanjut,
bahkan digunakan untuk mengurutkan informasi dari yang kuat menuju yang lemah atau
sebaliknya. Berikut ini adalah jenis konjungsi yang dapat ditemukan pada teks eksposisi :
1. Konjungsi waktu : sesudah, setelah, sebelum, lalu, kemudian, setelah itu
2. Konjungsi gabungan : dan, serta, dengan
3. Konjungsi pembatasan : kecuali, selain, asal
4. Konjungsi tujuan : agar, supaya, untuk
5. Konjungsi persyaratan : kalau, jika, jikalau, bila, asalkan, bilamana, apabila
6. Konjungsi perincian : yaitu, adalah, ialah, antara lain, yakni
7. Konjungsi sebab akibat : karena, sehingga, sebab, akibat, akibatnya
8. Konjungsi pertentangan : tetapi, akan tetapi, namun, melainkan, sedangkan
9. Konjungsi pilihan : atau
10. Konjungsi penegasan/penguatan : bahkan, apalagi, hanya, lagi pula, itu pun
11. Konjungsi penjelasan : bahwa
12. Konjungsi perbandingan : bagai, seperti, ibarat, serupa
13. Konjungsi penyimpulan :oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, dengan demikian
Betulkah eksposisi itu merupakan argumentasi satu sisi? Pada teks itu penulis mengambil sisi
setuju. Ia setuju akan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN. Penulis lain dapat
berposisi tidak setuju. Pada teks itu penulis mengambil sisi setuju, ia setuju akan dijadikannya
bahasa Indonesia sebagai bahasa Asean.

Anda mungkin juga menyukai