A. Tahsin Dan Taqbih
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan ulama Ushul Fiqh
tentang hasan dan taqbih, diantaranya:
1. Al-husnu (), berarti seluruh perbuatan yang sesuai dengan
tabiat manusia, seperti rasa manis dan menolong orang yang
tenggelam. Sedangkan Qabih adalah sesuatu yang tidak
disenangi tabiat manusia, seperti pahit dan mengambil harta
orang lain secara aniaya.
2. Al-husnu berarti sifat yang sempurna, seperti pengetahuan dan
kemuliaan. Sedangkan Qabih berarti sifat yang negatif, berupa
kekurangan seseorang, seperti bodoh dan kikir. Kedua pengertian
hasan dan qobih inidisepakati oleh seluruh ulama bahwa hal itu
dapat dicapai oleh akal.
3. Al-husnu adalah sesuatu yang boleh dikerjakan manusia, dia
mengetahui
kebaikannya
dan
mampu
mengerjakannya.
Sedangkan Qabih kebalikan dari itu, berarti sesuatu yang tidak
boleh dikerjakan manusia dan tidak dapat dicapai oleh akal.
4. Al-husnu berarti sesuatu yang apabila dikerjakan maka orang
yang mengerjakannya mendapat pujian di dunia dan mendapat
imbalan pahala di akhirat, seperti taat. Sedangkan Qabih berarti
sesuatu
yang
apabila
dikerjakan
maka
orang
yang
mengerjakannya mendapat cercaan di dunia dan mendapat
siksaan di akhirat, seperti mengerjakan maksiat. Pengertian
ketiga dan keempat ini menjadi persoalan bagi para ulama,
apakah hal tersebut dapat dicapai oleh akal atau tidak.
Ulama Asyariyah berpendapat bahwa hasan dan qobih dalm
pengertian ketiga dan ke empat di atas bersifat syari dan harus
ditentukan oleh syara. Karena keduanya hanya dapat diketahui melalui
syara. Baik atau buruk bukanlah terdapat pada zatnya, tetapi bersifat
nisbi.
1 Drs. H. Nasrun Haroen, M.A, Ushul Fiqh 1. (Ciputat, Logos Publishing House,
1996), hal. 8-9.
2 Prof. Dr. H. Satria effendi, M. Zein, M.A, Ushul Fiqh. (Jakarta, Kencana, 2009),
hal.72.