Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejak beberapa tahun ini, MLM (Multi Level Marketing) semakin marak dan
banyak diminati orang, lantaran perdagangan dengan sistem MLM ini menjanjikan
kekayaan yang melimpah tanpa banyak modal dan tidak begitu ruwet. Betulkah yang
mereka harapkan itu terjadi? Jaringannya tersebar di seluruh dunia, tidak terkecuali
negara tercinta kita Indonesia.
Mungkin jika kita bertanya kepada orang, apa sih MLM itu? Mereka sudah
banyak yang tahu dan bisa memberikan jawabannya dengan mendetail. Multi level
marketing adalah jalur alternatif bagi suatu perusahaan, dengan model MLM
merupakan salah satu cara pemasaran untuk menjual barang secara langsung (direct
selling). Direct selling sendiri, pengertiannya adalah penjualan barang dan atau jasa
tertentu kepada konsumen dengan cara tatap muka dalam jaringan pemasaran yang
dikembangkan oleh Mitra Usaha dan bekerja berdasarkan komisi penjualan, bonus
penjualan dan iuran keanggotaan yang wajar.
Di Indonesia, istilah MLM dikenal pada awal tahun 1980an. Dan pada tahun
1984 terdapat Asosisasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) yang menjadi suatu
organisasi yang merupakan wadah persatuan dan kesatuan tempat berhimpun para
perusahaan penjualan langsung, termasuk perusahaan yang menjalankan penjualan
dengan system berjenjang (Multi Level Marketing) di Indonesia. Di makalah ini kami
akan membahas sedikit mengenai pengertian MLM, mekanisme MLM dan hukum
skema bisnis MLM.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Multi Level Marketing (MLM) ?


2. Bagaimana mekanisme Multi Level Marketing (MLM)?
3. Bagaimana hukum skema bisnis Multi Level Marketing(MLM)?
C. Tujuan
1. untuk mengetahui apa itu Multi Level Marketing (MLM)
2. untuk mengetahui mekanisme Multi Level Marketing (MLM)
3. untuk mengetahui hukum skema Multi Level Marketing (MLM)
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Multi Level Marketing

Multi Level Marketing berasal dari bahasa Inggris, dimana multi berarti
banyak, level berarti tingkat, sedangkan marketing berarti pemasaran. Jadi Multi
Level Marketing adalah pemasaran yang berjenjang banyak. Pemasaran adalah
suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.1 Pemasaran juga dapat
diartikan sebagai upaya-upaya yang dilakukan agar memudahkan terjadinya
penjualan atau perdagangan.2
Multi Level Marketing atau MLM disebut juga Network Marketing, Multi
Generation Marketing, dan Uni Level Marketing. Namun, dari semua istilah
tersebut, yang paling popular adalah istilah Multi Level Marketing. Pengertian
Multi Level Marketing atau disingkat MLM adalah sebuah sistem pemasaran
modern melalui jaringan distribusi yang dibangun secara permanen dengan
memposisikan pelanggan perusahaan sekaligus sebagai tenaga pemasaran. Dengan
kata lain, dapat dikemukakan bahwa Multi Level Marketing adalah pemasaran
berjenjang melalui jaringan distribusi yang dibangun dengan menjanjikan
konsumen (pelanggan) sekaligus sebagai tenaga pemasaran.3

MLM ini disebut juga sebagai network marketing. Disebut demikian karena
anggota kelompok tersebut semakin banyak, sehingga membentuk sebuah jaringan
kerja (network) yang merupakan suatu sistem pemasaran dengan menggunakan

1
Philip Kotler dan Armstrong, Marketing Management, Alih Bahasa: Benyamin Molan, Manajemen
Pemasaran, (Jakarta: Indeks, 2007), hal.1
2
Ibid, hal. 2
3
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Cet. ke-III, (Jakarta: Amzah, 2015), hal. 613
jaringan kerja berupa sekumpulan banyak orang yang kerjanya melakukan
pemasaran.4
Sebagian orang ada juga yang menyebut MLM sebagai bisnis penjualan
langsung atau direct selling.5 Pendapat ini berdasarkan pelaksanaan penjualan
MLM yang dilakukan secara langsung oleh juru jual kepada konsumen. Aktifitas
penjualan tersebut dilakukan oleh seorang penjual disertai penjelasan, presentase
dan demo produk. Di Indonesia saat ini penjualan langsung atau direct selling baik
yang single level maupun multi level bergabung dalam suatu asosiasi yaitu
Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI). Organisasi ini merupakan
anggota KADIN, bagian dari World Federation Direct selling Association
(WFDSA).6
MLM merupakan konsep yang memberikan kesempatan kepada konsumen
untuk turut terlibat sebagai penjual dan memperoleh manfaat dan keuntungan di
dalam garis kemitraannya. Dalam istilah MLM, anggota dapat disebut pula sebagai
distributor atau mitra niaga. Jika mitra niaga mengajak orang lain untuk menjadi
seorang anggota sehingga jaringan pelanggan atau pasar semakin besar atau luas,
itu artinya mitra niaga telah berjasa mengangkat omzet perusahaan. Atas dasar itulah
kemudian perusahaan berterimakasih dengan bentuk memberi sebagian
keuntungannya kepada mitra niaga yang berjasa dalam bentuk insentif berupa
bonus, baik bonus bulanan, tahunan, maupun bonus-bonus lainnya.7
MLM merupakan pemasaran yang dilakukan banyak level atau tingkatan,
yang biasanya dikenal dengan istilah up line (tingkat atas) dan down line (tingkat
bawah). Up line dan down line umumnya mencerminkan hubungan pada level

4
Gemala Dewi, et al, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 187
5
Direct Selling atau penjualan langsung adalah penjualan produk atau jasa tanpa menggunakan kios
atau toko eceran, distributor, jasa pialang, pemborong atau setiap bentuk perantara dagang yang
lain. Lihat Norman A. Hart et al, Kamus Marketing, Cet. ke-III, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal. 68
6
Ahmad Mardalis dan Nur Hasanah, ”Multi-Level Marketing (MLM) Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal
Ekonomi Syariah, Vol. 1, No.1, Februari 2016
7
Veithzal Rivai, Islamic Marketing, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hal. 298
yang berbeda vertical maupun horizontal. Karena itu seseorang akan disebut up
line apabila telah mempunyai down line, baik berjumlah satu maupun lebih. Bisnis
MLM menggunakan sistem jaringan, meskipun masing-masing perusahaan
distributor menyebut dengan istilah yang berbeda-beda.8

Promotor (upline) adalah anggota yang sudah mendapatkan hak keanggotaan


terlebih dahulu, sedangkan bawahan (downline) adalah anggota baru yang mendaftar
atau direkrut oleh promotor. Dalam MLM ada dikenal istilah member, yaitu orang yang
berjasa dalam menjualkan produk perusahaa secara tidak langsung, dengan
membangun formasi jaringan. Posisi member dalam jaringan MLM ini, tidak lepas dari
dua posisi:
1. Pembeli langsung, manakala sebagai member, dia melakukan transaksi
pembelian secara langsung, baik kepada perusahaan maupun melalui distributor
atau pusat stock.

2. Makelar, karena dia telah menjadi perantara melalui perekrutan yang telah dia
lakukan bagi orang lain untuk menjadi member dan membeli produk
perusahaan tersebut. Inilah praktek yang terjadi dalam bisnis MLM yang
menamakan multilevel marketing, maupun refereal business.

Pada sistem MLM, ada point yang bisa didapatkan oleh anggota jika ada
pembelian langsung dari produk yang dipasarkan, maupun melalui pembelian tidak
langsung melalui jaringan keanggotaan. Tetapi kadang point bisa diperoleh tanpa
pembelian produk, namun dilihat dari banyak dan sedikitnya anggota yang bisa
direkrut oleh orang tersebut, yang sering disebut dengan pemakelaran.9

8
Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, Cetakan Pertama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),
hal. 209
9
Andi Setiawan, “Multi Level Marketing (MLM) Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah”, Jurnal
STAIN Jurai Siswo Metro, hal. 4 dalam http://
www.journal.stainmetro.ac.idindex.phpkronikaarticleviewFile1005948 diakses pada 6 Februari 2020
pukul 21:22 WITA
Seorang anggota yang dapat memimpin timnya dalam memasarkan produk
perusahaan akan diberikan komisi atau bonus sesuai dengan sistem yang berlaku di
masing-masing perusahaan MLM. Ini biasa disebut dengan upline (Leader) untuk
posisi di atas dan downline untuk posisi anggota dibawahnya. Sistem penjualan ini
sekarang banyak diaplikasikan pada banyak jenis produk.Sistem Kerja MLM Secara
global dilakukan dengan cara menjaring calon nasabah yang sekaligus berfungsi
sebagai konsumen dan member (anggota) dari perusahaan yang melakukan praktek
MLM. Adapun secara terperinci bisnis MLM dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Mula-mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen untuk menjadi
member, dengan cara mengharuskan calon konsumen membeli paket produk
perusahaan dengan harga tertentu. Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut,
pihak pembeli diberi satu formulir keanggotaan (member) dari perusahaan.

Sesudah menjadi member maka tugas berikutnya adalah mencari member-


member baru dengan cara seperti diatas, yakni membeli produk perusahaan dan
mengisi folmulir keanggotaan. Para member baru juga bertugas mencari calon
member-member baru lagi dengan cara seperti diatas yakni membeli produk
perusahaan dan mengisi folmulir keanggotaan. Jika member mampu menjaring
member-member yang banyak, maka ia akan mendapat bonus dari perusahaan.
Semakin banyak member yang dapat dijaring, maka semakin banyak pula bonus yang
didapatkan karena perusahaan merasa diuntungkan oleh banyaknya member yang
sekaligus mennjadi konsumen paket produk perusahaan. Dengan adanya para member
baru yang sekaligus menjadi konsumen paker produk perusahaan, maka member yang
berada pada level pertama, kedua dan seterusnya akan selalu mendapatkan bonus
secara estafet dari perusahaan, karena perusahaan merasa diuntungkan dengan adanya
member-member baru tersebut.

Diantara perusahaan MLM, ada yang melakukan kegiatan menjaring dana


masyarakat untuk menanamkan modal diperusahaan tersebut, dengan janji akan
memberikan keuntungan sebesar hampir 100% dalam setiap bulannya. Tujuan
perusahaan adalah membangun jaringan personil secara estafet dan berkesinambungan.
Yang mana ini akan menguntungkan anggota yang berada pada level atas (Upline)
sedangkan level bawah (downline) selalu memberikan nilai point pada yang berada
dilevel atas mereka. Berdasarkan ini semua, maka sistem bisnis semacam ini tidak
diragukan lagi keharamannya karena beberapa sebab yaitu : Mengenai produk atau
barang yang dijual apakah halal atau haram tergantung kandungannya, apakah terdapat
sesuatu yang diharamkan Allah seperti unsur babi, khamr, bangkai atau darah.10

10
Ahmad wardi. Fiqh Muamalat. (Jakarta:PT Persada Group: 2010). Hal.99

Anda mungkin juga menyukai