Anda di halaman 1dari 37

Multi Level Marketing (MLM) Dalam

Tinjauan Syariat Islam


MLM Dalam Tinjauan Syariah Islam.
H.M. Sofwan Jauhari Lc, M.Ag[1]
Abstrak
Ekonomi & Bisnis Syariah telah diakui sebagai
alternative
ekonomi
dunia
menggantikan
sosialisme dan kapitalisme. Perbankan, Asuransi,
dan Pasar modal syariah telah berkembang dan
resmi dilindungi oleh pemerintah RI dengan
adanya
berbagai
regulasi
yang
mengatur
perbankan syariah, asuransi syariah dan pasar
modal syariah. Perbankan syariah, meskipun
market share-nya belum terlalu besar jika
dibanding dengan perbankan konvensional, namun
sudah cukup dirasakan keberadaannya, demikian
pula dengan asuransi dan pasar modal syariah.
Beberapa inovasi baru baru dalam bisnis syariah
telah bermunculan seperti MLM Syariah, terbukti
dengan terbitnya fatwa DSN MUI No 75 tahun

2009
tentang
PLBS
(Penjualan
langsung
Berjenjang
Syariah),
namun
regulasi
yang
berbentuk UU atau peraturan lain tentang MLM
syariah memang belum ada. Bahkan di kalangan
akademisi banyak yang memandang remeh MLM
dan meragukan kehalalan-nya. Meskipun demikian,
menurut perkiraan di ndonesia ini setidaknya
terdapat 8 juta penduduk yang terlibat aktif dalam
industry MLM. Islam harus menjawab semua
permasalahan ummat yang ada.
Tulisan
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan pemikiran tentang MLM yang memang
masih menuai pro-kontra di kalangan masyarakat,
meskipun dalam faktanya banyak orang-orang
yang sukses mendapatkan kehidupan yang lebih
baik melalui MLM.
Key word : Marketing Plann, Money
Pyramida/Ponzi, Al-buyuu; (bai;), Ijaarah.

Game,

Pengantar :
MLM atau Multi Level Marketing merupakan salah
satu bentuk bisnis modern,yg belum ada di jaman
Rasulullah saw, bahkan dalam literature ulama
salaf-pun MLM belum menjadi salah satu
pembahasan. Meskipun demikian, faktanya MLM
merupakan sesuatu yg sudah ada dan cukup
familiar di masyarakat Indonesia. Terbukti,
menurut perkiraan DSN MUI, di Indonesia ini telah
terdapat sekitar 600 perusahaan yang bergerak
dalam industry MLM, namun dari data yang ada,
penulis mendapatkan hanya 62 perusahaan
(sekitar 10% dari perkiraan seluruh MLM yang
ada) diantaranya yang telah terdaftar di APLI
(Asosiasi Penjuaan Langsung Indonesia) sebagai
wadah resmi asosiasi perusahaan penjualan
langsung berjenjang atau MLM di Indonesia[2],
dan ketika tulisan ini dibuat, sampai bulan Oktober
2010, telah ada 5 perusahaan MLM yang telah
mendapatkan Sertifikasi Syariah dari Dewan
syariah Nasional (DSN) MUI Pusat. [3]
Di sisi lain, buku-buku ataupun tulisan tentang

MLM masih sangat minim, bahkan hampir tidak


ada referensi MLM berbahasa Indonesia yang
melakukan kajian akademik/ilmiah, yang ada
barulah buku-buku praktis yang membahas
tentang MLM dari tinjauan pelakunya; bagaimana
agar sukses menjalankan bisnis MLM dan tulisantulisan kecil yang membahas hukum MLM menurut
ulama kontemporer.
Sampai saat ini, ketika tulisan ini dibuat, penulis
juga belum mendapatkan perguruan tinggi yang
mengkaji MLM secara khusus dalam bentuk
pembukaan program studi, bahkan mata kuliah
tentang MLM pun belum penulis temukan di salah
satu perguruan tinggi, lain halnya dengan Leasing,
Pasar modal, Asuransi dan Perbankan. Buku-buku,
tulisan, paper, mata kuliah bahkan program studi
untuk beberapa bisnis modern yg terakhir penulis
sebutkan sudah cukup banyak kita dapatkan. Oleh
karena itulah tulisan ini lebih banyak menggunakn
referensi yang berasal dari media elektronik
disbanding dengan referensi yg berasal dari media
cetak/buku.

1. Batasan dan Pengertian:


MLM
adalah
singkatan
dari Multi
Level
Marketing
yang juga
disebut
dengan
istilah Network
Marketing.
Dalam
bahasa
Indonesia MLM dikenal dengan istilah Pemasaran
Berjenjang,
atau
Penjualan
Langsung
Berjenjang, sedangkan dalam bhs arabnya adalah
.
MLM
atau
Pemasaran
Langsung
Berjenjang adalah
sistem
penjualan
yang
dilakukan oleh perusahaan, dimana perusahaan yg
bergerak dalam industry MLM hanya menjual
produk-produknya
secara
langsung
kepada
konsumen yg sudah terdaftar (member), tidak
melalui agen/penyalur; selain itu perusahaan juga
memberikan
kesempatan
kepada
setiap konsumen yg sudah terdaftar (member)
untuk menjadi tenaga pemasar atau penyalur.
Dengan cara ini maka seorang konsumen secara
otomatis menjadi tenaga pemasar (marketer).
Dengan kata lain seorang konsumen akan berfungi

ganda di mata perusahaan, yakni yang pertama ia


menjadi konsumen, dan kedua ia juga sebagai
mitra perusahaan dalam memasarkan produknya.
Network marketing is a business model that is
based on a company distributing products and
services through a network of independent
contractors. Network marketing is also popularly
known as multi-level marketing (MLM ), affiliate
marketing, and tiered marketing.[4]
APLI sebagai wadah persatuan MLM menjelaskan :
Pemasaran berjenjang (bahasa Inggris: multi level
marketing)
adalah
sistem
penjualan
yang
memanfaatkan konsumen sebagai tenaga penyalur
secara langsung[5]
Dalam fatwanya, Dewan Syariah Nasional (DSN)
MUI menyebutkan bahwa :Penjualan Langsung
berjenjang adalah cara penjualan barang atau
jasa melalui jaringan pemasaran yang dilakukan
oleh perorangan atau badan usaha kepada
sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya
secara berturut-turut.[6]
Dari beberapa definisi di atas dapat kita tarik
benang merah bahwa : MLM adalah system

pemasaran (marketing) atau penjualan dimana


setiap konsumen berperan sebagai marketer, orang
yang merekrut disebut dengan Upline dan orang
yang direkrut disebut sebagai downline. Orang
kedua yang disebut dengan downline ini juga
kemudian dapat menjadi upline ketika dia behasil
merekrut orang lain menjadi downlinenya, begitu
seterusnya. Setiap orang berhak menjadi upline
sekaligus downline (Multi Level).
Secara umum, dalam industry MLM ini seorang
upline
akan
mendapatkan
manfaat
berupa
bonus/komisi dari perusahaan apabila downlinenya
berhasil melakukan penjualan produk yg dijual
oleh perusahaan, bahkan ada perusahaan MLM
yang memberikan bonus kepada seorang member
ketika member tersebut telah berhasil merekrut
member baru, meskipun bonus yang demikian ini
oleh beberapa prakktisi MLM dianggap tidak sah
karena bertentangan dengan Permendag NOMOR
: 13/M-DAG/PER/3/2006
TENTANG
KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN
SURAT
IZIN
USAHA
PENJUALAN
LANGSUNG [7]. Secara detail, bagaimana seorang

member akan mendapatkan bonus/komisi ini,


berapa persen dia mendapatkan bonus/komisi
adalah bergantung kepada marketing plann
masing-masing perusahaan MLM yang berbeda
antar satu dengan lainnya.
Diantara kelebihan perusahaan yang menjual
produknya dengan system MLM adalah, bahwa
dengan cara ini perusahaan dapat memangkas
jalur distribusi, perusahaan tidak lagi memerlukan
pihak ketiga yg ditunjuk sebagai sole agen, agen,
ataupun pengecer dan bahkan perusahaan dapat
memangkas bea iklan, karena setiap member akan
berperan
sebagai
marketer
sekaligus
iklan
berjalan. Semakin banyak member maka semakin
besar iklan berjalan yang dilakukan oleh
perusahaan.
Para konsumen yang terdaftar ini biasanya disebut
dengan member/mitra/distributor. Meskipun setiap
distributor diharapakan berperan ganda sebagai
konsumen dan sebagai marketer, namun seorang
member boleh saja memilih untuk menjadi
konsumen saja, member yang demikian tidak
mengharapkan bonus/komisi dari perusahaan

tetapi hanya mengarapkan untuk dapat membeli


poduk langsung ke perusahaan dengan harga yang
lebih murah jika dibandingkan kalau ia membeli
kepada member yang lain.
1. B. Beberapa varian system pemasaran
MLM.
Penjelasan yang kami berikan di atas adalah
merupakan kebiasaan yang ada dalam MLM. Lebih
detailnya, setiap perusahaan yang memasarkan
produknya
dengan
system
MLM
memiliki
perbedaan
system,
ada
beberapa
bentuk
marketing plan (system pemasaran& pembagian
bonus) yang ditawarkan oleh MLM antara lain
adalah : Binary, Break Away, Matriks, Uni
Level, dan bahkan ada yang sebenarnya bukan
MLM namun dia mirip MLM yaitu system Viral
Marketing dan Skema Pyramida atau skema
ponzi.
1. a. Binary:
Dalam system Binary setiap member hanya
berhak merekrut dengan kelebaran 2 orang saja,
(untuk level/ kedalaman pertama); apabila
member tersebut merekrut lebih dari 2 orang

maka secara otomatis system binary akan


meletakkan orang ke 3&4 ditaruh di bawahnya
downlinenya yang pertama (menjadi downline
kedalaman ke 2) dan seterusnya,tingkat
kedalaman jaringan dalam system binary tidak
terbatas.
2. b. Breakaway:
Seorang member berhak merekrut dengan
kelebaran yang tak terbatas, namun untuk
tingkat kedalamannya biasanya terbatas hanya
sampai 10 level kedalaman.
3. c. Matrix:
Seorang member biasanya berhak merekrut
downline dengan kelebaran 2 sampai 7 orang
frontline, adapun kedalaman bias mencapai 5
sampai 50 level.
4. d. Unilevel:
Seorang member berhak merekrut downline
dengan kelebaran tidak terbatas, dan biasanya
dengan kedalaman 5 hingga 10 level.
5. C. Sistem pemasaran lain yang mirip
dengan MLM.
Selain beberapa system MLM di atas, masih ada

beberapa system penjualan yang mirip dengan


MLM, namun menurut para praktisi MLM system
tersebut tidaklah termasuk MLM, akan tetapi
masyarakat awam menyebut dan menganggapnya
sebagai MLM, system tersebut antara lain adalah :
1. a. Viral Marketing.
Viral dalam bahasa Indonesia berarti virus. Viral
marketing adalah suatu cara pemasaran yang
dilakukan seperti cara kerja virus. Yaitu dengan
cara menyebar dari satu tempat ke tempat lain,
dari satu orang kepada orang lain. Ketika
penelitian ini dibuat ada satu perusahaan yang
mengkampanyekan dirinya sebagai perusahaan
Viral Marketing, terlepas dari benar atau tidaknya,
itu belum menjadi obyek penelitian dalam tulisan
ini, apalagi setelah penulis cek di website APLI,
perusahaan tsb belum menjadi anggota APLI.
[8] Jika kita lihat sekilas maka Viral Marketing
hamper tidak ada perbedaan dengan MLM, karena
Viral Marketing memang merupakan salah satu
inovasi
dan
pengembangan
dari
MLM
sebagaimana yang penulis kutip dari tulisan ini :
Menurut Wiranaga (2002:95) Viral marketing

merupakan perkembangan dari sistem direct


selling dengan cara memberikan imbalan yang
khusus dengan bentuk menyerupai Network
Marketing atau Multi Level Marketing.
Yang membedakan antara Viral Marketing dengan
Multi Level Marketing terletak pada variabel
produk, perusahaan, harga, sistem bonus, iuran,
target belanja dan berbagai syarat lainnya.
Contoh Viral marketing secara tepat adalah sms
berantai, ketika seseorang menerima sms dari
temannya dia diminta untuk menyebarkan kepada
10 orang temannya, lalu setiap orang dari 10
orang itu akan menyebarakan kepada 10 org lain
lagi, yg berarti akan tersebar kepada 100 orang
( total 110; 10+100), lalu 100 orang itu
menyebarkan masing-masing kepad 10orang lain
dan seterusnya, system pemasaran ini bekerja
secara cepat menyebar ke banyak orang dan susah
dibendung seperti cara kerja virus.
1.

Skema Ponzi[9].

Nama ponzi diambil dari nama seseorang yaitu


Charles Ponzi (3 Maret 1882-18 Januari 1949)
seorang Italia yang tinggal di Boston, AS. Ponzi

terkenal dengan penipuannya karena menawarkan


investasi dengan keuntungan 50% dalam waktu
45 hari atau 100 hari dalam waktu 90 hari.
System ini merupakan system piramida yg
banyak digunakan untuk menipu dalam money
game. Sekilas skema ponzi ini memang mirip
dengan MLM. Apa yang ditawarkan oleh Charles
ponzi memang merupakan sesuatu yang sangat
menggiurkan namun jauh dari logika investasi di
pasar modal, asuransi, deposito bahkan investasi
dalam bentuk bisnis riil seperti emas maupun
property.
Skema ponzi ini sering digunakan untuk penjualan
produk jasa, pada tahun 2002 Masyarakat Jawa
Timur dikejutkan dengan kasus YAMI (Yayasan
Amal Muslim Indonesia)
yang menjanjikan
seseorang untuk berangkat haji hanya dengan
membayar Rp 5.000.000,- yang mana bea ONH
waktu itu adalah sekitar 20 juta. Dalam hal ini
YAMI
bekerjasama
dengan
GoldQuest
International. [10]
Skema

penipuan

ini

juga

sering

terjadi

di

Indonesia. Ada sebuah perusahaan menjanjikan


keuntungan besar, namun sebenarnya keuntungan
itu dibayar dengan dana yang masuk dari anggota
baru. Tidak pernah ada investasi riil. Kasus besar
yang pernah terjadi adalah penipuan PT Qurnia
Subur Alam Raya atau QSAR yang menggelapkan
dana nasabah melalui investasi agribisnisnya.[11]
1. Sistem Piramida
Sistem Piramida adalah suatu system pemasaran
yang hanya akan menguntungkan sebagian orang
yang jumlahnya sangat sedikit, dan biasanya
mereka adalah orang-orang yang lebih dulu
bergabung dalam system pemasaran tersebut.
Sebaliknya system piramida akan menyebabkan
kerugian pada banyak orang karena mereka harus
menanggung beaya atau memberikan keuntunga
karena mereka harus menanggung beaya atau
memberikan keuntungan kepada orang yang
sedikit. Sistem piramida inilah yang dipakai oleh
Ponzi. Oleh karena itulah banyak yang menylah
yang dipakai oleh Ponzi. Oleh karena itulah
banyak yang menyamakan antara skema ponzi
dengan system piramida.Dalam tulisan ini penulis

membedakan antara skema ponzi dengan system


piramida untuk memperjelas asal usul kedua
istilah.
Sistem
piramida ini memang lebih menarik
dibandingkan
dengan
system
MLM
yang
sebenarnya karena dia menjanjikan kesempatan
untuk mendapatkan keuntungan yang besar
dengan sedikit usaha. Sistem piramida ini secara
sepintas mirip Multi Level Marketing dan boleh jadi
ada perusahaan MLM yang menggunakan system
piramida dalam marketing plannya.
Sistem Piramida, yang menawarkan kesempatan
untuk mendapatkan keuntungan besar dengan
sedikit usaha, sebenarnya telah pula dijalankan di
Taiwan, Amerika Serikat, Malaysia dan lain-lain
negara, tetapi sehubungan dengan banyaknya
pengaduan dari para anggotanya, kini di negaranegara tersebut sistem ini diawasi secara ketat
oleh Pemerintah setempat karena dianggap
merugikan dan meresahkan masyarakat luas.
Diantara perusahaan-perusahaan tersebut banyak
pula yang telah ditutup. [12]
MLM yang menggunakan system piramida atau

skema ponzi memiliki beberapa cirri sebagai


berikut :[13]
1. Biaya pendaftarn anggota relative besar dan
sebagian digunakan sebagai kompensasi atau
komisi/bonus kepada orang-orang yang merekrut
atau mensponsori anggota baru. Dengan
demikian, anggota skema piramida lebih sibuk
untuk merekrut anggota baru dan melalaikan
tanggung jawab untuk menjual produk dan
memberikan pelayanan kepada pelanggan.
2. Ciri kedua dari sistem pemasaran piramida
adalah ketidakpedulian perusahaan ataupun
member yg menjadi upline terhadap kualitas
produk dan kepuasan pelanggan, sehingga
konsumen cendrung menjadi korban..
3. Ciri ketiga dari system piramida adalah tidak
adanya perjanjian atau kontrak tertulis antara
perusahaan dengan distributornya. Hampir semua
janji berupa iming-iming untuk menjadi kaya
mendadak disampaikan secara lisan, sehingga
sulit untuk dibuktikan bila terjadi pengingkaran.
4. Ciri keempat adalah tidak adanya pendidikan
dan sistem pelatihan yang sistematis dan

berkesinambungan untuk para distributor.


5. Ciri kelima adalah tidak diterimanya
perusahaan yang melaksanakan pemasaran
dengan skema piramida dan investasi surat
berantai sebagai anggota APLI atau Direct Selling
Association (DSA) di negara di mana mereka
beroperasi.
6. Dan ciri keenam adalah pelanggaran terhadap
prinsip umum MLM yang sah, yakni semua
anggota memiliki peluang yang sama untuk
mendapatkan keuntungan dari penjualan. Dalam
skema piramida, mereka yang mendaftar
belakangan kurang dan/ atau tidak memiliki sama
sekali peluang untuk mendapatkan keuntungan.
7. D. Money Game.
Seringkali ditemukan kerancuan istilah antara MLM
atau pemasaran berjenjang dengan permainan
uang (money game). Money Game adalah
perjudian murni yang tidak ada produk apapun
dalam bentuk barang ataupun jasa. Moneygame
selalu mengacu kepada skema ponzi atau sistem
piramida. Namun lebih bahayanya seperti yang
pernah penulis temukan di lapangan adalah money

game ini terkadang menggunakan baju agama


dengan istilah ibadah atau sedekah. Bagi penulis
money game dengan baju ibadah adalah seperti
pelacur yang berkata bahwa dirinya melacurkan
diri demi untuk menafkahi keluarganya.
Pemasaran berjenjang pada hakikatnya adalah
sebuah sistem distribusi barang. Pemasaran
produk yang berbentuk jasa seperti haji dan umroh
jika dipasarkan dengan system MLM menurut
hemat penulis juga masih rawan, bias jadi
merupakan hal yang halal tetapi tidak thayyib atau
bahkan haram, seperti yang akan penulis jelaskan.
Banyaknya bonus pada MLM yang sebenarnya
didapat dari omzet penjualan yang didistribusikan
melalui jaringannya.
Sedangkan Money Game menurut fatwa DSN MUI
75 Tahun 2009 adalah : kegiatan penghimpunan
dana masyarakat atau penggandaan uang dengan
praktik memberikan komisi dan bonus dari hasil
perekrutan/
pendaftran
Mitra
Usaha
yang
baru/bergabung kemudian, dan bukan dari hasil
penjualan produk, atau dari hasil penjualan produk
namun produk yang dijual tersebut hanya

kamuflase atau tidak mempunyai mutu/kualitas yg


dapat dipertanggungjawabkan[14].
1. E. MLM dan Direct selling :
Sering terjadi kesalah pahaman antara MLM
dengan Dirct selling atau penjualan langsung.
Banyak kalangan menganggap bahwa setiap MLM
adalah direct selling dan setiap direct selling
adalah MLM. Hal yg sebenarnya bukanlah
demikian.
Pada umumnya MLM
merupakan
perusahaan direct selling namun tidak setiap
perusahaan yg melakukan penjualan produknya
dengan system direct selling adalah termasuk
pelaku MLM, karena dalam system direct selling
ada dua system yaitu :
Dalam situsnya, APLI menjelaskan bahwa yg
termasuk Direct Selling adalah[15]:

Single Level Marketing (Pemasaran Satu


Tingkat), maksudnya adalah : Metode
pemasaran barang dan/atau jasa dari sistem
Penjualan Langsung melalui program
pemasaran berbentuk satu tingkat, dimana
Mitra Usaha mendapatkan komisi penjualan dan
bonus penjualan dari hasil penjualan barang

dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri.

Multi Level Marketing (Pemasaran Multi


Tingkat), maksudnya adalah : Metode
pemasaran barang dan/atau jasa dari sistem
Penjualan Langsung melalui program
pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat,
dimana mitra usaha mendapatkan komisi
penjualan dan bonus penjualan dari hasil
penjualan barang dan/atau jasa yang
dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di
dalam kelompoknya.

Kesimpulan : Dari pemaparan di atas dapat kita


pahami bahwa pada hakikatnya MLM adalah
sebuah system pemasaran barang
(al-buyu)
dan jasa (al-ijaarah). Namun demikian ada
beberapa perusahaan yang tidak menjual barang
dan jasa namun mereka mengklain sebagai
industry MLM akan tetapi hakekatnya adalah
Money Game yang mengikuti skema ponzi atau
system piramida.
1. F. Hukum MLM dalam tinjauan fiqh.
Dari paparan di atas penulis sekali lagi ingin
menegaskan bahwa pada dasarnya MLM adalah

suatu cara perusahaan untuk menjual produknya,


baik yang berupa barang maupun jasa. MLM yang
sebenarnya, hanya dapat disebut MLM jika memarketing-kan barang atau jasa, system atau
perusahaan yang tidak menjual produk barang
atau jasa adalah Money game yg berkedok MLM,
secara fiqh sebuah akad (transaksi) harus
ada maqud alaih (obyek transaksinya), akad
tanpa maqud alaih adalah batal.Tidak bias
disebut dengan Multi Level Marketing, kalau tidak
ada sesuatu yang di-marketing-kan.
Untuk MLM yang menjual produk berupa barang,
maka pada hakekatnya kegiatan MLM adalah
transaksi
jual
beli
( al-bai atau albuyuu),
[16] dan
sudah
menjadi
kesepakatan
ulama[17] bahwa jual beli adalah merupakan
akad yang dihalalkan oleh syariah Islam,
berdasarkan
Al-quran,
sunnah
dan
Ijma.
Diantara dalil halanya jual beli adalah firman
Allah swt :
Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. ( QS Al-Baqarah 2:275)
Hai orang-orang yg beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yg

batil, kecuali dengan jalan perniagaan yg berlaku


dengan suka sama suka diantara kamu ( QS AnNisaa 4: 29)
Adapun dalil halalnya jual beli dari Hadits adalah ;.
:

16628
Dari Rafi bin Khadij berkata ; Ya Rasulullah usaha
apakah yang paling baik ? beliau menjawab :
pekerjaan
seseorang
dengan
tangannya,
(produksi/industri) dan setiap jual beli yang
mabrur
(distribusi/trading).
(Musnad Ahmad
Hadits 16628).
Dalam hadits ini rasul tidak hanya menjelaskan
halal-nya jual beli, tetapi bahkan menempatkan
jual beli sebagai salah satu profesi terbaik seperti
yang dilakukan oleh rasulullah saw, istri beliau
Khadijah ra, dan para sahabat seperti Abu Bakar,
Usman bin affan, Abdurrahman bin Auf dll. Dengan

demikian,
sekiranya
MLM
itu
benar-benar
melaksanakan akad jual beli sesuai dengan syarat
dan rukunnya maka menjalankan bisnis tersebut
bahkan
bias
dikategorikan
sunnah
karena
merupakan hal yang dipuji dan dilakukan oleh
rasulullah saw.
Inilah hukum dasar jual beli, dapat dikatakan
Mubah atau bahkan sunnah, yang jelas merupakan
sesuatu yang halal. Karena pada prinsip dasarnya
MLM itu kegiatan adalah kegiatanmemasarkan
suatu produk, atau kegiatan jual beli, maka hukum
dasar MLM -yang menjadikan jual beli produk
berupa barang sebagai kegiatannya- adalah halal
pula. Tentu saja tidak semua jual beli itu halal,
jual beli akan menjadi halal apabila terpenuhi
syarat dan rukunnya. Begitu pula dengan MLM,
tidak semua perusahaan MLM itu halal, tergantung
bagaimana system yang berlaku pada MLM
tersebut.
Contoh jual beli yang tidak memenuhi syarat &
rukun jual beli, dan hukumnya haram adalah jual
beli barang-barang tanpa seijin pemiliknya, seperti
seorang anak yang menjual harta orang tuanya,

seorang istri menjual harta suaminya dan seorang


karyawan menjual asset perusahaan tanpa ijin;
Contoh lainnya adalah jual beli yang jual beli yg
mengandung unsur bohong dan penipuan, jual beli
yang tidak jelas harga dan ukurannya, jual beli
yang mengandung unsur riba, jual beli antara dua
orang lelaki yg wajib melakukan sholat jumat yg
dilakukan setelah adzan jumat hingga selesainya
pelaksanaan sholat jumat, serta jual beli barangbarang yang dikonsumsi. Meskipun hukum asal
jual beli itu halal, namun contoh-contoh yg
tersebut adalah merupakan jual beli yang haram.
Begitulah pandangan penulis tentang MLM, pada
dasarnya MLM yang menjual produk berupa
barang, pada dasarnya adalah halal, asalkan
terpenuhi syarat dan rukun serta tidak ada unsureunsur yang diharamkan. adapun jika terdapat
suatu MLM yang melakukan kegiatan jual beli
namun tidak terpenuhi syarat dan rukun jual
belinya maka di akan menjadi haram. Begitu pula
jika suatu MLM yang jual beli nya mengandung
unsure-unsur atau kegiatan yang diharamkan
oleh Islam, maka MLM tersebut menjadi haram.

Sedangkan MLM yang kegiatan usahanya adalah


memberikan jasa, misalnya jasa pendidikan, jasa
pengobatan/ ruqyah, haji &umroh dsb maka hal
ini dapat dikategorikan ke dalam bab Ijarah, dan
ijarah menurut jumhur ulama juga merupakan
sesuatu yang mubah berdasarkan beberapa dalil
antara lain :
kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)
mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka
upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu
(segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu
menemui kesulitan maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya. QS ATh-Thalaq
65:6.
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja
(pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada
kita)
ialah
orang
yang
kuat
lagi
dapat
dipercaya". QS Al-Qashash 28:26.

2443

Dari Abdullah bin Umar ra berkata : Rasulullah saw
bersabda : Berikanlah kepada Upah kepada Ajir
(Orang yang kamu sewa, buruh/ karyawan)
sebelum
kering
keringatnya.
HR
Ibnu
Majah [18] .
Imam Asy-syairazi dan Al Jash-shas juga
menyebutkan adanya hadits rasulullah saw yang
menyatakan bahwa kalau seseorang hendak
melakukan akad ijarah maka hendaklah dia
memberitahukan kepada ajir mengenai besaran
upah yang akan diberikan, perlu adanya kejelasan
upah sebelum atau saat akad sehingga tidak
muncul perselisihan setelah akad, hadits yang
dimaksud yaitu sabda Rasulullah saw :


Barangsiapa
yang
hendak
menyewa/
mempekerjakan seorang ajir, hendaklah ia

memberitahukan upahnya. [19]


Sepengetahuan penulis, MLM yang legal dan sudah
terdaftar di APLI yang bergerak dalam bidang jasa
masih tergolong minim, sedangkan MLM yang
bergerak dalam bidang jasa dan mendapatkan
sertifikat syariah dari DSN MUI baru 1(satu) MLM,
itupun dalam Annual Meeting DSN MUI ke VI yang
diselenggarakan tanggal 12-15 desember 2010 di
Jakarta yang penulis ikut hadir di dalamnya,
menjadi bahan perdebatan mengenai layak
tidaknya perusahaan MLM yang bergerak dalam
bidang jasa untuk mendapatkan sertifikat syariah
jika melihat kepada kasus-kasus yang ada.
Sedangkan kalau kita membicarakan MLM yang
tidak menjual produk berupa barang atau jasa
maka MLM yang seperti ini tidak dapat kita
kategorikan ke dalam bab Jual beli ataupun
ijaarah, sehingga belum dapat kita jelaskan
hukumnya, akan tetapi jika kita mengacu kepada
fatwa DSN MUI No 75 tahun 2009 maka MLM yg
demikian adalah MLM yang haram. Karena kalau
suatu MLM tidak menjual produk berupa barang/

jasa dapat dipastikan


yang berkedok MLM.

itu adalah money game

Dengan demikian kita tidak dapat menghukumi


secara gebyah uyah (men-generalisir) bahwa
semua MLM adalah halal, atau semua MLM adalah
haram. Yang dapat kita tarik kesimpulan dari hal
ini adalah bahwa pada dasarnya MLM itu halal
apabila memenuhi syarat dan rukun jual beli atau
ijaarah.
Selain
dalil-dalil
menyebutkan :

diatas

ada

Kaidah

Fiqh

"Pada dasarnya semua ibadah hukumnya haram


kecuali
ada
dalil
yg
memerintahkannya,
sedangkkan asal dari hokum transaksi dalam
muamalat, adalah halal ( boleh dikerjakan),
kecuali
ada
dalil
yg
menunjukkan
keharamannya"[20]
Kaidah Fiqh ini menjelaskan bahwa dalam
bermuamalat/bisnis seseorang boleh melakukan
kreativitas ataupun inovasi dalam melakukan
berbagai bentuk bisnis selama tidak bertentangan

dengan dalil dari Quran atau Sunnah. Contoh


riilnya adalah uang kertas yang muncul pada abad
ke 20 pasca perang dunia ke I[21]. Transaksi jual
beli di jaman rasul dilakukan dalam bentuk barter,
atau menggunakan alat tukar dari emas (dinar)
atau perak(dirham), hal ini bukan berarti bahwa
dalam perdagangan, seorang muslim manusia
hanya boleh berjual beli dg dua cara tersebut.
Manusia saat ini telah berinovasi menciptakan
uang kertas sebagai alat tukar, dan ummat islam
telah menerima inovasi ini hingga sekarang penulis
belum
mendapatkan
ulama
yang
mengharamkannya,
yakni
semua
ulama
kontemporer sepakat bahwa menggunakan uang
kertas sebagai alat tukar adalah hal yg
diperbolehkan meskipun ada upaya-upaya untuk
mengembalikan dinar dan dirham sebagai alat
tukar, namun sekali lagi bukan berarti harm
menggunakan uang kertas yg tidak memiliki nilai
intrinsik. Akan terasa aneh dan memberatkan
bahkan menjadikan Islam sebagai sesuatu yang
impossible kalau kita berpendapat saat ini bahwa
menggunakan uang kertas adalah haram.

Dengan kaidah di atas, maka apabila ada suatu


inovasi
dalam
bisnis,
apabila
seseorang
berpendapat bahwa bisnis tersebut adalah haram,
maka kewajiban yg mengharamkan untuk dapat
menunjukkan
dalil
naqli
yg
menjelaskan
keharamannya,
sedangkan
seseorang
yg
berpendapat akan kehalalannya maka dia tidaklah
diharuskan untuk memiliki dalil atas kehalalannya.
Dengan demikian, sebenarya seorang yang
berpendaat bahwa MLM adalah halal, tidak perlu
terlalu panjang menjelaskan bahwa MLM adalah
salah satu bentuk inovasi dalam berbisnis modern/
kontemporer yang halal, dan menjelaskan semua
dalilnya, kecuali jika dalam prakteknya ada MLM
yang melakukan praktek-praktek yg dilarang oleh
syariah.
Pada dasarnya MLM adalah, kecuali jika ditemukan
hal-hal yang dilarang oleh syariat atau ditemukan
hal-hal yang melanggar syariah dalam praktik
bisnis MLM. Dan karena banyaknya MLM yang ada
di Indonesia, adalah naf jika seseorang mengeneralisir bahwa semua perusahaan MLM adalah
haram, sebagaimana naifnya jika seseorang men-

generalisir bahwa semua perusahaan MLM yang


ada adalah halal, wallahu alam.

Daftar Referensi.
Al-Quranul karim.
Al-Qazwiini, Muhammad bin Yazid , Sunan bnu
Majah, Tahqiq : M.Fuad Abdul Baqi, Darul Fikr,
Beirut.
Asy-Syairazi, Ibrohim bin Ali bin Yusuf, Almuhadzdzab fii fiqhil imam asy-syafii, Darul
Fikr, tanpa tahun.
Al-jashshash, Ahkamul Quran.
Ilamul muwaqqiin I/344.
Muhammad Yasin bin Isa Alfadani, Al-fawaaidul
janiyyah, Darul basya-ir al-islamiyah, Beirut,
1991.

Muslim bin Hajjaj an-naisaburi, Sohih muslim,


hadits ke 1513, Maktabah dahlan, Indonesia.
Wahbah Az-zuhayli DR, Alfiqhul islaami wa
adillatuhu, Darul Fikr, Cet III, Damaskus, 1989.
DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional MUI, DSN MUI-Bank Indonesia, Cet I,
Desember 2010.
Majalah/ Makalah :
Info APLI Edisi XXVII Jan-Maret 2005.
Nafis, M Cholil, Mengenal Uang Kertas
Perspektif Islam dimuat di Majalah Sharing,
Inspirator ekonomi & bisnis Syariah, Jakarta, edisi
48 tahun ke 5 Desember 2010.
Setiawan Budi Utomo DR, Hukum bisnis MLM
dan
Money
Game,diterbitkan

di www.dakwatuna.com/2009/hukum-bisnismlm-dan-money-game-bagian-pertama terbit
7 april 2009.
Media Elektronik/ Website :

tgl

http://id.wikipedia.org/ .
http://indonesia.infomlm.com/ .
http://jurnal-sdm.blogspot.com/ .
http://mlmsoftware.sankalptech.com/ .
http://www.apli.or.id/
http://www.detikfinance.com/
http://en.wikipedia.org/i
http://www.detikfinance.com/
http://www.mlmknowhow.com/ .
http://www.virtual.co.id/blog/ .
http://www.vnetsukses.com/
http://www.wisegeek.com/ .

[1] Dosen STIU & STID Dirasat Islamiyah AlHikmah, anggota Dewan Pengawas Syariah DSN
MUI Tinggal di Perumahan Persada Depok Blok

C4/02
Depok
HP:
email : sofwanjauhari@gmail.com

0818-654.479

Artikel ini ditulis untuk dan telah diterbitkan pada


Jurnal Ilmiah KORDINAT yg diterbitkan oleh
Kopertais Wilayah I jakarta.
[2] http://www.apli.or.id/list_anggota.php ?
Tgl
29 Des 2010.
[3] Perusahaan
MLM di Indonesia yg telah
mendapatkan sertifikasi syariah dari DSN MUI
adalah AhadNet, MPM, Exer, UFO BKB dan K-Link.
[4] http://www.wisegeek.com/what-is-networkmarketing.htm Jumat 24 des 2010 Jam 06.35
WIB.
[5] http://www.apli.or.id/this_page.php?
id=18&hal=9&menu=Pemasaran%20Berjenjang T
anggal 30 Des 2010.
[6] DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional MUI, DSN MUI-Bank Indonesia, Cet I,
Desember 2010, Jilid 2, Hal 245,
[7] Bab I Pasal 1 ayat 11 berbunyi : Jaringan
Pemasaran Terlarang adalah kegiatan usaha
dengan nama atau istilah apapun dimana
keikutsertaan
Mitra
Usaha
berdasarkan

pertimbangan adanya peluang untuk memperoleh


imbalan yang berasal atau didapatkan terutama
dari hasil
partisipasi
orang
lain
yang
bergabung
kemudian
atau
sesudah
bergabungnya mitra usaha tersebut, dan
bukan dari hasil kegiatan penjualan barang
dan/atau jasa.
[8] http://www.apli.or.id/list_anggota.php tanggal
30
des
2010
dan http://www.vnetsukses.com/tentangkami.php
tanggal 30 dse 2010
[9]http://www.detikfinance.com/read/2008/12/17/
114324/1055003/68/madoff-dan-tipu-tipuinvestasi-ala-skema-ponzi Tanggal 29 Desember
2010.
Dan http://en.wikipedia.org/wiki/Charles_Ponzi ta
nggal 30 desember 2010
[10] Info APLI Edisi XXVII
Jan-Maret 2005
halaman 10-11.
[11]http://www.detikfinance.com/read/2008/12/1
7/114324/1055003/68/madoff-dan-tipu-tipuinvestasi-ala-skema-ponzi Tanggal 29 Desember
2010
[12] http://www.apli.or.id/this_page.php?

id=7&hal=3&menu=Skema%20Piramida
[13] http://indonesia.infomlm.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=44&Itemid=5
5 Tanggal 29 Desember 2010.
[14] Himpunan fatwa DSN MUI, hal 246.
[15] http://www.apli.or.id/this_page.php?
id=5&hal=3&menu=Direct%20Selling tanggal 29
Des 2010 l
[16] DR Setiawan Budi Utomo, Hukum bisnis MLM
dan
Money
Game,
diterbitkan
di www.dakwatuna.com/2009/hukum-bisnismlm-dan-money-game-bagian-pertama terbit tgl
7 april 2009.
[17] DR Wahbah Az-zuhayli, Alfiqhul islaami wa
adillatuhu, Darul Fikr, Cet III, Damaskus, 1989.
Jilid IV, hal 345-346.
[18] Al-Qazwiini, Muhammad bin Yazid , Sunan
bnu Majah ,Editor M.Fuad Abdul BAqi, Darul Fikr,
Beirut, II, 817.
[19] Asy-syairazi, Al-muhadzdzab I, 399; Al-jash
shash, Ahkamul Quran, II, 174.
[20] Ila,ul muwaqqiin I/344.
[21] M Cholil Nafis, Mengenal Uang Kertas
Perspektif Islam
dimuat di Majalah Sharing,

Inspirator ekonomi & bisnis Syariah, Jakarta, edisi


48 tahun ke 5 Desember 2010 hal.44-45

Anda mungkin juga menyukai