Fiqh Muamalah 2
“MLM Syariah”
Semester Genap Tahun 2018
Dosen Pembimbing : Dr. Hannani, M.Ag
Kelompok 3 :
Salma : 16.2300.041
Nur Atikah : 16.2300.069
Wahyuni : 16.2300.139
Jurusan Syariah
Prodi Perbankan Syariah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare
Tahun Ajaran 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan dengan sebaik- baiknya.
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula makalah yang kami buat ini,
masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari kata sempurna tanpa saran yang
membangun. Oleh sebab itu, kami berharap adanya saran, kritik, komentar dan
masukan yang membangun demi perbaikan makalah kami.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Bealakang
bisnis langsung (direct selling) MLM terus marak dan menjamur setelah
setelah adanya krisis moneter dan ekonomi. Pemain yang terjun di dunia
perusahaan money game yang berkedok MLM tidak termasuk MLM Bisnis
haram yang menggunakan sistem piramida itu pasti merugikan sebagian besar
masuk.
cepat dan dinamis. Berdasarkan kaedah fikih di atas, maka terlihat bahwa
perdagangan.
Namun, Islam mempunya prinsip-prinsip tentang pengembangan sistem
(ketidakjelasan), zhulum (merugikan atau tidak adil terhdap salah satu pihak).
menguntungkan orang yang diatas. Bisnis juga harus terbatas dari unsur
MLM, maka harus berbebas dari unsur-unsur diatas. Karena itu, barang atau
jasa yang dibisniskan serta tata cara penjualannya harus halal, tidak haram,
B. Rumusan Masalah
penilaian suatu bisnis yang menilai hanya berdasarkan satu sisi kegiatan
Hal yang perlu diketahui dalam menilai suatu bisnis/ jual-beli yang sesuai
1. Tauhid
2. Kebebasan
3. Keadilan
4. Tanggung Jawab
(baik produsen maupun perusahaan MLM). Hal ini disebabkan karena adanya
distributor yang berperan sebagai simsar (Mitra Niaga) yang ingin bebas
Sistem marketing MLM yang lahir pada tahun 1939 merupakan kreasi
tidak saja manfaat produk, tetapi juga manfaat finansial dalam bentuk
segala hukum dalam muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil/prinsip yang
melarangnya).
cepat dan dinamis. Berdasarkan kaedah fikih di atas, maka terlihat bahwa
perdagangan.
(ketidakjelasan) dan zhulm ( merugikan atau tidak adil terhadap salah satu
pihak). Sistem pemberian bonus harus adil, tidak menzalimi dan tidak hanya
menguntungkan orang yang di atas. Bisnis juga harus terbebas dari unsur
4. Haram,
dari unsur-unsur di atas. Oleh karena itu, barang atau jasa yang dibisniskan
serta tata cara penjualannya harus halal, tidak haram dan tidak syubhat serta
awal Islam. Dakwah Islam pada saat itu dilakukan melalui teori gethok tular
(mulut ke mulut) dari sahabat satu ke sahabat lainnya. Sehingga pada suatu
Akmal Tarigan, Ekonomi dan Bank Syari’ah, FKEBI IAIN, 2002, hlm. 30)
menjalankan penjualan produk barang, tetapi juga jasa, yaitu jasa marketing
bonus, hadiah dan sebagainya, tergantung prestasi, dan level seorang anggota.
konsumen. Dalam istilah fikih Islam hal ini disebut Samsarah / Simsar.
Kegiatan samsarah dalam bentuk distributor, agen, member atau mitra niaga
dalam fikih Islam termasuk dalam akad ijarah, yaitu suatu transaksi
memanfaatkan jasa orang lain dengan imbalan, insentif atau bonus (ujrah)
Semua ulama membolehkan akad seperti ini (Fikih Sunnah, III, hlm 159).
Sama halnya seperti cara berdagang yang lain, strategi MLM harus
memenuhi rukun jual beli serta akhlak (etika) yang baik. Di samping itu
komoditas yang dijual harus halal (bukan haram maupun syubhat), memenuhi
2. Sistem akadnya harus memenuhi kaedah dan rukun jual beli sebagaimana
sampai dua kali lipat), sehingga anggota terzalimi dengan harga yang amat
6. Formula intensif harus adil, tidak menzalimi down line dan tidak
tidak boleh menerima income dari hasil jerih payah down linenya.
mencerminkan sikap hura-hura dan pesta pora, karena sikap itu tidak
E. Misi Syari’ah
dan jasa tertentu) yang memberi kesempatan kepada para konsumen untuk
dalam garis kemitraannya. Dalam istilah MLM, anggota dapat pula disebut
bentuk insentif berupa bonus, baik bonus bulanan, tahunan ataupun bonus-
bonus lainnya.
AS pada tahun 1939. Saat ini MLM di seluruh dunia telah mencapai jumlah
sekitar 10.000 an, di Indonesia jumlah MLM yang ada mencapai jumlah
kaya karena mereka sukses dari bisnis MLM, begitu pula di Malaysia. Kini
perusahaan MLM dari Malaysia dan Negara lain akan masuk ke Indonesia.
dijual. Pada dasarnya MLM syariah merupakan konsep jual beli yang
pada produknya atau pada sistemnya. Menurut Syafei (2008:73) jual beli
dalam bahasa Arab adalah ba’i yang secara etimologi berarti pertukaran
sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sedangkan menurut istilah ba’i berarti
Al Baqarah ayat 282 dan An Nisa ayat 29. Pada Al Baqarah ayat 275 Allah
berfirman :
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
melakukan ibadah shalat. Allah SWT berfirman dalam surat Al Jumuah ayat
bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung”.
dan setiap jual beli yang mabrur” (HR Bajjar, Hakim menyahihkannya dari
perekonomian umat Islam Indonesia yang masih terpuruk. Umat Islam yang
figur ulama dari MUI dan ICMI. Gerakan ini juga mendapat dukungan kuat
dari pakar ekonomi Islam dan perguruan tinggi Islam yang mengembangkan
berlandaskan tauhid, akhlak, hukum muamalah. Visi dan misi MLM bisa juga
berbeda total dengan MLM syari’ah. MLM Syari’ah juga sangat berbeda
saat ini. Perbedaan itu terlihat dalam banyak hal, seperti perbedaan motivasi
memperkukuh ketahanan aqidah dari serbuan budaya dan idelogi yang tidak
dan thayyib.
Indonesia menganut agama Islam dan MLM yang dijalankan sesuai syari’ah
MUI hanya ada tiga yaitu PT Ahad-Net Internasional, PT UFO, dan PT Exer
U-299/DSN-MUI/XI/2007.
Selanjutnya dari segi fikh muamalah ada beberapa ulama yang belum
berani memastikan apakah MLM dan MLM ‘syariah’ tersebut halal dan
penulis sangat tertarik untuk mendalami dan mencoba meneliti dari segi fikh
muamalah.
macam jenis perdagangan dan sumber penghasilan adalah halal dan boleh,
dan tidak ada boleh yang melarangnya kecuali yang telah diharamkan oleh
Allah dan rasulnya (Bassam, 2009:700). Berikut dalil dari jual beli (Al-
a. Dalil Al Quran :
Baqarah:275).
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
kepadamu.” (An-Nisa’:29)
b. Dalil dari As Sunnah
Dari Nabi saw. beliau bersabda: Penjual dan pembeli memiliki hak
jual beli mereka. Dan jika mereka bohong dan menutupi (cacat
Muslim No.2825)
Demikian dalil dasar mengenai jual beli, dan masih banyak lagi dalil
demikian nilai jual beli ini juga harus memenuhi unsur syariah yaitu bebas
“Riba itu memiliki tujuh puluh tiga pintu yang paling ringan adalah
Gharar (Kontrak yang tidak Lengkap dan Jelas); Dari Abu Hurairah
bahwa sistem ini tidak akan langgeng atau kontinyu, karena akan
level terbawah adalah yang rugi sedangkan level masih untung banyak.
Padahal jumlah orang yang terlibat dalam level bawah lebih banyak
Oleh karena itu ia menyatakan bahwa sistem MLM ini pada dasarnya
adalah tadlis (penipuan) dan taghrir (sesuatu yang memperdaya), serta jual
line memperolah keuntungan secara pasif dari kerja keras down line.
syariah kepada PT.K-LinkIndonesia.
Artinya, harga produk harus wajar dan tidak dimark up sedemikian rupa
dijual. Pada dasarnya MLM syariah merupakan konsep jual beli yang
dan variasinya ini tentu saja menuntut kehati-hatian agar tidak bersentuhan
penjualan. Karena terpacu oleh sistem ini, suasana yang tak kondusif
kadang mengarah pada pola hidup hura-hura ala jahiliyah, seperti ketika