Anda di halaman 1dari 18

A.

Latar Belakang Masalah

Belakangan ini semakin banyak muncul perusahaan-perusahaan yang menjual produknya melalui sistem
Multi Level Marketing (MLM). Karena itu, perlu dibahas hukumnya menurut syariah Islam. Perlu dicatat,
bahwa perusahaan money game yang berkedok MLM bukanlah termasuk MLM., seperti BMA dan
sejenisnya. Perusahaan BMA adalah bisnis paling zalim dan jelas-jelas menipu orang. Bisnis haram yang
menggunaan sistem piramida itu pasti merugikan sebagian besar masyarakat dan hanya menguntungkan
segelintir orang yang lebih dahulu masuk.

MLM yang menggunakan strategi pemasaran secara bertingkat (levelisasi) mengandung unsur-unsur
positif, asalkan diisi dengan nilai-nilai Islam dan sistemnya disesuaikan dengan syariah Islam. Bila
demikian, MLM dipandang memiliki unsur-unsur silaturrahmi, dakwah dan tarbiyah. Menurut
Muhammad Hidayat, Dewan Syariah MUI Pusat, metode semacam ini pernah digunakan Rasulullah
dalam melakukan dakwah Islamiyah pada awal-awal Islam. Dakwah Islam pada saat itu dilakukan
melalui teori gethok tular (mulut ke mulut) dari sahabat satu ke sahabat lainnya. Sehingga pada suatu
ketika Islam dapat di terima oleh masyarakat kebanyakan.

Bisnis yang dijalankan dengan sistem MLM tidak hanya sekedar menjalankan penjualan produk barang,
tetapi juga jasa, yaitu jasa marketing yang berlevel-level (bertingkat-tingkat) dengan imbalan berupa
marketing fee, bonus, hadiah dan sebagainya, tergantung prestasi, dan level seorang anggota. Jasa
marketing yang bertindak sebagai perantara antara produsen dan konsumen. Dalam istilah fikih Islam hal
ini disebut Samsarah / Simsar.

Kegiatan samsarah dalam bentuk distributor, agen, member atau mitra niaga dalam fikih Islam termasuk
dalam akad ijarah, yaitu suatu transaksi memanfaatkan jasa orang lain dengan imbalan, insentif atau
bonus (ujrah) Semua ulama membolehkan akad seperti ini.

Sama halnya seperti cara berdagang yang lain, strategi MLM harus memenuhi rukun jual beli serta
akhlak (etika) yang baik. Di samping itu komoditas yang dijual harus halal (bukan haram maupun
syubhat), memenuhi kualitas dan bermanfaat. MLM tidak boleh memperjualbelikan produk yang tidak
jelas status halalnya. Atau menggunakan modus penawaran (iklan) produksi promosi tanpa
mengindahkan norma-norma agama dan kesusilaan.

Multi Level Marketing ( MLM ) adalah salah satu strategi pemasaran, dengan membangun distribusi
untuk memindahkan produk dan jasa langsung ke konsumen. Strategi seperti ini membuka sebuah
peluang bagi seseorang yang ingin memiliki usaha sendiri / wirausaha. Stategi seperti ini tidak
membutuhkan modal awal yang tinggi. Kebutuhan akan tempat usaha dan persediaan produk sudah
disiapkan oleh perusahaan. Lebih lagi ada tim manajemen yang siap membantu semua pekerjaan
administrasi dan distributor. Strategi seperti ini membuat banyak orang yang dulunya tidak bisa memiliki
bisnis sendiri, karena keterbatasan modal yang ada, akhirnya bisa menjadi pengusaha.

Network marketing berbeda dengan money game yang sering menamakan dirinya sebagai network
marketing apalagi dengan bank gelap yang menjanjikan kekayaan tanpa perlu kerja keras. Kedua system
ini disebut juga sebagai sistem penjualan pyramid dimana sistem ini sangat merugikan, karena tidak
adanya perpindahan produk atau jasa yang bisa dinikmati. Selain itu, tidaklah mungkin seseorang bisa
menjadi kaya dengan mudah tanpa perlu usaha yang disertai dengan keuletan. Namun demikian, masih
banyak juga orang yang tertipu. Bahkan sebagian dari mereka membiarkan dirinya ditipu karena mereka
ingin kaya tanpa usaha.

Perusahaan network marketing di Indonesia telah mempunyai wadah yaitu APLI ( Asosiasi Penjualan
Langsung Indonesia ), dimana APLI merupakan perwakilan dari wadah WDSA ( World Direct Selling
Association ). Untuk dapat diterima sebagai anggota APLI, perusahaan yang bersangkutan harus
mengadakan presentasi dihadapan seluruh anggota dewan mengenai perencanaan bisnis yang dimilki.
Apabila kemudian didapati bahwa sistemnya tidak baik dan produknya pun tidak dapat
dipertanggungjawabkan, maka APLI berhak dan wajib menolak keanggotaan.

Sebagian orang mudah menjatuhkan hukum, padahal hanya Allah yang berhak untuk menghalalkan atau
mengharamkan. Para ulama yang bijak tidak pernah menjatuhkan suatu hukum sebelum mengkaji dan
mempelajari permasalahan dengan cermat. MLM sebagai fenomena baru belum ada hukumnya dalam
kitab-kitab klasik karena pada saat kitab-kitab itu disusun, fenomena ini belum muncul. Namun para
ulama juga memahami bahwa syariat ini juga tidak beku. Keluwasan dan keluwesannya membuatnya
selalu eksis dan dapat memberi jawaban atau pertanyaan-pertanyaan baru dan solusi atas problematika
kontemporer.

Sebagaimana hal yang lain, sebagai fenomena baru MLM harus mendapat sentuhan dan perhatian yang
adil dan proporsional, agar ia tidak dihalalkan atau diharamkan tanpa dasar pengetahuan yang cukup
terhadapnya. Demikian itu karena sebagaimana menghalalkan sesuatu yang haram itu dosa,
mengharamkan sesuatu yang halal juga dosa.

MLM tergolong hal baru bagi masyarakat Indonesia khususnya di daerah Pekalongan. Banyak yang masih
beranggapan negatif tentang MLM. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merasa tertarik
untuk menulis mengenai MULTI LEVEL MARKETING PADA PERUSAHAAN K-LINK INDONESIA DI TINJAU
DARI FATWA MUI No. 75/VII/2009 ( Studi Kasus Pada Stockist Centre Pekalongan ).

B. Rumusan Masalah

Pemaparan diatas memberikan gambaran kepada penulis serta memunculkan pertanyaan yang patut
untuk dirumuskan. Rumusan pertanyaan diwujudkan dalam paparan sebagai berikut :

1) Bagaimana Multi Level Marketing pada Perusahaan K-link ditinjau dari Fatwa MUI No. 75/VII/2009

REKAMAN MUI, KLIK DISINI

1. prakata ustadz sofan untuk sekjen mui

2. drs h muh ihwan syam sekjen mui


3. prakata ustadz sofan untuk ketua mui

4. mlm syariah oleh kh drs amidan ketua mui

5. prakata ustadz sofan untuk rektor uin

6. prof dr amin abdullah rektor uin sunan kalijaga

7. kesimpulan ustadz sofan

8. k-link mlm syariah closing

2) Bagaimana praktik MLM yang dilakukan oleh Perusahaan K-Link setelah mendapat predikat sebagai
MLM Syariah oleh Dewan Syariah MUI pada tanggal 8 Mei 2009 cabang Pekalongan ?

C. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada rumusan masalah maka tujuan yang hendak dicapai adalah :

1) Untuk mengetahui bagaimana Multi Level Marketing pada Perusahaan K-link ditinjau dari Fatwa MUI
No. 75/VII/2009.

2) Untuk mengetahui bagaimana praktik MLM yang dilakukan oleh Perusahaan K-Link setelah
mendapat predikat sebagai MLM Syari’ah oleh Dewan Syariah MUI pada tanggal 8 Mei 2009 cabang
Pekalongan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Praktis

a. Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan, Program Studi S1 Ekonomi Syariah dan Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan.

b. Sebagai suatu bentuk sumbangan pemikiran dan masukan para pihak yang berkepentingan terutama
masyarakat luas tentang Multi Level Marketing.

2. Secara Teoritis

a. Bahan kajian bagi akademis untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya mengenai
Multi Level Marketing.

b. Sebagai suatu bentuk penambahan literatur tentang Multi Level Marketing pada sebuah
perusahaan.
E. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Skripsi ini mengkaji tentang Multi Level Marketing pada Perusahaan K-Link Indonesia serta aplikasinya
yang ditinjau berdasarkan fatwa MUI No. 75/VII/2009

Untuk menerangkan mengenai Multi Level Marketing pada perusahaan K-Link Indonesia, beberapa
Literatur yang penulis gunakan diantaranya :

Skripsi yang ditulis oleh Puspita Rachmawati ( 1000030022 ) yang berjudul Multi Level Marketing Pada
Perusahaan Tianshi Solo Ditinjau Dari Hukum Islam, di dalamnya dipaparkan bahwa Multi Level
Marketing adalah metode pemasaran barang dan jasa dari sistem penjualan langsung melalui program
pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan
bonus penjualan barang dan jasa yang dilkukannya sendiri dan anggota jaringan di dalam kelompoknya.
Hasil dari penelitian ini adalah MLM di PT.Tianshi Solo telah sesuai dengan syarat-syarat sah marketing
dari tinjauan hukum islam, produk MLM PT.Tianshi Solo bila ditinjau dari hukum islam maka telah
memenuhi kriteria kehalalan produk, cara mendapatkan keuntungan pada MLM PT.Tianshi Solo telah
memenuhi kriteria yaitu tidak adanya unsur-unsur yang dilarang seperti riba, ghoror, penipuan, dan lain-
lain seperti dalam hukum islam. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
evaluatif yaitu laporan penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, foto,
videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

Skripsi yang ditulis oleh Auliyah Andriani yang berjudul Perjanjian Distributor dengan Perusahaan Sistem
Multi Level marketing ditinjau dari Hukum Islam dan Hukum Positif studi Lapangan PT Singa Langit Jaya
( TIENS) Malang, yang didalamnya dipaparkan bahwa sebelum memutuskan untuk terjun menjadi
anggota distributor suatu perusahaan MLM, alangkah baiknya mengetahui terlebih dahulu apa dan
bagaimana suatu MLM tersebut dijalankan khususnya mengenai perjanjiannya sebab akan
mempengaruhi keterikatan para pihak dalam menjalankan suatu bisnis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa menurut hukum islam, perjanjian distribusi tersebut merupakan perjanjian yang akadnya sudah
jelas yaitu termasuk perjanjian simsarah (pemekelaran), artinya distributor tersebut menjadi perantara
antara konsumen (masyarakat/calon distributor) dengan perusahaan melalui perekrutan ataupun
pembelian produk dari perusahaan. Perjanjian yang dilakukan tersebut tidak bertentangan dengan
syari’at islam maka perjanjian tersebut tidak dipermasalahkan. Penulis menggunakan teknik
pengumpulan data interview dan observasi langsung ke Perusahaan Singa Langit Jaya ( TIENS ) Malang,
kemudian menganalisanya secara deskriptif kualitatif dengan pendekatan yuridis-sosiologis.

Skripsi yang ditulis oleh Meria Megarita (07043102064) yang berjudul Motivasi Mahasiswa dalam
Berbisnis Multi Level Marketing (MLM) studi kasus pada mahasiswa di Universitas Sriwijaya. Hasil dari
penelitian ini adalah gambaran mengenai motivasi mahasiswa untuk ikut bergabung dengan bisnis MLM
dan mengetahui usaha mahasiswa dalam membagi waktu antara kuliah dan menjalankan bisnis MLM.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Tesis yang ditulis oleh Irma Rumtianing Uswatul Hanifah yang berjudul Multilevel Marketing dalam
Tinjauan Etika Bisnis Islam ( studi kasus di PT Ahad-Net Internasional Madiun). Hasil dari penelitian ini
adalah dalam praktek usahanya, hampir 85% dari anggota MLM Syari’ah PT Ahad-Net Internasional
Madiun memiliki dan menerapkan sifat-sifat di atas, sehingga bisa dikatakan bahwa prinsip-prinsip etika
bisnis islam telah dilaksanakan. Bukti lain misalnya tentang komoditi yang dijamin 100% halal dan
thoyyib dengan mendapat sertifikat dari LP POM MUI. Sehingga umat islam bisa aman dan nyaman
menggunakan produk-produk dari PT Ahad-Net Internasional dan tidak meragukan kesuciannya.
Menurut jenisnya penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yaitu
suatu pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitan terhadap orang-orang biasa
dalam situasi-situasi tertentu

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif kualitatif. Artinya
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis / lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan ini memungkinkan peneliti mendapatkan data yang lebih banyak dan akurat sehingga
peneliti dapat memahami bagaimana Multi Level Marketing pada Perusahaan K –Link Indonesia ditinjau
dari Fatwa MUI No.75/VII/2009 serta praktik MLM yang dilakukan oleh Perusahaan K-Link setelah
mendapat predikat sebagai MLM Syari’ah oleh Dewan Syari’ah MUI pada tanggal 8 Mei 2009 cabang
Pekalongan.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis membagi sumber data menjadi dua macam, yaitu :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber-sumber yang memberikan data langsung dan dijadikan rujukan
pokok dalam penelitian. Adapun yang tergolong sumber data primer yaitu : wawancara langsung dengan
pemilik stockist, karyawan, serta leader K-Link Pekalongan.

08574 27 494 27

IDJHID004116

b. Sumber Data Sekunder


Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung. Adapun
yang tergolong sumber data sekunder yaitu : Fatwa MUI No. 75/VII/2009 , buku-buku tentang MLM,
buku-buku yang berhubungan dengan bisnis islam, dan kaset seminar tentang MLM syari’ah oleh ketua
MUI, KH Muh Amidan

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Interview atau Wawancara

Metode Interview adalah pertanyaan yang diajukan secara lisan (penulis bertatap muka dengan
responden). Dengan metode ini diharapkan dapat diperoleh data berupa tanggapan, pendapat mengenai
multi level marketing.

b. Metode Observasi

Penulis mengamati dokumen-dokumen yang dibutuhkan yang berhubungan dengan Multi Level
Marketing yang ditinjau dari fatwa MUI No.75/VII/2009.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu data yang berwujud kata-kata dan
bukan rangkaian angka. Menurut Miles dan Huberman analisis data terdiri dari tiga tahap, yaitu :

a. Data Reduction atau Reduksi Data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting selanjutnya mencari tema dan polanya.

b. Data Display adalah penyajian yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,hubungan antar
kategori, flow chart atau gambar.

c. Conclusion Drawing / Verification

Kesimpulan awal dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berubah bila terdapat
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan tersebut
kesimpulan yang kredible.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dan memperjelas arah pembahasan maka penulisan skripsi ini
disistematisasikan menjadi lima bab dengan uraian sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Berisi tentang:

1) Latar Belakang Masalah


2) Rumusan Masalah

3) Tujuan Penelitian

4) Kegunaan Penelitian

5) Tinjauan Pustaka

6) Metode Penelitian

7) Teknik Analisis Data

8) Sistematika Penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Berisi tentang :

1) Aspek-aspek pokok MLM meliputi : pengertian MLM, Mekanisme kerja MLM, Pengertian Jual Beli

2) Prinsip-prinsip umum bisnis : meliputi pengertian MLM syariah dan Kriteria MLM syariah menurut
fatwa MUI No.75/VII/2009.

BAB III. GAMBARAN UMUM

Berisi tentang :

1) Sejarah Berdirinya K-link di Pekalongan

2) Strategi dan Sistem Perencanaan Pemasaran Perusahaan MLM Syari’ah PT K-Link Indonesia meliputi :
Struktur Organisasi, Sistem Kerja, Produk-Produk

3) Kode Etik MLM Syari’ah PT K-Link Indonesia

4) Support System K-Link

5) Marketing Plan dan Pembagian Bonus

BAB IV. ANALISIS

Berisi tentang :

1) Analisis Multilevel Marketing Syari’ah K-Link ditinjau dari fatwa MUI No.75/VII/2009

2) Analisis Multilevel Marketing yang dipraktikkan oleh perusahaan K-Link di Pekalongan.

BAB V. PENUTUP

Berisi tentang : Kesimpulan dan Saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Aspek-Aspek Pokok MLM

1. Pengertian MLM

MLM singkatan dari Multilevel Marketing biasa juga disebut Network Marketing (NM) atau direct
selling atau pemasaran berjenjang. Ini adalah sebuah bisnis yang mengunakan strategi jaringan dalam
memasarkan jaringannya. Biasanya orang yang begabung disebut distributor, yang tugas pokoknya
adalah melakukan penjualan dan memperbesar jaringan dibawahnya.

Multi Level marketing juga biasa disebut sebagai Network Marketing atau Direct Selling atau pemasaran
berjenjang. Ia merupakan bisnis yang menggunakan strategi jaringan dalam memasarkan produknya.
Orang yang bergabung dalam bisnis ini biasa disebut sebagai distributor yang tugas pokoknya adalah
melakukan penjualan dan memperbesar jaringan di bawahnya. Sebenarnya bisnis jaringan tidak
memprogram membernya untuk jualan atu jadi salesman tapi menjadi bussines owner. Demikian itu
karena bisnis jaringan memungkinkan seseorang meniti karier dan mencapai peringkat yang tertingi
dengan penghasilan tanpa batas. Menjual produk hanyalah sementara bagi member pemula yang belum
berpengalaman dan penghasilannya masih rendah. Bila ia konsisten menjalankan bisnis ini,
pengalamannya mempresentasikan produk akan semakin banyak dan kemampuannya untuk
mempengaruhi hati dan pikiran orang semakin tinggi di samping performancenya juga makin
meyakinkan.

Multilevel Marketing merupakan konsep pemasaran yang lugas (tetapi menggairahkan) dan sering
tidak dipahami dengan tepat serta kurang dihargai sebagai sebuah peluang bisnis yang serius untuk
meraih kekuasaan. Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa MultiLevel Marketing merupakan suatu
cara atau metode menjual barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang
dikembangkan oleh para distributor lepas yang memperkenalkan para distributornya.

Sedangkan Direct Selling Association (DSA) merumuskan Multilevel Marketing sebagai penjualan
barang-barang konsumsi langsung ke perorangan di rumah-rumah maupun di tempat kerja melalui
transaksi yang diawali dan diselesaikan oleh tenaga penjualnya.

Jadi dapatlah dikatakan bahwa multilevel marketing merupakan salah satu dari berbagai macam
metode memindahkan produk dari pabrik atau produsen kepada pelanggan eceran dengan prinsip
bahwa armada penjualan selengkapnya dikembangkan oleh tenaga penjual itu snediri. Mereka yang
berusaha paling keras dalam usaha ini akan mendapatkan tingkat paling tinggi, dan dengan demikian
akan menerima keuntungan yang paling besar pula.

Bisnis Multilevel Marketing mempunyai sifat yang luwes dan hampir tidak terbatas potensinya.
Artinya, dalam bisnis ini tidak diperlukan pengalaman dan kualifikasi-kualifikasi yang khusus seperti latar
belakang, keadaan keuangan, pendidikan, status sosial, dan sebagainya. Satu-satunya syarat yang harus
dipenuhi hubungannya dengan perusahaan hanyalah pembayaran uang pertama yang besarnya tidak
seberapa.

Multilevel marketing juga merupakan cara berbisnis mempersatukan keberadaan keluarga. Semua
anggota keluarga, suami isteri dengan dibantu anak-anaknya dapat memusatkan perhatiannya ke dalam
satu pekerjaan. Beberapa keluarga kini telah banyak yang terjun ke dalam bisnis ini dan telah terwujud
kemitraan kerja yang meyakinkan. Kalau semua partner mempunyai komitment untuk membina bisnis
tersebut, dapatlah dibayangkan betapa cepat pendapatan keluarga diperoleh hanya dengan empat orang
sponsor saja, bapak mempunyai jarigan sendiri, ibu sendiri, juga anak perempuannya.

Filsafat MLM tradisional memang menentang penggunaan iklan untuk membangun organisasi
networking. Anggapan saat itu adalah bahwa iklan tidak akan mudah digandakan, belum lagi mahal dan
paling tidak penting dalam kesuksesan MLM yang berbasis networking.

2. Mekanisme Kerja MLM

Konsep MLM sesungguhnya sangat sederhana dan siapapun yang mempelajari mekanismenya akan
sampai pada kesimpulan bahwa MLM merupakan sistem pemasaran yang efektif dan efisien.

Sekalipun demikian banyak juga orang yang tidak akan memperoleh peluangnya. Penyebabnya mungkin
sifat manusia yang sudah terbentuk melalui pengalaman masa lalu dalam hal kemampuan melihat
produk atau jasa dari sudut pandang penjualan. Secara instingtif orang ingin tahu siapa yang menjual
dan bagaimana produk itu dijual.

Semua penjualan MLM dilakukan melalui penjualan langsung (Direct Selling) dimana calon pembeli tidak
perlu susah payah datang ke toko atau supermarket untuk membeli sejumlah barang, tetapi hanya cukup
di rumah saja. Karena distributor MLM akan datang menawarkan produknya. Keuntungan konsumen
akan lebih banyak tahu kualitas barang yang ditawarkan.

Multilevel Marketing (MLM) adalah salah satu strategi pemasaran, dengan membangun saluran
distribusi untuk memindahkan produk dan jasa langsung ke konsumen. Strategi seperti ini membuka
sebuah peluang bagi seseorang yang ingin memiliki usaha sendiri / wiraswasta. Strategi seperti ini tidak
membutuhkan modal awal yang tinggi. Kebutuhan akan tempat usaha dan persediaan produk sudah
disiapkan oleh perusahaan. Strategi seperti ini membuat banyak orang yang dulunya tidak bisa memiliki
bisnis sendiri, karena keterbatasan modal yang ada, akhirnya bisa menjadi pengusaha.

Bisnis MLM menjadi sebuah bisnis dambaan. Setiap orang yang ingin memiliki sebuah bisnis pasti
menginginkan adanya bimbingan dari seseorang yang lebih memiliki pengalaman dalam bisnis. Dalam
bisnis MLM, setiap orang akan mendapatkan bimbingan yang berasal dari :

a) Upline yaitu rekan kerja yang telah mengajak seseorang untuk menekuni usaha MLM. Dengan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki, serta membimbing saat menjalankan bisnis ini.

SKEMA BIMBINGAN:
b) Support sistem yaitu sistem penunjang yang menyediakan :

• Sistem pendidikan. Dengan sistem pendidikan, setiap distributor yang tergabung dalam sebuah
perusahaan MLM dapat mempelajari cara untuk meraih kesuksesan.

• Peralatan penunjang. Peralatan penunjang dibutuhkan oleh para distributor untuk mempermudah
dalam menjalankan bisnis. Peralatan tersebut dapat berupa buku, kaset, brosur atau majalah.

• Perlindungan lebih. Perusahaan MLM dapat memberikan perlindungan lebih kepada para distributor
karena support sistem yang mereka miliki dapat berfungsi sebagai wadah bagi para distributor untuk
melindungi diri dari tindakan sewenang-wenang pihak manajemen perusahaan. Biasanya support sistem
didirkan oleh rekan kerja yang telah bergabung sebelumnya.

Perusahaan-perusahaan MLM yang bisa berkembang besar dan bertahan lama adalah perusahaan
MLM yang memiliki support sistem. Perusahaan MLM yang tidak memiliki support sistem bisa dipastikan
tidak akan berkembang atau bertahan lama.

Pengarahan dan bimbingan membuat bisnis MLM menjadi sebuah bisnis dambaan karena
kebanyakan bisnis yang lain tidak menyediakan atau memperlengkapi para distributornya dengan
pengarahan dan bimbingan. Tidak adanya pengarahan dan bimbingan akan mempersulit bahkan
menghambat dalam membangun sebuah bisnis.

Ada tiga jenis manusia dalam organisasi pemasaran sistem jaringan, yaitu : para pemimpin,
distributor, dan mereka yang gugur atau drop out. Yang paling besar jumlahnya adalah mereka yang
tergolong drop out. Mereka adalah orang-orang yang ingin bergabung dengan bisnis MLM namun segera
berhenti sebelum menghasilan sesuatu.

Bisnis MLM memiliki resiko yang sangat kecil, bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada. Kecilnya
resiko dalam bisnis ini disebabkan oleh:

a) Modal usaha yang kecil

Ketika terjadi sesuatu yang sangat buruk, dan kita harus berhenti menjalankan bisnis MLM, maka kita
tidak akan kehilangan modal atau uang dalam jumlah yang besar.

b) Sistem transaksi Cash and Carry

Semua pembayaran dilakukan secara tunai oleh rekan kerja. Hal ini membuat kita tidak akan memiliki
piutang tak tertagih seperti yang biasanya ada pada bidang bisnis lainnya.
c) Tanggung jawab terpisah

Masing-masing orang memiliki tanggungjawab dan kewajiban masing-masing. Tidak memiliki tanggung
jawab terhadap rekan kerja atau downline kita.

Mengingat banyaknya perusahaan MLM dengan segala produk dan sistemnya, maka hendaklah
diperhatikan hal-hal berikut sebelum menentukan pilihan, yaitu :

1) Track Record Perusahaan

Check Record Perusahaan MLM yang akan diikuti, kalau dari luar negeri cek keberadaan perusahaan itu
dengan jelas, prestasi, pertumbuhan bisnis mereka dan komentar publik / orang-orang tentang
perusahaan tersebut. Ada perusahaan luar negeri yang niat berekspansinya karena pertumbuhannya
yang sehat, dan ada juga perusahaan MLM luar negeri yang masuk ke Indonesia karena di negaranya
sudah tida laku lagi. Kalau perusahaan MLM lokal, check juga perusahaan tersebut didirikan oleh siapa
record pendiri bisnis, alamat jelas dan perusahaan yang mengbackupnya. Perusahaan yang besar tidak
hanya memikirkan profit saja, tetapi juga maju dalam riset dan inovasi produknya.

2) Produk yang dipasarkan

Bicara bisnis tidak akan lepas dari pembicaraan tentang produknya. Apakah produk yang dipasarkan itu
bermanfaat untuk orang banyak, harganya terjangkau, dan kualitasnya sudah teruji dan berapa banyak
yang sudah membuktikannya. Tidak ada cara lain yang lebih baik untuk belajar mengenai produk dari
perusahaan selain menggunakan produk itu sebanyak mungkin. Produk-produk perusahaan menyediaan
dasar yang akan membuat pendapatan menjadi mungkin. Produk-produk inilah yang akan membedakan
perusahaan bisnis jaringan dengan skema piramid yang ilegal.

3) Marketing Plan

Teliti dengan baik Marketing Plan yang ditawarkan. Berapa prosentase share profit perusahaan ke
membernya. Ini penting sekali bagi prospek jangka panjang nantinya. Kalau perusahaan MLM tersebut
bisa membagi share profit dengan baik, kemungkinan perusahaan itu mampu bertahan lama dan jangka
panjang.

4) Peluang Market

Dengan memahami marketing plan dan produk di atas, maka bisa dibayangkan berapa besar market
pasar yang diserap oleh perusahaan MLM tersebut. Teliti juga kompetitor / perusahaan MLM lain yang
memasarkan produk / marketing plan yang hampir sama segera ambil kesimpulan. Apakah sudah ada
perusahaan sebelumnya masuk Indonesia dengan format yang sama. Kalau ada berarti perusahaan MLM
tersebut adalah perusahaan MLM follower yang baru masuk ke sini. Kalau follower, pastikan mereka
membawa hal baru yang tidak dimiliki oleh perusahaan MLM yang lebih dulu masuk.

5) Terdaftar di Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI)


Memastikan bahwa suatu perusahaan MLM itu telah terdaftar sebagai anggota APLI atau belum
menjadi sangat penting karena kalau tidak, perusahaan itu ilegal. Perlu diketahui bahwa perusahaan
yang memiliki surat SIUPL belum tentu terdaftar / termasuk MLM yang sesuai dengan kriteria dari pihak
APLI.

3. Pengertian Jual Beli

Jual beli adalah akad memiliki harta dengan menukarkannya dengan harta lain, dengan cara rela sama
rela.penyelengaraan akad diisyaratkan haruslah orang yang berakal, tamyis ( telah mampumembedakan
yang baik dari lainnya ), dan mempunyai hak untuk memiliki dan menguasai atas apa yang ada pada
tangannya.

Harta yang ditukarkan haruslah merupakan harta yang halal, bernilai, dan dapat diterimakan. Islam
memberi dorongan kepada pedagangan dan tukar menukar, baik di daratan maupun di lautan.

Dan dari Rifa’ah bin rafi’, bahwa Nabi SAW pernah ditanya, kasab apakah yang paling baik ? beliau
menjawab:

” Pekerjaan orang dengan tangannya dan setiap jual beli mabrur ”

Jual beli mabrur adalah jual beli yang berlangsung antara barang-barang yang halal, jauh dari perkara-
perkara haram, dan tidak termasuk salah satu jenis akad-akad riba ataupun akad-akad majhul ( tidak
jelas diketahui ), yang menyebabkan terjadinya spekulasi harga atau barang. Jual beli mabrur sangat
menjauhi cara-cara usaha yang kotor, seperti berdagang dalam perkumpulan-perkumpulan foya-foya,
perjudian ataupun undian, dan sejenisnya.

Jual beli melahirkan kewajiban secara bertimbal balik kepada para pihak yang membuat perjanjian
tersebut. Dari sisi penjual, penjual diwajibkan untuk menyerahkan suatu kebendaan sedangkan dari sisi
pembeli, pembeli diwajibkan untuk membayar harga pembelian kebendaan tersebut yang juga
merupakan suatu bentuk perikatan untuk memberikan sesuatu, yang dalam hal ini adalah uang yang
telah ditentukan nilai mata uang dan jumlahnya.

B. Prinsip-Prinsip Umum Bisnis

1. MLM Syariah

Sebagai muslim kita bangga bahwa semangat untuk menerapkan syariah dalam seluruh aspek
kehidupan telah menggeliat di berbagai belahan dunia termasuk di tanah air. Di tanah air ini telah
tumbuh dan berkembang sistem ekonomi syariah yang ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga
ekonomi syariah semacam bank syari’ah dan BMT. Bahkan lahir pula lembaga ekonomi syariah pada
sektor yang lain hingga muncul pula kolam renang syariah, penginapan syariah, dan MLM syariah.
Semangat ini pantas untuk mendapatkan apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak termasuk
dukungan struktural. Karena itu lahir pula partai-partai politik yang mengusung bendera syariah. Namun
ghiroh dan semangat bersyariah itu tidak cukup dengan simbol-simbol. Yang lebih mendasar adalah
substansi dan penerapan syari’ah itu pada tataran implementasi. Ada beberapa kualifikasi yang harus
dipenuhi oleh perusahaan syariah, diantaranya :

Pertama, sebagai perusahaan yang beroperasi syariah, niat,konsep dan praktek pengelolaannya
senantiasa merujuk kepada syariah itu sendiri. Untuk menjamin terpenuhi dan terlaksananya syariah itu,
perusahaan memerlukan pengawasan Dewan Pengawas Syariah yang independent dan profesional.

Kedua, visi dan misi usaha MLM syariah menekankan kepada pembangunan ekonomi umat dengan
memberikan peluang yang seluas-luasnya untuk mencapai kesejahteraan mereka dengan menyediakan
produk-produk yang bermanfaat dengan harga terjangkau.

Ketiga, sistem pemberian insentif disusun dengan memperhatikan prinsip keadilan secara proporsional.
Dirancang semudah mungkin untuk dipahami dan dipraktekkan. Selain itu, memberikan kesempatan
kepada distributornya untuk memperoleh pendapatan seoptimal mungkin sesuai kemampuannya
melalui penjualan, pengembangan jaringan, ataupun melalui kedua-duanya.

Keempat, dalam hal marketing plan-nya berusaha untuk tidak membawa para distrbutornya pada
suasana materialisme dan hedonisme yang bertentangan dengan nilai-nilai syari’ah.

9 Nilai Plus MLM Syariah

a. Nilai Silaturahmi

Nilai silaturahmi merupakan hal yang paling pokok dalam bisnis MLM syariah. Kegiatan menjual
produk, merekrut downline, dan mensponsori orang lain dalam bisnis ini hanya dapat dilakukan dengan
silaturahmi. Silaturahmi ini dilakukan pada orang-orang yang sudah dekat, atau bahkan yang belum
dikenal.

b. Nilai Pengembangan Usaha

Keberanian berwirausaha dapat dikatakan tidak dimiliki setiap orang. Kadangkala ada beragam faktor
yang membuat seseorang tidak memiliki minat menjadi seorang wirausahawan. Padahal, dibanding
menjadi wirausahawan,resiko menjadi pegawai justru lebih besar. Dari mulai ancaman PHK, gaji yang
kecil,sampai waktu yang terikat oleh jam kerja. Dalam bisnis ini diajarkan bagaimana menjadi seorang
wirausahawan, dengan mendapat mata pelajaran wirausaha langsung dari kehidupan nyata, bukan teori-
teori yang susah di cerna.

c. Nilai pemberdayaan pengangguran

Di negara kita saaat ini begitu banyak orang yang masuk kategori pengangguran. Jumlahnya jutaan.
Dengan adanya MLM syariah yang dapat diakses oleh setiap orang, sangat memungkinkan untuk dapat
mengatasi masalah pengangguran secara lebih signifikan. Ciri keanggotaan bisnis ini yang tanpa batas,
sangat memungkinkan untuk menyerap jutaan tenaga kerja yang belum terserap oleh bisnis
konvensional yang ada di negara kita.

d. Nilai Pemberdayaan Produk Lokal

Dengan makin banyaknya bisnis ini,maka secara tidak langsung akan menjadi piranti penguatan ekonomi
kerakyatan, menyuburkan pemakaian produk lokal (demi menghemat devisa dan mengurangi impor),
dan memberikan kesempatan kepada usaha kecil mikro untuk memperkenalkan barang dan jasanya.
Sehingga tidak hanya distributor dan pemilik usaha yang untung, tapi juga para supplier (mitra pasok)
dalam negeri pun ikut diuntungkan dengan terserapnya produk mereka di pasaran.

e. Nilai Kehalalan Usaha dan Produk

Pastilah barang atau jasa yang diperdagangkan oleh MLM syari’ah bukanlah brang yang haram, tetapi
barang-barang yang sudah jelas kehalalannya. Baik itu dari zat, proses, dan cara memperolehnya. Selain
itu produk tersebut tidak menimbulkan madharrat, bukan produk riba, dan bukan pornografi. Barang
dan jasa yang diperdagangkan, diupayakan merupakan barang pemenuhan kebutuhan pokok, bukan
barang mewah yang mendorong konsumerisme dan pemborosan. Selain itu pengelolaan usahanya pun
disesuaikan dengan syariah.

f. Nilai Jaringan Ekonomi Islam Dunia

Keberadaan sistem bisnis MLM syariah sangat memungkinkan untuk membentuk sebuah jaringan
bisnis internasional. Baik itu jaringan dalam produksi, distribusi, maupun konsumennya, sehingga dapat
mendorong kemandirian dan kemajuan ekonomi umat. Semakin luas jangkauan jaringan, maka semakin
luas pula kesempatan untuk ikut serta dalam bisnis ini, dan mendapat keuntungan akan keberadaannya.
Bisnis MLM Syariah adalah bisnis yang sangat memungkinkan untuk go internasional.

g. Nilai Ketahanan Akidah

Dunia islam adalah sebuah kelompok masyarakat yang sedang dikepung oleh serbuan budaya dan
ideologi yang tidak islami. Serbuan ini begitu dahsyatnya sehingga telah mengkoyak sebagian dari sendi-
sendi akidah umat. Kita saksikan, betapa banyak orang yang mengaku islam tapi jauh dari nilai-nilai
islam. Bisnis MLM syariah adalah bisnis yang dapat dijadikan alternatif untuk merajut kembali ukhuwah
islamiyah diantara umat. Keunggulan dalam silaturahmi akan menjadikan bisnis ini menjadi benteng
pertahanan akidah yang kokoh.

h. Nilai Strategis Perdagangan Bebas

Menghadapi era liberalisasi ekonomi dan perdagangan bebas tentunya umat muslim harus menyiapkan
segala sesuatunya. Kita harus mempunyai aneka strategi jitu untuk bisa bersaing dan menang dalam
percaturan ekonomi dunia saat ini. Kalau tidak, maka kita hanya akan menjadi konsumen yang tidak
berdaya. Bisnis MLM syariah adalah satu diantara beragam strategi lain, yang akan mampu
memaksimalkan potensi umat dalam mengembangkan ekonomi sehingga bisa bersaing dan
diperhitungkan dalam percaturan ekonomi dunia.

i. Nilai Pemberdayaan Zakat, Infaq, dan Sedekah

Zakat, infaq dan sedekah (ZIS) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas ekonomi
Islam. Ada transaksi, berarti ada penghasilan, ada penghasilan berarti ada zakat, infaq, dan sedekah
sesuai aturannya masing-masing. Sedangkan untuk pengelolaannya dapat diserahkan kepada lembaga-
lembaga yang profesional di bidang pengelolaan ZIS. Pada intinya, usaha bisnis MLM syariah dapat
menjadi pelopor untuk terus mengkampanyekan pentingnya ZIS pada umat.

2. Kriteria MLM Syariah menurut Fatwa MUI No.75/VII/2009

Dalam sepuluh tahun terakhir, bisnis multi level marketing (MLM) menjamur. Jumlahnya mencapai
ratusan perusahaan. Beberapa di antaranya berjalan sukses. Namun, tidak sedikit yang ditinggal kabur
pengelolanya, begitu berhasil meraup uang miliyaran rupiah dari mitra usahanya. Dalam sejumlah kasus,
MLM kerap dijadikan kedok dari bisnis money game yang diharamkan para ulama. Citra MLM pun
tercoreng

Sesuai Fatwa MUI No 75/VII/2009, MUI telah menetapkan 12 syarat yang harus dipenuhi oleh
perusahaan MLM yang ingin mendapat sertifikat syariah dari MUI. Tidak banyak perusahaan MLM yang
sanggup memenuhinya. Dari tahun 2007 hingga 2010, hanya 5 perusahaan yang berhasil mendapat
sertifikat MLM syariah. Banyak perusahaan MLM yang mengeluhkan beratnya syarat yang ditetapkan
MUI. Prinsip syariah, sama sekali tidak bertentangan dengan prinsip bisnis secara umum. Bahkan
terbukti, banyak pengusaha non-Muslim yang menjalankan bisnis sesuai syariah Islam. Alasannya, karena
lebih memproteksi kepentingan mereka dibandingkan praktik bisnis konvensional yang cenderung
eksplotatif dan menguntungkan pelaku ekonomi besar.

Indonesia, kendati merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dalam hal praktik
muamalah Islami belum begitu memasyarakat dibandingkan praktik bisnis konvensional. Prinsip syariah
umumnya dikenal di dunia perbankan. Terbukti, hampir semua perbankan besar telah memiliki bank
syariah. Bandingkan dengan lembaga bisnis lainnya, misalnya bisnis MLM. Meskipun perusahaan MLM di
Indonesia berjumlah ratusan, yang telah mengantongi sertifikat MLM syariah dari MUI hanya 5
perusahaan. Dari berbagai kasus yang terungkap di pemberitaan, dapat disimpulkan bahwa cukup
banyak perusahaan MLM yang sistem usahanya didesain hanya untuk menguntungkan pihak
pengelolanya. Bahkan, tidak jarang perusahaan MLM tersebut hanya kedok dari bisnis money game,
yang bertentangan dengan kaidah Islam (haram) dan menyengsarakan anggotanya. Usaha MLM syariah
pada umumnya memiliki visi dan misi yang menekankan pada pembangunan ekonomi nasional. Upaya
ini dilakukan melalui penyediaan lapangan kerja, produk-produk kebutuhan sehari-hari dengan harga
terjangkau, dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah di Tanah Air, demi meningkatkan
kemakmuran, kesejahteraan, dan meninggikan martabat bangsa. Sistem pemberian insentif disusun
dengan memperhatikan prinsip keadilan dan kesejahteraan. Juga, dirancang semudah mungkin untuk
dipahami dan dipraktikkan. Selain itu, memberikan kesempatan kepada distributornya untuk
memperoleh pendapatan seoptimal mungkin sesuai kemampuannya melalui penjualan, pengembangan
jaringan, ataupun melalui keduanya. Dalam hal marketing plan-nya, MLM syariah pada umumnya
mengusahakan untuk tidak membawa para distributornya pada suasana materialisme dan
konsumerisme, yang jauh dari nilai-nilai Islam. Bagaimanapun, materialisme dan konsumerisme pada
akhirnya akan membawa pada kemubaziran yang terlarang dalam Islam.

Perusahaan berbasis syariah diwajibkan memenuhi janji atau komitmennya. Perusahaan juga
terikat pada syarat-syarat pada waktu akad (transaksi).

Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang beriman penuhi janji- janjimu (akad-akadmu).''

( QS surat Al Maidah ayat 3 )

Selain itu, Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Barang siapa menipu kamu, maka ia tidak termasuk golongan kami.'' (HR Imam Muslim dari Abu
Hurairah).

Dan Nabi SAW bersabda:

"Kaum Muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.''

(HR Tirmidzi dari 'Amr bin 'Auf).

Perusahaan berbasis syariah juga wajib membagi bonus atau imbalan dengan adil di antara
pelanggan atau mitra usaha. Bonus yang diberikan kepada pelanggan atau mitra usaha, baik besaran
maupun bentuknya, harus berdasarkan prestasi kerja nyata. Tidak boleh bonus atau imbalan yang
dimaksud diberikan secara pasif yang diperoleh secara reguler tanpa melakukan penjualan barang atau
jasa. Juga, dilarang berbuat zalim oleh pelanggan tingkatan atas (up line) kepada tingkatan bawahnya
(down line). Allah SWT berfirman: "Kamu tidak boleh menzalimi orang lain dan tidak boleh dizalimi orang
lain.'' (QS Al-Baqarah 279).

Prinsip-prinsip tersebut dilaksanakan oleh perusahaan berbasis syariah secara benar, jujur, dan
transparan dengan diawasi oleh sebuah lembaga, yakni Dewan Pengawas Syariah (DPS). Dewan ini
merupakan perpanjangan tangan Dewan Syariah Nasional (DSN).
Model bisnis syariah Islam tidak hanya membuat pelaku bisnisnya lebih tenang karena terbebas dari
praktik riba dan syubhat.

• Syarat MLM Syariah

MUI telah menetapkan syarat bagi sebuah perusahaan untuk memperoleh sertifikat syariah. Syarat
tersebut adalah sebagai berikut :

a) Obyek Akad

Adanya obyek transaksi riil / nyata yang diperjualbelikan

b) Barang / Jasa yang diperdgangkan bukan sesuatu yang diharamkan dan atau untuk sesuatu yang
haram

c) Transaksi

Tidak mengandung unsur gharar, maysir, riba ( bunga uang ) dharar, dzulm dan maksiat.

d) Harga

Tidak ada kenaikan harga / biaya yang berlebihan (ghibn / excessive mark up ) sehingga merugikan
konsumen karena tidak sepadan dengan kualitas / manfaat yang diperoleh.

e) Bonus / Komisi

Komisi yang diberikan perusahaan kepada anggota baik besaran maupun bentuknya haruslah
berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang terkait langsung dengan volume atau nilai penjualan barang
atau produk / jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS.

f) Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota harus jelas jumlahnya ketika dilakukan
transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh
perusahaan.

g) Tidak boleh ada bonus atau komisi secara pasif yang diperoleh secara reguler tanpa melakukan
pembinaan dan atau penjualan barang dan jasa.

h) Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada mitra usaha tidak menimbulkan ighra’
( iming-iming yang berlebihan )

i) Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara anggota (mitra usaha)
pertama dengan anggota (mitra usaha)

j) Perekrutan

Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk penghargaan dan acara seremonial yang dilakukan tidak
mengandung unsur yang bertentangan dengan akidah, syari’ah, dan akhlak mulia, seperti syirik, kultus,
maksiat dll.
k) Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan berkewajiban melakukan pembinaan
dan pengawasan kepada anggota yang direkrutnya tersebut.

l) Tidak melakukan money game

Dalam Islam money game adalah maysir / perjudian : Alqur’an menyatakan banyak manfaatnya tetapi
dosanya lebih besar dari manfaatnya.

Anda mungkin juga menyukai