Jaidil Kamal
Program Studi Ekonomi Syariah, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia
e-mail: jaidilkamal22247@gmail.com
ABSTRAK. Tulisan ini menguraikan tentang permasalahan dalam bisnis MLM dan bagaimana
tinjauan syariahnya, seperti: bagaimana pengertian Multi Level Marketing itu sendiri, bagaimana
MLM dalam perspektif Islam seperti: bagaimana kehalalan produknya, bagaimana keabsahan
akadnya, sesuaikah imbalan dengan kerjanya, bagaimana etika bisnis MLM, bagaimana Kaidah
Hukumnya dan bagaimana pula memodifikasinya agar sesuai dengan syariat Islam. Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang identik dengan metode riset yang
sifatnya deskriptif, menggunakan analisis, mengacu pada data, memanfaatkan teori yang ada
sebagai bahan pendukung, serta menghasilkan suatu teori. Penelitian kualitatif ini merujuk pada
data yang bersifat normatif yang sangat erat hubungannya dengan data-data kepustakaan, maka
jenis penelitian ini adalah penelitian mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari
kepustakaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti kemudian menelaah dan
memanfaatkan sumber tersebut untuk memperoleh data penelitian dengan tujuan untuk
membentuk analisa terhadap objek yang diteliti. Praktek MLM yang hanya mempermainkan uang,
yaitu perusahaan mengambil uang anggota, dan up line diberi komisi atau bonus diambil dari uang
pendapatan anggota (down line) hukumnya haram. MLM yang memperjualbelikan barang/produk
yang haram hukumnya haram. MLM yang menggunakan sistem yang mengandung unsur haram
hukumnya haram. Dengan demikian Multi Level Marketing tidak bertentangan dengan hukum
perikatan Islam sepanjang memenuhi rukun dan syarat-syarat perikatan menurut Hukum Islam
serta tidak mengandung unsur riba, gharar dan jahalah. Khusus mengenai MLM syariah diperlukan
kajian lebih mendalam dan sertifikasi halal dari lembaga DSN-MUI.
ABSTRACT. This paper describes the problems in the MLM business and how the sharia review is, such as:
what is the meaning of Multi Level Marketing itself, how is MLM in an Islamic perspective such as: how is the
product halal, how is the validity of the contract, is the reward in accordance with the work, what is the MLM
business ethics, what are the Rules The law and how to modify it to suit Islamic law. This research method uses a
qualitative research method which is synonymous with descriptive research methods, uses analysis, refers to data,
utilizes existing theory as supporting material, and produces a theory. This qualitative research refers to normative
data which is very closely related to library data, so this type of research is research that collects as much information
as possible from the literature related to the problem under study and then examines and utilizes these sources. to
obtain research data with the aim of forming an analysis of the object under study. The practice of MLM that only
plays with money, in which the company takes the members' money, and the up line is given a commission or bonus
taken from the members' income (down line) is illegal. MLM that trades goods/products that are unlawful is
unlawful. MLM that uses a system that contains illegitimate elements is illegitimate. Thus Multi Level Marketing
does not conflict with Islamic engagement law as long as it fulfills the pillars and conditions of engagement according
to Islamic law and does not contain elements of usury, gharar and jahalah. Specifically regarding sharia MLM, a
more in-depth study and halal certification from the DSN-MUI institution is needed.
susah apalagi yang haram. Salah satu sistem yang bersifat normatif yang sangat erat
bisnis modern yang dimaksud adalah Sistem hubungannya dengan data-data kepustakaan,
Pemasaran Berjenjang (Multi Level maka jenis penelitian ini adalah penelitian
Marketing-MLM). mengumpulkan informasi sebanyak-
Sistem MLM pada awalnya ditemukan banyaknya dari kepustakaan yang
Di Amerika Serikat oleh dua orang profesor berhubungan dengan masalah yang diteliti
pemasaran dari Universitas Chicago sekitar kemudian menelaah dan memanfaatkan
tahun 1940-an. MLM mulai diterapkan sumber tersebut untuk memperoleh data
dibawah pengawasan mereka dimulai dengan penelitian dengan tujuan untuk membentuk
menjual produk vitamin dan suplement atau analisa terhadap objek yang diteliti
makanan tambahan. kepustakaan (library research).
MLM baru mendapat pengakuan
hukum atau pengesahan secara hukum pada HASIL DAN PEMBAHASAN
tahun 1953 di A.S di negara bagian Pengertian Multi Level Marketing
California. Selanjutnya di sekitar tahun 1980- Secara Etimologi Multi Level
an Sistem bisnis MLM menyebar hampir ke marketing (MLM) berasal dari bahasa
selluruh dunia. Di Indonesia sistem bisnis Inggris, Multi berarti banyak sedangkan
MLM menjamur 1986. APLI (Data Asosiasi Level berarti jenjang atau tingkat. Adapun
Penjual Langsung Indonesia), marketing
Memperkirakan bahwa pada tahun 2001 berarti pemasaran. Jadi dari kata
orang yang terlibat dalam jaringan sistem ini tersebut dapat difahami bahwa MLM adalah
tidak kurang dari empat juta dengan kata lain pemasaran yang berjenjang banyak (Andreas
distributor yang aktif dalam usaha produk Harefa, 1999).
dan jasa MLM. Perusahaan yang tergabung Disebut sebagai multi level karena
dalam APLI sekitar 30 buah, dengan merupakan suatu organisasi distributor yang
berbagai produk yang ditawarkan, mulai dari melaksanakan penjualan yang berjenjang
obat-obatan, tas, sepatu, kosmetik, banyak atau bertingkat-tingkat. MLM ini bisa
perlengkapan mobil, hingga koin emas. juga disebut sebagai network marketing.
(Internet, diunduh: October 26, 2011, Disebut demikian karena anggota
10:50:39 AM). kelompok tersebut semakin banyak sehingga
Tulisan ini akan menguraikan tentang membentuk sebuah jaringan kerja (network)
permasalahan dalam bisnis MLM dan yang merupakan suatu sistem pemasaran
bagaimana tinjauan syariahnya, seperti: dengan menggunakan jaringan kerja berupa
bagaimana pengertian Multi Level Marketing sekumpulan banyak orang yang kerjanya
itu sendiri, bagaimana MLM dalam melakukan pemasaran.
perspektif Islam seperti: bagaimana Kadang-kadang ada juga yang
kehalalan produknya, bagaimana keabsahan menyebut MLM sebagai bisnis penjualan
akadnya, sesuaikah imbalan dengan kerjanya, langsung atau direct selling. Pendapat ini
bagaimana etika bisnis MLM, bagaimana didasari pelaksanaan penjualan MLM yang
Kaidah Hukumnya dan bagaimana pula memang dilakukan secara langsung oleh
memodifikasinya agar sesuai dengan syariat wiraniaga kepada konsumen. Tidak melalui
Islam. perantara lagi atau melalui toko swalayan,
kedai dan warung tetapi langsung kepada
METODE pembeli. Di Indonesia saat ini penjualan
Metode Penelitian ini menggunakan langsung atau direct selling baik yang single
metode penelitian kualitatif yang identik level maupun multi level bergabung dalam
dengan metode riset yang sifatnya deskriptif, suatu asosiasi yaitu Asosiasi Penjualan
menggunakan analisis, mengacu pada data, Langsung Indonesia (APLI). Organisasi ini
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan merupakan anggota KADIN, bagian dari
pendukung, serta menghasilkan suatu teori. world Federation Direct selling Association
Penelitian kualitatif ini merujuk pada data (WFDSA) (Gemala Dewi, 2020).
Ada perbedaan dan persamaan antara Dari Jabir bin Abdulah r.a bahwa ia
Direct selling dan MLM mulai dari mendengar Rasulullah saw. telah bersabda
penggunaan bahasa sampai ke substansi waktu Futuh Mekah dan beliau berada di
sistemnya. Istilah direct selling memang Mekah,”Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
lebih dulu muncul dibanding MLM. Istilah mengharamkan jual beli khamer, bangkai,
ini merujuk pada aktifitas penjualan barang- babi, dan patung-patung sembahan.’
barang atau produk langsung kepada Ditanyakan kepada beliau,’Wahai
konsumen, dimana aktifitas penjualan Rasulullah,’Apa yang anda lihat lemak-lemak
tersebut dilakukan oleh seorang penjual bangkai, karena itu hanya dipergunakan
langsung (direct seller) dengan disertai melamur perahu mewangikan kulit-kulit dan
kejelasan, presentasi dan demo produk. digunakan penerangan oleh orang-orang?’
Esensinya adalah adanya tenaga penjual Beliau menjawab,’Tidak, tetap dia itu haram’
independen yang menjualkan produk atau Dalam pada itu Rasulullah saw. bersabda
barang dari produsen tertentu kepada lagi, ‘Allah membinasakan Yahudi,
konsumen. sesungguhnya Allah telah mengharamkan
MLM dalam Perspektif Islam lemak-lemak (yang diharamkan), mereka
Kehalalan Produk mengolahnya kemudian menjualnya lalu
Biasanya produk yang dijual di memakan harganya. H.r. Sahih Al-Bukhari,
Indonesia dalam bentuk makanan atau IV : 1695 dan Sahih Muslim, III : 1207
minuman, harus diperiksa oleh Ditjen POM Akad Transaksi
Majelis Ulama Indonesia, apakah halal atau Akad yang dilakukan oleh pihak-pihak
tidak. Beberapa produk yang dipasarkan yang bertransaksi dalam MLM ini adalah
lewat MLM ini telah dinyatakan halal oleh akad ijarah. Artinya, pihak distributor dan
MUI. Hanya saja, yang harus diwaspadai pemilik barang, sama-sama berusaha untuk
adalah produk-produk impor yang tidak mendapatkan penghasilan. Perusahaan
diketahui apakah halal atau tidak. Oleh dengan kepemilikan dan menjual produk
karena itu harus ada kewaspadaan dalam yang riil berhak atas keuntungan, sedangkan
mengkonsumsi produk-produk impor distributor dengan kerjanya yang riil berhak
tersebut. Sepanjang produk yang ditawarkan mendapatkan fee berupa bonus atau lainnya.
oleh MLM halal, maka dari sisi produk, tidak Di sinipun jangan ada unsur gharar atau
ada hambatan secara syariah. Berikut unsur-unsur yang disembunyikan. Hal ini
dalilnya: disebabkan, semua ketentuan tentang
ُاَّللُ َعْن ُه َما أَنهه اَّللِ َر ِض َي ه َع ْن َجابِ ِر بْ ِن َعْب ِد ه pembagian hasil atau pemberian kompensasi
dilakukan dengan transparan. Sehingga dari
ول َع َام ُ اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم يَ ُق
صلهى ه ِول ه َ ََِس َع َر ُس sisi akadnya pun tidak ada hambatan secara
َ اَّلل syariah. Berikut dalilnya:
اَّللَ َوَر ُسولَهُ َحهرَم بَْي َع ا ْْلَ ْم ِرالْ َفْت ِح َوُه َو ِِبَ هكةَ إِ هن ه اَّللُ َعلَْي ِه
صلهى ه ِول ه
َ اَّلل ُ ال ََّنَى َر ُس َ ََع ْن أَِِب ُهَريْ َرةَ ق
ِاَّلل
ول ه َ يل ََي َر ُس ِ ِ اْلِْن ِزي ِر و ْاْل ِ ِ ْ ََو َسلهم َع ْن بَْي َعت
ْي ِِف بَْي َعة
َ َصنَام فَق ْ َ ْ َوالْ َمْي تَة َو Dari Abu Huraerah r.a, ia
َ
الس ُف ُنُّ وم الْ َمْي تَ ِة فَإِ هَّنَا يُطْلَى ِِبَا َ ت ُش ُح َ ْأ ََرأَي berkata,”Rasulullah saw. melarang dua
transaksi dalam satu transaksi.” H.r. Sahih
َال ال َ هاس فَ َق ِ ِ َوي ْدهن ِِبا ا ْْللُود ويست
ُ صب ُح ِبَا الن ْ ْ ََ ُ ُ َ ُ َ َُ Ibnu Hiban, XI : 347. Sunan At-Tirmidzi,
III : 533
اَّللُ َعلَْي ِه
صلهى ه ِول ه
َ اَّلل ُ ال َر ُس َ َُه َو َحَر ٌام ُثُه ق اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم َم ْن
صلهى ه َ هِبُّ ِال الن َ ََع ْن أَِِب ُهَريْ َرةَ ق
َ َال ق
ِ
ود إِ هن ه
اَّللَ لَ هما َ اَّللُ الْيَ ُه
ك قَاتَ َل ه َ َو َسله َم عِْن َد ذَل ِ ْي ِِف بَْي َعة فَلَهُ أ َْوَكس ُه َما أ َْو
الرََب ُ
ِ ْ َع بَْي َعت
َ ََب
ُوم َها ََجَلُوهُ ُثُه ََبعُوهُ فَأَ َكلُوا ََثَنَه
َ َحهرَم ُش ُح
Dari Abu Huraerah r.a, ia
berkata,”Nabi saw. telah bersabda,” Siapa
yang jual beli dua transaksi dalam satu
transaksi, baginya harga yang kurang atau masyruthi bainahum” (Suatu hal yang lazim
termasuk riba.” Sunan Abu Daud, III : 374. dimaklumi antar pelaku bisnis seperti
َع ْن َع ْم ُرو بْ ِن ُش َعْيب َح هدثَِِن أَِِب َع ْن أَبِ ِيه َح هَّت ذَ َكَر hukumnya telah disyaratkan
mereka). Kendati demikian kelazimannya,
antar
diperjual belikan. Kesesuaian antara imbalan sudah dikenalnya. Meskipun secara syariah
dengan hasil kerja menjadi ukuran yang sulit tidak ada larangan mau dijual kepada siapa
untuk diukur. Tetapi hal ini dapat didekati saja, tetapi pada prakteknya, banyak pihak
dengan tidak adanya protes atau komplain yang diajak untuk membeli produk tersebut
terhadap pengusaha MLM. Di Perusahaan melakukannya dengan terpaksa dengan
konvensional, biasanya jika membeli barang alasan tidak enak hati jika menolak.
semakin banyak, maka harga per unitnya Jika tidak berhasil sendirian, maka
semakin murah. Tetapi dengan MLM, pemasar datang dengan istrinya. Artinya,
harganya sudah tetap (fixed). Jika semakin pemasar berusaha membujuk orang yang
banyak yang laku terjual, maka selisih sudah dikenalnya untuk masuk ke jaringan
kemurahan harga perunit dengan harga fix MLM ini dengan segala cara. Cara menjual
pada jumlah yang besar, diberikan kepada yang sering dilakukan adalah dengan
distributor melalui apa yang disebut bonus. mengangkat prestise orang. Orang tersebut
Hal yang menarik dari sisi imbalan ini membeli barang, bukan lagi rasional, tetapi
adalah Filosofinya. Jika down line (pihak yang sudah merupakan kegiatan yang tidak
direkrut) seseorang berhasil, maka upline rasional. Harganya jelas lebih mahal dari
(Pihak yang merekrutnya) mendapatkan harga pasar, tetapi karena orang tersebut
manfaat atas keberhasilan orang yang didatangi, kemudian diangkat prestisenya,
direkrutnya itu. Hal ini tidak ubahnya seperti maka orang tersebut akhirnya jadi membeli.
orang yang mengajarkan ilmu kepada murid- Harga barang dengan cara menjual seperti
muridnya, dan ilmu itu diamalkan, Maka inilah yang disebut dengan Harga Prestise.
meskipun sang guru telah meninggal dunia, (tidak menyalahi juga jika ada “Tarodin” dari
tetapi pahalanya tetap mengalir akibat ilmu kedua pelaku).
yang diamalkannya itu. Artinya, Upline Di dalam menjalankan bisnis dengan
tersebut tetap mendapatkan imbalan atas sistem MLM perlu mewaspadai dampak
usahanya merekrut downline tersebut. Bagi negatif psikologis yang mungkin timbul
downline sendiri, terbuka peluang usaha untuk sehingga membahayakan
lebih sukses dari upline-nya. kepribadian. Bahaya itu antara lain: obsesi
Secara sederhana, Suatu Imbalan yang berlebihan untuk mencapai target
dikatakan sesuai dengan prinsip syariah, penjualan tertentu karena terpacu oleh
jika imbalan itu diberikan berdasarkan kerja. sistem ini; suasana tidak kondusif yang
Semakin besar imbalan, menunjukkan bahwa kadang mengarah pada pola hidup hedonis
pekerjaannya pun semakin besar. Inilah yang sekuler ketika mengadakan acara rapat dan
terjadi di bisnis MLM. Semakin kerja keras pertemuan bisnis; melalaikan tugas dan
seseorang, maka semakin besar kompensasi keluar dari pekerjaan tetap karena terobsesi
yang diperolehnya. Dari sisi kompensasi akan mendapat harta yang banyak dalam
inipun tidak ada hambatan secara syariah. waktu singkat. Selain itu, sistem ini
Etika Bisnis cenderung memperlakukan member atau
Ditinjau dari aspek etika, MLM yang orang lain berdasarkan prospektifitas dan
merupakan bisnis yang fenomenal di abad 20 target-target penjualan kuantitatif
akhir-akhir ini, dapat dikatakan kurang etis material yang mereka capai. Pada akhirnya
secara normatif. Banyak kenyataannya hal itu dapat mengkondisikan seseorang
bahwa sistem MLM ini diikuti karena berjiwa tidak puas, materialis dan melupakan
paksaan, bukan karena kesadaran sendiri. tujuan asasinya untuk dekat kepada Allah di
Karena diajak oleh teman akrab, misalnya, dunia dengan ibadah agar selamat di akhirat.
maka sungkan jika menolak. Sehingga ikut Ada fenomena baru dalam pemasaran
bisnis MLM pun karena terpaksa. yang menyebutkan bahwa seseorang
Para pemasar dalam MLM ini biasanya mendapatkan hadiah. Ketika hadiah tersebut
menjual ke saudaranya dahulu (adik, kakak, diambil, maka yang muncul adalah tawaran
kerabat dekat maupun kerabat jauh), lalu untuk membeli barang tertentu. Ini juga
temannya, muridnya dan orang-orang yang merupakan unsur paksaan, karena tidak
penjualan barang atau jasa melalui jaringan yang dilakukan oleh anggota yang telah
pemasaran yang dilakukan oleh perorangan terdaftar sebelumnya.
atau badan usaha kepada sejumlah Mitra usaha/stockist adalah
perorangan atau badan usaha lainnya secara pengecer/retailer yang menjual/memasarkan
berturut-turut; 2) Barang adalah setiap benda produk-produk penjualan langsung.
berwujud, baik bergerak maupun tidak
bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak KESIMPULAN
dapat dihabiskan, yang dapat dimiliki, Setelah dipaparkan dengan panjang
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau lebar pada bagian diatas, maka dapat diambil
dimanfaatkan oleh konsumen; 3) Produk kesimpulan bahwa: praktek MLM yang
jasa adalah setiap layanan yang berbentuk hanya mempermainkan uang, yaitu
pekerjaan atau pelayanan untuk perusahaan mengambil uang anggota, dan
dimanfaatkan oleh konsumen; 4) Perusahaan up line diberi komisi atau bonus diambil dari
adalah badan usaha yang berbentuk badan uang pendapatan anggota (down line)
hukum yang melakukan kegiatan usaha hukumnya haram. MLM yang
perdagangan barang dan atau produk jasa memperjualbelikan barang/produk yang
dengan sistem penjualan langsung yang haram hukumnya haram. MLM yang
terdaftar menurut peraturan perundang- menggunakan sistem yang mengandung
undangan yang berlaku; 5) Konsumen unsur haram hukumnya haram. Dengan
adalah pihak pemakai barang dan atau jasa, demikian, Multi Level Marketing tidak
dan tidak untuk diperdagangkan; 6) Komisi bertentangan dengan hukum perikatan Islam
adalah imbalan yang diberikan oleh sepanjang memenuhi rukun dan syarat-syarat
perusahaan kepada mitra usaha atas perikatan menurut Hukum Islam serta tidak
penjualan yang besaran maupun bentuknya mengandung unsur riba, gharar dan jahalah.
diperhitungkan berdasarkan prestasi kerja Khusus mengenai MLM syariah diperlukan
nyata, yang terkait langsung dengan volume kajian lebih mendalam dan sertifikasi halal
atau nilai hasil penjualan barang dan atau dari lembaga DSN-MUI.
produk jasa; 7) Bonus adalah tambahan
imbalan yang diberikan oleh perusahaan REFERENSI
kepada mitra usaha atas penjualan, karena Az-Zuhaili, W., Permadi, B., Hayyie Al-
berhasil melampaui target penjualan barang Kattani, A. (2011). Fiqih Islam wa
dan atau produk jasa yang ditetapkan Adillatuhu / Wahbah Az-Zuhaili;
perusahaan; 8) Ighra’ adalah daya tari luar Penerjemah, Abdul Hayyie al- Kattani,
biasa yang menyebabkan orang lalai terhadap dkk; penyunting, Budi Permadi.
kewajibannya demi melakukan hal-hal atau Jakarta: Gema Insani.
transaksi dalam rangka mempereroleh bonus Bisnis Dengan Sistem MLM dalam
atau komisi yang dijanjikan; 9) Money Game http://www.dakwatuna.com/2006-
adalah kegiatan penghimpunan dana artikel ekonomi syariah.
masyarakat atau penggandaan uang dengan DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
praktik memberikan komisi dan bonus dari Nasional MUI, DSN MUI-Bank
hasil perek-rutan/pendaftaran Mitra Usaha Indonesia, Cet I, Desember 2010
yang baru/bergabung kemudian dan bukan Gemala Dewi, S. H. (2018). Hukum Perikatan
dari hasil penjualan produk, atau dari hasil Islam di Indonesia. Prenada Media.
penjualan produk namun produk yang dijual Harefa, A. (1999). 10 kiat sukses distributor
tersebut hanya sebagai kamuflase atau tidak MLM: belajar dari Amway, CNI dan
mempunyai mutu/kualitas yang dapat Herbalife. Jakarta: Gramedia Pustaka
dipertanggung jawabkan; 10) Excessive mark- Utama.
up adalah batas marjin laba yang ber-lebihan Harefa, A. (1999). Multi Level
yang dikaitkan dengan hal-hal lain di luar Marketing. Jakarta: PT Gramedia
biaya; dan 11) Member get member adalah Pustaka Utama.
strategi perekrutan keang-gotaan baru PLB
http://www.dakwatuna.com/2009/hukum-
bisnis-mlm-dan-money-game-bagian-
kedua/
http://www.google.com/search=Hukum+
Multi+Level+Marketing+Dalam+Isla
m+%3F+cahaya+diatas+cahaya.htm
&spell=1&biw=1366&bih=578#q=H
ukum+Multi+Level+Marketing+Dala
m+Islam (diunduh: October 26,
2011, 10:50:39 AM).
http://www.salingsapa.com/index.php?p=b
logs/viewstory/203214 (diunduh:
October 26, 2011, 10:59:43 AM).
Pemasaran Berjenjang dalam
http://www.apli.com-sumber
wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas.
Sabiq, S. (2017). Fiqih Sunnah Jilid 1. Jakarta:
Republika Penerbit.