Anda di halaman 1dari 13

Makalah ini Ditujukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Seminar Pemasaran

Dosen Pengampu:

Al-Ustadz Mohammad Zaenal Abidin M.Pd

RESUME JURNAL DAN SKRIPSI

Makalah Ini Disusun Oleh:

Talitha Shabrina 3920184281273

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

MANINGAN NGAWI JAWA TIMUR

2020-2021
Nama Jurnal : Jurnal Cakrawala: Jurnal Studi Islam

Judul Jurnal : Sistem Pemasaran Multi Level Marketing (MLM)


Ditinjau dalam Hukum Ekonomi Syariah

Penulis : 1) Mufti Afif

2) Richa Angkita Mulyawisdawati

Volume : Vol.13, No.2, 2018, pp.134-148

Reviewer : Talitha Shabrina

Tanggal : Jum’at, 4 Desember 2020

Latar Belakang :

Bisnis dinilai sebagai suatu usaha guna meraih keuntungan baik bersifat
materi maupun non-materi. Sebuah bisnis tidak dapat dipungkiri akan terbebas
dari kerugian dan kegagalan. Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalisir
resiko yang tidak diinginkan dengan menerapkan sistem manajemen bisnis yang
tepat. Pertimbangan alur bisnis mulai dari produksi, pemasaran, distribusi,
operasional serta keuangan perlu dikembangan selain untuk mencapai usaha yang
berkelanjutan. Sebuah gagasan mengenai sistem pemasaran yang mulai mnejamur
di Indonesia yaitu Multi Level Marketing (MLM) menjadi topik hangat di
kalangan ulama. Dengan janji dan iming-iming yang menggiurkan beserta
keuntungan melimpah dalam waktu singkat mempengaruhi minat masyarakat
untuk bergabung dalam bisnis tersebut. Dalam pratiknya, sistem MLM diduga
menggabungkan dua akad pada sebuah transaksi jual beli. Bahkan tidak jarang
bisnis MLM menerapkan sistem bonus dengan persyaratan tambahan yang tidak
tertulis pada kesepakatan awal bisnis.

Tujuan Penelitian :

Mengritisi kembali praktik bisnis bersistem Multi Level Marketing (MLM)


Syari’ah yang telah ramai dijalankan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya,
supaya lebih jelas dan tidak ada keraguan.
Metodologi :

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian pustaa dan lapangan


dengan metode pendekatan metode kualitatif yang bersifat deskriptif (teori dan
praktik). Adapun objekpenelitian kajian ini adalah sistem pemasaran perusahaan
MLM di Indonesia. Teknik pengumpulan data melalui sumber-sumber tertulis
yang berupa beberapa artikel ilmiyah, buku-buku dan pendapat ulama, teori serta
dalil yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Pembahasan :

Multi Level Marketing (MLM) atau biasa diebut sebagai pemasaran


berjangka memiliki jenis dan bentuk yang beragam. Terdapat 3 jenis sistem MLM
menurut Boni (2007) Pertama, berdasarkan produk yang dijual terdapat dua
bentuk yaitu bisnis berdasarkan produk dan non-produk. Pada MLM jenis ini
umumnya disebut dengan istilah piramida ponzi atau money game. Kedua,
berdasarkan susunan jaringan terdapat dua bentuk yaitu “Multilevel Matahari atau
Multilevel Murni” yang membatasi bangunan dan susunan jaringannya serta
“multilevel non-matahari” yang membatasi bangunan dan susunan jaringannya.
Umumnya terdapat dua sampai empat jaringan. Ketiga, berdasarkan sistem
pembonusan terdapat tiga bentuk yaitu berdasarkan penjualan produk baik
personal sales maupun group sales, berdasarkan perkembangan jaringan dan
penggabungan antara perkembangan jaringan dengan penjualan produk.

MLM dipromosikan sebagai bisnis dengan sistem dan pola yang mampu
menawarkan keuntungan lebih baik darii sitem bisnis yang lain. Dengan biaya
investasi yang retaif rendang serta keuntungan tidak terbatas manjadikan bisnis
MLM semakin dimintai di kalangan masyarakat. Hanya dengan mencari mitra
penjualan atau biasa disebut sebagai downline. Hampir mayoritas masyarakat
yang bergabung dalam bisnis MLM berujung pada raibnya dana tersebut. Persepsi
bahwa seseoranga kan menjadi kaya tanpa hasil usaha kerasnya sendiri karena
kekayaan itu berasal dari usaha seseorang yang tida dikenal yaitu downline.

Meskipun enggan dinyatakan sebagai bisnis yang berorientasi pada


moneygame namun pada hakikatnya pada saat melakukan rekrutmen downline
disitulah terjadi kegiatan money game. Produk yang dijual dalam bisnis MLM
umumnya memiliki tawaran harga yang cuup tingi dengan biaya penyertaan
modal (bagi downline baru) serta biaya keuntungan estafet (bonus). Bisnis MLM
sering menyataan bahwa sistem tersebut adalah bagian dari gerakan spiritual
bisnis. Pasalnya selalu mengangka slogan “komunitas” dan “kekeluargaan”.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kehalalan bisnis MLM diantaranya yaitu:


Pertama, hybrid contract (bay’aini fi bai’atin). MLM memiliki dua fungsi dalam
praktik bisnisnya yaitu sebagai pembeli produk dan makelar. Selain membeli
produk, para pelaku bisnis MLM harus merekrut anggota baru untuk memperoleh
keuntungan serta bonus. Dalam sebuah hadits Ibn Hibban dalam karyanya
Shahih Ibn Hibban yang artinya: “Tidaklah dihalalan dua kesepakatan (akad)
dalam satu kesepakatan (akad). Kedua, Praktik ghabn fahisy (penipuan harga yang
keji), yaitu dengan menaikkan harga jual berkali lipat dari harga pasar. Ketiga,
unsur gharar (ketidakjelasan atau spekulatif). Pada hakikatnya, makelar
diperbolehkan dalam Islam yaitu mitra kerja mendapat kompensasi atas promosi
dan penjualan produk. Namun, dalam bisnis MLM makelar lebih condong kepada
melakukan promosi komisi. Dengan mempromosikan komisi kepada pelaku bisnis
MLM dan downline yang belum tentu akan menghasilkan keuntungan mutlak di
masa mendatang merupakan salah satu unsur gharar dalam MLM.

Kesimpulan :

Meskipun sistem Multi Level Marketing (MLM) memiliki keunggulan


seperti meminimalisir biaya, namun MLM justru memiliki dampak negatif yang
lebih banyak dibandingkan dengan manfaatnya. Beberapa diantara dampak MLM
yang juga melanggar hukum Islam adalah transaksi gharar, terjerat riba fadl
(masi’ah), money game dan lain sebagainya. Keinginan untuk memperoleh harta
dengan cara yang mudah dan singkat, orang akan cenderung menghalalkan segala
cara guna mencapai tujuannya. Salah satunya dengan menerapkan sistem Multi
Level Marketing.
Kelebihan & Kekurangan :

Kelebihan

Pembahasan mengenai isu yang disinggung sangat jelas dan mudah


dipahami. Dengan penyertaan dalil disertai dengan contoh penerapan yang aktual
menguatkan teori dan argumen yang ada.

Kekurangan

Dalam penulisan abstrak, penulis belum mencantumkan tujuan, manfaat


serta metode yang dilakukan dalam melakukan penelitian.
Nama Jurnal : Jurnal Al-Tijarah

Judul Jurnal : Analisis Penetapan Harga untuk Pengingkatan


Jumlah Penjualan Produk (Studi Kasus Sate Hadori
Bandung)

Penulis : Merita Bernik

Volume : Vol.5, No.1, 2019, pp.1-14

Reviewer : Talitha Shabrina

Tanggal : Jum’at, 4 Desember 2020

Latar Belakang :

Sebuah usaha harus mempertimbangkan pangsa pasar seperti apakah


kriteria produ yang dibutuhkan atau diinginkan oleh konsumen. Untuk
menghindari terjadinya resiko kerugian dalam menjalankan sebuah usaha, perlu
dilakukan analisis pasar. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi,
kebutuhan hidup, pesaing bisnis dan perubahan pola hidup masyarakat menjadi
tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha untuk menciptakan strategi kreatif dan
inovatif demi kelangsungan usaha. Bisnis kuliner menjadi salah satu usaha dengan
persaingan tinggi khususnya di wilayah Bandung sebagai Kota Pariwisata.
Diferensiasi perlu adanya dalam menjalankan bisnis kuliner agar dapat menarik
minat konsumen. Dengan keunikan, pelayanan, kulitas dan cita rasa yang khas
juga dapat menjadi nilai tambah produk sehingga dapat mempengaruhi faktor
penentu harga suatu produk. Penetapan harga yang sesuai dengan kebutuhan
bahkan dengan nilai produk yang baik tidak hanya akan menarik minat prmbelian
konsumen tetapi juga dapat meningkatkan penjualan dengan melakukan diferensi
produk.

Tujuan Penelitian :

Menganalisis penetapan harga yang dapat meningkatkan jumlah penjualan.


Hal tersebut bertujuan agar perusahaan dapat menentukan harga yang tepat dan
sesuai dengan einginan konsumen, sehingga akan meningkatkan penjualan.
Metodologi :

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan data


primer dan sekunder. Berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan pengolahan data
dengan memberikan gambaran mengenai strategi penetapan harga yang dilakukan
oleh Sate Hadori, pertimbangan yang dilakukan ketika menetapkan harga dan juga
dampaknya terhadap volume penjualan. Selain itu, dilakukan pengujian statistika
untuk melukan pengujian hipotesis yaitu dengan menggunakan uji (t) dikarenakan
Sate Hadori melaukan dua kali kenaikan harga yaitu pada tahun 2017 dan tahun
2018.

Pembahasan :

Menurut pendapat Saragih (2015) dalam melakukan penetapan harga harus


dilakukan pertimbangan mengenai permintaan pasar, jangan hanya terpaku kepada
biaya produksi.. Dimana harga dapat menentukan volume penjualan sebesar 94%
dan sisanya ditentukan oleh faktor lainnya. Penetapan harga pada Sate Hadori
dilakukan dengan menganalisis tujuan penetapan harga, menetapkan permintaan
pasar, perkiraan biaya, analisis biaya, harga dan tawaran pesaing, memilih metode
penetapan harga serta memilih harga akhir.

Penetapan harga dalam meningkatan jumlah penjualannya dengan


kenaikan harga rata-rata Rp 3.000, didukung oleh data penjualan bulan Januari
2018 sampai bulan Mei 2018 jumlah penjualan mengalami kenaikan dengan rata-
rata penjualan 6817,4. Analisis penetapan harga untuk meningkatkan penjualan
pada Sate Hadori diperoleh dari hasil penjualan pada tahun 2016 selama 5 bulan
(Agustus-Desember) terjadi kenaikan pada bulan September sebesar 5,95%,
penurunan pada bulan Oktober menjadi 4% dan 3,75% pada bulan November,
kemudian terjadi peningatan penjualan menjadi 5,25% pada bulan Desember.

Pada awal berdiri di tahun 2016, Sate Hadori belum melakukan perubahan harga
produk selama 5 bulan dengan harga tetap yang telah mencapai total jumlah
penjualan sebesar 21.473 porsi. Berdasarkan data penetapan harga tahun 2017 dan
data jumlah penjualan Sate Hadori perbulan dari Periode Januari hingga
Desember menunjukkan bahwa kenaikan harga pada produk Sate Hadori yang
berkisar 3,6% hingga 5% berpengaruh terhadap penjualan setiap bulan pada Sate
Hadori.

Kesimpulan :

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan bahwa terdapat perubahan


jumlah penjualan sebelum dan setelah dilakukan kenaikan harga pada tahun 2016
dibandingkan tahun 2017, begitu pula pada tahun 2017 dibandingkan dengan
tahun 2018. Dengan rata-rata umlah penjualan yang semakin meningkat setelah
dilakukannya kenaikan harga, hal ini menunjukkan bahwa dengan dilakukannya
kenaikan mharga tidak menyebabkan jumlah penjualan mengalami penurunan,
akan tetapi menyebabkan kenaikan pada jumlah penjualan.

Kelebihan dan Kekurangan :

Kelebihan

Mix method yang diteraokan dalam penelitian seperti ini jarang sekali
ditemui. Perpaduan data anatara metode kualitatif dan kuantitatif menjadi
keunikan tersendiri sehingga menghasilkan data yang akurat dari berbagai
sumber.

Kekurangan

Pada tinjauan pustaka terdapat dua poin penting yang diambil yang
pertama yaitu mengenai harga serta yang kedua mengenai harga dan penjualan.
Pada poin kedua mayoritas isinya lebih menjuru pada teori harga. Paada
umumnya, dalam tinjauan pustaka akan dijelaskan beberapa teori dari sumber-
sumber yang ada. Sedangkan, penjelasan mengenai volume penjualan bukan
merupakan sebuah gagasan dari seorang penulis.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana data yang diperoleh


berasal dari wawancara serta data-data penjualan dan banyaknya produk yang
diproduksi. Sedangkan, dalam pembahasannya penelitian ini juga melakukan
metode kuantitatif terhadap kenaikan penjualan. Dilihat dari karatketistiknya,
penelitian ini memiliki unsur kualitatif yaitu dengan melakukan wawancara serta
unsur uantitatif dengan uji (t) pada kenaikan penjualan Sate Hadori.

Skripsi : Univeristas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas


Syariah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Judul Skripsi : Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Dengan


Sistem Dropship Pada Marketplace Shopee Akun
Toko “Fariz Shop”

Penulis : Munika Azzuhro

Tahun : 2020

Reviewer : Talitha Shabrina

Latar Belakang :

Kajian mu’amalah merupakan salah satu hukum ekonomi syariah yang


merupakan kumpulan peraturan berkaitan dengan praktik ekonomi manusia yang
bersifat komersial dan tidak komersial didasarkan pada berbagai kumpulan hukum
Islam seperti jual beli, perdagangan dan perniagaan. Dalam konteks Fiqh
Mu’amalah, akad wakalah merupakan perlimpahan kekuasaan dan pemberian
mandat kepada orang yang sudah dipercaya oleh oarang yang mewakilkan dalam
batar waktu tertentu guna melakukan suatu tindakan atau pekerjaan sesuai dengan
kesepakatan yang dibenarkan oleh syariat Islam.

Wakalah merupakan akad tolong menolong atau dalam Islam disebut akad
tabarru’. Dalam kegiatan wakalah, banyak sekali pekerjaan yang dapat dilakukan,
contohnya mewakilkan seseorang untu melakukan kegiatan ekonomi jual beli. Di
zaman yang serba modern, kegiatan jual beli tidak hanya dilakukan secara manual
tetapi juga dilakukan dengan online. Bahkan sebuah toko juga dapat dibuat secara
online yaitu dengan bentuk onlineshop, website, marketplace maupun e-
commerce.
Akibat banyaknya marketplace yang berkembang, muncullah penjual
online yang berusaha mengambil peluang untuk mengambil keuntungan walaupun
tidak mempunyai produk secara fisik. Dropship muncul sebagai transaksi online
dimana pelaku dropship atau dropshiper berperan sebagai perantara anatara
supplier dengan konsumen akhir. Seorang dropshiper hanya melakukan kegiatan
jual beli melalui gambar visual produk dari beberapa supplier. Sistem dropship
dinilai menguntungkan karena dapat menghindari kelebihan biaya ongkos kirim
yang akan dibebankan kepada konsumen dengan domisili yang berbeda. Salah
satunya adalah yang diterapkan oleh toko “fariz_shop” yang berdomisili di Kota
Surabaya selaku dropshiper pada marketplace shopee. Pelaku dropship tidak perlu
mengkhawatirkan biaya ongkos kirim serta stok produk karena akan dikoordinir
oleh supplier sendiri.

Tujuan Penelitian : 1) Mengetahui praktik jual beli dengan sistem


dropship pada marketplace Shopee akun toko
”fariz_shop”

2) Mengetahui analisis hukum Islam terhadap


praktik jual bei dengan sistem dropship pada
marketplace Shopee akun toko “fariz_shop”

Metodologi :

Metode penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif dengan


metode deskriptif. Penelitian ini menggunkaan pendekatan kualitatif bertujuan
untuk menggali dan membangun suatu proporsi serta menjelaskan makna dibalik
peristiwa yang berlangsung di lapangan (field research). Dalam pengumpulan
data yang ada, metode yang digunakan adalah field research dengan observasi dan
sejumlah wawancara dengan pihak-pihak terkait serta pengumpulan dokumentasi.
Data dibangun dan dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif,
yani tentang pratik jual beli dengan sistem dropship pada marketplace Shopee
akun toko “fariz_shop”.

Pembahasan :
Jual beli merupakan tukar menukar uang dengan barang, uang dengan
uang, atau barang dengan barang yang sifatnya terus menerus dengan tujuan yang
tidak lain untuk mencari keuntungan. Jual beli juga sebagai sarana untuk tolong
menolong anatara sesama umat manusia. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa
kegiatan jual beli merupakan salah satu mata pencaharian yang palinh baik dan
merupakan salah satu dari pintu-pintu surga. Adapun rukun jual beli diantaranya
adalah orang penjual dan pembeli, ijab qabul, barang yang dibeli serta alat tukar.

Dalam jual beli online, hal yang diutamakan salah satunya adalah
penjuala mengirim barang sesuai dengan pesanan. Dalam kegiatan dropship,
pelaku dropshiper tidak perlu melakukan pengemasan dan pengiriman barang,
karena akan ditanggung oleh supplier. Dalam praktiknya, dropshiper meminta
izin supplier untuk mengcopy dan memasarkan gambar produk yang ingin dijual
di lapak online dropshiper. Apabila terdapat pemesana oleh pihak konsumen,
maka seorang drophiper akan melakuan pemesanan produk kepada supplier dan
menjual harga produk kepada konsumen sesuai dengan harga yang ditetapan
dropshipper. Selanjutnya, supplier akan melakukan pengemasan dan pengiriman
produk dengan amalat pengirim dropshiper.

Mekanisme dropship akun toko “fariz_shop” pada marketplace Shopee


hampir sama dengan pembuatan akun pada marketplace Shopee. Hanya dengan
mengganti setting menjadi supplier atau droshiper, setelahnya kita diarahkan untu
mengisi beberapa ketentuan seperti supplier yang akan dipilih dengan cara survey
toko di marketplace Shopee, nama dan alamat toko, upload foto dan detail produk
di www.seller.shopee.co.id, mencantumkan alamat pengiriman dan pengembalian
barang serta jasa pengiriman yang digunakan. Ketika konsumen melakukan
pembelian, maka dropshiper akan memesankan produk kepada supplier dengan
menyertakan alamat penerima produk yaitu konsumen.

Dalam pandangan Islam, praktik sistem dropship dilarang berdasarkan


akad jual beli yang shahih karena barang yang dijual bukan milik dropshiper dan
barang yang dijual belum diketahui secara jelas. Sebagai seorang wakil dalam jual
beli, akad wakalah yang terjadi dalam sistematika dropship bersifat tabarru’ atau
lebih mengarah kepada tolong-menolong dengan menyertakan ujroh maupun
tidak. Ujroh yang diambil oleh “fariz_Shop” masih terbilang wajar yaitu sebesar
10% sampai 20%. Akan tetapi, dalam penerapan dropship di toko “fariz_shop”
seorang wakil menjual barang dengan mengatasnamakan dirinya dan mengakui
barang yang diwakilkan atas namanya sendiri. Hal tersebut dilarang karena
mengandung unsur penipuan, dimana alamat pengiriman dengan alamat
pengembalian produk pada dasarnya harus memiliki kesamaan. Sedangkan, akun
“fariz_shop” terletak di kota Surabaya dan alamat supplier terletak di Kota
Bogor. Tentunya biaya pengiriman yang seharusnya berasal dari Kota Surabaya
akan dikenai biaya karena produk yang tersedia terletak di kota yang berbeda
yaitu Bogor.

Adapun kekurangan yang timbul dari sistem dropship adalah konsumen


tidak dapat melakukan pengecekan produk secara langsung karena produk yang
dijual bukan milik dropshiper, sehingga cenderung barang yang dipesan tidak
sesuai dengan yang dipesan bahkan dibatalkan karena stok yang tidak tersedia
oleh supplier. Terkadang kerugian yang juga dialami oleh pihak dropship adalah
gagal melakukan proses pemasukan nomer resi JNE dengan kemungkinan bahwa
nomor resi tersebut telah digunakan dua kali dalam marketplace yang sama.

Kesimpulan :

Ditinjau dari hukum Islam, prkatik dropship merupakan suatu hal yang sah
dilakukan dalam transaksi jual beli apabila posisi dropshiper “fariz_Shop”
ditempatkan sebagai wakil dari supplier dan tidak sah apabila “fariz_shop”
diposisikan sebagai penjual. Mesipun sistem dropship telah diterapkan oleh
supplier, namun sebaiknya seorang dropshiper tetap menghubungi supplier karea
pada prinsipnya seorang agen harus mengidentifikasi pihak yang diwakili, baik
melalui nama, karakter begitu pula sebaliknya.

Kelebihan dan Kekurangan :

Kelebihan

1) Visualisasi dari peneliatian ini mudah dipahami dipengkapi dengan


gambar sistematika dropship pada marketplace Shopee.
Kekurangan

1) Dalam penulisan absrak kurang diteankan kepada hukum atau pandangan


Islam mengenai sistem dropship. Sedangkan, judul yang diambil
merupakan “Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Dengan Sistem
Dripship Pada Marketplace Shopee Akun Toko “fariz_shop”
2) Dalam penulisan latar belakang dijelaskan bahwa dropship dilakukan
untuk menghindari biaya ongkos kirim yang akan dibebankan kepada
pelanggan selaku pengguna Shopee yang berasal dari berbagai kota di
Indonesia. Padahal, meskipun letak toko dekat dengan lokasi konsumen
namun pada hakikatnya pengiriman akan terpusat pada kota asal supplier
berada. Bahkan, harga yang ditawarkan oleh dropshiper cenderung lebih
tinggi dibandingkan dengan pembelian langsung pada supplier meskipun
memiliki selisih yang tidak terlalu jauh.
3) Dalam penulisan rumusan masalah terdapat kesalahan ejaan da penulisan
pada kalimat “Maka dari itu banyak penjual online yang membuka banyak
cabang di toko online-nyadi berbagai kota.”
4) Dalam penulisan kesimpulan tidak dijelaskan mengenai hasil akhir
pembahasan mengenai hukum atau pandangan Islam mengenai
kekurangan sistem dropship serta alasan mengapa dropship bukan
termasuk jual beli yang shahih.

Anda mungkin juga menyukai