Anda di halaman 1dari 10

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

BISNIS MULTI LEVEL MARKETING (MLM)

Oleh : Ahmad Sahlan

ABSTRAK

Bisnis merupakan suatu kegiatan menjual barang atau jasa kepada konsumen
yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Setiap bisnis yang dilakukan
memberikan resiko yaitu kerugian dan keuntungan. Kerugian yang dialami dapat
terjadi pada aspek material atau non material. Namun, sebaliknya jika bisnis yang
dilakukan berhasil maka akan mendapatkan keuntungan bagi pemiliknya.
Pada dasarnya bisnis dan manajemen tidak dapat dipisahkan keduanya saling
berhubungan. Jika bisnis tanpa manajemen, maka bisnis yang dijalankan tidak akan
berjalan efektif dan efisien. Manajemen bisnis memiliki ruang lingkup beberapa hal
yaitu manajemen produksi (pengaturan ketersediaan bahan baku), manajemen
pemasaran (pengaturan sebuah proses marketing) manajemen distribusi (pengaturan
proses penyaluran) dan manajemen finansial atau manajemen keuangan (pengaturan
sirkulasi keuangan perusahaan)
MLM dipandang sebagai sistem bisnis yang merugikan anggotanya, meskipun
tidak semua MLM dapat merugikan tetapi justru menguntungkan para anggotanya.
MLM yang berbasis syariah yang dapat menguntungkan anggotanya. Namun pada
prakteknya, bisnis ini sering menimbulkan permasalahan bagi anggotanya
dikarenakan tidak faham mengenai MLM sehingga berujung kerugian.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Sejak masuk ke Indonesia pada sekitar tahun 80-an, jaringan jaringan bisnis
penjualan lansung (direct selling) MLM, terus marak dan subur menjamur dan
bertambah merebak lagi setelah adanya krisis moneter dan ekonomi. Pemain yang
terjun di dunia MLM yang memanfaatkan momentum dan situasi krisis untuk
menawarkan solusi bisnis pemain asing maupun lokal. Yang sering disebut
masyarakat misalnya CNI, Amway, Avon, Tupperware, Sunchorella, DXN, dan
Propolis Gold serta yang berlabel syariah atau Islam (meskipun saat ini pemerintah
menyiapkan system mekanisme, dan kriteria uuntuk penerbitan sertifikasi bisnis

Vol 04 No 01 Pebruari 2016 | 57


Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

syariah termasuk MLM, yaitu seperti Ahad Net, Kamyabi-Net, Persada Network, dan
lain-lain).
Praktik bisnis MLM banyak diminati banyak kalangan diantaranya mengingat
jumlah populasi penduduk Indonesia yang sangat besar mencapai 200 juta jiwa.
Bayangkan kalau rata-rata minimal belanja per bulan Rp. 10 ribu per jiwa, akan terjadi
transaksi dan perputaran uang sejumlah Rp. 2 trilyun per bulan.
Untuk lebih mengetahui pengertian dan hukum tentang MLM, penulis akan
melanjutkan pembahasan tersebut di bawah ini.
B. Perumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Bisnis Muli Level Marketing (MLM) dan ruang lingkup
Permasalahannya?

2. Bagaimana sistem Kerja MLM Menurut Syariah?

3. Apa Dampak Positif dan Negatif dari MLM?

PEMBAHASAN
A. Pengertian Bisnis Multi Level Marketing (MLM) dan Ruang Lingkupnya

Secara umum Multi Level Marketing adalah suatu metode bisnis alternatif
yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak
level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah Upline (tingkat atas) dan Downline
(tingkat bawah), orang akan disebut Upline jika mempunyai Downline. Inti dari bisnis
MLM ini digerakkan dengan jaringan ini, baik yang bersifat vertikal atas bawah
maupun horizontal kiri kanan ataupun gabungan antara keduanya.37
Ruang lingkup bisnis MLM ini apabila ditinjau dalam kajian fiqh kontemporer
memiliki dua aspek, yaitu produk barang atau jasa yang dijual dan cara ataupun sistem
penjualan (selling/marketing).
Perusahaan yang menjalankan bisnisnya dengan sistem MLM tidak hanya
menjalankan penjualan produk barang, tetapi juga produk jasa, yaitu jasa marketing
yang berlevel-level (bertingkat-tingkat) dengan imbalan berupa marketing fee, bonus,
dan sebagainya, dimana semua itu bergantung pada prestasi, penjualan, dan status
keanggotaan distributor. Jasa perantara penjualan ini (makelar) dalam terminology
fiqh disebut ― samsarah/simsar‖ ialah perantara perdagangan (orang yang menjualkan
barang mencari mencarikan pembeli) atau perantara antara penjual dan pembeli untuk
memudahkan jual beli).38
Pekerjaan samsarah/simsar berupa makelar, distributor, agen, dan sebagainya
dalam fiqh Islam adalah termasuk akad Ijarah, yaitu suatu transaksi yang

37
Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf, ―Sekilas Tentang MLM‖, dalam
http://aliph.wordpress.com/2007/02/21/multi-level-marketing (21 Februari 2007)
38
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah Vol. III, (Lebanon : Darul Fikri, 1981), 159.
58 | Vol 04 No 01 Pebruari 2016
Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

memanfaatkan jasa orang dengan memberinya suatu imbalan. Namun untuk sahnya
pekerjaan ini harus memenuhi beberapa syarat, antara lain :
1. Perjanjian di antara kedua belah pihak harus jelas.

2. Objek akad bias diketahui manfaatnya secara nyata dan dapat diserahkan, dan

3. Objek akad bukan hal-hal yang maksiat atau haram.

Dalam bisnis MLM, makelar atau perantara untuk menjalankan suatu usaha
sangat penting demi memperlancar keluarnya barang dan mendatangkan keuntungan
antara kedua belah pihak. Tidak ada salahnya kalau makelar itu mendapatkan upah
kontan berupa uang atau secara prosentase dari keuntungan atau apa aja yang mereka
sepakati bersama.Ibnu Sirrin berkata : apabila pedagang berkata kepada makelar,
―Jualkanlah barangku ini dengan harga sekian, sedang keuntungannya untuk kamu.‖
Atau ia berkata : ‗keuntungannya bagi dua.‘maka hal semacam itu dipandang tidak
berdosa. Sebab Rasulullah SAW juga pernah bersabdah, ―Orang Islam itu tergantung
pada syarat (perjanjian) mereka sendiri.‖ (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Hakim dan
lain-lain). 39
Pada zaman modern ini, pegertian makelar sudah lebih meluas lagi, sudah
bergeser kepada jasa pengacara, jasa konsultan, tidak lagi hanya sekedar
mempertemukan orang yang menjual dengan orang yang membeli saja, dan tidak
hanya menemukan barang yang dicari dan menjualkan barang saja.
Untuk menghindari jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
barang-barang yang ditawarkan harus jelas. Demikian juga imbalan jasanya harus
ditetapkan bersama lebih dahulu, apalagi nilainya dalam jumlah besar. Biasanya kalau
kalau nilainya besar, ditandatangani lebih dahulu perjanjian di hadapan notaris.40

B. Hukum Multi Level Marketing (MLM) dalam Islam.

Persoalan bisnis MLM yang ditanyakan mengenai hukum halal-haramnya


bergantung sejauh mana dalam praktiknya setelah dikaji dan dinilai apakah sesuai
syariah atau tidak. Karena menurut catatan APLI (Asosiasi penjual Langsung
Indonesia), saat ini terdapat sekitar 200-an perusahaan yang menggunakan sistem
MLM dan masing-masing memiliki karakteristik, spesifikasi, pola, system, dan model
tersendiri sehingga untuk menilai satu per satu perusahaan MLM sangat sulit sekali.
Semua bisnis yang menggunakan sistem MLM dalam literature syariah Islam
pada dasarnya termasuk kategori muamalah yang dibahas dalam bab al-Buyu‘ (jual
beli) yang hukum asalnya secara prinsip boleh berdasarkan aidah fiqh (al-ashlu fil
asya‘ al-ibahah hukum asal segala sesuatu termasuk muamalah adalah boleh selama
bisnis tersebut bebas dari unsur-unsur haram seperti riba‘ (system bunga), gharar
(tipuan), dharar (bahaya), dan jahalah (ketidakjelasan). Dzulm (merugikan hak orang
lain) disamping barang atau jasa yang dibisniskan adalah halal.

39
Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, (Bandung: Jabal, 2007), 265.
40
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah (Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga Keuangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), 132
Vol 04 No 01 Pebruari 2016 | 59
Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

AllahSWT. berfirman:
   
 
―Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
   
   
  
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
Allah telah menjelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 275 bahwasanya hukum
dari bisnis MLM yaitu diperbolehkan selama bisnis tersebut bebas dari unsur-unsur
riba, gharar, jahalah, dan sebagainya. Dan pada ayat 2 surat al-Maidah dijelaskan
bahwasanya bisnis MLM itu dperbolehkan apabila mengandung unsur tolong
menolong terhadap sesama manusia.
Tetapi ada juga beberapa bisnis yang memakai sistem MLM atau hanya
berkedok MLM yang masih meragukan (syubhat) ataupun yang sudah jelas ketahuan
tidak sehatnya bisnis tersebut baik dari segi kehalalan produknya, sistem marketing
fee, legalitas formal, pertanggungjawaban, tidak terbebasnya dari unsure-unsur hara
seperti riba (permainan bunga ataupun penggadaan uang), dzulm dan gharar
(merugikan nasabah dengan money game), maysir (perjudian) seperti kasus New Era
21, BMA, Solusi Centre, dan PT. BUS. Sebaiknya ditinggalkan mengingat Sabda
Rasulullah SAW.
― Janganlah kalian membuat bahaya pada diri sendiri dan orang lain.‖ (HR. Ibnu
Majah dan Daruqthni).
― sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas dan diantara keduanya
ada hal-hal yang syubhat dimana sebagian besar manusia tidak tahu. Barangsiapa
menjaga dari syubhat maka telah menjaga agama dan kehormatannya dan
barangsiapa yang jatuh pada syubhat berarti telah jatuh pada yang haram.‖ (HR.
Bukhari Muslim)41
C. Sistem Kerja Bisnis Multi Level Marketing (MLM)

Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara menjaring calon
nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan member (anggota) dari
perusahaan yang melakukan praktek MLM. Adapun secara terperinci bisnis MLM
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Mula-mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen untuk menjadi
member, dengan cara mengharuskan calon konsumen membeli paket produk
perusahaan dengan harga tertentu. Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut,
pihak pembeli diberi satu formulir keanggotaan (member) dari perusahaan.

41
Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf , ―Sekilas Tentang MLM‖, dalam
http://aliph.wordpress.com/2007/02/21/multi-level-marketing (21 Februari 2007)

60 | Vol 04 No 01 Pebruari 2016


Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

Sesudah menjadi member maka tugas berikutnya adalah mencari member-


member baru dengan cara seperti diatas, yakni membeli produk perusahaan dan
mengisi folmulir keanggotaan. Para member baru juga bertugas mencari calon
member-member baru lagi dengan cara seperti diatas yakni membeli produk
perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan.
Jika member mampu menjaring member-member yang banyak, maka ia akan
mendapat bonus dari perusahaan. Semakin banyak member yang dapat dijaring, maka
semakin banyak pula bonus yang didapatkan karena perusahaan merasa diuntungkan
oleh banyaknya member yang sekaligus menjadi konsumen paket produk perusahaan.
Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi konsumen paket
produk perusahaan, maka member yang berada pada level pertama, kedua dan
seterusnya akan selalu mendapatkan bonus secara estafet dari perusahaan, karena
perusahaan merasa diuntungkan dengan adanya member-member baru tersebut.
Diantara perusahaan MLM, ada yang melakukan kegiatan menjaring dana
masyarakat untuk menanamkan modal di perusahaan tersebut, dengan janji akan
memberikan keuntungan sebesar hampir 100% dalam setiap bulannya.
Ada beberapa perusahaan MLM lainnya yang mana seseorang bisa menjadi
membernya tidak harus dengan menjual produk perusahaan, namun cukup dengan
mendaftarkan diri dengan membayar uang pendaftaran, selanjutnya dia bertugas
mencari anggota lainnya dengan cara yang sama, semakin banyak anggota maka akan
semakin banyak bonus yang diperoleh dari perusahaan tersebut.
Kesimpulannya, memang ada sedikit perbedaan pada sistem setiap perusahaan
MLM, namun semuanya berinti pada mencari anggota lainnya, semakin banyak
anggotanya semakin banyak bonus yang diperolehnya.42

D. Dampak Positif dan Negatif Bisnis Multi Level Marketing (MLM)

Dampak Positif MLM yaitu, antara lain : 1) menguntungkan pengusaha dengan


adanya penghematan biaya (minimizing cost) dalam iklan, promosi, dan lainnya). 2)
menguntungkan para distributor sebagai simsar
(makelar/broker/mitrakerja/agen/distributor) yang ingin bekerja secara mandiri dan
bebas.
Dampak negatif MLM menurut Dewan Syariah Partai Keadilan melalui fatwa
No.02/K/DS-P/VI/11419, di antaranya : obsesi yang berlebihan untuk mencapai target
penjualan tertentu karena terpacu oleh sistem ini, suasana tidak kondusif yang kadang
mengarah pada pola hidup hedonis ketika mengadakan acara rapat dan pertemuan
bisnis, banyak yang keluar dari tugas dan pekerjaan tetapnya karena terobsesi akan
mendapat harta yang banyak dalam waktu singkat. System ini akan memperlakukan
seseorang (mitranya) berdasarkan target-target penjualan kuantitatif material yang
mereka capai yang pada akhirnya dapat mengindikasikan seseorang yang berjiwa

42
Ibid

Vol 04 No 01 Pebruari 2016 | 61


Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

materialis dan melupakan tujuan asasinya untuk dekat kepada Allah di dunia dan
akhirat.43
E. Hal-hal yang Berkenaan Tentang Bisnis Multi Level Marketing (MLM)

Sebagai catatan akhir dalam rangka pertimbangan memasuki bisnis MLM


sekaligus sebagai filter teknis agar tidak terjebak kepada pola MLM konvensional
yang tidak menerapkan sistem syariah sebagian kadang melakukan praktik eksploitatif
yang tidak adil.
Hal itu berpotensi menimbulkan fenomena penyesatan intelektual kalau tidak
dikatakan sebagai kebohongan dalam kampanye dan propaganda MLM konvensional
sebagaimana 10 catatan yang ditulis oleh Robert L. Fitzpatrick dan Joyce K. Reynolds
dalam bukunya False Profits: Seeking Financial and Spiritual Deliverance in Multi-
Level Marketing and Pyramid Schemes, Herald Press Charlotte) sebagai berikut:44

1. MLM dikenalkan sebagai bisnis yang menawarkan kesempatan yang lebih baik
untuk mendapatkan banyak uang dibandingkan dengan bisnis lain maupun
pekerjaan lain. Perlu diketahui bahwa hampir semua orang yang menanamkan
uang di MLM berakhir dengan hilangnya uang. Kurang dari 1% distributor MLM
mendapatkan laba dan mereka yang mendapatkan pendapatan seumur hidup dalam
bisnis ini persentasenya jauh lebih kecil lagi. Tipe struktur bisnis MLM hanya
dapat menopang sejumlah kecil pemenang. Jika seseorang memerlukan downline
sejumlah 1000 orang agar dia memperoleh pendapatan seumur hidup, maka 1000
orang downline tadi akan memerlukan sejuta orang untuk bisa memperoleh
kesempatan yang sama. Jadi, Banyak hal yang tampak sebagai pertumbuhan pada
kenyataannya adalah pengorbanan distributor baru secara terus-menerus. Uang
yang masuk ke kantong elite pemenang berasal dari pendaftaran para pecundang.
Dengan tidak adanya batasan jumlah distributor di suatu daerah dan tidak ada
evaluasi tentang potensi pasar, sistem ini dari dalamnya sudah tidak stabil.

2. Jaringan (network) marketing (pemasaran mengandalkan jaringan) dikenalkan


sebagai cara baru yang paling populer dan efektif untuk membawa produk ke
pasar. Konsumen menyukai membeli produk dengan cara door-to-door. Perlu
diperhatikan jika anda mengikuti aktivitas andalan MLM berupa penjualan
keanggotaan secara terus-menerus dan mengamati hukum dasarnya, yakni
penjualan eceran satu-satu ke konsumen, anda akan menemukan sistem penjualan
yang tidak produktif dan tidak praktis. Penjualan secara langsung satu-satu ke
teman atau saudara menuntut seseorang untuk mengubah kebiasaan belanjanya
secara drastis. Dengan demikian, seseorang mendapatkan pilihan terbatas yang
kerap kali membayar lebih mahal untuk sebuah produk.

43
Setiawan Budi Utomo, FIQIH AKTUAL-Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, (Jakarta:Gema Insani Press,
2003), 103-104.
44
Dalam http://www.dakwatuna.com/2009/hukum-bisnis-mlm-dan-money-game-bagian-kedua

(April 16, 2009)


62 | Vol 04 No 01 Pebruari 2016
Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

3. Pendukung MLM senantiasa menekankan bahwa anda dapat menjadi kaya, jika
bukan karena usaha keras anda sendiri maka kekayaan itu berasal dari seseorang
yang tidak anda kenal yang mungkin akan bergabung dengan downline anda.

4. MLM dinilai sebagai gaya hidup baru yang menawarkan kebahagiaan dan
kepuasan. MLM merupakan cara untuk mendapatkan segala kebaikan dalam
hidup. Perlu diperhatikan lagi bahwa daya tarik paling menyolok dari industri
MLM sebagaimana yang disampaikan lewat iklan dan presentasi penarikan
anggota baru adalah ciri materialismenya. Perlu diperhatikan lagi bahwa daya tarik
paling menyolok dari industri MLM sebagaimana yang disampaikan lewat iklan
dan presentasi penarikan anggota baru adalah ciri materialismenya. Perusahaan-
perusahaan besar Fortune 100 akan tumbang sebagai akibat dari janji-janji
kekayaan dan kemewahan yang disodorkan oleh penjaja MLM. Janji-janji ini
disajikan sebagai tiket menuju kepuasan diri. Pesona MLM yang berlebihan
mengenai kekayaan dan kemewahan bertentangan dengan aspirasi sebagian besar
manusia berkaitan dengan karya yang bernilai dan memberikan kepuasan untuk
sesuatu yang menjadi bakat dan minatnya.

5. MLM sering mendeklarasikan dirinya sebagai adalah gerakan spiritual dalam


bisnis. Perlu mendapatkan pencerahan lebih lanjut bahwa peminjaman konsep
spiritual (kerohanian) maupun emosional seperti kesadaran akan kemakmuran dan
visualisasi kreatif untuk mengiklankan keanggotaan MLM, penggunaan kata-kata
seperti ―komunitas‖ dan ―kekeluargaan‖ untuk menggambarkan kelompok
penjualan, dan klaim bahwa MLM merupakan pelaksanaan prinsip-prinsip agama
adalah penyesatan besar dari ajaran-ajaran rohani sekalipun, terkadang menurut
penulis buku False Profits : Seeking Financial and Spiritual Deliverance in Multi-
Level Marketing and Pyramid Schemes, Herald Press Charlotte dikaitkan dengan
kristiani dan injil.

6. Dalam MLM itu diklaim mudah dan semua teman dan saudara harus dijadikan
prospek. Mereka yang mencintai dan mendukung anda akan menjadi konsumen
anda seumur hidup.

7. Anda dimotivasi untuk dapat melakukan MLM di waktu luang sesuai kontrol anda
sendiri karena sebagai sebuah bisnis, MLM menawarkan fleksibilitas dan
kebebasan mengatur waktu. Beberapa jam seminggu dapat menghasilkan
tambahan pendapatan yang besar dan dapat berkembang menjadi sangat besar
sehingga kita tidak perlu lagi bekerja yang lain.

8. MLM dianggap bisnis baru yang positif dan suportif mendukung yang
memperkuat jiwa manusia dan kebebasan pribadi. MLM memeberi pendekatan
bahwasanya profesi perdagangan, dan usaha konvensional terus-menerus
dikecilkan artinya dan diremehkan karena tidak menjanjikan ―penghasilan tak
terbatas‖. Dan menjadi karyawan adalah sama dengan perbudakan bagi mereka
yang ―kalah‖. MLM dinyatakan sebagai tumpuan terbaik terakhir bagi banyak
orang.

Vol 04 No 01 Pebruari 2016 | 63


Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

9. Beberapa perusahaan MLM melarang anggotanya memiliki keanggotaan MLM


lain. Hampir semua kontrak MLM memungkinkan dilakukannya pemutusan
keanggotaan dengan gampang dan cepat. Selain dari putus kontrak, downline
dapat diambil alih dengan berbagai alasan. Keikutsertaan dalam MLM menuntut
orang untuk meniru model yang ada secara ketat, bukannya kemandirian dan
individualitas. Distributor MLM bukanlah pengusaha (enterpreneur), namun hanya
pengikut pada sebuah sistem hirarki yang rumit di mana mereka hanya punya
sedikit kendali.

10. MLM sering menolak dianggap sebagai program piramid karena adanya produk
(barang) yang dijual dan bukan money game.

F. Alternatif Menentukan Pilihan Terhadap Bisnis MLM yang Sesuai Syariah

The Islamic Food and Nutrition of Amerika (IFANCA) telah mengeluarkan


edaran tentang produk MLM halal dan dibenarkan oleh agama yang disetujui secara
langsung oleh M. Munir Chaudry, Ph. D, selaku Presiden IFANCA. Dalam edarannya,
IFANCA mengingatkan umat Islam untuk meneliti dahulu kehalalan suatu bisnis
MLM sebelum bergabung ataupun menggunakannnya yaitu dengan mengkaji aspek
sebagai berikut :
1. Marketing Plan-nya, apakah ada unsur skema piramida atau tidak. Kalau ada unsur
piramida yaitu distributor yang lebih duluan masuk selalu diuntungkan dengan
mengurangi hak distributor belakangan sehingga merugikan downline di
bawahnya, maka hukumnya haram.

2. Apakah perusahaan MLM, memiliki track record positif dan baik ataukah tiba-tba
muncul dan misterius, apalagi yang banyak kontroversinya.

3. Apakah produknya mengandung zat-zat haram ataukah tidak dan apakah


produknya memiliki jaminan untuk dikembalikan atau tidak.

4. Apabila perusahaan menekankan aspek targeting penghimpunan dana dan


menganggap bahwa produk tidak penting ataupun hanya sebagai kedok atau
kamuflase, apalagi uang pendaftarannya cukup besar nilainya, maka patut
dicurigai sebagai arisan berantai (money game) yang menyerupai judi.

5. Apakah perusahaan MLM menjanjikan kaya mendadak tanpa bekerja ataukah


tidak demikian.

Selain kkriteria penilaian di atas perlu diperhatikan pula hal-hal sebagai berikut :

1. Transparansi penjualan dan pembagian bonus serta komisi penjualan, disamping


pembukuan yang menyangkut perpajakan dan perkembangan networking atau
jaringan dan level, melalui laporan otomatis secara periodic.

64 | Vol 04 No 01 Pebruari 2016


Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

2. Meyakinkan kehalalan produk yang menjadi obyek transaksi riil (underlying


transaction) dan tidak mendorong kepada kehidupan boros, hedonis, dan
membahayakan eksistensi produk muslim maupun local.

3. Tidak ada excessive mark up (ghubn fakhisy) atas harga produk yang
dijualbelikan di atas covering biaya promosi dan marketing konvensional.

4. Tidak adanya eksploitasi pada jenjang mana pun antar distribrutor ataupun antara
produsen dan distribrutor, terutama dalam pembagian bonus yang merupakan
cerminan hasil usaha masing-masing anggota.45

Dengan demikian, seluruh masyarakat masyarakat, khususnya stakeholders, para


praktisi bisnis ini, para prospek dan pemerhati yang telah menyimak presentasi sistem
MLM perlu secara obyektif, mandiri, dan proaktif mempelajari batasan-batasan umum
syariah sebagai panduan dan dasar penilaian kesesuaian ataupun pelanggaran syariah
demi memastikan kehalalan masing-masing perusahaan MLM sebagaimana dijelaskan
tadi.

PENUTUP
Kesimpulan

Secara umum Multi Level Marketing adalah suatu metode bisnis alternatif
yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak
level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah Upline (tingkat atas) dan Downline
(tingkat bawah), orang akan disebut Upline jika mempunyai Downline.
Salah satu ruang lingkup permasalahan dari bisnis MLM yaitu pendukung
MLM senantiasa menekankan bahwa anda dapat menjadi kaya karena dimotivasi
untuk dapat melakukan MLM di waktu luang sesuai kontrol anda sendiri karena
sebagai sebuah bisnis, MLM menawarkan fleksibilitas dan kebebasan mengatur
waktu. Beberapa jam seminggu dapat menghasilkan tambahan pendapatan yang besar
dan dapat berkembang menjadi sangat besar sehingga kita tidak perlu lagi bekerja
yang lain.
Sistem kerja MLM yang sesuai syariah menurut al-Quran dan al-hadits yaitu
terhindar dari unsur-unsur haram seperti riba‘, gharar, dharar, dan jahalah. Dzulm,
walaupun barang atau jasa yang dibisniskan adalah halal. Dan tidak diperbolehkan
memakai sistem MLM atau hanya berkedok MLM yang masih meragukan ataupun
yang sudah jelas ketahuan tidak sehatnya bisnis tersebut baik dari segi kehalalan
produknya, sistem marketing fee, legalitas formal, maupun pertanggungjawabannya.
Dampak Positif MLM adalah menguntungkan pengusaha dengan adanya penghematan
biaya (minimizing cost) dalam iklan, promosi, dan lainnya) dan menguntungkan para
distributor sebagai simsa (makelar/broker/mitrakerja/agen/distributor) yang ingin
bekerja secara mandiri dan bebas.

45
Setiawan Budi Utomo, FIQIH AKTUAL-Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, 104-105.
Vol 04 No 01 Pebruari 2016 | 65
Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

Sedangkan dampak negatif MLM adalah obsesi yang berlebihan untuk


mencapai target penjualan tertentu karena terpacu oleh sistem MLM. Sistem ini akan
memperlakukan seseorang (mitranya) berdasarkan target-target penjualan kuantitatif
material yang mereka capai yang pada akhirnya dapat mengindikasikan seseorang
yang berjiwa materialis dan melupakan tujuan asasinya untuk dekat kepada Allah di
dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah-Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga Keuangan, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2003.
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah Vol. III, Lebanon : Darul Fikri, 1981.
Setiawan Budi Utomo, FIQIH AKTUAL-Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer,
Jakarta:Gema Insani Press, 2003.
Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, Bandung: Jabal, 2007.
Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf, ―Sekilas Tentang MLM‖, dalam
http://aliph.wordpress.com/2007/02/21/multi-level-marketing (21 Februari 2007)
http://www.dakwatuna.com/2009/hukum-bisnis-mlm-dan-money-game-bagian-kedua
(April 16, 2009)

66 | Vol 04 No 01 Pebruari 2016

Anda mungkin juga menyukai