ABSTRAK
Bisnis merupakan suatu kegiatan menjual barang atau jasa kepada konsumen
yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Setiap bisnis yang dilakukan
memberikan resiko yaitu kerugian dan keuntungan. Kerugian yang dialami dapat
terjadi pada aspek material atau non material. Namun, sebaliknya jika bisnis yang
dilakukan berhasil maka akan mendapatkan keuntungan bagi pemiliknya.
Pada dasarnya bisnis dan manajemen tidak dapat dipisahkan keduanya saling
berhubungan. Jika bisnis tanpa manajemen, maka bisnis yang dijalankan tidak akan
berjalan efektif dan efisien. Manajemen bisnis memiliki ruang lingkup beberapa hal
yaitu manajemen produksi (pengaturan ketersediaan bahan baku), manajemen
pemasaran (pengaturan sebuah proses marketing) manajemen distribusi (pengaturan
proses penyaluran) dan manajemen finansial atau manajemen keuangan (pengaturan
sirkulasi keuangan perusahaan)
MLM dipandang sebagai sistem bisnis yang merugikan anggotanya, meskipun
tidak semua MLM dapat merugikan tetapi justru menguntungkan para anggotanya.
MLM yang berbasis syariah yang dapat menguntungkan anggotanya. Namun pada
prakteknya, bisnis ini sering menimbulkan permasalahan bagi anggotanya
dikarenakan tidak faham mengenai MLM sehingga berujung kerugian.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak masuk ke Indonesia pada sekitar tahun 80-an, jaringan jaringan bisnis
penjualan lansung (direct selling) MLM, terus marak dan subur menjamur dan
bertambah merebak lagi setelah adanya krisis moneter dan ekonomi. Pemain yang
terjun di dunia MLM yang memanfaatkan momentum dan situasi krisis untuk
menawarkan solusi bisnis pemain asing maupun lokal. Yang sering disebut
masyarakat misalnya CNI, Amway, Avon, Tupperware, Sunchorella, DXN, dan
Propolis Gold serta yang berlabel syariah atau Islam (meskipun saat ini pemerintah
menyiapkan system mekanisme, dan kriteria uuntuk penerbitan sertifikasi bisnis
syariah termasuk MLM, yaitu seperti Ahad Net, Kamyabi-Net, Persada Network, dan
lain-lain).
Praktik bisnis MLM banyak diminati banyak kalangan diantaranya mengingat
jumlah populasi penduduk Indonesia yang sangat besar mencapai 200 juta jiwa.
Bayangkan kalau rata-rata minimal belanja per bulan Rp. 10 ribu per jiwa, akan terjadi
transaksi dan perputaran uang sejumlah Rp. 2 trilyun per bulan.
Untuk lebih mengetahui pengertian dan hukum tentang MLM, penulis akan
melanjutkan pembahasan tersebut di bawah ini.
B. Perumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Bisnis Muli Level Marketing (MLM) dan ruang lingkup
Permasalahannya?
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bisnis Multi Level Marketing (MLM) dan Ruang Lingkupnya
Secara umum Multi Level Marketing adalah suatu metode bisnis alternatif
yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak
level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah Upline (tingkat atas) dan Downline
(tingkat bawah), orang akan disebut Upline jika mempunyai Downline. Inti dari bisnis
MLM ini digerakkan dengan jaringan ini, baik yang bersifat vertikal atas bawah
maupun horizontal kiri kanan ataupun gabungan antara keduanya.37
Ruang lingkup bisnis MLM ini apabila ditinjau dalam kajian fiqh kontemporer
memiliki dua aspek, yaitu produk barang atau jasa yang dijual dan cara ataupun sistem
penjualan (selling/marketing).
Perusahaan yang menjalankan bisnisnya dengan sistem MLM tidak hanya
menjalankan penjualan produk barang, tetapi juga produk jasa, yaitu jasa marketing
yang berlevel-level (bertingkat-tingkat) dengan imbalan berupa marketing fee, bonus,
dan sebagainya, dimana semua itu bergantung pada prestasi, penjualan, dan status
keanggotaan distributor. Jasa perantara penjualan ini (makelar) dalam terminology
fiqh disebut ― samsarah/simsar‖ ialah perantara perdagangan (orang yang menjualkan
barang mencari mencarikan pembeli) atau perantara antara penjual dan pembeli untuk
memudahkan jual beli).38
Pekerjaan samsarah/simsar berupa makelar, distributor, agen, dan sebagainya
dalam fiqh Islam adalah termasuk akad Ijarah, yaitu suatu transaksi yang
37
Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf, ―Sekilas Tentang MLM‖, dalam
http://aliph.wordpress.com/2007/02/21/multi-level-marketing (21 Februari 2007)
38
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah Vol. III, (Lebanon : Darul Fikri, 1981), 159.
58 | Vol 04 No 01 Pebruari 2016
Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah
memanfaatkan jasa orang dengan memberinya suatu imbalan. Namun untuk sahnya
pekerjaan ini harus memenuhi beberapa syarat, antara lain :
1. Perjanjian di antara kedua belah pihak harus jelas.
2. Objek akad bias diketahui manfaatnya secara nyata dan dapat diserahkan, dan
Dalam bisnis MLM, makelar atau perantara untuk menjalankan suatu usaha
sangat penting demi memperlancar keluarnya barang dan mendatangkan keuntungan
antara kedua belah pihak. Tidak ada salahnya kalau makelar itu mendapatkan upah
kontan berupa uang atau secara prosentase dari keuntungan atau apa aja yang mereka
sepakati bersama.Ibnu Sirrin berkata : apabila pedagang berkata kepada makelar,
―Jualkanlah barangku ini dengan harga sekian, sedang keuntungannya untuk kamu.‖
Atau ia berkata : ‗keuntungannya bagi dua.‘maka hal semacam itu dipandang tidak
berdosa. Sebab Rasulullah SAW juga pernah bersabdah, ―Orang Islam itu tergantung
pada syarat (perjanjian) mereka sendiri.‖ (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Hakim dan
lain-lain). 39
Pada zaman modern ini, pegertian makelar sudah lebih meluas lagi, sudah
bergeser kepada jasa pengacara, jasa konsultan, tidak lagi hanya sekedar
mempertemukan orang yang menjual dengan orang yang membeli saja, dan tidak
hanya menemukan barang yang dicari dan menjualkan barang saja.
Untuk menghindari jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
barang-barang yang ditawarkan harus jelas. Demikian juga imbalan jasanya harus
ditetapkan bersama lebih dahulu, apalagi nilainya dalam jumlah besar. Biasanya kalau
kalau nilainya besar, ditandatangani lebih dahulu perjanjian di hadapan notaris.40
39
Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, (Bandung: Jabal, 2007), 265.
40
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah (Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga Keuangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), 132
Vol 04 No 01 Pebruari 2016 | 59
Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah
AllahSWT. berfirman:
―Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
Allah telah menjelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 275 bahwasanya hukum
dari bisnis MLM yaitu diperbolehkan selama bisnis tersebut bebas dari unsur-unsur
riba, gharar, jahalah, dan sebagainya. Dan pada ayat 2 surat al-Maidah dijelaskan
bahwasanya bisnis MLM itu dperbolehkan apabila mengandung unsur tolong
menolong terhadap sesama manusia.
Tetapi ada juga beberapa bisnis yang memakai sistem MLM atau hanya
berkedok MLM yang masih meragukan (syubhat) ataupun yang sudah jelas ketahuan
tidak sehatnya bisnis tersebut baik dari segi kehalalan produknya, sistem marketing
fee, legalitas formal, pertanggungjawaban, tidak terbebasnya dari unsure-unsur hara
seperti riba (permainan bunga ataupun penggadaan uang), dzulm dan gharar
(merugikan nasabah dengan money game), maysir (perjudian) seperti kasus New Era
21, BMA, Solusi Centre, dan PT. BUS. Sebaiknya ditinggalkan mengingat Sabda
Rasulullah SAW.
― Janganlah kalian membuat bahaya pada diri sendiri dan orang lain.‖ (HR. Ibnu
Majah dan Daruqthni).
― sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas dan diantara keduanya
ada hal-hal yang syubhat dimana sebagian besar manusia tidak tahu. Barangsiapa
menjaga dari syubhat maka telah menjaga agama dan kehormatannya dan
barangsiapa yang jatuh pada syubhat berarti telah jatuh pada yang haram.‖ (HR.
Bukhari Muslim)41
C. Sistem Kerja Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara menjaring calon
nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan member (anggota) dari
perusahaan yang melakukan praktek MLM. Adapun secara terperinci bisnis MLM
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Mula-mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen untuk menjadi
member, dengan cara mengharuskan calon konsumen membeli paket produk
perusahaan dengan harga tertentu. Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut,
pihak pembeli diberi satu formulir keanggotaan (member) dari perusahaan.
41
Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf , ―Sekilas Tentang MLM‖, dalam
http://aliph.wordpress.com/2007/02/21/multi-level-marketing (21 Februari 2007)
42
Ibid
materialis dan melupakan tujuan asasinya untuk dekat kepada Allah di dunia dan
akhirat.43
E. Hal-hal yang Berkenaan Tentang Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
1. MLM dikenalkan sebagai bisnis yang menawarkan kesempatan yang lebih baik
untuk mendapatkan banyak uang dibandingkan dengan bisnis lain maupun
pekerjaan lain. Perlu diketahui bahwa hampir semua orang yang menanamkan
uang di MLM berakhir dengan hilangnya uang. Kurang dari 1% distributor MLM
mendapatkan laba dan mereka yang mendapatkan pendapatan seumur hidup dalam
bisnis ini persentasenya jauh lebih kecil lagi. Tipe struktur bisnis MLM hanya
dapat menopang sejumlah kecil pemenang. Jika seseorang memerlukan downline
sejumlah 1000 orang agar dia memperoleh pendapatan seumur hidup, maka 1000
orang downline tadi akan memerlukan sejuta orang untuk bisa memperoleh
kesempatan yang sama. Jadi, Banyak hal yang tampak sebagai pertumbuhan pada
kenyataannya adalah pengorbanan distributor baru secara terus-menerus. Uang
yang masuk ke kantong elite pemenang berasal dari pendaftaran para pecundang.
Dengan tidak adanya batasan jumlah distributor di suatu daerah dan tidak ada
evaluasi tentang potensi pasar, sistem ini dari dalamnya sudah tidak stabil.
43
Setiawan Budi Utomo, FIQIH AKTUAL-Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, (Jakarta:Gema Insani Press,
2003), 103-104.
44
Dalam http://www.dakwatuna.com/2009/hukum-bisnis-mlm-dan-money-game-bagian-kedua
3. Pendukung MLM senantiasa menekankan bahwa anda dapat menjadi kaya, jika
bukan karena usaha keras anda sendiri maka kekayaan itu berasal dari seseorang
yang tidak anda kenal yang mungkin akan bergabung dengan downline anda.
4. MLM dinilai sebagai gaya hidup baru yang menawarkan kebahagiaan dan
kepuasan. MLM merupakan cara untuk mendapatkan segala kebaikan dalam
hidup. Perlu diperhatikan lagi bahwa daya tarik paling menyolok dari industri
MLM sebagaimana yang disampaikan lewat iklan dan presentasi penarikan
anggota baru adalah ciri materialismenya. Perlu diperhatikan lagi bahwa daya tarik
paling menyolok dari industri MLM sebagaimana yang disampaikan lewat iklan
dan presentasi penarikan anggota baru adalah ciri materialismenya. Perusahaan-
perusahaan besar Fortune 100 akan tumbang sebagai akibat dari janji-janji
kekayaan dan kemewahan yang disodorkan oleh penjaja MLM. Janji-janji ini
disajikan sebagai tiket menuju kepuasan diri. Pesona MLM yang berlebihan
mengenai kekayaan dan kemewahan bertentangan dengan aspirasi sebagian besar
manusia berkaitan dengan karya yang bernilai dan memberikan kepuasan untuk
sesuatu yang menjadi bakat dan minatnya.
6. Dalam MLM itu diklaim mudah dan semua teman dan saudara harus dijadikan
prospek. Mereka yang mencintai dan mendukung anda akan menjadi konsumen
anda seumur hidup.
7. Anda dimotivasi untuk dapat melakukan MLM di waktu luang sesuai kontrol anda
sendiri karena sebagai sebuah bisnis, MLM menawarkan fleksibilitas dan
kebebasan mengatur waktu. Beberapa jam seminggu dapat menghasilkan
tambahan pendapatan yang besar dan dapat berkembang menjadi sangat besar
sehingga kita tidak perlu lagi bekerja yang lain.
8. MLM dianggap bisnis baru yang positif dan suportif mendukung yang
memperkuat jiwa manusia dan kebebasan pribadi. MLM memeberi pendekatan
bahwasanya profesi perdagangan, dan usaha konvensional terus-menerus
dikecilkan artinya dan diremehkan karena tidak menjanjikan ―penghasilan tak
terbatas‖. Dan menjadi karyawan adalah sama dengan perbudakan bagi mereka
yang ―kalah‖. MLM dinyatakan sebagai tumpuan terbaik terakhir bagi banyak
orang.
10. MLM sering menolak dianggap sebagai program piramid karena adanya produk
(barang) yang dijual dan bukan money game.
2. Apakah perusahaan MLM, memiliki track record positif dan baik ataukah tiba-tba
muncul dan misterius, apalagi yang banyak kontroversinya.
Selain kkriteria penilaian di atas perlu diperhatikan pula hal-hal sebagai berikut :
3. Tidak ada excessive mark up (ghubn fakhisy) atas harga produk yang
dijualbelikan di atas covering biaya promosi dan marketing konvensional.
4. Tidak adanya eksploitasi pada jenjang mana pun antar distribrutor ataupun antara
produsen dan distribrutor, terutama dalam pembagian bonus yang merupakan
cerminan hasil usaha masing-masing anggota.45
PENUTUP
Kesimpulan
Secara umum Multi Level Marketing adalah suatu metode bisnis alternatif
yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak
level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah Upline (tingkat atas) dan Downline
(tingkat bawah), orang akan disebut Upline jika mempunyai Downline.
Salah satu ruang lingkup permasalahan dari bisnis MLM yaitu pendukung
MLM senantiasa menekankan bahwa anda dapat menjadi kaya karena dimotivasi
untuk dapat melakukan MLM di waktu luang sesuai kontrol anda sendiri karena
sebagai sebuah bisnis, MLM menawarkan fleksibilitas dan kebebasan mengatur
waktu. Beberapa jam seminggu dapat menghasilkan tambahan pendapatan yang besar
dan dapat berkembang menjadi sangat besar sehingga kita tidak perlu lagi bekerja
yang lain.
Sistem kerja MLM yang sesuai syariah menurut al-Quran dan al-hadits yaitu
terhindar dari unsur-unsur haram seperti riba‘, gharar, dharar, dan jahalah. Dzulm,
walaupun barang atau jasa yang dibisniskan adalah halal. Dan tidak diperbolehkan
memakai sistem MLM atau hanya berkedok MLM yang masih meragukan ataupun
yang sudah jelas ketahuan tidak sehatnya bisnis tersebut baik dari segi kehalalan
produknya, sistem marketing fee, legalitas formal, maupun pertanggungjawabannya.
Dampak Positif MLM adalah menguntungkan pengusaha dengan adanya penghematan
biaya (minimizing cost) dalam iklan, promosi, dan lainnya) dan menguntungkan para
distributor sebagai simsa (makelar/broker/mitrakerja/agen/distributor) yang ingin
bekerja secara mandiri dan bebas.
45
Setiawan Budi Utomo, FIQIH AKTUAL-Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, 104-105.
Vol 04 No 01 Pebruari 2016 | 65
Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah
DAFTAR PUSTAKA
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah-Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga Keuangan, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2003.
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah Vol. III, Lebanon : Darul Fikri, 1981.
Setiawan Budi Utomo, FIQIH AKTUAL-Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer,
Jakarta:Gema Insani Press, 2003.
Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, Bandung: Jabal, 2007.
Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf, ―Sekilas Tentang MLM‖, dalam
http://aliph.wordpress.com/2007/02/21/multi-level-marketing (21 Februari 2007)
http://www.dakwatuna.com/2009/hukum-bisnis-mlm-dan-money-game-bagian-kedua
(April 16, 2009)