Anda di halaman 1dari 12

Silahkan download e-book ini di halaman download pada situs

www.tinyurl.com/syariah
HUKUM BISNIS MULTI LEVEL MARKETING [MLM]

Oleh: Asy-Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilali hafizahullah Ta’ala

Banyak pertanyaan seputar bisnis yang banyak diminati oleh khalayak ramai. Yang secara
umum gambarannya adalah mengikuti program piramida dalam system pemasaran,
dengan setiap anggota harus mencari anggota-anggota baru dan demikian terus
selanjutnya. Setiap anggota membayar uang pada perusahaan dengan jumlah tertentu
dengan iming-iming dapat bonus, semakin banyak anggota dan semakin banyak
memasarkan produknya maka akan semakin banyak bonus yang dijanjikan.

Sebenarnya kebanyakan anggota Multi Level Marketing [MLM] ikut bergabung dengan
perusahaan tersebut adalah karena adanya iming-iming bonus tersebut dengan harapan
agar cepat kaya dengan waktu yang sesingkat mungkin dan bukan karena dia
membutuhkan produknya. Bisnis model ini adalah perjudian murni, karena beberapa
sebab berikut ini, yaitu :

[1]. Sebenarnya anggota Multi Level Marketing [MLM] ini tidak menginginkan
produknya, akan tetapi tujuan utama mereka adalah penghasilan dan kekayaan yang
banyak lagi cepat yan akan diperoleh setiap anggota hanya dengan membayar sedikit
uang.

[2]. Harga produk yang dibeli sebenarnya tidak sampai 30% dari uang yang dibayarkan
pada perusahaan Multi Level Marketing [MLM].

[3]. Bahwa produk ini biasa dipindahkan oleh semua orang dengan biaya yang sangat
ringan, dengan cara mengakses dari situs perusahaan Multi Level Marketing [MLM] ini
di jaringan internet.
[4]. Bahwa perusahaan meminta para anggotanya untuk memperbaharui keanggotaannya
setiap tahun dengan diiming-imingi berbagai program baru yang akan diberikan kepada
mereka.

[5]. Tujuan perusahaan adalah membangun jaringan personil secara estafet dan
berkesinambungan. Yang mana ini akan menguntungkan anggota yang berada pada level
atas (Up Line) sedangkan level bawah (Down Line) selalu memberikan nilai point pada
yang berada di level atas mereka.

Berdasarkan ini semua, maka system bisnis semacam ini tidak diragukan lagi
keharamannya, karena beberapa sebab yaitu :

[1]. Ini adalah penipuan dan manipulasi terhadap anggota

[2]. Produk Multi Level Marketing [MLM] ini bukanlah tujuan yang sebenarnya.
Produk itu hanya bertujuan untuk mendapatkan izin dalam undang-undang dan hukum
syar’i.

[3]. Banyak dari kalangan pakar ekonomi dunia sampai pun orang-orang non muslim
meyakini bahwa jaringan piramida ini adalah sebuah permainan dan penipuan, oleh
karena itu mereka melarangnya karena bias membahayakan perekonomian nasional baik
bagi kalangan individu maupun bagi masyarakat umum

Berdasarkan ini semua, tatkala kita mengetahui bahwa hukum syar’I didasarkan pada
maksud dan hakekatnya serta bukan sekedar polesan lainnya. Maka perubahan nama
sesuatu yang haram akan semakin menambah bahayanya karena hal ini berarti terjadi
penipuan pada Allah dan RasulNya [1], oleh karena itu system bisnis semacam ini
adalah haram dalam pandangan syar’i.

Kalau ada yang bertanya : “Bahwasanya bisnis ini bermanfaat bagi sebagian orang”.
Jawabnya: “Adanya manfaat pada sebagian orang tidak bisa menghilangkan
keharamannya, sebagaimana di firmankan oleh Allah Ta’ala.
“Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah : “Pada
hakekatnya itu terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya” [Al-Baqarah : 219]

Tatkala bahaya dari khamr dan perjudian itu lebih banyak daripada menfaatnya, maka
keduanya dengan sangat tegas diharamkan.

Kesimpulannya: Bisnis Multi Level Marketing [MLM] ini adalah alat untuk
memancing orang-orang yang sedang mimpi di siang bolong menjadi jutawan. Bisnis ini
adalah memakan harta manusia dengan cara yang bathil, juga merupakan bentuk
spekulasi. Dan spekulasi adalah bentuk perjudian.

[Diterjemahkan dari situs www.alhelaly.com]

===================================

FATWA MARKAZ IMAM AL-ALBANI TENTANG MULTI LEVEL MARKETING


[MLM]

Berikut ini adalah teks fatwa Markaz Imam Al-Albani, yang ditanda tangani oleh para
masyayaikh murid-murid Imam Al-Albani rahimahullah:

Banyak pertanyaan yang datang kepada kami dari berbagai penjuru tentang hukum
bergabung dengan PT perusahaan bisnis dan perusahaan modern semisalnya yang
menggunakan system piramida. Yang mana bisnis ini secara umum dijalankan dengan
cara menjual produk tertentu serta membayar uang dalam jumlah tertentu tiap tahun
untuk bisa tetap menjadi anggotanya. Yang mana karena dia telah mempromosikan
system bisnis ini maka kemudian pihak perusahaan akan memberikan uang dalam jumlah
tertentu yang terus bertambah sesuai dengan hasil penjualan produk dan perekrutan
anggota baru.

Jawaban:
Bergabung menjadi anggota PT semacam ini untuk mempromosikannya yang selalu
terkait dengan pembayaran uang dengan menunggu bisa merekrut anggota baru serta
masuk dalam system bisnis piramida ini hukumnya haram, karena seorang anggota jelas-
jelas telah membayar uang tertentu demi memperoleh uang yang masih belum jelas
dalam jumlah yang lebih besar.

Dan ini tidak bisa diperoleh melainkan secara kebetulan ia sedang bernasib baik, yang
mana sebenarnya tidak mampu diusahakan oleh si anggota tersebut. Ini adalah murni
sebuah bentuk perjudian berdasarkan beberapa kaedah para ulama. Wallahu Al-
Muwaffiq.

BISNIS SYARIAH RSS

Home SAJIAN UTAMA Bisnis Syariah

Rambu-rambu Bisnis MLM Syariah


Apr 17, 2007 Gaung ekonomi syariah di Tanah Air tak cukup hanya dilihat
dari tumbuhnya lembaga keuangan syariah. Di luar itu, bisnis syariah di berbagai bidang terus
berkembang. Tak terkecuali salah satunya, bisnis MLM syariah. Di tengah kontroversi hukum dari
berbagai pihak dari sisi pandangan Islam tentang bisnis ini, MLM syariah terus menunjukkan
perkembangan.

MLM sebagai penjualan langsung menggunakan sistem network marketing semakin banyak dipilih
perusahaan dalam memasarkan produk dan atau jasa. Bagaimana tidak, skema piramid yang
dihasilkan melalui jaringan sangat membantu perusahaan memasarkan produk/jasa yang tadinya
belum terkenal untuk meraih pasar dalam waktu singkat, tanpa harus mengeluarkan biaya iklan besar
di media massa. Sementara bagi anggota (member), tawaran bonus diberikan dalam bentuk
potongan harga, bonus pembelian langsung, atau bonus jaringan.

Bicara tentang MLM dari sisi sudut pandang syariah, beberapa pakar dan pengamat menyatakan
praktik tersebut haram karena mengandung unsur perjudian dan ketidakpastian. Sebagian lagi
memandang dengan hukum syubhat, sementara bagi sebagian lain, praktik ini dipandang boleh,
dengan beberapa catatan terkait produk yang dijual dan juga kejelasan akad yang digunakan.

Standar baku baik tidaknya MLM secara syariah di Tanah Air memang belum ada. Namun setidaknya
pihak Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) siap memberikan sertifikat bagi
MLM yang ingin dan ternyata memenuhi kriteria MLM secara syariah. Sementara MLM syariah
yang ada di Indonesia diantaranya Ahadnet, MQNet, MS-Net, dan UFO. Namun hingga saat ini,
menurut Sekretaris DSN Irfan Helmi, baru dua perusahaan MLM syariah yang telah mendapatkan
sertifikat dari DSN MUI. Dua MLM tersebut adalah UFO (PT Usahajaya Ficooprasional) dan Ahad-net
(PT Ahad Net Internasional).

Ketentuan Akad dan Produk

Bagi pebisnis MLM yang mengajukan permohonan sertifikat ke DSN-MUI, lanjut Irfan, MUI akan
melakukan audit terhadap perusahaan dalam bidang manajemen, sistem operasional dan suasana
keislamian di perusahaan. Dalam bidang manajemen aspek yang diperhatikan terutama adalah
kejujuran. Sementara dalam sistem operasional, dalam bisnis tidak boleh ada riba dan gharar
(ketidakpastian), serta tidak terdapat kezaliman antara up line (anggota yang di atas) dengan down
line (anggota yang di bawah). Begitu juga dalam hal ciri utama bisnis syariah, akad yang digunakan
haruslah jelas. “Akad harus jelas di depan, nisbah yang diterima juga jelas,” ujar Irfan. Suasana
islami dapat dilihat lebih teknis, seperti tersedianya tempat shalat bagi karyawan.

Dalam hal produk, tentu saja produk yang diperjualbelikan haruslah halal. “Produk harus halal dan
mendapat keterangan halal dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika (LPPOM)
MUI,” kata Irfan.

Dengan diberikannya sertifikat kepada dua MLM tersebut menurut Irfan bukan berarti MLM yang lain
sudah pasti tidak sesuai prinsip syariah. “Bisa saja mereka yang lain sebenarnya juga sesuai prinsip
syariah tapi belum mengajukan untuk mendapat sertifikat. Sementara di sisi lain juga ada MLM
yang telah mengajukan tapi belum mendapat sertifikat karena belum mampu membenahi sistem
yang ada pada MLM-nya,” ujar Irfan. (SH)

Ahad-Net Peluang Bisnis


bagi Kaum Muslim
PALEMBANG, SRIPO — Sistem pemasaran berjenjang atau populer dengan sebutan
Multi Level Marketing (MLM) kini diramaikan dengan sistem syariah. PT Ahad-Net
International (Ahad-Net) merupakan perusahaan pertama yang menawarkan sistem
MLM Syariah yang kini berkembang makin pesat. Sistem jaringan yang dijalankan bisa
menjadi peluang bisnis bagi kaum muslim.

Hal inilah yang coba disampaikan Marketing Support


BAZAR — Marketing Support Ahad-
Ahad-Net Utet Ruhiyat, didampingi Dra Hj Nurhayati
Net menggelar bazar di halaman
APTK, Direktur Utama PT Pusaka Tradisi Ibu
Masjid Taqwa Palembang. Selain
bazar digelar acara temu bisnis (distributor produk Wardah dan Zahra), dalam acara
Ahad-Net dalam rangka Silaturahmi temu bisnis Ahad Net, Senin (20/10) di Masjid Taqwa
Bisnis, Senin (20/10). (Sripo/sts) Palembang.
Ahad-Net didirikan sejak tahun 1996 dengan visi misi menjadikan setiap gerak usaha
berorientasi ibadah. Dasar syariahnya, adalah meraih kesuksesan dan keberkahan usaha
berdasarkan prinsip muamalah islamiyah melalui jaringan silaturahmi. Yang
membedakan MLM Syariah dengan MLM biasa, kata Utet, perusahaan menjamin
kehalalan produk berdasarkan niat kasbil halal (penghasilan halal), irtifa’ ummah
(mengangkat ekonomi umat) dan muamalah islami. Sedangkan strategi pemasaran
dilakukan berdasarkan akhlakul karimah, memenuhi rukun jual beli serta ikhlas. “Ahad
Net memberikan dua manfaat yang bisa didapat bagi yang bergabung, yakni manfaat
finansial dan non finansial,” katanya.
Secara finansial, anggota (mitra niaga) akan mendapat manfaat RAHMAT, singkatan dari
Rabat (harga diskon), Asuransi (setiap anggota dijamin asuransi kecelakaan dan jiwa),
Hadiah (bonus), Andil (menanamkan saham) dan Tabungan (ada tabungan untuk hari
tua). Secara non finasial, anggota yang bergabung akan mendapatkan KAWAN, singkatan
dari Kegotongroyongan (saling bantu/tidak saling menjatuhkan), Asistensi usaha, Waktu
luang (bisa dijadikan bisnis mengisi waktu luang), Akhlakul Karimah dan Nilai ibadah.
“Orientasi kita dunia akhirat, karena usaha kita ini mengajak kepada kebaikan,” tandas
Utet.
Untuk menjadi anggota, dilakukan melalui jaringan dengan biaya Rp 30.000. Sedangkan
produk yang dipasarkan sudah sangat beragam, antara lain Habbasuda Food Balance
(makanan seimbang ramuan Arabia yang dianjurkan Rasulullah, kosmetika Zahra dan
Wardah, Athar (sabun cuci ramah lingkungan), sabun mandi Balqis dengan minyak dan
zaitun dan madu, minyak Asysyifa, Nazhif, Hilba dan Nigella (makanan kesehatan) dll.
(lis)

BISNIS SYARIAH RSS

Home SAJIAN UTAMA Bisnis Syariah

Rambu-rambu Bisnis MLM Syariah


Apr 17, 2007 Gaung ekonomi syariah di Tanah Air tak cukup hanya dilihat dari
tumbuhnya lembaga keuangan syariah. Di luar itu, bisnis syariah di berbagai bidang terus
berkembang. Tak terkecuali salah satunya, bisnis MLM syariah. Di tengah kontroversi hukum dari
berbagai pihak dari sisi pandangan Islam tentang bisnis ini, MLM syariah terus menunjukkan
perkembangan.

MLM sebagai penjualan langsung menggunakan sistem network marketing semakin banyak dipilih
perusahaan dalam memasarkan produk dan atau jasa. Bagaimana tidak, skema piramid yang
dihasilkan melalui jaringan sangat membantu perusahaan memasarkan produk/jasa yang tadinya
belum terkenal untuk meraih pasar dalam waktu singkat, tanpa harus mengeluarkan biaya iklan besar
di media massa. Sementara bagi anggota (member), tawaran bonus diberikan dalam bentuk potongan
harga, bonus pembelian langsung, atau bonus jaringan.

Bicara tentang MLM dari sisi sudut pandang syariah, beberapa pakar dan pengamat menyatakan
praktik tersebut haram karena mengandung unsur perjudian dan ketidakpastian. Sebagian lagi
memandang dengan hukum syubhat, sementara bagi sebagian lain, praktik ini dipandang boleh,
dengan beberapa catatan terkait produk yang dijual dan juga kejelasan akad yang digunakan.

Standar baku baik tidaknya MLM secara syariah di Tanah Air memang belum ada. Namun setidaknya
pihak Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) siap memberikan sertifikat bagi
MLM yang ingin dan ternyata memenuhi kriteria MLM secara syariah. Sementara MLM syariah yang
ada di Indonesia diantaranya Ahadnet, MQNet, MS-Net, dan UFO. Namun hingga saat ini, menurut
Sekretaris DSN Irfan Helmi, baru dua perusahaan MLM syariah yang telah mendapatkan sertifikat dari
DSN MUI. Dua MLM tersebut adalah UFO (PT Usahajaya Ficooprasional) dan Ahad-net (PT Ahad Net
Internasional).

Ketentuan Akad dan Produk


Bagi pebisnis MLM yang mengajukan permohonan sertifikat ke DSN-MUI, lanjut Irfan, MUI akan
melakukan audit terhadap perusahaan dalam bidang manajemen, sistem operasional dan suasana
keislamian di perusahaan. Dalam bidang manajemen aspek yang diperhatikan terutama adalah
kejujuran. Sementara dalam sistem operasional, dalam bisnis tidak boleh ada riba dan gharar
(ketidakpastian), serta tidak terdapat kezaliman antara up line (anggota yang di atas) dengan down
line (anggota yang di bawah). Begitu juga dalam hal ciri utama bisnis syariah, akad yang digunakan
haruslah jelas. “Akad harus jelas di depan, nisbah yang diterima juga jelas,” ujar Irfan. Suasana
islami dapat dilihat lebih teknis, seperti tersedianya tempat shalat bagi karyawan.

Dalam hal produk, tentu saja produk yang diperjualbelikan haruslah halal. “Produk harus halal dan
mendapat keterangan halal dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika (LPPOM)
MUI,” kata Irfan.

Dengan diberikannya sertifikat kepada dua MLM tersebut menurut Irfan bukan berarti MLM yang lain
sudah pasti tidak sesuai prinsip syariah. “Bisa saja mereka yang lain sebenarnya juga sesuai prinsip
syariah tapi belum mengajukan untuk mendapat sertifikat. Sementara di sisi lain juga ada MLM yang
telah mengajukan tapi belum mendapat sertifikat karena belum mampu membenahi sistem yang ada
pada MLM-nya,” ujar Irfan. (SH)

Berbisnis Secara Syariah, Mengkaji Ulang


MLM
Oleh: Irfan Syauqi Beik, Msc
Akhir-akhir ini kita menyaksikan sebuah fenomena maraknya para aktivis dakwah terlibat
dalam upaya mengembangkan bisnis secara mandiri sebagai lahan penghidupan mereka. Tentu
saja ini adalah sebuah fenomena yang sangat menarik dan patut kita syukuri, apalagi hal
tersebut dikembangkan di tengah-tengah kondisi masyarakat yang tengah terpuruk di segala
bidang kehidupan, termasuk ekonomi.

Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Bahkan, Rasulullah
SAW sendiri pun telah menyatakan bahwa 9 dari 10 pintu rezeki adalah melalui pintu
berdagang (al-hadits). Artinya, melalui jalan perdagangan inilah, pintu-pintu rezeki akan dapat
dibuka sehingga karunia Allah terpancar daripadanya. Jual beli merupakan sesuatu yang
diperbolehkan (QS 2 : 275), dengan catatan selama dilakukan dengan benar sesuai dengan
tuntunan ajaran Islam.

Salah satu pola bisnis yang saat ini sangat marak dilakukan adalah bisnis dengan sistem MLM
(Multi Level Marketing). Pada dasarnya, berbisnis dengan metode ini boleh-boleh saja,
karena hukum asal mu’amalah itu adalah al-ibaahah (boleh) selama tidak ada dalil yang
melarangnya. Meski demikian, bukan berarti tidak ada rambu-rambu yang mengaturnya.
Penulis melihat bahwa pada prakteknya masih sering terdapat berbagai penyimpangan dari
aturan syariah, sehingga adalah tugas kita bersama untuk meluruskannya.

Kejelasan Akad

Berbicara mengenai masalah mu’amalah, maka ajaran Islam sangat menekankan pentingnya
peranan akad dalam menentukan sah tidaknya suatu perjanjian bisnis. Yang membedakan ada
tidaknya unsur riba dan gharar dalam sebuah transaksi adalah terletak pada akadnya. Sebagai
contoh adalah akad murabahah dan pinjaman bunga dalam bank konvensional. Secara hitungan
matematis, boleh jadi keduanya sama. Misalnya, seseorang membutuhkan sebuah barang
dengan harga pokok Rp 1000. Jika ia pergi ke bank syariah dan setuju untuk mendapatkan
pembiayaan dengan pola murabahah, dengan marjin profit yang disepakatinya 10 %, maka
secara matematis, kewajiban orang tersebut adalah sebesar Rp 1100. Jika ia memilih bank
konvensional, yang menawarkan pinjaman dengan bunga sebesar 10 %, maka kewajiban yang
harus ia penuhi juga sebesar Rp 1100. Namun demikian, transaksi yang pertama (murabahah)
adalah halal, sedangkan yang kedua adalah haram. Perbedaannya adalah terletak pada faktor
List Pesantren Terbaru
• Ma'had Daarul Muwwahid ( Ust. H.Shoffar Mawardi)

Jl. Flamboyan No.59 Srengseng Kembangan Jakarta Barat, DKI_Jakarta, Telp:


021 - 98106762
Salinan lengkap MUI DKI point 3 (berhubungan dg harga barang dan terjadinya 2 akad
dlm 1 transaksi.
Point 3 .
Jika harga barang diperjualbelikan dlm sistem MLM jauh lebih tinggi dari harga yg
wajar, maka hukumnya haram krn scr tdk langsung pihak perusahaan telah menambahkan
harga barang yg dibeeankan kpd pihak pembeli sebagai sharing modal dlm akad syirkah
mengingat pihak pembeli sekaligus menjadi member perusahaan yg apabila ia
memasarkan akan mendapatkan keuntungan estafet. Dengan demikian praktek
perdagangan MLM tsb mengandung unsur kesamaran atau penipuan (gharar) krn terjadi
kekaburan akad jual beli (al-bai'), syirkah sekaligus mudharabah krn pihal pembeli
sesudah menjadi member berfungsi sebagai amil (pelaksana/petugas) yg akan
memasarkan produk perusahaan kpd calon pembeli.
======
Dari keterangan fatwa diatas maka bisa disimpulkan bahwa berbisnis MLM mempunyai
2 hukum bisa halal ataupun haram.
A. Syarat MLM Halal
1. Hrs ada transaksi riil barang atau jasa yg diperjualbelikan
2. Barang/jasa bukan brang haram tp suci,bermanfaat,milik penjual,dll.
3. Tdk ada kenaikan harga yg berlebihan / harga yg harus wajar
Paramaternya sebenarnya gampang sekali, bs dilihat dari harga barang sejenis di pasar.
nah apakah vitamin seharga 150 rb bs dikatakan wajar atau tidak ? itu relatif sekali
4. barang / jasa diutamakan barang kebutuhan pokok, dan diutamakan produksi sesama
muslim
5. Adanya anggota DPS yg kredibel
6. dll
B. MLM haram jika
1. Adanya unsur pemaksaan
2. Brg tdk jelas
3. harga tdk wajar
4. Kerancuan akad , jual beli,syirkah dan mudhorobah digabung
5. Penanaman modal dg janji kembali dg tetap + tambahan , bs dikategorikan riba

Wallahua'lam

Jangan mudah memvonis halal atau haram dlm masalah muammalah, ingat diktum
"Jangan mengharamkan apa2 yg dihalalkan Allah Subhanahu wa ta'ala" atau "dlm
masalah ibadah (mahdhoh) banyak yg dilarang sedikit yg diperbolehkan , dan dlm
masalah muammalah sedikit yg dilarang banyak yg diperbolehkan".

Menurut Fatwa MUI DKI no. 11 tgl 11 February 2007 (singkatnya) , bahwa :
1. MLM diperbolehlan dg syarat2 :
a. tdk ada paksaan/ suka sama suka,
b. barang yg diperjualbelikan suci,bermanfaat dan transparan
c. Dijual dg harga yg wajar
2. MLM yg dilakukan dg pemaksaan atau tdk jelas serta tdk dapat dilihat pembeli maka
hukumnya haram
3. Jika harga yg diperjualbelikan jauh lebih tinggi dari harga wajar maka hukumnya
haram
4. Jika MLM melakukan kegiatan menjaring dana masyarakat u/menanam modal dg janji
memberikan keuntungan tertentu tiap bulan maka hukumnya haram
Sehingga masyarakat diminta :
1/ Berhati2 dlm melakukan MLM dg syarat2 diatas (tambahan= makanya lihat dulu
apakah ada DPSnya ? dan siapa yg duduk di DPSnya ?)
2/ Umat islam yg terjebak dlm MLM haram sgr bertaubat

Tertanda ketua fatwa MUI DKI :


KH Irfan Zidny MA (ketua)
KH Hamdan Rasyid MA (Sekretaris)
Wallahua'lam

Anda mungkin juga menyukai