RIFA MUTIA
191130030
Abstrak
Hukum Islam sangat memahami dan menyadari karakteristik muamalah
dan bahwa perkembangan sistem serta budaya bisnis akan selalu
berubah secara dinamis. Oleh karena itu berdasarkan kaidah fiqih di
atas, maka terlihat bahwa Islam memberikan jalan bagi manusia untuk
melakukan berbagai improvisasi dan inovasi melalui sistem, teknik dan
mediasi dalam melakukan perdagangan. Artinya, apabila kita ingin
mengembangkan bisnis melalui model MLM, maka harus dari unsur-
unsur maghrib. Oleh karena itu, barang atau jasa yang di bisniskan serta
tata cara penjualannya harus halal, tidak syubhat dan tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah.
A. Pendahuluan
Bagi masyarakat Indonesia, terutama para pelaku bisnis, istilah Multi Level
Marketing (MLM). Tidak asing lagi karena banyak n-perusahaan yang memasarkan
produknya melalui sistem MLM. Sampai sekarang sudah ada sekitar 200 perusahaan
produk, juga memperoleh intensif atau hadiah-hadiah yang ditawarkan produsen, seperti
haji dan umroh, perlindungan asuransi, tabungan hari tua dan lain sebagainya. Bagi
produsen sendiri, melalui sistem MLM dapat melakukan efisiensi biaya distribusi produk
menggunakan sistem MLM dalam literatur fiqih termasuk dalam kategori muamalah
yang dibahas dalam Bab Al-Buyu’ (Jual-Beli). Dalam kajian fiqih kontemporer bisnis
Multi Level Marketing (MLM) ini dapat ditinjau dari dua aspek yaitu produk barang atau
jasa yang dijual dan cara atau sistem penjualannya (selling marketing).
Mengenai produk atau barang yang dijual apakah halal atau haram tergantung
kandungannya, apakah terdapat sesuatu yang diharamkan Allah seperti unsur babi
bangkai atau darah. Begitu pula dengan jasa yang dijual apakah mengandung unsur
kemaksiatan seperti praktek perzinaan, perjudian atau perdagangan anak dan lain
sebagainya. Semua ini bisa kita rujuk pada sertifikasi Halal dari LP-POM MUI.
Multi Level Marketing dapat dikatakan konsep penyaluran barang (produk atau
jasa tertentu) yang memberikan kesempatan pada para konsumen untuk turut terlibat
secara aktif sebagai penjual dan memperoleh keuntungan di dalam garis kemitraannya.
anggota kelompok tersebut semakin banyak, sehingga membentuk sebuah jaringan kerja
(Network) yang merupakan suatu sistem pemasaran dengan menggunakan jaringan kerja
berupa sekumpulan banyak orang yang kerjanya melakukan pemasaran. Gemala Dewi,
(MLM) tidak hanya sekedar menjalankan penjualan produk barang, melainkan juga
imbalan berupa marketing fee, bonus sebagainya tergantung level, prestasi penjualan dan
status keanggotaan distributor. Jasa penjualan ini (makelar) dalam terminologi fiqih
Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Penerbit Pena Pundi Aksara, jilid IV, 1994, hal 137
fiqh termasuk akad ijarah yaitu transaksi memanfaatkan jasa orang dengan imbalan. Pada
dasarnya para ulama seperti Ibnu Abbas, Imam Bukhari, Ibnu Sirin, Atha dan Ibrahim
memandang boleh jasa ini.20 Ibid, hlm.137 Namun untuk sahnya pekerjaan ini harus
memenuhi beberapa syarat diantaranya: a. Adanya Perjanjian yang jelas antara kedua
belah pihak. b. Objek akad bisa diketahui manfaatnya secara nyata.c. Objek akad bukan
Distributor dan perusahaan harus jujur, ikhlas, transparan, tidak menipu dan
tidak menjalankan bisnis yang haram dan syubhat (tidak jelas halal/haramnya).
Distributor dalam hal ini berhak menerima imbalan setelah berhasil memenuhi akadnya.
menghilangkannya. Sistem kerja Multi Level Marketing (MLM) yang sesuai syariah
menurut al-Quran dan al-hadits yaitu terhindar dari unsur-unsur haram seperti riba,
gharar, dharar, dan jahalah. Dzulm, walaupun barang atau jasa yang dibisniskan adalah
halal. Dan tidak diperbolehkan memakan sstem Multi Level Marketing (MLM) atau
hanya berkedok Multi Level Marketing (MLM) yang masih meragukan ataupun yang
sudah jelas ketahuan tidak sehatnya bisnis tersebut baik dari segi kehalalan produknya,
C. Dasar Hukum Multi Level Marketing dalam Hukum Fatwa DSN MUI No 75
Fatwa DSN MUI terkait Multi Level Marketing (MLM) adalah fatwa
Yang menjadi bahan pertimbangan dasar bagi fatwa ini adalah telah
merebaknya praktek penjualan barang dan jasa dengan sistem Multi Level
sehingga DSN MUI melihat perlunya fatwa mengenai Multi Level Marketing
b. Dasar Hukum
Dasar hukum dari Al-Quran, ada beberapa hadits yang menjadi dasar
hukum dalam fatwa tersebut, intisari dari hadits-hadits yg menjadi dsar hukum
larangan berbuat dzalim, larangan berbuat bahaya, larangan khianat, larangan jual
beli yang mengandung unsure gharar (ketidak jelasan), larangan menipu dan
larangan risywah.
Selain beberapa hal tersebut, hadits yang juga menjadi dasar hukum
fatwa tersebut adalah hadits yang melarang jual beli anjing, khamr, bangkai,
dan patung serta jasa pelacuran. Hadits-hadits ini dimaksudkan sebagai adanya
larangan menjual belikan produk atau jasa yg haram, dalam praktek Multi Level
Multi Level Marketing (MLM) harus merupakan produk barang atau jasa yang
halal. Istidlal atau penggunaan hadits-hadits tersebut dalam fatwa ini diarahkan
bahwa Multi Level Marketing (MLM) tidak boleh mengandung unsur dzulm,
gharar, dzarar, khianat, risywah, penipuan dan mengambil hak orang lain serta
Multi Level Marketing (MLM) halal dan dibenarkan oleh agama yang
aspek:
a. Marketing Plan.
haram.
b. Track Record.
c. Produk.
d. Investasi Berlebihan.
terutama jika modal awal seperti uang pendaftarannya cukup besar. Ini patut
bekerja.
MUI) sebagai lembaga resmi yang diakui pemerintah Republik Indonesia (RI)
dan melibatkan ulama dari berbagai Ormas Islam telah mengeluarkan fatwa
yang dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk menentukan halal
haramnya sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis Multi Level Marketing
(MLM).
Dalam fatwa yang ditandatangani oleh Ketua DSN MUI DR.KH. Sahal
Mahfudz dan Sekretaris KH. Drs. Ichwan Sam pada tanggal 25 Juli 2009,
1) Ada obyek transaksi riil yang diperjual belikan berupa barang atau produk
jasa;
dengan volume atau nilai hasil penjualan produk, dan harus menjadi
pendapatan utama mitra usaha dalam Penjualan Langsung Berjenjang
Syariah (PLBS); 6)
jumlahnya, saat transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan barang dan
7) Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara
reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau
jasa;
syariah dan akhlak mulia, seperti syirik, kultus, maksiat dan sebagainya; 11)
11) Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan wajib membina
(user) untuk mengajak pelanggan lebih banyak (rekrutmen) untuk memakai produk
yang mereka pakai. Para pelanggan itu mempunyai hak yang sama yang dapat
Shaklee untuk memperluas pasar produk suplemen kesehatan, yaitu produk yang
dikembangkan oleh dokter tersebut. Tidak lama kemudian, sekitar tahun 1959 Rich
DeVoss dan Jay Van Andel mencetuskan perusahan Amway sebagai satu-satunya
sarana bagi bangsa Amerika memasarkan produk dengan cara pemasaran jaringan.
dengan baik ada banyak tantangan berat bahkan menjadi malapetaka. Konsep
jika ada orang yang bersedia mengirimkan dana sebesar 1 USD kepada seseorang.
Dengan kata lain bisnis ini disalahgunakan untuk mengeruk keuntungan dengan
sebagai salah satu perusahan piramida illegal. Langkah FTC diantaranya melarang
hukum selama empat tahun, akhirnya FTC meyatakan sistem distribusi dan
pembagian komisi yang dilakukan Amway adalah legal. Keputusan itu lebih
memilki payung hukum yang dapat melindungi hak-hak mereka secara hukum.
08.47). 3
ditunjukkan oleh beberapa oknum pelaku bisnis MLM sebagaimana telah diterangkan
sebelumnya telah memberikan inspirasi kreatif dan inovatif di kalangan pelaku bisnis
muslim dalam membaca peluang bisnis dengan cara membangun marketing system yang
sesuai dengan tuntunan syari'ah. Apalagi pada saat itu, kondisi riil bisnis MLM masih
Dalam konteks yang demikian inilah maka selanjutnya muncul ide atau gagasan
di kalangan pelaku bisnis muslim tentang model bisnis MLM Syari'ah. Mereka adalah H.
Berbeda dengan bisnis MLM konvensional yang telah ada seperti Amway,
Avon, CNI, Foreveryoung dan lain-lain, bisnis MLM ala PT Ahad Net International
kental sekali dengan nuansa agama Islam, baik dalam tingkatan operasional, reward,
mereka menyebutnya dengan MLM Syari'ah.7 Atau dengan kata lain, MLM Syari'ah
adalah sebuah sistem pemasaran yang dalam penerapannya didasarkan pada nilai-nilai
Sedang menurut Ahmad Teguh Wibowo Yusuf, MLM merupakan sistem "getok
tular" (informasi) yang berjalan dari mulut ke mulut dan konsep ini sebenarnya sudah
Rasulullah menyampaikan risalah Islam kepada isteri, keluarga dan sahabatnya baru
kemudian kepada masyarakat luas. Sama halnya dengan sistem MLM yang merupakan
sistem levelisasi atau sponsorisasi.9 Ahmad Teguh Wibowo Yusuf, Dialog MLM
Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara menjaring calon
(anggota) dari perusahaan yang melakukan praktek MLM. Pada umumnya, MLM
perusahaan.
3. Para member baru juga bertugas mencari calon member-member baru lagi
dengan cara seperti diatas yakni membeli produk perusahaan dan mengisi
formulir keanggotaan.
4. Jika member mampu menjaring member dengan kuantitas yang banyak, maka
ia akan mendapat bonus dari perusahaan. Semakin banyak member yang dapat
dijaring, maka semakin banyak pula bonus yang didapatkan karena perusahaan
konsumen paket produk perusahaan. Dengan adanya para member baru yang
Adapun hal-hal yang harus dicermati dalam praktek bisnis MLM antara lain
adalah :
1. Konsep halal haram, maka si penjual harus benar-benar mengerti perbedaan antara
halal dan haram, yang bukan hanya terletak pada pencapaian hasil semata tetapi
2. Mengingat dasar utama aktifitas bisnis MLM adalah marketing atau pemasaran
maka penawaran produk atau promosi adalah merupakan inti dari aktifitas bisnis
tersebut. Metode promosi yang baik adalah yang memenuhi unsur-unsur ta’aruf,
silaturahim, dakwah dan tarbiyah12. Dalam hal ini Rasulullah SAW telah
memberikan tuntunan dan teladan baik tentang promosi dalam bisnis perdagangan,
yaitu :
a. Tidak ada manipulasi dan tipu daya, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu
“Yang dinamakan bisnis dagang dengan sumpah palsu adalah usaha bisnis
untuk melariskan barang dagangannya dengan cara yang tercela (curang). HR.
Bukhori Muslim;
b. Tidak ada keterangan dan pengakuan fiktif, yang biasanya dilakukan dengan
atau keadaan yang tidak sebenarnya tentang produk barang yang dijual;
d. Tidak melanggar akhlakul karimah;
3. Dari segi insentif, penghargaan, hadiah dan sejenisnya yang diperuntukkan bagi
anggota mitra harus berorientasi pada nilainilai ketuhanan, artinya jauh dari praktek
4. Dalam hal transaksi atau ikatan kerjasama bisnis perdagangan dengan pihak lain
maka hal yang diutamakan adalah asas kebebasan berkehendak yang memenuhi
prinsip-prinsip syariat, karena setiap muslim terikat pada syarat-syarat yang telah
mereka setujui bersama kecuali persyaratan yang menghalalkan sesuatu yang haram
sesuai dengan prestasi yang dicapai dan dilakukan secara fair, saling rela dan
menguntungkan (QS. An-Nisa : 29), lain daripada itu hal yang harus
6. Perluasan jaringan atau peningkatan jumlah level yang dilakukan oleh para up line,
pada orang-orang di bawahnya, yaitu para down line, harus senantiasa berorientasi
pada pembinaan, pengawasan dan keteladanan yang selaras dengan jiwa agama
sehingga applause atau gathering party atas prestasi mereka tidak melampaui batas,
yaitu jauh dari kultus individu dan sikap berlebihan lainnya karena dikhawatirkan
yaitu:
c. Memperkokoh ketahanan akidah dari serbuan ideologi, budaya dan produk yang
Tujuan MLM sama dengan tujuan dari metode pemasaran yang lain,
1. Meningkatkan Pemasukan
meningkatkan dua elemen, yaitu omset penjualan dan laba untuk setiap
2. Mengurangi Pengeluaran
tidak perlu memikirkan biaya operasional untuk jalur distribusi ini yang
2. Menghemat Biaya
mereka kenal, bahkan setiap distributor bias membuat brosur sendiri dengan
juga harus mereka dapatkan dengan biaya mereka sendiri. Hal ini juga
berlaku ketika para tenaga penjualan ini harus mengikuti acara seminar
atau workshop.
tenaga penjualan kepada tenaga penjualan itu sendiri. Tindakan ini akan
distributor yang mendapatkan uang dari pelatihan ini jauh lebih banyak