Anda di halaman 1dari 6

A.

B. Terjemah Arti: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali
kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
C. Pengertian secara global
D. Tafsir

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir, ada beberapa
penafsiran dari ayat ini, yakni:

1. Iman kepada Alquran

Allah SWT menjelaskan salah satu fungsi Alquran. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah
menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad SAW dengan haq. Ibnu Katsir mengatakan: “Yakni
membawa kebenaran dan tiada keraguan di dalamnya.”

Kata mushoddiqo (‫ )مصدقا‬artinya adalah membenarkan. Yang dibenarkan adalah kitab-kitab suci
sebelum Al Quran. Meskipun kata minal kitaab (‫ )من الكتاب‬berbentuk mufrad (tunggal), makna yang
dimaksudkan adalah jamak, yakni al kutub (‫)الكتب‬.

Kitab-kitab yang dibenarkan Al Quran tersebut Taurat, Zabir dan Injil. Yakni Taurat yang diturunkan
kepada Nabi Musa AS. Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud AS. Dan Injil yang diturunkan
kepada Nabi Isa ‘alaihis salam. Sebelum ketiga kitab itu diubah oleh manusia.

2. Alquran Menjadi Pedoman Hidup

Ibnu Abbas menjelaskan bahwa ayat 48 ini turun berkenaan dengan orang-orang ahli kitab yang
meminta keputusan kepada Rasulullah SAW. Awalnya, beliau diberi pilihan untuk memutuskan
perkara mereka atau mengembalikan perkara itu kepada kitab mereka masing-masing.

Namun, Allah SWT menurunkan ayat ini. Ibnu Katsir berkata: “Dengan turunnya ayat ini, Rasulullah
diperintahkan untuk memutuskan perkara di antara mereka (ahli kitab) dengan apa yang ada pada
Alquran.”
Ini juga berlaku umum, bahwa segala keputusan orang beriman hendaklah berdasarkan Alquran dan
tidak boleh bertentangan. “Agama ini telah sempurna, nikmat Allah yang diberikan kepada kaum
muslimin sudah cukup dan Allah telah meridhai agama Islam ini menjadi manhaj kehidupan semua
manusia.

Sudah tidak ada jalan lagi di sana untuk merevisi atau mengganti agama ini. Tidak ada jalan lagi
untuk meninggalkan sebagian hukumnya dengan beralih kepada hukum lain atau meninggalkan
sebagaian syariatnya dan berpindah kepada syariat lain.” Tegas Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil
Quran.

3. Tiap Umat Punya Syariat Berbeda

ADVERTISEMENT

Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, syir’ata (‫ )شرعة‬adalah tuntunan, minhaja (‫ )منهاجا‬adalah jalan.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, syir’ata (‫ )شرعة‬adalah apa yang disyariatkan Allah SWT untuk
hamba-Nya berupa agama, sistem, aturan dan hukum-hukumnya.

Sedangkan minhaja (‫ )منهاجا‬adalah jalan terang yang ditempuh manusia dalam beragama. Ibnu Katsir
menjelaskan bahwa seluruh Nabi dan Rasul, ajaran tauhidnya sama. Adapun syariatnya, yakni
mengenai perintah dan larangan, kadang berbeda-beda.

4. Beri Ujian

Ibnu Katsir menjelaskan, Allah SWT telah menetapkan berbagai macam syariat untuk menguji
hamba-hambaNya dengan memberi pahala kepada orang yang taat dan menyiksa orang yang
durhaka.

Berlomba-lombalah kamu semuanya berbuat pekerjaan-pekerjaan yang baik di dalam dunia ini,
dengan memegang pokok pertama yaitu ketaatan kepada Allah dan percaya bahwa di belakang
hidup yang sekarang ini ada lagi hidup akhirat,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.

5. Setiap Orang Dapat Balasan Sendiri

Orang Islam harus meyakini bahwa semua orang akan kembali kepada Allah SWT dan akan
diberitahukan apa yang diperselisihkan yakni tentang akhirat itu sendiri. Orang kafir tidak percaya
adanya akhirat, mereka berselisih mengenai hal yang pasti ini.
Karenanya kelak mereka akan diberitahu dan mendapatkan balasannya siksa neraka. Sedangkan bagi
mukmin yang beramal shalih, mereka pun akan mendapat balasannya berupa surga. Oleh karena itu,
semua amalan yang dilakukan akan kembali kepada orang yang melakukannya.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir
Universitas Islam Madinah 48.
‫ب ِب ْال َح ِّق‬ َ ‫ك ْالك ِٰت‬ َ ‫( َوَأ‬Dan Kami telah turunkan kepadamu Al kitab dengan membawa
َ ‫نز ْل َنآ ِإلَ ْي‬
kebenaran) Kalimat ini ditujukan bagi Nabi Muhammad. Dan makna kitab disini adalah al-
qur’an.
‫ب‬ِ ‫ُص ِّد ًقا لِّ َما َبي َْن َي َد ْي ِه م َِن ْالك ِٰت‬ َ ‫(م‬membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya) Yakni kitab-kitab yang
diturunkan Allah. Hal ini karena al-qur’an mengandung perintah untuk menyeru kepada
Allah dan menyuruh kepada kebaikan dan melarang kemungkaran sebagaimana kitab-kitab
sebelumnya juga mengandung hal-hal ini.
‫( ۖ َو ُم َه ْي ِم ًنا َعلَ ْي ِه‬dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu) Yakni sebagai saksi atas
kebenaran kitab-kitab sebelumnya, pengikrar atas apa yang belum dinasakhkan, penasakh
apa yang menyelisihinya, penjaga asas-asas syariat didalamnya, rujukan dalam masalah
hukum yang masih berlaku atau tidak, dan penjelas dari apa yang telah banyak dirubah oleh
pendeta-pendeta Yahudi dan Nasrani.
ُ‫نز َل هللا‬ َ ‫( ۖ َفاحْ ُكم َب ْي َنهُم ِب َمآ َأ‬maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan)
Yakni dalam al-qur’an.
‫( َواَل َت َّت ِبعْ َأهْ َوآ َء ُه ْم‬dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka) Yakni mengikuti hawa
nafsu pemeluk agama-agama yang sebelumnya dan pengubahan mereka atas agama. Dan
jangan pula kamu berbelok dan tersesat.
‫ك م َِن ْال َح ِّق‬ َ ‫( ۚ َعمَّا َجآ َء‬dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu) Yakni
kebenaran yang telah diturunkan kepadamu, karena setiap pemeluk agama-agama itu
menginginkan agar tetap berada dalam keadaan mereka itu dan dalam apa yang mereka
dapatkan dari nenek moyang mereka meskipun itu adalah hal yang bathil dan telah
dinasakh, atau telah disesatkan dari hukum yang diturunkan Allah kepada nabi mereka,
sebagaimana hukum rajam dan lainnya yang mereka rubah dari kitab-kitab Allah.
‫ (ۚ لِ ُك ٍّل َج َع ْل َنا مِن ُك ْم شِ رْ َع ًة َو ِم ْن َهاجً ا‬Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan
yang terang) Yakni menjadikan Taurat bagi pemeluk agama Yahudi dan Injil bagi pemeluk
Nasrani, dan ini ketika syari’at-syari’at terdahulu belum dinasakh oleh al-qur’an. Adapun
setelahnya maka tidak ada syari’at, aturan dan jalan hidup kecuali harus dengan apa yang
didatangkan oleh Nabi Muhammad.
‫( َولَ ْو َشآ َء هللاُ لَ َج َعلَ ُك ْم ُأم ًَّة ٰو ِح َد ًة‬Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja)) Yakni satu syari’at, satu kitab, dan satu rasul saja.
‫( َو ٰلكِن لِّ َيبْلُ َو ُك ْم‬tetapi Allah hendak menguji kamu) Menguji dengan perbedaan syari’at-syari’at.
‫( ۖ فِى َمآ َءا َت ٰى ُك ْم‬terhadap pemberian-Nya kepadamu) Yakni apa yang telah diturunkan kepada
kalian berupa syari’at yang berbeda-beda. Yakni untuk menguju batas ketaatan tiap umat
dalam mengikuti syari’atnya, apakah mereka menjalankan dan mentaatinya atau
meninggalkannya dan condong kepada nawa nafsu serta menjual petunjuk dengan
kesesatan? Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa perbedaan syari’at-syari’at adalah
۟ ُ‫ (ۚ َفاسْ َت ِبق‬maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan) Yakni
ِ ‫وا ْال َخي ْٰر‬
dikarenakan alasan ini. ‫ت‬
wahai orang-orang beriman berlomba-lombalah dengan umat-umat lain yang telah
menjalankan ketaatan kepada Allah atas dasar syari’at mereka, maka jalankanlah ketaatan
kepada Allah atas dasar syari’at kalian agar kalian dapat mengalahkan mereka dalam
ketaatan.

Referensi: https://tafsirweb.com/1932-surat-al-maidah-ayat-48.html
Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H 48. Firman
Allah, “Dan Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab,” yakni, al-Quran yang agung, kitab
termulia dan terbaik, “dengan membawa kebenaran,” yakni diturunkan dengan benar, berisi
kebenaran pada berita-berita, perintah-perintah, dan larangan-larangan. “Membenarkan
apa yang sebelumnya yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya),” karena ia menjadi
saksi baginya, setuju dengannya, berita-beritanya sesuai dengan berita-beritanya, syariat-
syariatnya yang pokok sama dengan syariat-syariatnya, ia memberitakan tentangnya, maka
keberadaannya menjadi bukti kebenarannya. “Dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain
itu,” maksudnya, ia mengandung apa yang dikandung oleh kitab-kitab terdahulu, tetapi ia
unggul dalam tuntutan-tuntutan Ilahiyah dan akhlak-akhlak kejiwaan. Ia adalah kitab yang
menghimpun semua kebenaran yang dibawa oleh kitab-kitab, lalu memerintahkan
kepadanya, mendorong kepadanya, dan memperbanyak jalan yang mengantarkan
kepadanya. Ia adalah kitab yang berisi berita orang-orang terdahulu dan orang-orang yang
akan datang. Ia adalah kitab yang mengandung keadilan, hikmah, dan hukum-hukum, di
mana kitab-kitab terdahulu dicocokkan kepadanya, apa yang dinyatakan benar, maka ia
diterima, dan apa yang ditolaknya maka ia tolak, dan itu berarti ia telah tercampuri oleh
pergantian dan penyelewengan, jika tidak maka seandainya ia benar dari Allah, niscaya Allah
tidak menyelisihinya. “Maka putuslah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan,”
yaitu hukum syar’I yang diturunkan oleh Allah kepadamu, “dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.”
Maksudnya, jangan menjadikan sikap mengikuti hawa nafsu mereka yang rusak yang
menentang kebenaran sebagai ganti bagi kebenaran yang telah datang kepadamu, maka
kamu pun menukar yang lebih baik dengan yang lebih rendah. Masing-masing untuk kalian
wahai umat-umat telah Kami jadikan “aturan dan jalan yang terang,” yakni jalan dan Sunnah.
Syariat-syariat ini, yang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan umat, inilah syariat yang
berubah-ubah sesuai dengan perubahan masa dan kondisi, dan semuanya kembali kepada
keadilan pada saat (dan tempat) disyariatkannya. Adapun prinsip-prinsip dasar yang
merupakan kemaslahatan dan hikmah di setiap masa, maka ia tidak berbeda-beda, ia
disyariatkan pada semua syariat. “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya
satu umat saja,” mengikuti satu syariat, yang terakhir tidak berbeda dari yang sebelumnya.
“Tetapi Allah hendak mengujimu terhadap pemberianNya kepadamu.” Dia mengujimu dan
melihat bagaimana kamu beramal dan Dia menguji masing-masing umat sesuai dengan
hikmahNya dan memberi setiap orang apa yang layak baginya agar terjadi saling berlomba-
lomba di antara umat. Masing-masing umat tentu berusaha mengungguli yang lain. Oleh
karena itu Dia berfirman, “Maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan,” yakni bersegeralah
kepadanya, sempurnakanlah. Kebaikan yang mencakup seluruh kewajiban dan anjuran, baik
itu hak-hak Allah maupun hak hamba-hambaNya, pelakunya belum di anggap berlomba-
lomba padanya, mendahului yang lain, dan menguasai persoalan kecuali dengan dua
perkara: Bersegera kepadanya, memanfaatkan peluang manakala waktunya tiba dan
penyebabnya ada, bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya dengan sempurna sesuai
dengan yang diperintahkan. Ayat ini dijadikan sebagai dalil atas kewajiban bersegera dalam
menjalankan shalat dan ibadah-ibadah yang lain pada awal waktu. Lebih dari itu hendaknya
seorang hamba tidak hanya membatasi diri pada apa yang dianggap cukup dalam shalat dan
ibadah wajib lainnya, akan tetapi hendaknya dia melakukan perkara-perkara Sunnah agar
lebih lengkap dan sempurna, karena dengan itu dia meraih gelar berlomba-lomba dalam
kebaikan. “Hanya kepada Allah-lah kamu semua kembali.” Umat-umat yang lalu dan yang
akan datang, semuanya akan dikumpulkan oleh Allah pada hari yang tidak ada kebimbangan
kepadanya, “lalu diberitakanNya kepadamu apa yang telah kamu persellisihkan itu,” yaitu,
syariat-syariat dana mal-amal perbuatan, maka dia memberi pahala kepada pengikut
kebenaran dana mal shalih dan menghukum pengikut kebatilan dana mal buruk.

Referensi: https://tafsirweb.com/1932-surat-al-maidah-ayat-48.html
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 48.
Wahai Nabi, Kami telah menurunkan kepadamu Al-Qur’an yang mengandung hakikat dari
banyak perkara dan benar-benar memperbaiki (akhlak) para hamba, membenarkan kitab-
kitab Tuhan sebelumnya dan menguji kitab-kitab tersebut, yang mana menyetujui
kebenarannya dan menampakkan kesalahan isi kitab yang dipalsukan. Maka putuskanlah
hukum di antara ahli kitab menggunakan Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah jika mereka
meminta keputusanmu wahai Nabi, dan janganlah mengikuti hawa nafsu para pengikut
kepercayaan sebelumnya dalam memutuskan perkara, sehingga kamu menyimpang dari
kebenaran yang diturunkan oleh Allah kepadamu, karena masing-masing kepercayaan itu
mengikuti keinginan mereka sekalipun itu menyimpang seperti halnya perkara rajam dan
lainnya yang mereka paalsukan dari kitab Taurat. Masing-masing umat kami buatkan aturan
dan jalan yang mereka ikuti, yaitu jalan yang terang dalam agama yang dijalaninya, Hal ini
sebelum syariat-syariat sebelumnya dinasakh dalam Al-Qur’an. Adapun setelah dinasakh
(disalin) maka tidak ada aturan kecuali yang diturunkan dalam Al-Qur’an. Sehingga para ahli
kitab dan pengikut kepercayaan lain sebelumnya untuk mengamalkan Al-Qur’an. Jika
berkehendak, sungguh Allah telah menjadikan kalian sebagai satu umat yang sepakat
dengan satu aturan, namun Allah tidak mau demikian, melainkan ingin membuat beragam
aturan dalam berbagai periode dan waktu, agar Dia bisa menguji kalian dengan aturan yang
berbeda itu. Inilah alasannya. Tidak ada bedanya perbuatan baik di zaman yang berbeda,
maka bergegaslah untuk beramal baik, supaya kalian bisa meraih ridaha Allah. Wahai
Manusia, hanya kepada Allahlah tempat kembali kalian semua, lalu Dia akan memberitahu
perbedaan kalian dalam urusan agama, dan menghisab kalian atas hal itu

Referensi: https://tafsirweb.com/1932-surat-al-maidah-ayat-48.html
E. Kesimpulan

Kandungan surat Al Maidah ayat 48 ini adalah inti dari beberapa tafsirnya yang
dijelaskan di atas, yakni:

 Alquran merupakan kitab yang benar dan tidak keraguan di dalamnya.


Membenarkan kitab-kitab sebelumnya, sekaligus menjadi pembenaran atas
kitab-kitab itu. Sebab kitab-kitab sebelum Alquran sudah tidak otentik lagi
karena diubah oleh manusia.
 Alquran adalah pegangan hidup dan harus menjadi pedoman dalam
memutuskan  segala sesuatu. Meski setiap umat memiliki syariat dan hukum
sendiri sesuai dengan zaman dan kondisi hidupnya, namun secara aqidah dan
pokok agama, semuanya sama yakni bertauhid kepada Allah SWT .
 Allah SWT menjadikan manusia secara beragam untuk menguji dan memberi
kesempatan untuk berlomba dalam kebaikan.
 Semua manusia akan kembali kepada Allah SWT dan mendapat balasan atas
apa yang diyakini dan apa yang dikerjakan di dunia.

Secara umum, kandungan surat Al Maidah ayat 48 adalah untuk memotivasi


umat Islam melakukan banyak kebaikan saat di dunia. Semoga dengan
mengetahui hal ini semakin menguatkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai