Iman kepada kitab-kitab Allah merupakan salah satu rukun iman yang wajib
diimani oleh setiap muslim. Bagaimana beriman kepada kitab Allah? Simak
pembahasan berikut. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla …
Iman kepada kitab-kitab Allah merupakan salah satu rukun iman yang wajib diimani oleh
setiap muslim. Bagaimana beriman kepada kitab Allah? Simak pembahasan berikut. Semoga
Allah ‘Azza wa Jalla menunjukkan kepada kita aqidah yang lurus.
Iman kepada kitab yang Allah turunkan merupakan salah satu ushul (landasan) iman dan
merupakan rukun iman yang enam. Iman yang dimaksud adalah pembenaran yang disertai
keyakinan bahwa kitab-kitab Allah haq dan benar. Kitab-kitab tersebut merupakan kalam
Allah ‘Azza wa jalla yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya kepada umat yang turun
kepadanya kitab tersebut. Diturunkanya kitab merupakan di antara bentuk kasih sayang
Allah kepada hambanya karena besarnya kebutuhan hamba terhadap kitab Allah. Akal
manusia terbatas, tidak bisa meliputi rincian hal-hal yang dapat memberikan manfaat dan
menimbulkan madharat bagi dirinya.
Pertama: Mengimani bahwa turunnya kitab-kitab Allah benar-benar dari sisi Allah Ta’ala.
Kedua: Mengimani nama-nama kitab yang kita ketahui namanya seeprti Al Quran yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Taurat yang diturunkan
kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam, Injil yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam,
dan Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud ‘alaihis salaam. Sedangkan yang tidak kita
ketahui namanya, kita mengimaninya secara global.
Ketiga: Membenarkan berita-beritanya yang benar, seperti berita mengenai Al Quran, dan
berita-berita lain yang tidak diganti atau diubah dari iktab-kitab terdahulu sebelum Al Quran.
Keempat: Mengamalkan hukum-hukumnya yang tidak dihapus, serta ridho dan tunduk
menerimanya, baik kita mengetahui hikmahnya maupun tidak. (Syarh Ushuulil Iman, hal 30)
}48{… َو َأنَز ْلَنآِإَلْيَك اْلِكَتاَب ِباْلَح ِّق ُمَص ِّد ًقا ِّلَم ا َبْيَن َيَد ْيِه ِم َن اْلِكَتاِب َو ُمَهْيِم ًنا َع َلْيِه
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai muhaimin
terhadap kitab-kitab yang lain itu…” (QS. Al Maidah: 48). Maksud “muhaimin” adalah Al
Quran sebagai haakim (yang memutuskan benar atau tidaknya, ed) apa yang terdapat dalam
kitab-kitab terdahulu. Berdasarkan hal ini, maka tidak dibolehkan mengamalkan hukum
apapun dari hukum-hukum kitab terdahulu, kecuali yang benar dan diakui oleh Al Quran.
(Syarh Ushuulil Iman, hal 30-31)
… َف ِإن َتَن اَزْع ُت ْم ِفي َش ْى ٍء َفُر ُّدوُه ِإَلى ِهللا َوالَّرُس وِل ِإن ُكنُت ْم ُتْؤِم ُن وَن ِباِهلل َواْلَيْو ِم ْاَألِخ ِر َذِلَك َخ ْي ُُر
}59{ َوَأْح َس ُن َتْأ ِويًال
“…Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An
Nisaa’: 59). (Husuulul Ma’muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuul, hal 33)
}25{ … َلَق ْد َأْر َس ْلَن ا ُر ُس َلَن ا ِباْلَبِّيَن اِت َوَأنَزْلَن ا َم َع ُهُم اْلِكَتاَب َواْلِم يَزاَن
“ Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan)…” (QS. Al
Hadiid: 25)
Ayat ini menjadi dalil bahwa setiap rasul memiliki kitab, namun kita tidak mengetahui
seluruh kitab. Kita hanya mengetahuii sebagiannya, seperti shuhuf Ibrahim dan Musa, Taurat,
Zabur, Injil, dan Al Quran. Kita mengimani setiap kitab yang diturunkan kepada para rasul.
Jika kita tidak mengetahuinya, maka kewajiban kita adalah beriman secara global. (Syarh al
‘Aqidah al Washitiyah, hal 40)
Manusia terbagi menjadi tiga golongan dalam menyikapi kitab samawi yang Allah turunkan:
Golongan kedua: Orang-orang mukmin yang beriman terhadap seluruh rasul dan kitab yang
diturunkan kepada mereka. Sebagaimana Allah firmankan,
}285{ … َء اَمَن الَّرُس وُل ِبَم آُأنِزَل ِإَلْي ِه ِم ن َّرِّبِه َواْلُم ْؤِم ُن وَن ُكٌّل َء اَمَن ِباِهلل َوَم َالِئَكِتِه َوُك ُتِبِه َوُر ُس ِلِه
“Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya…” (QS. Al Baqoroh: 285).
Golongan ketiga: Orang-orang Yahudi dan Nashrani serta yang mengikuti jalan mereka.
Mereka mengatakan,
… }91{ … ُنْؤِم ُن ِبَم آ ُأنِزَل َع َلْيَنا َوَيْك ُف ُر وَن ِبَم ا َوَرآَءُه َوُهَو اْلَح ُّق ُم َص ِّد ًق ا ِّلَم ا َم َع ُه ْم
“…Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Dan mereka kafir
kepada Al Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur’an itu adalah (Kitab) yang
hak. yang membenarkan apa yang ada pada mereka,,,” (QS. Al Baqoroh: 91).
Mereka beriman terhadap sebagian kitab, namun kufur dengan sebagian yang lain. Allah
berfirman tentang mereka,
… َأَفُت ْؤِم ُن وَن ِبَبْع ِض اْلِكَت اِب َوَتْك ُف ُر وَن ِبَبْع ٍض َف َم اَجَزآُء َم ن َيْفَع ُل َذِلَك ِمنُك ْم ِإَّال ِخ ْز ُُيفِي اْلَحَياِة الُّد ْنَيا
}85{ َوَيْوَم اْلِق َياَم ِة ُيَرُّدوَن ِإلَى َأَش ِّد اْلَع َذاِب َوَم ا الَّلُه ِبَغاِفٍل َع َّم ا َتْعَم ُلوَن
“ … Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap
sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu,
melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan
kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat” (QS. Al
Baqoroh:85).
Tidak ragu lagi bahwa beriman dengan sebagian kitab dan kufur dengan sebagian yang lain
sama saja dengan kufur terhadap semuanya. Karena keimanan harus mencakup dengan
seluruh kitab samawi dan seluruh para rasul, tidak memebdakan dan menyelisihi
sebagiannya. Allah Ta’ala mencela orang-orang yang membedakan dan menyelisihi kitab,
sebagaimana firman-Nya,
… }176{ َوِإَّن اَّلِذ يَن اْخ َتَلُف وا ِفي اْلِكَتاِب َلِف ي ِش َقاٍق َبِع يٍد
“…dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab itu, benar-
benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran)” (QS. Al Baqoroh:176). (Al Irsyaad
ilaa Shahiihil I’tiqaad, hal 143-144)
Termasuk keimanan kepada kitab Allah adalah beriman kterhadap Al Quran yang diturunkan
kepada Nabi Terakhir, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Keimanan terhadap Al
Quran yang benar sebagaimana diungkapakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam
kitab beliau al ‘Aqidah al Washitiyah. Beliau mengatakan, “ Termasuk keimanan kepada
Allah dan kitab-kitab-Nya yaitu beriman bahwa Al Quran merupakan kalam Allah yang
diturunkan dan bukan makhluk. Al Quran berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
Alllah Ta’ala berbicara secara hakiki. Dan sesungguhnya Al Quran yang diturunkan kepada
Muhammad merupakan kalam Allah yang hakiki dan bukan kalam selain-Nya. Tidak boleh
memutlakkan perkataan bahwa Al Quran merupakan hikayat dari kalam Allah atau
merupakan ungkapan (ibaroh) dari kalam Allah. Bahkan jika manusia membacanya dan
menulisnya dalam mushaf bukan berarti menafikan bahwa Al Quran merupakan kalam Allah
yang hakiki. Karena kalam hanya disandarkan secara hakiki pada yang pertama kali
mengucapkannya bukan kepada yang menyampaikannya kemudian. Al Quran merupakan
kalam Allah baik huruf dan maknanya, bukan hanya huruf tanpa makna atau makna tanpa
huruf.” (matan al ‘Aqidah al Washitiyah)
Iman kepada kitab-kitab Allah akan membuahkan faedah yang agung, di antaranya :
Pertama: Mengetahui perhatian Allah terhadap para hambanya dengan menurunkan kitab
kepada setiap kaum sebagai petunjuk bagi mereka.
Kedua: Mengetahui hikmah Allah Ta’ala mengenai syariat-syariat-Nya, di mana Allah telah
menurunkan syariat untuk setiap kaum yang sesuai dengan kondisi mereka, sebagaimana
yang Allah firmankan,
“…Untuk tiap-tiap umat diantara kamu , Kami berikan aturan dan jalan yang terang…” (QS.
Al Maidah: 48).
Demikianlah secara ringkas aqidah ahlussunnah tentang iman kepada kitab suci. Semoga
tulisan yang ringkas ini bermanfaat. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa ‘ala
aalihi wa shahbihi wa sallam.
Sumber Rujukan :
1. Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, Penerbit Daarul
Qasim, Cetakan pertama, 1419 H
2. Al Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqaad, Syaikh Sholih Al Fauzan, Penerbit Maktabah
Salsabiil, Cetakan pertama, tahun 2006.
3. Syarhu al ‘Aaqidah al Washitiyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Kumpulan Ulama,
Penerbit Daarul Ibnul Jauzi.
4. Husuulul Ma’muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuul, Syaikh Abdullah Al Fauzan,
Penerbit Maktabah ar Rusyd, Riyadh, Cetakan pertama, tahun 1422H/2001 M.
Salah satu pokok kepercayaan atau rukun iman dalam Islam ialah meyakini adanya kitab-
kitab Allah swt. Pernyataan iman seseorang kepada Allah swt yang tidak diikuti dengan
keyakinan adanya kitab-kitab suci-Nya hanyalah omong kosong. Kitab-kitab Allah swt
adalah himpunan wahyu yang diturunkan kepada para Rasul-Nya untuk disampaikan kepada
manusia sebagai pedoman hidup.[1]
Menurut istilah, kitab adalah kumpulan wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Rasul-
rasul-Nya yang terdapat dalam lembaran-lembaran dan terkumpul menjadi satu bentuk buku.
Beriman kepada kitab-kitab Allah swt ialah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah swt telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada Rasul-rasul-Nya dari Lauh
Mahfud dan yakin bahwa segala isi yang terkandung di dalamnya adalah benar. Kita sebagai
umat Islam belum cukup beriman kepada kitab-kitab Allah swt saja, tetapi harus senantiasa
membaca, mempelajari dan memahami isi kandungannya. Sehingga kita tahu aturan-aturan
dalamnya untuk selanjutnya kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kita
telah menjadikan kitab sebagai pedoman hidup guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat yang abadi.[2]
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa kita diperintahkan untuk beriman kepada kitab-kitab
Allah swt adalah sebagai berikut:
a. Meyakini bahwa Allah memiliki beberapa kitab suci yang diwahyukan kepada Rasul-
Nya untuk dijadikan pedoman hidup manusia.
b. Meyakini kebenaran ajaran yang ada di dalamnya secara mutlak tanpa keragu-raguan
sedikit pun.
c. Mengamalkan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari, baik
sebagai individu, angota keluarga, maupun anggota masyarakat.[4]
4. Perbedaan beriman kepada Kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an dengan kitab suci Al-
Qur’an
Perbedaan beriman kepada Kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an dengan kitab suci Al-Qur’an
ialah sebagai berikut.
a. Beriman kepada kitab suci sebelum Al-Qur’an cukup meyakini adanya kitab suci
tersebut, tidak wajib mengamalkan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya.
b. Beriman kepada kitab suci Al-Qur’an dengan meyakini keberadaannya, meyakini
kebenaran petunjuknya, dan mengamalkan petunjuk-petunjuk tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
Allah swt berfirman sebagai berikut.
Artinya: Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta
mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS. Al-Baqarah/2:4)[5]
Fungsi iman kepada kitab-kitab Allah adalah sebagai petunjuk hidup. Manusia hidup di dunia
memerlukan petunjuk agar hidupnya terarah. Petunjuk yang diperlukan harus mempunyai
kualitas yang tinggi melebihi petunjuk-petunjuk yang dibuat manusia sendiri. Tanpa adanya
petunjuk atau pedoman hidup, manusia akan bingung tidak tahu arah dan tujuan hidup.
Petunjuk yang dapat membimbing manusia ke arah tujuan hidup hanyalah kitab suci yang
telah diwahyukan Allah kepada para Rasul-Nya.
Di dalam Surah az-Zariyat ayat 56, telah ditegaskan bahwa jin dan manusia dicipta oleh
Allah tidak lain hanyalah agar menghambakan diri kepada-Nya. Sementara itu, di dalam
Surah al-Baqarah ayat 30 dinyatakan oleh Allah bahwa manusia diciptakan Allah sebagai
khalifah di dunia dalam rangka menghambakan diri kepada-Nya.
Kehidupan manusia di bumi ini tidak lepas dari permasalahan yang sulit untuk dipecahkan.
Permasalahan hidup makin bertambah banyak sehinggamanusia sering lupa dari tugas
hidupnya sebagai hamba Allah.
Dengan beriman secara benar kepada kitab-kitab Allah, manusia memperoleh bimbingan
dalam hidupnya sehingga persoalan hidup dapat teratasi.[6]
Kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Rasul-Nya yang wajib kita imani yaitu
ada empat antara lain:
Dalam hal akidah secara prinsipal sama saja, tetapi diungkapkan dalam pemaparan
bahasa yang berbeda. Dalam Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad,
pemaparan prinsip tauhid diperkaya dengan berbagai penjelasan dan bukti yang
memberikan argumentsi yang jelas dan tepat, karena umat Nabi Muhammad telah
mampu mengembangkan nalar dan tingkat perkembangan pemikiran umatnya belum
membutuhkannya.
a. Kitab: Menurut bahasa artinya “yang ditulis”, sedangkan menurut istilah adalah
kumpulan firman Allah yang diturunkan kepada para Nabi untuk disampaikan kepada
umatnya.
b. Suhuf: Menurut bahasa artinya “lembaran”, sedangkan menurut istilah adalah
lembaran-lembaran yang berisikan firman Allah tentang hukum-hukum yang
disampaikan kepada para Nabi untuk diteruskan kepada umatnya.[9]
Jumlah kitab yang wajib diimani ada 4 yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an.
Sedangkan jumlah suhuf yang harus kita ketahui adalah sebagai berikut:
Disamping ada perbedaan antara kitab dan suhuf, maka antara keduanya juga ada
persamaan. Adapun persamaan antara kitab dan suhuf yaitu sama-sama wahyu Allah
yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul-Nya untuk dijadikan pedoman hidup.[10]
Ada beberapa hikmah diturunkannya kitab-kitab Allah yaitu antara lain sebagai berikut.
a. Melepaskan manusia dari kesesatan
b. Mendapat syifa’ (obat) dari Allah
c. Selalu mendapat rahmat dari Allah
d. Mendapat ilmu pengetahuan yang luas
e. Menjadi manusia pilihan
f. Selalu mendapat petunjuk dari Allah[11]
a. Memiliki rasa hormat dan menghargai kitab suci sebagai kitab yang memiliki
kedudukan di atas segala kitab yang lain.
b. Berusaha menjaga kesucian kitab suci dan membelanya apabila ada pihak lain yang
meremehkannya.
c. Mau mempelajari dengan sungguh-sungguh petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya,
baik dengan membaca sendiri maupun menghadiri majelis taklim.
d. Berusaha untuk mengamalkan petunjuk-petunjuknya sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
e. Berusaha untuk menyebarluaskan petunjuk-petunjuknya kepada orang lain, baik di
lingkungan keluarga sendiri maupun masyarakat.
f. Berusaha untuk memperbaiki bacaannya dengan mempelajari ilmu tajwid.
g. Tunduk kepada hukum yang ada di dalam kitab suci dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.[12]
1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut lugah/bahasa artinya membaca atau bacaan yang mengandung makna
bahwa agar supaya Al-Qur’an itu senantiasa dibaca/dijadikan bacaan setiap hari. Sedangkan
menurut istilah Al-Qur’an yaitu firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
dari Lauh Mahfud melalui malaikat Jibril a.s. serta membacanya termasuk ibadah yang
berpahala.
Kitab Al-Qur’an merupakan kitab terakhir yang diturunkan nabi terakhir yaitu Nabi
Muhammad saw sebagai mukjizat paling besar dan bukti kerasulannya. Al-Qur’an berfungsi
menyempurnakan kitab-kitab suci terdahulu sebelum Al-Qur’an.[13]
Sebagai kitab suci yang menyempurnakan kitab terdahulu, Al-Qur’an berisi petunjuk hidup
secara lengkap sesuai dengan perkembangan zaman. Ajaran yang terkandung di dalam Al-
Qur’an secara garis besar, antara lain sebagai berikut:
Sebelum Al-Qur’an diturunkan, masyarakat Arab hidup dalam kegelapan. Mereka juga
disebut masyarakat jahiliah karena tidak mampu memilih petunjuk dengan benar. Mereka
banyak menyimpang dari agama tauhid yang telah diajarkan nabi sebelumnya.
Setelah Nabi Muhammad saw diutus Allah swt untuk menyampaikan Al-Qur’an sebagai
petunjuk hidup yang benar, sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang
menolak. Mereka yang semula menyembah berhala, kemudian menyembah Allah swt dan
mau mengikuti ajaran Islam. Dengan demikian, hikmah diturunkannya Al-Qur’an adalah
untuk menuntun manusia ke jalan yang benar agar selamat hidupdi dunia dan akhirat.
Kitab suci diturunkan oleh Allah swt kepada Rasul-rasul-Nya berfungsi sebagai petunjuk atau
pedoman hidup manusia. Kehidupan manusia di dunia ini mengalami perkembangan dari
kehidupan yang sederhana menjadi lebih maju atau modern. Oleh karena itu, Allah tidak
hanya menurunkan satu kitab.
Kedudukan Al-Qur’an terhadap kitab-kitab suci yang lain adalah sebagai penyempurna.
Ajaran yang terdapat dalam kitab suci terdahulu bersifat sederhana dan disempurnakan oleh
kitab suci Al-Qur’an.[16]
Kita sebagai umat Islam harus mencintaiterhadap kitab sucinya yaitu Al-Qur’an, bukti
kecintaan kita terhadap Al-Qur’an yaitu dengan cara:
a. Membaca Al-Qur’an
b. Mendengarkan Al-Qur’an
c. Mempelajari dan mengajarkan isi kandungan Al-Qur’an
d. Mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an
e. Membumikan nilai-nilai Al-Qur’an.[17]
Referensi :
Ibrahim T. dan H. Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak Jilid 2 Kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah, Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.
Taufiq, Ahmad dan Muhammad Rohmadi, Pendidikan Agama Islam: Pendidikan Karakter
Berbasis Agama, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.
Uman, Cholil dan Mas’ud Nawi, Materi Penting Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Surya
Agung, 1996.
[1] T. Ibrahim dan H. Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak Jilid 2 Kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 2.
[2] Ahmad Adib Al Arif, Akidah Akhlak, (Semarang: Aneka Ilmu, 2009), hlm. 2.
[3] Ahmad Adib Al Arif, Akidah Akhlak, (Semarang: Aneka Ilmu, 2009), hlm. 3.
[4] T. Ibrahim dan H. Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak Jilid 2 Kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 2-3.
[5] T. Ibrahim dan H. Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak Jilid 2 Kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 3.
[6] T. Ibrahim dan H. Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak Jilid 2 Kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 4.
[7] Ahmad Adib Al Arif, Akidah Akhlak, (Semarang: Aneka Ilmu, 2009), hlm. 9-10.
[8] Ahmad Taufiq dan Muhammad Rohmadi, Pendidikan Agama Islam: Pendidikan Karakter
Berbasis Agama, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), hlm. 19-20.
[9] Cholil Uman dan Mas’ud Nawi, Materi Penting Pendidikan Agama Islam, (Surabaya:
Surya Agung, 1996), hlm. 9.
[10] Ahmad Adib Al Arif, Akidah Akhlak, (Semarang: Aneka Ilmu, 2009), hlm. 4-5.
[11] Ahmad Adib Al Arif, Akidah Akhlak, (Semarang: Aneka Ilmu, 2009), hlm. 7-9.
[12] T. Ibrahim dan H. Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak Jilid 2 Kelas VIII
Madrasah Tsanawiyah, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 21.
[13] Ahmad Adib Al Arif, Akidah Akhlak, (Semarang: Aneka Ilmu, 2009), hlm. 10-11.
[14] Ahmad Adib Al Arif, Akidah Akhlak, (Semarang: Aneka Ilmu, 2009), hlm. 12.
[15] T. Ibrahim dan H. Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak Jilid 2 Kelas VIII
Madrasah Tsanawiyah, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 14-15.
[16] T. Ibrahim dan H. Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak Jilid 2 Kelas VIII
Madrasah Tsanawiyah, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 13-14.
[17] Ahmad Adib Al Arif, Akidah Akhlak, (Semarang: Aneka Ilmu, 2009), hlm. 12-14.
NIM : 113111056/PAI 4B
Kelas/Semester : VIII/I
Alokasi Waktu : 1 x 40
Materi Ajar :
Menurut istilah, kitab adalah kumpulan wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Rasul-
rasul-Nya yang terdapat dalam lembaran-lembaran dan terkumpul menjadi satu bentuk buku.
Beriman kepada kitab-kitab Allah swt ialah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah swt telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada Rasul-rasul-Nya dari Lauh
Mahfud dan yakin bahwa segala isi yang terkandung di dalamnya adalah benar. Kita sebagai
umat Islam belum cukup beriman kepada kitab-kitab Allah swt saja, tetapi harus senantiasa
membaca, mempelajari dan memahami isi kandungannya. Sehingga kita tahu aturan-aturan
dalamnya untuk selanjutnya kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kita
telah menjadikan kitab sebagai pedoman hidup guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat yang abadi.[2]
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa kita diperintahkan untuk beriman kepada kitab-kitab
Allah swt adalah sebagai berikut:
a. Meyakini bahwa Allah memiliki beberapa kitab suci yang diwahyukan kepada Rasul-
Nya untuk dijadikan pedoman hidup manusia.
b. Meyakini kebenaran ajaran yang ada di dalamnya secara mutlak tanpa keragu-raguan
sedikit pun.
c. Mengamalkan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari, baik
sebagai individu, angota keluarga, maupun anggota masyarakat.[4]
4. Perbedaan beriman kepada Kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an dengan kitab suci Al-
Qur’an
Perbedaan beriman kepada Kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an dengan kitab suci Al-Qur’an
ialah sebagai berikut.
a. Beriman kepada kitab suci sebelum Al-Qur’an cukup meyakini adanya kitab suci
tersebut, tidak wajib mengamalkan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya.
b. Beriman kepada kitab suci Al-Qur’an dengan meyakini keberadaannya, meyakini
kebenaran petunjuknya, dan mengamalkan petunjuk-petunjuk tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
Artinya: Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta
mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS. Al-Baqarah/2:4)[5]
Fungsi iman kepada kitab-kitab Allah adalah sebagai petunjuk hidup. Manusia hidup di dunia
memerlukan petunjuk agar hidupnya terarah. Petunjuk yang diperlukan harus mempunyai
kualitas yang tinggi melebihi petunjuk-petunjuk yang dibuat manusia sendiri. Tanpa adanya
petunjuk atau pedoman hidup, manusia akan bingung tidak tahu arah dan tujuan hidup.
Petunjuk yang dapat membimbing manusia ke arah tujuan hidup hanyalah kitab suci yang
telah diwahyukan Allah kepada para Rasul-Nya.
Di dalam Surah az-Zariyat ayat 56, telah ditegaskan bahwa jin dan manusia dicipta oleh
Allah tidak lain hanyalah agar menghambakan diri kepada-Nya. Sementara itu, di dalam
Surah al-Baqarah ayat 30 dinyatakan oleh Allah bahwa manusia diciptakan Allah sebagai
khalifah di dunia dalam rangka menghambakan diri kepada-Nya.
Kehidupan manusia di bumi ini tidak lepas dari permasalahan yang sulit untuk dipecahkan.
Permasalahan hidup makin bertambah banyak sehinggamanusia sering lupa dari tugas
hidupnya sebagai hamba Allah.
Dengan beriman secara benar kepada kitab-kitab Allah, manusia memperoleh bimbingan
dalam hidupnya sehingga persoalan hidup dapat teratasi.[6]
Kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Rasul-Nya yang wajib kita imani yaitu
ada empat antara lain:
Dari segi isi terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan yang ada pada kitab-kitab
itu terletak pada aspek akidah, yaitu tauhid atau mengesakan Allah, sedang aspek-
aspek hukum atau syariat mengalami perkembangan dari satukitab ke kitab yang lain.
Dalam hal akidah secara prinsipal sama saja, tetapi diungkapkan dalam pemaparan
bahasa yang berbeda. Dalam Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad,
pemaparan prinsip tauhid diperkaya dengan berbagai penjelasan dan bukti yang
memberikan argumentsi yang jelas dan tepat, karena umat Nabi Muhammad telah
mampu mengembangkan nalar dan tingkat perkembangan pemikiran umatnya belum
membutuhkannya.
a. Kitab: Menurut bahasa artinya “yang ditulis”, sedangkan menurut istilah adalah
kumpulan firman Allah yang diturunkan kepada para Nabi untuk disampaikan kepada
umatnya.
b. Suhuf: Menurut bahasa artinya “lembaran”, sedangkan menurut istilah adalah
lembaran-lembaran yang berisikan firman Allah tentang hukum-hukum yang
disampaikan kepada para Nabi untuk diteruskan kepada umatnya.[9]
Jumlah kitab yang wajib diimani ada 4 yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an.
Sedangkan jumlah suhuf yang harus kita ketahui adalah sebagai berikut:
Disamping ada perbedaan antara kitab dan suhuf, maka antara keduanya juga ada
persamaan. Adapun persamaan antara kitab dan suhuf yaitu sama-sama wahyu Allah
yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul-Nya untuk dijadikan pedoman hidup.[10]
4. Hikmah diturunkannya Kitab-kitab Allah
Ada beberapa hikmah diturunkannya kitab-kitab Allah yaitu antara lain sebagai berikut.
a. Memiliki rasa hormat dan menghargai kitab suci sebagai kitab yang memiliki
kedudukan di atas segala kitab yang lain.
b. Berusaha menjaga kesucian kitab suci dan membelanya apabila ada pihak lain yang
meremehkannya.
c. Mau mempelajari dengan sungguh-sungguh petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya,
baik dengan membaca sendiri maupun menghadiri majelis taklim.
d. Berusaha untuk mengamalkan petunjuk-petunjuknya sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
e. Berusaha untuk menyebarluaskan petunjuk-petunjuknya kepada orang lain, baik di
lingkungan keluarga sendiri maupun masyarakat.
f. Berusaha untuk memperbaiki bacaannya dengan mempelajari ilmu tajwid.
g. Tunduk kepada hukum yang ada di dalam kitab suci dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.[12]
1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut lugah/bahasa artinya membaca atau bacaan yang mengandung makna
bahwa agar supaya Al-Qur’an itu senantiasa dibaca/dijadikan bacaan setiap hari. Sedangkan
menurut istilah Al-Qur’an yaitu firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
dari Lauh Mahfud melalui malaikat Jibril a.s. serta membacanya termasuk ibadah yang
berpahala.
Kitab Al-Qur’an merupakan kitab terakhir yang diturunkan nabi terakhir yaitu Nabi
Muhammad saw sebagai mukjizat paling besar dan bukti kerasulannya. Al-Qur’an berfungsi
menyempurnakan kitab-kitab suci terdahulu sebelum Al-Qur’an.[13]
Sebagai kitab suci yang menyempurnakan kitab terdahulu, Al-Qur’an berisi petunjuk hidup
secara lengkap sesuai dengan perkembangan zaman. Ajaran yang terkandung di dalam Al-
Qur’an secara garis besar, antara lain sebagai berikut:
Sebelum Al-Qur’an diturunkan, masyarakat Arab hidup dalam kegelapan. Mereka juga
disebut masyarakat jahiliah karena tidak mampu memilih petunjuk dengan benar. Mereka
banyak menyimpang dari agama tauhid yang telah diajarkan nabi sebelumnya.
Setelah Nabi Muhammad saw diutus Allah swt untuk menyampaikan Al-Qur’an sebagai
petunjuk hidup yang benar, sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang
menolak. Mereka yang semula menyembah berhala, kemudian menyembah Allah swt dan
mau mengikuti ajaran Islam. Dengan demikian, hikmah diturunkannya Al-Qur’an adalah
untuk menuntun manusia ke jalan yang benar agar selamat hidupdi dunia dan akhirat.
Kitab suci diturunkan oleh Allah swt kepada Rasul-rasul-Nya berfungsi sebagai petunjuk atau
pedoman hidup manusia. Kehidupan manusia di dunia ini mengalami perkembangan dari
kehidupan yang sederhana menjadi lebih maju atau modern. Oleh karena itu, Allah tidak
hanya menurunkan satu kitab.
Kedudukan Al-Qur’an terhadap kitab-kitab suci yang lain adalah sebagai penyempurna.
Ajaran yang terdapat dalam kitab suci terdahulu bersifat sederhana dan disempurnakan oleh
kitab suci Al-Qur’an.[16]
a. Membaca Al-Qur’an
b. Mendengarkan Al-Qur’an
c. Mempelajari dan mengajarkan isi kandungan Al-Qur’an
d. Mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an
e. Membumikan nilai-nilai Al-Qur’an.[17]