Anda di halaman 1dari 21

BAB.

VIII
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

A. Pengertian Kitab
Kata kitab berasal dari bahasa arab yaitu dari kata “kataba, yaktubu,
katban, kitaban, dan kitaban”, artinya : mengumpulkan beberapa huruf dan
menyatukanya. Kata ini mempunyai makna khusus, kemudian dari kata itu dibuat
kalimat-kalimat yang mempunyai faedah yang disebut, kalam.
Jadi kitab, artinya sesuatu yang mengandung pembicaraan yang memberi
faedah dan mempunyai banyak tujuan. Dan kitab-kitab Allah yang wajib diimani
adalah shuhuf (lembaran-lembaran) yang mememuat kalam-kalam Allah yang Dia
wahyukan kepada Rasul-RasulNya, lalu menjadi kitab-kitab, atau tetap lembaran-
lembaran yang tidak dikumpulkan dan tidak dijadikan kitab khusus. Lembaran-
lembaran itu antara lain shuhuf Ibrahim Alaihi Salam dan lembaran Musa As.
Adapun kitab-kitab tersebut adalah Taurat, Zabur, Injil, dan Alquran. (Al-
Jazairi,1995 : 212)
Jadi persamaan keduanya adalah sama-sama merupakan wahyu dari Allah.
Adapun perbedaanya adalah : 1. Isi kitab lebih lengkaf dari pada shuhuf. 2. Kitab
wajib disampikan kepada manusia, sedangkan shuhuf tidak, 3. Kitab dibukukan,
sedangkan shuhuf tidak. Kata Alquran, kata kitab disebut tidak kurang dari 198
ayat dan shuhuf 6 ayat. (Jamhari,1999 : 125 )

B. Beriman kepada Kitab-kitab Allah.


Salah satu rukun iman adalah beriman kepada kitab-kitab Allah, maka
wajiblah bagi kita untuk mengimani semua kitab-kitab yang perna diturunkan
kepada para RasulNya, sebagaimana sistem iman kepada para Rasul, pegingkaran
terhadap salah satu kitab Allah, sama artinya pengingkaran terhadap seluruh kitab
Allah. Dan mengingkari kitab Allah, sama pula artinya mengingkari kepada para
Rasul, para Malaikat dan kepada Allah sendiri.
Dengan demikian sangat berat akibatnya bagi seseorang atau suatu ummat
yang mengingkari salah satu dari Kitab-kitab Allah itu. Sebab itulah kita wajib

84
beriman kepada Kitab yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim, Taurat yang
diturunkaNya kepada Nabi Musa, Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud, dan
Injil yang diwahyukan kepada Nabi isa putra Maryam, dan yang terakhir Kitab
Alquran yang dinuzulkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Jumlah Kitab-kitab itu tidak pernah disebut angkanya dalam Alquran.
Akan tetapi nama kitab-kitab yang sampai kepada kita terbatas. Kita hanya
mengetahui apa yang tersebut dalam Alquran dan yang diberitakan oleh Nabi.
Yang kita ketahui ialah nama-nama yang tersebut di atas. Mengenai kitab agama
lain, kita tidak dapat mengatakan dengan tegas bahwa kitab-kitab itu adalah palsu
seluruhnya, apakah di antara ayat-ayatnya adalah firman Allah, Alquran sebagai
setandar untuk menilainya. Bila ada persamaanya dengan ayat-ayat Alquran,
maka dapat diduga bahwa ayat-ayat dari Kitab-kitab itu mungkin firman Allah.
Perumpamaan Kitab-kitab yang pernah Allah turunkan kepada Rasul-rasul
sebelum risalah Nabi Muhammad Saw, dengan Alquran adalah laksana anak-anak
sungai yang menuju kesuatu aliran sungai besar, kemudian menuju ke samudra-
nya. Risalah yang dibawah oleh Nabi Musa, Daud dan Isa dan lain-lain Nabi yang
membawa ajaran-ajaran Allah yang nama-nama pembawa dan nama-nama ajaran
itu tidak dijelaskan dalam Alquran, adalah ibarat anak-anak sungai dimana
semuanya itu harus mengalir kesatu tujuan, yaitu kesamudranya.
Ini membuktikan tentang ke Esaan Allah dan mengajarkan satu tujuan
agung yang penghabisan yaitu agama Islam, yang untuk tujuan itu manusia
diciptakan. Sebab itulah kitab-kitab terdalu, kini telah menjadi satu sungai raksasa
yang airnya mengalir ke samudranya, yaitu Alquran, kitab Allah yang terakhir.”
(Razak,1989 :152-153)
Untuk mengatur kehidupan manusia, telah diturunkan hukum-hukum dan
aturan-aturan oleh Allah Swt, kepada manusia melalui para Rasul (utusan)-Nya.
Hukum-hukum itu dihimpun itu dihimpun oleh tiap-tiap Rasul yang
menerimanya, sehingga menjadi sebuah kitab yang disebut kitab Allah. Dan kita
wajib mempercayai bahwa Allah Swt, telah menurunkan beberapa kitab kepada
beberapa utusan-Nya untuk memperbaiki kehidupan duniawi manusia dan
menuntut mereka kepada kepada agama yang benar. (munir,1992 : 24)

85
C. Dalil wajibnya iman kepada Kitab-kitab Allah.
Beriman kepada kitab-kitab samawi dari Allah adalah wajib menurut
syar’i sebagaiman wajib menurut akal. Iman kepada kitab-kitab Allah itu wajib
menurut syara’ karena Allah telah memerintahkanya dengan perintah yang harus
ditaati dan haram untuk didurhakai, karena Allah telah berfirman tentang perintah-
Nya untuk beriman kepada kitab-kitab-Nya, sebagaimana firmanya :

           

             

   


Artinya :” Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
(QS.An-Nisa’ :136)
Ayat ini telah cukup untuk menunjukkan wajibnya iman kepada kitab-
kitab Allah secara umum, dan khususnya kepada Alquran, sebagai kitab pedoman
agama Islam dan kaum muslimin. Juga menjelaskan tentang haramnya
mendustakannya dan membenarkan semua yang ada didalamnya, yang
merupakan wahyu Allah dan kalam-Nya.
Iman kepada Allah tidak hanya wajib, tetapi merupakan salah satu rukun
iman, dimana iman seseorang tidak sah kecuali dengan beriman kepada enam
rukunnya secara keseluruhan. Dan bahwa iman kepada kitab-kitab Allah adalah
rukun ketiga dari rukun iman yang merupakan bagunan aqidah Islam,
sebagaimana dijelaskan di dalam Alquran dan Sunnah Rasul.
Firman Allah Swt QS. Al-Baqarah : 177

             

    

86
Artinya :”bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (QS.Al-
Baqarah : 177)

            

             

   


Artinya : Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan
Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
Sedangkan dari Sunnah Nabi, terdapat hadits dalam Shahih Muslim dari
Umar bin Khathab yang di dalamnya disebutkan pertanyaan Jibril kepada
Rasulullah tentang iman. Dan Rasulullah menjawabnya, bahwa iman ialah, “iman
kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, hari
kemudian dan Qadha dan Qadar-Nya yang baik dan buruk, yang pahit dan yang
manis.”( Muslim, 1/28,29 )
Iman kepada kitab-kitab Allah yang wajib menurut akal itu tampak jika
kita berpikir tentang kebutuhan manusia kepadanya. Dimana Rasulullah adalah
yang menyampaikan syariat-syariat Allah, sedangkan dalam menetapkan
kerasulan, hukum-hukum syariat itu membutuhkan kapada kitab-kitap sebagai
hujjah kepada umat bahwa para Rasul itu benar-benar diutus kepada mereka
sehingga mereka beriman denganya.
Penetapan hukum Allah sendiri membutuhkan kepada kitab yang memuat
dan mengumpulkan penetapan hukum itu serta menetapkanya agar tetap ada
setelah wafatnya Rasul, menjadi syari’at yang terjaga, dan dikerjakan oleh
generasi-generasi sampai batas yang ditentukan untuk dihapus dengan risalah lain

87
atau dengan menghapus sebahagian hukum yang ada di dalamnya, seperti yang
terjadi dengan Taurat dan Injil. Allah telah menghapus dengan Injil sebagai
hukum Taurat. Dan menghapus dengan Alquran sebagian hukum Taurat dan Injil.
Andaikan kitab itu tidak terjaga setelah wafat Rasul, pastilah agama yang
beliau bawa akan hilang sebahagian besarnya, dan pada waktu itu manusia akan
berkata, “ Apa yang harus kita sembah dan bagaimana kita menyembah Tuhan itu,
sedangkan tidak ada syariat yang menjelaskan bagaimana kita menyembah
Tuhan? Sehingga mereka memiliki hujjah ketika tidak menyembah Allah. Inilah
yang tidak Allah kehendaki, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya.

              

 

Artinya :”(mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira


dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan (hujjah) bagi manusia
membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(An-Nisa’ : 165)

Inilah yang menjadi masalah, dan masalah tersebut ada tiga hal diantaranya :
1. Kebutuhan Rasul dalam menetapkan kerasulanya kepada kitab dari Tuhanya
yang menjadi hujjah kapada kaumnya.
2. Kebutuhan hukum Allah kepada kitab yang memuat dan mengumpulkanya
serta menetapkannya.
3. Manusia tidak bisa memberi hujjah (alasan) untuk membantah Allah, karena
hukum Allah tetap terjaga dalam kitab.
Demikian itulah wajib bagi akal tetang wajib adanya kitab-kitab Allah dan
wajib beriman kepadanya, membenarkanya dan melaksanakanya, karena
kebahagiaan manisia di dunia dan akhirat berkaitan erat dengan kitab-kitab
itu. (Al-jazairi, 2002 : 216)

88
D. Jumlah Kitab Allah dan Nabi yang menerimanya.
Ada beberapa kitab suci yang diturunkan Allah kepada Rasul-rasul-Nya
yang wajib kita imani. Diantara kitab-kitab tersebut adalah :
1. Kitab Taurat, diturunkan kepada Nabi Musa a.s, pada kira-kira abad 12 SM di
daerah Israil dan Mesir.
2. Kitab Zabur, diturunkan kepada Nabi Daud .s, pada kira-kira abad 10 SM di
daerah Israil.
3. Kitab Injil, diturunkan kepada Nabi Isa a.s, di daerah Yerusalem pada
permulaan abad pertama.
4. Kitab Alquran, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, di daerah Mekkah
dan Madinah (Saudi Arabia) pada abad 6 M.
Selain menurunkan Kitab tersebut, Allah juga menurunkan suhuf
(lembaran) kepada para Nabi terdahulu, yaitu :
a. Nabi Adam a.s, menerima 10 suhuf
b. Nabi Syits a.s, menerima 50 shuhuf.
c. Nabi Idris a.s, menerima 30 shuhuf.
d. Nabi Ibrahim a.s, menerima 10 shuhuf.
e. Nabi Musa a.s menerima 10 shuhuf. (Jamhari, 1999 : 126)

E. Pokok-pokok Ajaran Kitab Allah


1. Kitab Taurat.
Kitab Taurat diwahyukan kepada Nabi Musa a.s, sesudah ia menerima
shuhuf. Allah menegaskan dalam firman-Nya :

   


Artinya :” Sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al kitab (Taurat)
kepada Musa, ( QS. Al-Baqarah : 87 )

………..      

Artinya ;”Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan
kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil,” (QS.Al-Isra’ : 2)

89
Kitab taurat diturnkan dalam bahasa Ibrani. Kata taurat disebutkan dalam
Al-quran tidak kurang dari 18 kali. Isi kitab ajaranya adalah sepuluh firman Allah
(hukum) yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa di puncak Gunung Thursina.
Intisari dari pokok tersebut adalah :
 Keharusan mengakui keesaan Allah.
 Larangan menyembah patung dan berhala. Karena Allah tidak dapat
diserupakan dengan makhluk-makhluk-Nya, baik yang ada di langit, bumi,
maupun air.
 Larangan menyebut Tuhan Allah Swt dengan sia-sia.
 Memuliakan hari sabtu.
 Menghormati ayah – ibu.
 Larangan membunuh sesama manusia.
 Larangan berbuat zina.
 Larangan mencuri.
 Larangan menjadi saksi palsu.
 Larangan berkeinginan memiliki atau menguasai hak orang lain.
Selain kesepuluh ajaran allah tersebut, Nabi Musa juga menerima wahyu
berupa perintah beribadah, yakni shalat, berkorban,dan lainya.
2. Kitab Zabur.
Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s, Raja bangsa Israil di
Kan’an Allah menegaskan dalam Firmanya :

   …..

Artinya :”dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. Al-Isra’ : 55)
Kitab Zabur berisi mazmur (nyayian pujian kepada Tuhan) yang
melukiskan tentang nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada Nabi Daud
mengikuti apa yang telah dibawah oleh Nabi Musa dalam kitab Taurat.
Isi pokok kirtab Nabi Daud antara lain, Mazmur : 146
 Besarkan olehmu akan Allah. Hai jiwaku pujilah Allah.
 Maka aku akan memuji Allah seumur hidupku dan aku akan menyayikan
pujian-pujian kepada Tuhanku selama aku ada.

90
 Janganlah kamu percaya kepada raja-raja atau anak-anak Adam yang tiada
mempunyai pertolongan.
 Maka putuslah nyawanya dan kembalilah ia kepada tanah asalnya dan pada
hari itu hilanglah segala daya upayanya.
 Maka berbahagialah orang yang memperoleh Ya’kub sebagai penolongnya
dan yang menaruh harapan kepada tuhan Allah.
 Yang menjadikan langit, bumi dan laut serta segala isinya, dan menaruh setia
sampai selamanya.
 Yang membela prang yang teraniyaya, dan memberi orang yang lapar. Bahwa
Allah membuka rantai orang terpenjara.
 Dan Allah membukakan mata orang buta. Allah menegakkan orang tertunduk
dan Allah mengasihi orang yang benar.
 Maka Allah memelihara orang dagang serta ditetapkan anak yatim dan
perempuan bujang, tetapi jalan orang jahat itu dibalikkannya.
 Allah akan berkerajaan kelak sampai selama-lamanya dan Tuhanmu, hai
Zion! Zaman berzaman. Besarkanlah Allah olehmu.
3. Kitab Injil.
Injil (yang asli sebelum perubahan) adalah salah satu di antara empat kitab
samawi yang di turunkan allah kepada Nabi Musa a.s. kata Injil bukan berasal dari
bahasa arab. Tetapi dari bahasa Ibrani. Yang artinya kabar gembira, maksudnya
berita akan datangnya utusan Allah Muhammad untuk seluruh alam.
Sebagaimana ditegaskan dalam Alquran :

         

……  
Artinya :”(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka,” (QS.Al-A’raf : 157)
Nabi Isa A.s, mengajarkan Injil selama tiga tahun saja dan dibantu oleh
para muridnya yang setia yang disebut Hawariyyun karena kebersihan hati dan
kesucian batin mereka sebagaimana diterangkan dalam Alquran surat Ali Imran

91
ayat 52. Mereka berjumlah 12 orang sebagaiman dikutib oleh Ash Shabuni dalam
An Nubuwwah wal anbiya’ dari Injil Matheus sebagai berikut :
 Simon yang terkenal dengan Petrus.
 Andreas, saudara Simon (Petrus).
 Yacob bin Zabdi.
 Yohanoes bin Zabdi, saudara Yacob.
 Bartholemeus.
 Philipus.
 Matheus, pemungut cukai.
 Thomas.
 Yakob anak Alpius.
 Lipious dengan gelar Thedous.
 Simon, ahli hukum.
 Yadas Eskariot.
Yang terakhir inilah yang konon berbalik dan berkhianat kepada Isa Al-
Masih dan menunjukkan persembunyian Nabi Isa kepada orang-orang Yahudi. Di
antara para sahabat tersebut, ada dua orang sahabat setia yang tidak disebutkan
oleh gereja, yaitu Barnabas dan Thedous, karena mereka tidak mengakui
ketuhanan-ketuhanan Isa Al-Masih. Barnabas sebenarnya mempunyai Injil
barnabas, tetapi tidak diakui oleh gereja, karena di dalamnya ada pernyataan yang
berbeda dengan akidah mereka, dan juga disebutkan sifat-sifat Nabi yang ummi
(yakni Muhammad) yang diberitakan oleh Nabi Isa, sebagaimana disebutkan Al-
quran surat Al-A’raf ayat 157)
Injil –injil yang dikenal di kalangan Nasrani terdiri dari empat macam,
yaitu Injil Matheus, Injil Yohanes, Injil Lukas, dan Injil Markuis.
1. Injil Mateus.
Injil ini merupakan kitab tertua di kalangan umat Nasrani dan kitab yang
pertama kali yang ditulis setelah 4 tahun Isa a.s. wafat yang ditulis dengan bahasa
Ibrani. Injil Mateus yang kini ada hanya terjemahannya saja, namun siapakah
yang menerjemahknya? Mana kitab yang asli untuk menyesesuaikan kitab yang
asli untuk menyesuaikan antara yang asli dengan terjemahanya? Pertanyaan ini

92
tidak adqa jawabanya. Dengan demikian, di manapun letak kebenarannya bila
tidak diketahui aslinya dan orang yang menerjemahkannya dan juga tidak ada
hubunggan langsung yang samapai kepada Nabi Isa a.s. atau murid-muridnya.
2. Injil Markus.
Kitab ini ditulis dengan memakai bahasa Yunani, 23 tahun setelah Isa a.s.
diangkat Allah kelangit. Umat Nasrani sendiri berbeda pendapat tentang tahun
berapa kitab ini disusun. Sebahagian berpendapat bahwa penulisannya adalah
Petrus, pemimpin para sahabat setia. Sebahagian yang lain berpendapat bahwa
Markus yang menulis kitab itu setelah kematian Petrus dan Paulus. Diterangkan
dalam kitab Musidut Thalibin bahwa Injil Markus ditulis di bawah koordinasi
Petrus pada tahun 61 untuk digunakan oleh orang-orang yang menolong umat
Nasrani sebagai penghormatan kepada Markus. Injil ini tidak mengakui ke Tunan
Isa. Para ahli Injil sejarah Nasrani dilanda keraguan dalam menentukan penulis
kitab.
3. Injil Lukas.
Kitab ini ditulis berdasarkan kesepakatan para ahli sejarah Nasrani 20
tahun setelah Nabi Isa a.s diangkat ke langit. Lukas bukanlah murid Isa, tetapi
murid Paulus, sedangkan Paulus adalah orang Yahudi yang sangat menentang
ajaran Nabi Isa dan tidak pernah bertemu dengan Isa. Ia selalu menganiaya umat
Nasrani dan ketika ia tahu bahwa penganiayaanya terhadap umat Nasrani tidak
mendapat sambutan, maka ia membuat tipuan dengan cara masuk agama Nasrani
dan menampakkan kepercayaanya kepada Al-Masih. Ia mengakui terjangkit
penyakit ayan dan pada waktu sakit itu Al-Masih memegangnya, dan Al-Masih
pun menyembuhkanya.
Selain itu Al-Masih juga selalu mencagah perbuatan-perbuatan yang jelek
kepada pengikut-pengikutnya. Mulai saat itu ia mengakui orang yang beriman dan
Al-Masih mengutusnya untuk menyebar luaskan Injilnya. Tipu daya ini terus
berkembang di kalangan gereja dan membolehkan mereka untuk makan bangkai
dan minum minuman keras. Dalam Injilnya itu, Lukas memasukkan tambahan
yang banyak, sebagaimana disebutkan oleh Matheus dan Markus sehingga bagi
pembacanya harus berhati-hati.

93
4. Injil Yohanes.
Kitab ini ditulis 31 tahun setelah Al-Masih diangkat Allah ke langit. Gereja
mengakui kitab ini ditulis oleh Yohanes bin Zabdi, seorang murid Isa. Tetapi para
pemuka Nasrani tidak mengakui bahwa penulis kitab ini Yohanes. Mereka
menjelaskan bahwa kitab ini ditulis seorang murid sekolah Iskandariyah pada
abad kedua Masehi, lalu didiskusikan di Lembaga Ilmu Pengetahuan inggris yang
diikuti oleh 500 tokoh Nasrani. Mereka juga menjelaskan bahwa Injil Yohanes
adalah kitab yang telah dipalsukan oleh pengarangnya yang bermaksud mengadu
domba dua sahabat setia, yakni Yohanes dan Matheus. Penulis kitab ini mengaku
sebagai murid setia yang dicintai Al-Masih. Injil Yohanes memuat beberapa
ungkapan yang menunjukkan ketuhanan Al-Masih, yang nyata-nyata bertentangan
dengan pokok agama yang diturunkan Allah kepada Isa a.s. Padahal mereka yakin
tentang ketidak absahan mengaitkan Injil ini kepada Yohanes, salah seorang murid
Al-Masih. (Zainuddin,1999 :131)
Apakah semua Injil itu benar? Injil (yang benar) itu diturunkan oleh Allah
kepada Rasul-Nya Isa a.s. bin Maryam, dan bukan Injil-injil yang beredar
dikalangan umat Nasrani, karena semua itu telah terdapat perubahan dan
pergantian sebagaimana dijelaskan Alquran. Di antara Injil-injil tersebut ada
perbedaan-perbedaan yang mencolok dan Allah hanya menurunkan satu Injil
maka bagaimana bisa sampai ada empat Injil.
Syekh An-Najjar menjelaskan dalam Qishahul Anbiya’, saat ini di
manakah Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. sebagaimana yang disebutkan
dalam Alquran? Sesungguhnya Injil yang diberikan kepada Nabi Isa a.s. itu tidak
lagi ditemukan saat ini, tetapi yang ditemukan adalah kisah-kisah yang dikarang
murid-murid Isa a.s. dan juga bukan murid-murid Isa a.s. yang tidak pernah
bertemu dangan beliau.
Selain itu pada Injil-injil tersebut banyak terjadi perubahan dan
penggantian dengan penambahan dan pengurangan Isa a.s. bin Maryam datang
dengan membawa suatu kitab, yakni Injil kepada para sahabatnya, tetapi dengan
berlalunya masa, umat manusia meninggalkan Injil yang asli itu sehingga Injil itu
telah lenyap. Lalu mereka berpegang kepada kitab yang dikarang oleh murid Isa

94
a.s. atau orang-orang setelah mereka, sehingga jumlah Injil itu banyak dan gereja
pun telah membuang apa yang bertentangan dengan kesenangannya dan
menetapkan empat Injil yang kini dikenal.
Isi pokok kitab Injil (asli) sesuai dengan penjelasan Alquran berbeda
dengan kitab yang sekarang ada. Taurat menjelaskan ketauhidan, Zabur
menjelaskan tentang doa (dzikir, atau pujian), sedangkan Injil mengajarkan
kepada umatnya kebersihan raga dari kotoran (nafsu duniawi), dengan kata lain
Injil mengajarkan kepada manusia untuk hidup juhud. (Jamhari, 1999 :132)
Dasar Alquran yang membenarkan tentang Allah menurunkan kitab Injil
kepada Nabi Isa a.s. adalah :

            

           

  

Artinya :”dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa
putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan
Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada)
petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang bertakwa.’ (QS.Al-Maidah : 46)
4. Kitab Alquran.
Alquran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi terakhir yaitu
Muhammad Saw, penutup para Nabi dan Rasul sebagai utusan-Nya dan pembawa
rahmat untuk seluruh alam. Alquran merupakan sumber utama ajaran Islam.
Menurut keyakinan umat Islam yang dibenarkan oleh penelitian ilmiah, Alquran
adalah kitab kitab suci yang memuat firman-firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasulullah
sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Mula-mula di Mekah,
kemudian di Madinah. Isinya, setelah dikaji dan diselidiki oleh para ahli, adalah

95
petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya guna
mencapai kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. (Ali,1998 : 217)
Adapun kandungan pokok Alquran menurut ulama Al Azhar, yaitu Frof
Mahmud Syaltut adalah :
 Akidah.
 Akhlak.
 Dorongan dan bimbingan akan hikmah-hikmah alam.
 Kisah-kisah
 Janji dan ancaman
 Hukum-hukum ibadah dan muamalah.

F. Perbedaan Alquran Terhadap Kitab-Kitab Terdahulu


Kedudukan sangat tinggi sehingga ketika orang-orang mempelajari
Alquran yang mengetahui rahasia-rahasia dan keajaibanya, yang mengetahui apa
yang dikandung didalamnya, yang mengetahui kebenaran-kebenaran ilmiah yang
ditetapkanya, dan memalingkan pandangan bahwa Alquran mempunyai
kedudukan khusus dari kitab-kitab terdahulu yang pernah Allah turunkan.
Kedudukan Alquran yang begitu tinggi tampak jelas bila memperhatikan
dan memikirkan beberapa faktor diantaranya yaitu : bahwa Alquran menghapus
(nasakh) kitab-kitab Allah sebelumnya, sehingga kitab-kitab Allah sebelum
Alquran tidak bisa dibaca sebagai ibadah, dan tidak dilaksanakan apa yang ada
didalamnya tentang berbagai syariat dan hukumnya.
Alquran sebagai kitab yang terakhir mempunyai perbedaan dengan kitab-
kitab lain diantaranya adalah :
1. Kitab suci yang ada dalam kalangan berbagai bangsa itu hanya ditujukan
kepada segolongan manusia tertentu. Ajaran-ajaranya terutama perundang-
undanganya dimaksudkan untuk dijalankan pada waktu tertentu pula, sesuai
kondisi dan tempatnya. Dan kini kitab tersebut tidak dibutuhkan lagi dan
tidak pula dapat dijalankan. Berbeda dengan Alquran semua ajaran dan
perundang-undanganya dapat diamalkan pada tiap-tiap tempat di bumi ini dan

96
dalam segala zaman. Ajaran Alquran universal untuk seluruh manusia sampai
akhir zaman.
2. Teks asli dari kitab terdahulu telah hilang sama sekali, yang ada hanya
salinannya saja. Berbeda dengan Alquran yang pernah diturunkan 14 abad
tahun yang lalu, yang sedikitpun tidak pernah berubah satu huruf sekalipun.
3. Kitab-kitab suci dahulu dikirim dalam bahasa yang telah sejak beberapa abad
yang silam dengan bahasa yang telah mati, sehingga tidak ada satu bangsa
pun yang menggunakan bahasa itu. Lain halnya dengan Alquran yang
diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab yang tetap digunakan sampai
sekarang.
4. Kitab-kitab itu telah bercampur aduk antara wahyu-wahyu Allah dengan
perkataan-perkataan manusia. Akan tetapi, Alquran dibuktikan oleh sejarah
bahwa iya tetap orisinil sebagai wahyu Allah, kemurnianya terjamin terus.
5. Sejarah turunya berbagai ayat, kalimat, serta sejarah penulinsanya kitab-kitab
itu telah kabur dan sama skali tidak mengandung dasar-dasar sejarah
walaupun pada surat-surat yang paling pendek . padahal dasar-dasar itu
sangat fundamental bagi seluruh kitab samawi atau bagi ajaran seorang Nabi .
Alquran mempunyai sejarah yang terang benderang. Bahkan setiap ayat
Alquran dapat diketahui dengan jelas tentang sejarah, dimana,kapan, dan
sebab musabab turunya.
Oleh karena itu, Alquran diturunkan sebagai kunci dari seluruh kitab-kitab
langit (samawi). Fungsinya terhadap kitab suci lainya adalah :
a. Alquran membenarkan apa yang termasuk dalam kitab-kitab suci yang lain.
Oleh karena itu, Alquran memuat sejarah Nabi-nabi terdahulu, selain
memberikan pelajaran, juga mendudukkan kejadian yang sebenarnya.
Ditegaskan dalam firman-Nya :

          

…….  

97
Artinya :”dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain
itu,”(QS.Al-Maidah :48)
b. Alquran sebagai korektor terhadap kitab-kitab suci yang sekarang ini.
Ditegaskan Allah dalam firman-Nya :

            

            
Artinya :”Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al
kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah",
(dengan maksud) untuk memperoleh Keuntungan yang sedikit dengan
perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang
ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi
mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS.Al-Baqarah : 79)

c. Alquran sebagai penyempurna Kitab-kitab terdahulu yang tidak universal


ajaranya. Perundang-undangan yang terkandung di dalamnya pada umumnya
hanya sesuai dengan masa dan tempat di mana kitab tersebut diturunkan.
Allah menegaskan dalam Firman-Nya :

            
Artinya :”pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi
agama bagimu.” (QS. Al-Maidah : 3)
Kesimpulanya, berdasarkan kenyataan objektif tentang kitab-kitab itu dan
penegasan Alquran sendiri, maka kita tidak boleh beriman kepada Kitab Taurat,
Zabur, dan Injil yang ada pada saat ini sebab hakikat dari kitab-kitab itu tidak ada
lagi di permukaan bumi kita. Iman kepada kitab-kitab Allah terdahulu berarti
bahwa kita wajib percaya bahwa sebelum menurunkan Alquran, Allah telah
pernah menurunkan kitab-kitab kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi-Nya.

98
Iman yang tidak mengharuskan kita untuk mengikuti dan patuh terhadap
perundang-uandanganya, sebab perundang-undangan kitab suci yang
terdahulu itu telah mansukh (terhapus), telah digantikan dengan perundang-
undangan Alquran. Oleh karena itu, maka cukuplah Alquran saja sebagi
sumber perundang-undangan Ilahi yang wajib kita imani dan kita ikuti.
(Zainuddin, 1999 : 139)
Selain itu Alquran merupakan kitab suci yang di dalamnya terdapat
petunjuk dan kebaikan bagi anak manusia seluruhnya yang tidak ada pada kitab-
kitab lain, petunjuk dan kebaikan-kebaikan itu adalah sebagai berikut :
1). Petunjuk yang menyampaikan kepada segala kebaikan, yang membimbing
kepada segala kesempurnaan, yang menunjukkan kepada kebahagiaan dunia
dan akhirat. Allah berfirman :

           

Artinya :”Alif laam miin Kitab(Alquran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka bertaqwa (QS.Al-Baqarah : 1-2)
2). Rahmat dengan maknanya yang paling sempurna, rahmat yang meliputi
manusia, jin, hewan, yang besar dan yang kecil, yang kafir dan yang mukmin,
yang hidup dan yang mati. Allah berfirman :

          
Artinya :“Alif laam Miim Inilah ayat-ayat Alquran yang mengandung hikmat,
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,”
(Luqman : 1-2)
3). Kesembuhan yang sempurna dan umum bagi semua penyakit akal, jiwa, hati,
kesembuhan dari kekufuran dan kesyirikan, kebingungan dan kegoncangan
jiwa, kepenatan dan ketakutan, kesombongan dan iri, malas dan lemah, bakhil
dan kezhaliman. Firman Allah :

        

99
Artinya :“dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS.Al-Isra’ : 82 )
4). Cahaya yang menerangi semua kegelapan hati yang menghilangkan segala
kebodohan jiwa yang menjelaskan segala bkebenaran dan rahasia alam. Allah
berfirman :

           

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari


Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang (Alquran).” (An-Nisa’ :174)
5). Nasehat yang mengajak untuk mendapatkan semua keutamaan yang
menyelamatkan dari segala kehinaan. Allah berfirman :

           

  


Artinya :“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus : 57)
6). Kabar gembira tentang kebaikan dunia dan akhirat dan kebahagiaan
didalamnya. Allah berfirman :

         
Artinya :“dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Alquran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl : 89)
7). Kebenaran Tuhan yang ada pada dirinya yang menetapkan untuk yang lainya
dari semua yang benar. Dimana semua ini menetapkan dan mengukuhkan
bahwa Alquran adalah kebenaran. Allah berfirman :

    


Artinya :“dan Kami turunkan (Al Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan
Al Quran itu telah turun dengan (membawa) kebenaran.” (QS.Al-Isra’ : 105)

100
   
Artinya :“dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa
kebenaran,”(QS.Al-Maidah : 48)
8). Dzikir kepada Allah yang menghidupkan hati, mengharumkan ruh saat
membacanya, dan membersihkan jiwa dikala melaksanakannya.
Sebagaimana dzikir juga menghasilkan kemuliaan, menyampaikan kepada
kesucian dan mengangkat kepada derajat orang-orang yang terpilih.
Firman Allah :

     


Artinya : “Shaad, demi Al Quran yang mempunyai keagungan (QS. Shaad 1)
       
Artinya :“dan Sesungguhnya Alquran itu benar-benar adalah suatu
kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta
pertanggungan jawab” (QS. Az-Zukhruf : 44)
9). Kebaikan yang umum bagi semua manusia, jin dan binatang.
Tidaklah sesuatu yang ada dalam kehidupan ini kecuali dia mendapat
kebaikan Alquran semenjak ia diturunkan sampai dia diangkat lagi oleh
Allah, kecuali orang-orang yang ditolak, yaitu setan-setan dari golongan
manusia dan jin yang berpaling dari setiap kebaikan. Allah berfirman :

        


Artinya :“dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang
telah diturunkan oleh Tuhanmu?" mereka menjawab: "(Allah telah
menurunkan) kebaikan".(QS.AnNahl : 30)
10).Penjelasan bagi segala sesuatu yang manusia butuhkan,yang kepadanya
tergantung kepada kebahagiaanya di dunia dan akhirat. Allah berfirman :

         
Artinya :“dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Alquran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl : 89)

101
11).Alquran adalah ruh yang menjadi sandaran manusia. Sebab Alquran adalah
ruh yang menyertai kehidupan yang utama dan mulia.
Manusia, jika pada diri mereka tidak ada ruh Alquran, mereka adalah
benar-benar mati, tidak bermamfaat dengan keberadaan mereka, tidak juga dengan
kehidupan materinya. Allah berfirman :

             

             

 

Artinya :”dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alquran)


dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al
kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami
menjadikan Alquran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang
Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu
benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura :
52)

G. HIKMAH BERIMAN KEPADA KITAB ALLAH


1. Gemar membaca Alqur’an dan berusaha memperbagus bacaannya sesuai
dengan kaedah-kaedah ilmu tajwid. Di dalam hadis-hadis sahih dituturkan
bahwa Nabi Muhammad Saw mendorong umatnya untuk gemar membaca Al-
qur’an. “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alqur’an adalah
seperti buah Utruja, rasanya enak baunya harum. Perumpamaan orang
mukmin yang tidak membaca Alqur’an adalah seperti buah Tsamrah
(kurma), rasanya enak tapi tidak wangi. Sedangkan perumpamaan orang
munafik yang membaca Al-qur’an adalah seperti buah Raihanah, rasanya
pahit tapi baunya harum. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak
membaca Alqur’an adalah seperti buah Hanzalah, rasanya pahit dan tidak
wangi.” (HR Bukhari Muslim, dari Abi Musa Al-Asy’ary Ra.)

102
2. Berusaha memahami kandungan isi Alqur’an sesuai dengan metodologi
penafsiran Alqur’an yang benar. Alqur’an telah mengingatkan terhadap
penafsiran-penafsiran menyimpang yang ditujukan untuk menyesatkan
manusia dari jalan Allah Swt. Hal ini dijelaskan dalam Alquran :

            

Artinya :“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada


kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyâ-bihât
daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya”. (QS
Ali Imran : 7).
Di dalam hadits sahih Nabi Saw bersabda, yang artinya: “Barangsiapa
menafsirkan Alqur’an dengan pendapatnya, dan penafsiran-nya itu benar,
maka dia tidak akan diberi pahala. Jika salah, maka cahaya dari ayat
tersebut dihilangkan dari hatinya”. ( Ibnu Ba ah, Al-Ibanat Al-Kubra, Juz2,
hal. 328]
Sedangakan dalam hadits yang Shahih dikatakan yang Artinya :“Orang yang
terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya”.(HR. Bukhari, dari Utsman bin Affan Ra).
3. Mengamalkan kandungan isi Alquran dengan sepenuh hati. Pasalnya, Al-
qur’an adalah pandangan dan sistem hidup bagi kaum Muslim. Seorang
Muslim wajib menjadikan ketetapan Alqur’an sebagai satu-satunya hukum
yang mengikat dirinya. Allah Swt berfirman,

          

               
Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu Alqur’an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu,
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu”. (QS Al-Maidah : 48)

103
4. Merefleksikan keimanan kepada kitab-kitab suci terdahulu dengan cara
menghayati dan menerapkan hikmah dari kisah-kisah para Rasul terdahulu.
Allah berfirman,

            

            

Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran


bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alqur’an itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman”. (QS Yusuf (12): 111)
Hikmah yang bisa dipetik dari kisah Nabi Saw adalah keteguhan,
kesabaran, keimanan terhadap janji Allah Swt (iqqah bi wa’dillah), dan ketulusan
mereka dalam memperjuangkan agama Allah.

104

Anda mungkin juga menyukai