Oleh :
( )
2018
SAMBUTAN
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Allah
SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Bisnis Multi Level
Marketing dalam Persektif Fiqih.
Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan tepat waktu dan oleh karenanya, penulis dengan
kerendahan hati menerima dan meminta keterlibatan serta kesediaan pembaca memberikan masukan,
saran dan usul dalam proses makalah ini dan bagi penulis khususnya.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, tidak hanya mengatur hubungan antara manusia
dengan pencipta-Nya (hablum minallah), melainkan hubungan antara manusia dan sesamanya
(hablum minannas).1[1] Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Terlebih dalam hal menjalankan
tugasnya sebagai khalifah untuk memakmurkan bumi, suatu tugas yang tidak dapat diemban oleh
semua makhluk meskipun malaikat sebagai hamba Allah SWT yang taat menjalankan perintah-Nya.
Dalam melaksanakan kekhalifahannya itu, Allah SWT menciptakan manusia sebagai
makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Perbedaan
tersebut diberikan pada manusia antara lain seperti akal, nafsu, naluri, ilmu dan agama. Dengan
kelebihan tersebut segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia memiliki aturan pokok yang telah
diatur di dalam syari’at Islam.
Beberapa firman-Nya dalam Al Qur'an, Allah SWT. memerintahkan kepada manusia untuk
bekerja dan berusaha memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dari pekerjaan yang ringan sampai pada
pekerjaan yang berat. Semuanya dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti dalam
Q.S. Al Jumuah: 11
(اإلبا َ َحةُ َحتى َيَدُل الَد ِل ْي ُْل َِعَّلَى ت َ ْح ِريـْ ًِمها َ ) ِعْنَد الجًمهور
ِ ص ُْل ِفي األ َ ْشيا َ ِء
ْ اَأل
Artinya: Bahwa hukum segala sesuatu itu pada asalnya adalah boleh. Sampai nanti ada hal-hal yang
ternyata dilarang atau diharamkan dalam syariah Islam.
Dan dalam perkembangan MLM di Indonesia, terdapat pro kontra di antara para ulama ahli
fiqih, hingga Majelis Ulama Indonesia juga aktif memberikan kepastian status hukum terhadap
perdagangan berbasis MLM yang menjamur di Indonesia. Namun pembahasan dan pengawasan
perusahaan-perusahaan yang menggunakan sistem Multi level marketing tetap harus diamati
sehingga tidak ada keresahan di tengah umat Islam terhadap bisnis MLM yang terus berkembang.
Bisnis MLM dalam Islam sering terjadi kontroversi dan juga tidak ada hukum yang pasti
menjelaskan tentang bisnis MLM, apakah diperbolehkan atau tidak. Untuk itu, makalah ini akan
membahas tentang bisnis MLM dalam perspektif hukum Islam.
ان
ِ طَ اب َواْأل َ ْزالَ ُم ِر ْجس َِم َْن َِع ًَم ِْل الش ْي
ُ صَ َيا أَيُّ َها الذِيَنَ آ َ ََمْنُوا ِإن ًَما ْالخ ًَْم ُر َو ْال ًَم ْيس ُِر َواْأل َ ْن
﴾٩٥ : اجتَْنِبُوهُ ﴿الًماِئَدة ْ َف
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu” (QS. Al-Māidah: 90)
Ibn Sîrîn memberikan batasan maysir sebagai berikut :
ِ ص ْفقَ ٍة َو
ٍاحَدَة َ ص ْفقَت َ ْي َِن فِي َ صَّلى ِهَّللاُ َِعَّلَ ْي ِه َو
َ سَّل َم َِع َْن َ ِسو ُل ِهَّللا
ُ نَ َهى َر
Artinya: “Rasulullah Saw melarang dua aqad dalam sebuah aqad jual beli. ”(HR. Imam Ahmad).
Di dalam riwayat lain dituturkan, bahwasanya Abu Hurairah berkata:
َ ب ْال ًَم
ِصا ِلح ِ دَ ْر ُء ْال ًَمفَا ِس َِد َُمقََدم َِعَّلَى َج َّْل
Artinya: “Menolak kerusakan itu didahulukan daripada mengambil kemaslahatan”
2.3 Beberapa Fatwa Ulama dan Pandangan terkait dengan Multi Level Marketing
Di sini juga perlu ditampilkan beberapan fatwa sehubungan dengan bisnis MLM, antara
lain:2[14]
1. Karena berbagai pelanggaran syariah pada sistem MLM konvensional, Saudi Arabia mengharamkan
MLM yang tertuang dalam Fatwa Lajnah Daimah Saudi nomor 22935
2. Majma’ Fiqh (Lembaga Fikih) Sudan dalam keputusan rapat nomor 3/23 tertanggal 17 Rabiul Akhir
1424/17 Juni 2003, sepakat mengharamkan jenis jual beli dengan sistem MLM.
3. Fatwa Dewan Syariah Partai Keadilan No.02/K/DS-PK/VI/1419 menyatakan bahwa bisnis MLM
khususnya Amway dan Cni adalah syubhat.
4. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) mencatat dari sekian kurang lebih 650
MLM yang pernah ada di Indonesia hanya 5 perusahaan MLM yang sudah mengantongi status MLM
syariah dari DSN MUI. Dan kelima MLM itu antara lain PT Ahad Net Internasional, PT UFO BKB
Syariah, PT Exer Indonesia, PT Mitra Permata Mandiri dan PT K-Link Nusantara.
Dari ratusan perusahaan Multi Level Marketing (MLM) yang ada di Indonesia hampir
mayoritas tak terjamin kehalalannya dari sisi produk maupun sistemnya.
Asy-Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilali memaparkan: Banyak pertanyaan seputar
bisnis yang banyak diminati oleh khalayak ramai. Yang secara umum gambarannya adalah mengikuti
program piramida dalam sistem pemasaran, dengan setiap anggota harus mencari anggota-anggota
baru dan demikian terus selanjutnya. Setiap anggota membayar uang pada perusahaan dengan jumlah
tertentu dengan iming-iming dapat bonus, semakin banyak anggota dan semakin banyak memasarkan
produknya maka akan semakin banyak bonus yang dijanjikan.
Sebenarnya kebanyakan anggota Multi Level Marketing (MLM) ikut bergabung dengan
perusahaan tersebut adalah karena adanya iming-iming bonus tersebut dengan harapan agar cepat
kaya dalam waktu yang sesingkat mungkin dan bukan karena dia membutuhkan produknya. Bisnis
model ini adalah perjudian murni.
Menurutnya, secara umum bisnis model MLM hukumnya haram. Tujuan perusahaan MLM
adalah membangun jaringan personil secara estafet dan berkesi-nambungan. Jaringan ini akan
menguntungkan anggota yang berada pada level atas (upline) saja, sedangkan level bawah (downline)
selalu memberikan nilai point pada yang berada di level atas mereka.
Namun jika ada salah satu perusahaan MLM yang selamat dari pelanggaran syar’i, maka
hukumnya kembali pada kehalalannya, karena memang pada dasarnya semua muamalah hukumnya
halal kecuali kalau ada sisi yang menjadikannya haram.
2.4 Pendapat Ulama dan Hujjah Mereka
Ulama berbeda pandangan dalam menentukan hukum Bisnis MLM. Disini ada dua
pandangan mengenai hal ini :
o Pendapat yang Pertama:
Menyatakan bahwa bisnis MLM hukumnya boleh. pada dasarnya hukum dari MLM ini adalah
mubah berdasarkan kaidah Ushuliyah “Al-Ashlu fil mu’amalah al-ibahah hatta dallad dalilu ala
tahrimiha (asal dari semua transaksi/perikatan adalah boleh sehingga ada indikator yang
menunjukkan keharamannya). Selain itu bisnis ini bebas dari unsur-unsur Riba (sistem bunga), gharar
(penipuan), dharar (bahaya), jahalah (tidak transparan) dan zhulm (merugikan orang lain) dan yang
lebih urgen adalah produk yang dibisniskan adalah halal. Karena bisnis MLM merupakan bagian dari
perdagangan oleh sebab itu bisnis ini juga harus memenuhi syarat dan rukun sahnya sebuah perikatan.
o Pendapat yang Kedua
Menyatakan haram bahwa Syeikh Salim Al-Hilali pernah mengeluarkan fatwa pengharaman
terhadab MLM dengan skema piramid dalam sistem pemasarannya, dengan cara setiap anggota harus
mencari angota-anggota baru dan demikian selanjutnya. Setiap anggota membayar iuran pada
perusahaan dengan jumlah tertentu dengan angan-angan mendapat bonus, semakin banyak anggota
dan memasarkan produknya maka akan semakin banyak bonus yang dijanjikan. Sebenarnya
kebanyakan anggota MLM yang mengikuti cara ini adalah termotivasi bonus yang dijanjikan tersebut
dengan harapan agar cepat kaya dalam waktu yang sesingkat mungkin, padahal ia sebenarnya tidak
menginginkan produknya.
2.5 Analisis Pendapat Ulama
Perbedaan pandangan ulama terhadap beberapa masalah mengakibatkan mereka berbeda
pendapat di dalam menyikapi bisnis MLM, sebagaimana berikut :
Pendapat yang Pertama: Menyatakan bahwa mendirikan bisnis MLM hukumnya boleh.
Bisnis dalam syari’at Islam pada dasarnya termasuk dalam kategori muamalah yang hukum asalnya
adalah boleh.
ْ ُ العُقُ ْود،س هذا
َ وال ًَم
،طا ِِع ُم ُ و َِع ْك،ِهَّللا ورسولُه
ِّ ُطالَ ُن إال َما ش ََر َِعه ْ ُأن األص َْل في العبادات الب ِّ
ِهَّللا ورسولُه َ والح ُّْل إالِّ َما أ َ ْب
ِّ ُطَّلَه ِ ُص ُْل فيها الص ِّحة
ْ َ األ
Artinya: “Pada dasarnya semua ibadah hukumnya batil (haram), kecuali apa yang disyari’atkan oleh
Allah dan Rasul-Nya. Dan sebaliknya, dalam semua transaksi (‘aqad, muamalah) dan makanan pada
dasarnya sah dan halal, kecuali apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya”.
Berdasarkan kaedah fiqih di atas, terlihat jelas bahwa dalam wilayah muamalah, Islam
memberikan jalan bagi manusia untuk melakukan berbagai improvisasi dan inovasi melalui sistem,
teknik dan mediasi dalam melakukan perdagangan atau bisnis lainnya. Selama muamalah itu tidak
melanggar prinsip-prinsip syari’ah, maka hukumnya diperbolehkan.
Namun syari’at mempunyai prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam pengembangan sistem
sebuah bisnis, agar dalam usaha menghasilkan keuntungan tidak dilakukan secara batil.
Pendapat yang Kedua: Menyatakan hukumnya haram. Adapun dari aspek produknya,
memang ada yang halal dan haram. Meski demikian, jika produk yang halal tersebut diperoleh dengan
cara yang tidak syar’i, maka akadnya batil dan kepemilikannya juga tidak sah. Sebab, kepemilikan
itu merupakan izin yang diberikan oleh pembuat syariat (idzn asy-syari’) untuk memanfaatkan zat
atau jasa tertentu. Izin syara’ dalam kasus ini diperoleh, jika akad tersebut dilakukan secara syar’i,
baik dari aspek muamalahnya, maupun barangnya.
Dengan melihat analisis di atas maka sekalipun produk yang diperjual-belikan adalah halal,
akan tetapi akad yang terjadi dalam bisnis MLM adalah akad yang melanggar ketentuan syara’ baik
dari sisi shafqatayn fi shafqah (dua akad dalam satu transaksi) atau samsarah ‘ala samsarah
(pemakelaran atas pemakelaran); pada kondisi lain tidak memenuhi ketentuan akad karena yang ada
adalah akad terhadap jaminan mendapat diskon dan bonus (point) dari pembelian langsung; maka
MLM yang demikian hukumnya adalah haram.
Bahwa seorang pedagang muslim hendaknya mengetahui hukum-hukum syariat tentang
aturan berdagang atau transaksi dan mengetahui bentuk-bentuk jual-beli yang terlarang dalam agama.
Dangkalnya pengetahuan tentang hal ini akan menyebabkan seseorang jatuh dalam kesalahan dan
dosa. Sebagaimana telah kita saksikan tersebarnya praktek riba, memakan harta manusia dengan cara
yang batil, merusak harga pasaran dan sebagainya dari bentuk-bentuk kerusakan yang merugikan
masyarakat.
2.6 Pendapat yang dipilih dan Hujjah yang digunakan
Berdasarkan pemahaman penulis maka hukum bisnis MLM itu Mubah atau boleh. Karena
MLM adalah bentuk transaksi (akad) muamalah. Pada dasarnya semua muamalah hukumnya halal
kecuali kalau ada sisi yang menjadikannya haram. Terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi agar MLM menjadi sah menurut syari’ah, yaitu:
a. Produk yang dipasarkan harus halal, thayyib (berkualitas) dan menjauhi syubhat.
b. Sistem akadnya harus memenuhi kaedah dan rukun jual beli secara syar’i.
c. Operasional, kebijakan, corporate culture, maupun sistem akuntansinya harus sesuai syari’ah.
d. Tidak ada harga dinaikkan sampai dua kali lipat), sehingga anggota terzalimi dengan harga yang
sangat mahal, tidak sepadan dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh.
e. Struktur manajemennya memiliki Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang terdiri dari para ulama yang
memahami masalah ekonomi.
f. Formula intensif harus adil, tidak menzalimi downline dan tidak menempatkan upline hanya
menerima pasif income tanpa bekerja. Upline tidak boleh menerima income dari hasil jerih payah
downline-nya.
g. Pembagian bonus harus mencerminkan usaha masing-masing anggota.
h. Tidak ada eksploitasi dalam aturan pembagian bonus antara orang yang awal menjadi anggota dengan
yang akhir.
i. Bonus yang diberikan harus jelas.
j. Tidak menitikberatkan barang-barang tertier ketika ummat masih bergelut dengan pemenuhan
kebutuhan primer.
k. Cara penghargaan kepada mereka yang berprestasi tidak boleh mencerminkan sikap hura-hura dan
pesta pora, karena sikap itu tidak sesuai dengan syari’ah.
l. Perusahaan MLM harus berorientasi pada kemaslahatan ekonomi ummat.
Jika semua persyaratan di atas terpenuhi oleh perusahaan MLM, maka jelas halalnya, bahkan
mempunyai nilai positif, karena di samping mengangkat derajat ekonomi ummat melalui sebuah
usaha juga menjalin ukhuwwah antar anggotanya.
Sedangkan yang tidak boleh Kalau ada unsur skema piramida yaitu distibutor yang lebih dulu
masuk selalu diuntungkan dan distibutor yang belakangan selalu dirugikan serta produknya
mengandung zat-zat haram maka hukumnya haram. Dan terdapat unsur Riba’, Ghoror (penipuan),
Dhoror (merugikan atau mendholimi pihak lain), Jalalah (tidak transparan).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perbedaan pandangan ulama terhadap beberapa masalah mengakibatkan mereka berbeda
pendapat di dalam menyikapi munculnya bisnis MLM, sebagaimana berikut :
Pendapat yang Pertama menyatakan bahwa bisnis MLM hukumnya boleh. mendirikan bisnis
MLM hukumnya boleh. Bisnis dalam syari’at Islam pada dasarnya termasuk dalam kategori
muamalah yang hukum asalnya adalah boleh. berdasarkan kaidah Ushuliyah “Al-Ashlu fil
mu’amalah al-ibahah hatta dallad dalilu ala tahrimiha
Pendapat yang Kedua menyatakan hukumnya haram. Dikarenakan adanya makelar atas
makelar dan Dua akad dalam satu akad.
Multi Level Marketing (MLM) tidak bertentangan dengan hukum perikatan Islam sepanjang
memenuhi rukun dan syarat-syarat perikatan menurut Hukum Islam serta tidak mengandung unsur
Riba, Gharar, dan Jahalah.
MLM adalah sarana untuk menjual produk atau jasa, bukan sarana untuk mendapatkan uang
tanpa adanya produk. Sehingga yang terjadi adalah money game atau arisan berantai yang sama
dengan judi. Produk yangditawarkan jelas kehalalannya, karena anggota bukan hanya konsumen
barang tersebut tetapi juga memasarkan kepada yang lainnya. Sehingga dia harus tahu status barang
tersebut dan bertanggung jawab terhadap konsumen lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
o Syarifuddin, Amir. 2010, “Garis-Garis Besar Fiqih”. Cet ke-3 Jakarta: Pranada Media Group
o Departemen Agama RI. 1971, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra
o Harefa, Andreas. 1999, Multi Level Marketing, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
o Yusuf, Tarmidzi. Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal, Cet I, Jakarta: PT: gramedia, 2002
o Fatwa DSN MUI Praktek Perbankan Syariah dalam http://pengusahamuslim.com/fatwa-dsn-mui-145
Diakses pada tanggal 27 Maret 2016
o Sayyid Sabiq. Fiqih As-Sunnah, vol. III
o Dewan Syariah dalam MLM diambil dari http://www e-syariah.com Diakses pada tanggal 27 Maret
2016
o Muhammad bin Abi al-Fath, al-Muthalli’, ed. Muhammad Basyir al-Adlabi, al-Maktab al-Islami,
Beirut, 1981
o As-Syawkani, Nayl al-Awthar, Dar al-Jil, Beirut, 1973, Jilid V
o Rachmat Syafei, Ilmu Ushul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, tahun 1999
o Jurnal Dirosah Islamiyah, Menyoal Kehalalan Bisnis MLM, Jakarta, Vol.1 No.1 tahun 2003