Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGERTIAN AKHLAK DAN KEDUDUKANNYA


DENGAN ISLAM

DOSEN MATA KULIAH :


Dr. Aminullah, MPd.I
Di susun oleh :
Muh Bastian Asmar
Marlisa Putri

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE


FAKULTAS TARBIYAH 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah atas segala karunia yang diberikan Allah SWT kepada
penulis sehingga karya tulis ini yang berjudul “pengertian akhlak dan kedudukannya
dengan islam” dapat terselesaikan dengan baik.
Tujuan penulisan karya tulis ini untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr. Aminullah,
MPd.I yang diharapkan dapat menjadi pengetahuan tambahan bagi pembaca maupun bagi
penulis itu sendiri.
Penulis sangat berterima kasih kepada Bapak Dr. Aminullah, MPd.I pada kuliah Fikih
kontenporer, yang telah mempercayai tugas ini kepada penulis, sehingga dapat membantu
penulis untuk menguasai pengetahuan pada bidang studi yang ditekuni.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
meluangkan waktunya untuk berbagi pengetahuan kepada penulis dan membantu penulis
dalam bentuk dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan tepat
waktu.
Tdak ada yang sempurna di dunia ini. Begitupun dengan karya tulis ini yang masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan dari karya tulis inii

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengrtian Jual beli 2
B. Multi Level Marketing 3
C. Jual Beli Online 4

BAB III KESIMPULAN 12

DAFTAR PUSTAKA iii

I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam era modern yang didorong oleh teknologi digital, metode jual beli telah
mengalami perubahan yang mendalam dan signifikan. Salah satu perubahan utama yang
telah memengaruhi cara kita berbelanja dan berbisnis adalah melalui Multi-Level
Marketing (MLM) dan platform jual beli online. MLM, dengan struktur piramida yang
khas, dan jual beli online, dengan kemudahan belanja di internet, telah menjadi dua
pendekatan yang sangat berpengaruh dalam dunia perdagangan.
Pada dasarnya, keduanya menawarkan cara yang sangat berbeda untuk menjual dan
membeli produk atau jasa, serta memiliki sejarah, karakteristik, dan dampak yang berbeda
pula pada konsumen, pelaku bisnis, dan masyarakat secara keseluruhan. Sebagai bentuk
inovasi dalam perdagangan, kedua metode ini memunculkan berbagai pertanyaan dan
perdebatan yang perlu dipahami dengan baik.
MLM, atau sering juga disebut pemasaran berjenjang, adalah model bisnis yang
telah ada sejak awal abad ke-20. Sebagai model bisnis yang unik, MLM menawarkan
peluang bagi individu untuk menjadi distributor independen dan membangun jaringan
bisnis mereka sendiri. Dalam model ini, komisi dan insentif didasarkan pada penjualan
produk serta rekrutmen distributor baru. Seiring waktu, MLM telah memunculkan beragam
perusahaan yang menawarkan berbagai jenis produk, mulai dari produk kesehatan dan
kecantikan hingga peralatan rumah tangga.
Namun, MLM juga telah menimbulkan kontroversi yang signifikan. Sejumlah
besar kasus penipuan dan skema piramida ilegal yang menggunakan model MLM sebagai
penutup telah muncul, mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap model bisnis ini.
Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang mekanisme MLM, regulasi yang
mengaturnya, dan dampak sosialnya sangat penting.
Di sisi lain, jual beli online telah menjadi fenomena yang mengubah cara kita
berbelanja dan berbisnis. Perkembangan teknologi internet dan perkembangan e-commerce
telah memungkinkan konsumen untuk berbelanja secara online dengan mudah, cepat, dan
nyaman. Perusahaan besar seperti Amazon, eBay, dan Alibaba telah menjadi pusat
perdagangan online global.
Pandemi COVID-19 juga telah mempercepat perubahan ini, dengan banyak
konsumen yang beralih ke belanja online untuk memenuhi kebutuhan mereka selama
Hal. 1
periode lockdown dan pembatasan sosial. Di sisi bisnis, jual beli online telah membuka
peluang baru untuk pedagang kecil dan menengah untuk bersaing di pasar global.
Dalam makalah ini, kami akan menyelidiki lebih dalam tentang kedua metode ini,
memahami bagaimana mereka bekerja, dampak mereka terhadap individu dan masyarakat,
serta menggali berbagai isu etis dan hukum yang mungkin muncul seiring dengan
perkembangan MLM dan jual beli online. Keseluruhan, pemahaman yang lebih baik
tentang dinamika ini akan membantu kita membuat keputusan yang lebih bijak dalam
berbelanja, berbisnis, dan mengelola dampak sosialnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah berjualan online dapat memicu turunnya pendapatan pedagang lokal?
2. Apa dampak yang akan terjadi bila para konsumen lebih memilih membeli barang
secara online dari pada ofline?
3. Apakah bisnis MLM adalah bisnis yg haram dalam agama islam?
4. Apa dampak positif dan negatif bisnis MLM ?

C. Tujuan
1. untuk menetahui seperti apa bisnis MLM itu
2. untuik menambah pengetahuan di bidang bisnis
3. untuk mengajari tata cara menjalankan bisnis yg baik dan benar menurut agama
islam

Hal. 2
BAB II
JUAL BELI MLM DAN ONLINE

A. Pengertian Jual Beli


Dalam bahasa Arab, jual beli dikenal sebagai "al-bay'," yang berarti tukar-menukar
atau saling menukar. Secara terminologi, ini mengacu pada "tukar-menukar harta atas
dasar suka sama suka." Menurut Ibn Qudamah, yang dikutip oleh Rahmad Syafei,
pengertian jual beli adalah "tukar-menukar harta untuk saling dijadikan hak milik."
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian jual beli dalam konteks
bisnis syariah adalah tukar-menukar barang antara dua orang atau lebih dengan
kesepakatan suka sama suka, dengan tujuan saling memiliki. Melalui transaksi jual beli,
penjual memiliki hak sah atas uang yang diterimanya, sementara pembeli memiliki hak sah
atas barang yang diterimanya dari penjual. Kepemilikan masing-masing pihak dilindungi
oleh hukum (Mujiatun, 2013)\
Ada juga ahli yg berpendapat jual beli adalah transaksi ekonomi di mana suatu
barang atau jasa ditukar dengan nilai ekonomi lainnya, biasanya dalam bentuk uang. Ini
adalah salah satu aspek penting dari kegiatan ekonomi yang mendasari pertukaran produk
dan jasa di antara individu, perusahaan, atau entitas ekonomi lainnya (Samuelson, P. A., &
Nordhaus, W. D, 2009).
Jual beli adalah bagian integral dari sistem ekonomi kapitalis modern dan berperan
penting dalam pengaliran sumber daya dan distribusi barang dan jasa. Dalam konteks ini,
penjual (pembeli) mengharapkan mendapatkan keuntungan dengan menjual (membeli)
barang atau jasa dengan harga yang sesuai dengan nilai pasar.
Proses jual beli melibatkan beberapa elemen penting, seperti penawaran,
permintaan, negosiasi harga, dan kesepakatan antara pihak yang terlibat. Transparansi,
kepercayaan, dan peraturan juga merupakan faktor-faktor penting dalam menjaga integritas
pasar dan melindungi konsumen serta pelaku bisnis.
Penting untuk dicatat bahwa konsep jual beli dapat berlaku untuk berbagai jenis
barang dan jasa, termasuk barang konsumen, properti, saham, obligasi, layanan

Hal. 3
profesional, dan banyak lagi. Jual beli juga dapat terjadi dalam berbagai konteks, baik
secara langsung antara individu atau melalui platform online dan mekanisme perdagangan
yang berbeda.

B. Multi Level Marketing

a) Pengertian Multi Level Marketing


Secara Etimologi Multi Level Marketing (MLM) berasal dari bahasa Inggris Multi
berarti banyak sedangkan level berarti jenjang atau tingkat. Adapun marketing berarti
pemasaran. Jadi dari kata tersebut dapat dipahami bahwa MLM adalah pemasaran yang
berjenjang banyak. Disebut sebagai “Multi Level” karena merupakan suatu organisasi
distributor yang melaksanakan penjualan yang berjenjang banyak atau bertingkat tingkat
(Harefa, 1999)
Jual beli melalui Multi-Level Marketing (MLM) adalah sistem bisnis di mana
produk atau layanan dijual oleh individu yang berperan sebagai distributor independen dan
membentuk jaringan penjualan berjenjang. Distributor tidak hanya menerima komisi dari
penjualan produk atau layanan secara langsung, tetapi juga dari penjualan yang dilakukan
oleh anggota jaringan yang mereka rekrut ke dalam struktur bisnis mereka. Biasanya,
model bisnis MLM memiliki struktur hierarki yang menyerupai piramida, dengan
distributor puncak berada di tingkat tertinggi dan anggota jaringan yang semakin banyak
berada di tingkat bawah (Tajti (Thaythy), 2021)
Model bisnis MLM telah ada selama beberapa dekade dan telah digunakan oleh
banyak perusahaan untuk mendistribusikan beragam produk dan layanan, termasuk produk
kesehatan, kecantikan, dan peralatan rumah tangga, di antara lain. MLM menawarkan
peluang bagi individu untuk memulai bisnis sendiri dengan modal awal yang relatif
terjangkau, sambil memiliki potensi penghasilan yang besar jika mereka berhasil
membangun jaringan penjualan yang luas
Namun, model bisnis MLM juga telah terlibat dalam berbagai kontroversi.
Beberapa perusahaan MLM yang tidak etis atau ilegal telah menyalahgunakan model ini
sebagai penutup untuk skema piramida yang merugikan banyak orang. Dampak negatif ini
telah mendorong banyak negara untuk mengatur bisnis MLM dengan ketat untuk
melindungi konsumen dan mencegah praktik-praktik yang merugikan dalam industri ini
(Vander Nat & Keep, 2002)

Hal. 4
Bisnis Multi-Level Marketing (MLM) melibatkan berbagai metode untuk
menjalankan operasinya dan memotivasi anggota jaringan. Berikut adalah dua metode
yang umumnya digunakan dalam bisnis MLM :
1) Promosi dan atau mengenalkan kualitas produk, seorang konsumen yang sudah
merasakan manfaat produk, lau kemudian tertarik pada sistem marketingnya, yang
memberi harga yang berbeda antara distributor dan konsumen, maka konsumen
tersebut menjadi member atau distributor, selanjutnya merekomendasikan orang
lain untuk melakukan hal yang sama yang dengan apa yang dilakukan. Apa bila
jaringan berjalan normal, sesuai marketing Plan dari Multi level Marketing
dimaksud, maka distributor tersebut mendapatkan bonus atau jasa (Aminullah,
2022)
2) Memperkenalkan peluang bisnisnya dan potensi pendapatan, bonus dan hadiah lain
yang ditawarkan. Bila yang diajak tertarik dan bergabung, maka Langkah awal
yang dilakukan sebagai distributor baru adalah membeli produk sesuai ketentuan
yang berlaku. (Yusuf, 2000).
Sisi positif pada multi level marketing, adalah pembinaan secara berjenjang yang
dilakukan oleh Up Line ke Down Line, Up Line tidak merahasiakan kiat sukses yang telah
dicapai pada Down Line bahkan Up Line melakukan upaya agar Down Line dapat
mendifikasi apa yang dilakukannya, sehingga dapat meraih peringkat dan bonus serta
hadiah yang banyak. Hampir semua perusahaan multi level marketing melaksanakan
pembinaan dan Pendidikan pada distributornya, sehingga perusahaan multi level marketing
menjadi sarana Pendidikan (bisnis) bagi anggotanya. Industri multi level marketing
memberi kesempatan yang sama untuk berhasil pada siapaun yang bergabung, tidak
ditentukan siapa yang duluan dan atau belakangan bergabung, tetapi kesuksesan dapat
dicapai oleh siapa saja bergantung pada usahanya memajukan jaringannya. Pada multi
level marketing masing- masing distributor memiliki pasar yang berpotensi memberi
keuntungan bila dilakukan dengan baik dan benar.

Kelahiran Multi Level Marketing dilatarbelakangi kenyataan bahwa sesungguhnya


manusia adalah pelaku multi level marketing, yang tidak mendapatkan manfaat dari usaha
"mengiklankan" dan atau merekomendasikan sesuatu pada seseorang. Penjualan langsung
atau retail dan direct selling, hanya memberikan keuntungan finansial pada kalangan
terbatas. Yakni pemilik modal dan karyawan yang terlibat langsung dalam aktifitas

Hal. 5
marketingnya. Unsur lain yang terdampak keuntungan adalah para bintang iklan dan media
visual, social yang menjadi sarana mengiklankan produknya. Sementara masyarakat
konsumen hanya diposisikan sebagai penerima manfaat produk saja, tanpa mendapatkan
manfaat lebih. Multi level marketing member manfaat lebi, bukan hanya pada pemilik
retail, tetapi juga konsumen (Aminullah, 2022).
b) Ciri-ciri bisnis MLM
1) Struktur Berjenjang
Bisnis MLM memiliki struktur hierarki berjenjang di mana setiap
distributor dapat merekrut distributor lain di bawah mereka. Distributor
yang merekrut disebut "Up Line," sedangkan yang direkrut disebut "Down
Line." (Farrukh & Joiya, 2020)
2) Pendapatan dari Penjualan dan Rekrutmen:
Distributor MLM dapat menghasilkan pendapatan dari penjualan produk
atau layanan yang mereka jual, serta dari komisi yang mereka terima dari
penjualan yang dilakukan oleh anggota jaringan mereka (Down Line)
(Allen, 2017)
3) Pelatihan dan Dukungan:
Perusahaan MLM biasanya menyediakan pelatihan, materi pemasaran, dan
dukungan kepada distributor mereka untuk membantu mereka mencapai
kesuksesan dalam bisnis (Bello & Kocak, 2011).
4) Pembayaran Bonus:
MLM seringkali menawarkan berbagai jenis bonus dan insentif kepada
distributor yang mencapai target tertentu dalam penjualan atau rekrutmen
(Coughlan & Grayson, 1998).
c) Sistem Pemasaran Bisnis MLM
1) Penjualan Langsung
Distributor MLM menjual produk atau layanan langsung kepada konsumen
akhir. Mereka mendapatkan komisi dari penjualan ini.
2) Rekrutmen:
Distributor juga berfokus pada merekrut anggota baru ke dalam jaringan
mereka. Mereka mendapatkan komisi atau bonus berdasarkan penjualan
yang dilakukan oleh anggota yang mereka rekrut.
3) Duplikasi

Hal. 6
Konsep utama dalam MLM adalah duplikasi, di mana anggota diharapkan
untuk mengajarkan dan menduplikasi sistem penjualan dan rekrutmen
kepada anggota baru yang mereka rekrut. Ini menciptakan pertumbuhan
berkelanjutan dalam jaringan (Hyman, 2007)
4) Bonus dan Komisi
Distributor menerima bonus dan komisi berdasarkan volume penjualan dan
aktivitas rekrutmen dalam jaringan mereka. Struktur kompensasi MLM bisa
sangat beragam (Taylor, 2011).
5) Pelatihan dan Dukungan
Perusahaan MLM biasanya menyediakan pelatihan terkait produk,
pemasaran, dan manajemen bisnis kepada distributor. Mereka juga
memberikan dukungan untuk membantu distributor mencapai kesuksesan
(Chen & Hsiao, 2012).
d) Dampak positif dan dampak negatif bisnis MLM
Berikut dampak Positif dari bisnis Mlm
1) Peluang Penghasilan Potensial
MLM dapat memberikan peluang penghasilan yang signifikan kepada para
anggotanya. Mereka dapat memperoleh komisi dari penjualan produk serta
bonus dari jaringan pemasaran yang mereka bangun.
2) Pembelajaran Keterampilan Berbisnis
Bisnis MLM sering melibatkan penjualan produk atau merekrut anggota
baru. Ini dapat membantu individu mempelajari keterampilan penjualan,
pemasaran, dan kepemimpinan yang berguna dalam berbagai aspek
kehidupan.
3) Kesempatan Penghasilan Tambahan
MLM memberikan kesempatan kepada individu untuk menghasilkan uang
tambahan atau bahkan mengembangkan bisnisnya sendiri. Ini dapat menjadi
sumber pendapatan yang berharga bagi banyak orang.
Berikut dampak negatif dari bisnis MLM
1) Model Bisnis yang Kontroversial
MLM sering kali dikritik karena model bisnisnya yang mirip piramida.
Keuntungan besar biasanya hanya diperoleh oleh mereka yang berada di

Hal. 7
puncak struktur, sementara anggota di bawahnya memiliki kesempatan
terbatas untuk menghasilkan uang.
2) Resiko Kehilangan Uang
Beberapa orang yang terlibat dalam MLM mungkin mengalami kerugian
finansial karena biaya awal, pembelian produk, atau tekanan untuk membeli
inventaris besar. Tingkat keberhasilan yang rendah juga berarti bahwa
banyak orang mungkin tidak mendapatkan kembali investasi mereka.
3) Hubungan Pribadi yang Terganggu
MLM sering kali mendorong anggotanya untuk merekrut teman, keluarga,
dan kenalan mereka. Ini dapat mengakibatkan ketegangan dalam hubungan
pribadi jika rekrutan mengalami kerugian atau merasa dipaksa.
e) Bisnis MlM di perbolehkan agama islam asal memenuhi syarat-syarat berikuat
1) Penjualan Produk atau Layanan yang Sah: Bisnis MLM harus berfokus pada
penjualan produk atau layanan yang sah, bermanfaat, dan tidak melanggar
prinsip-prinsip Islam. Produk atau layanan tersebut harus memenuhi standar
kualitas dan tidak mengandung unsur-unsur haram.
2) Transparansi dan Kejujuran: Semua transaksi dalam bisnis MLM harus
dilakukan dengan transparansi dan kejujuran. Anggota MLM harus
memberikan informasi yang jelas kepada pelanggan tentang produk atau
layanan yang ditawarkan.
3) Tidak Ada Unsur Riba: Bisnis MLM harus menghindari unsur riba (bunga)
dalam setiap transaksi keuangan. Ini berarti tidak ada pembayaran bunga
atau keuntungan dari uang yang diberikan atau dipinjamkan.
4) Tidak Menyerupai Skema Piramida: Bisnis MLM tidak boleh menyerupai
skema piramida yang ilegal atau merugikan. Ini berarti bahwa pendapatan
anggota harus terutama berasal dari penjualan produk atau layanan, bukan
dari merekrut anggota bar
3e3
C. JuaL Beli Online
1. Pengertian Jual Beli Online
Jual beli via internet adalah suatu proses perdagangan yang terjadi melalui media
elektronik, di mana transaksi jual beli tidak mengharuskan penjual dan pembeli bertemu
secara langsung atau berinteraksi secara langsung. Dalam proses ini, ciri-ciri dan jenis

Hal. 8
barang atau layanan yang akan dibeli biasanya telah ditentukan, sedangkan harga
pembelian dibayar terlebih dahulu sebelum barang atau layanan tersebut diserahkan (Fitria,
2017)

Karakteristik bisnis online, sebagaimana dijelaskan, adalah sebagai berikut:


1) Terjadinya transaksi antara dua belah pihak.
2) Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi.
3) Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme transaksi
tersebut.
Dari karakteristik ini, dapat dilihat bahwa perbedaan utama antara bisnis online dan
bisnis offline adalah dalam proses transaksi (akad) dan penggunaan internet sebagai media
utama dalam proses tersebut.
Dalam konteks Islam, bisnis online juga memiliki perbedaan dalam hal transaksi.
Dalam bisnis Islam, transaksi umumnya melibatkan pertukaran fisik, yaitu dengan
menghadirkan barang yang diperdagangkan pada saat transaksi atau dengan menyatakan
sifat benda tersebut secara konkret. Namun, dalam bisnis online, seringkali barang atau
layanan dipesan tanpa penghadiran fisik saat transaksi. Namun, dalam Islam, ada bentuk-
bentuk transaksi seperti as-salam dan al-istishna, di mana pembayaran bisa dilakukan
secara tunai/disegerakan, tetapi penyerahan barang atau layanan dapat ditangguhkan sesuai
kesepakatan.
Dalam bisnis online, komoditas yang diperdagangkan dapat berupa barang/jasa
non-digital atau digital, dan proses transaksi dapat bervariasi tergantung pada jenis
komoditas dan kesepakatan antara penjual dan pembeli Dalam konteks transaksi as-salam
dalam Islam, terdapat perbedaan dengan transaksi bisnis online yang melibatkan komoditi
digital seperti ebook, software, script, dan data dalam bentuk file yang diserahkan kepada
konsumen. Dalam transaksi as-salam, terdapat persyaratan khusus bahwa barang yang
diperdagangkan harus sesuai dengan apa yang telah disifati atau dijelaskan saat
bertransaksi. Ini berarti barang harus memiliki deskripsi atau sifat yang jelas dan konkret
pada saat transaksi, dan penyerahannya bisa ditangguhkan hingga waktu tertentu sesuai
kesepakatan.
Namun, dalam transaksi bisnis online yang melibatkan komoditi digital, barang
yang diperdagangkan berupa file digital yang diserahkan langsung kepada konsumen
melalui email atau unduhan. Dalam hal ini, barang yang ditransaksikan adalah berupa data

Hal. 9
elektronik, dan tidak ada kehadiran fisik dari barang tersebut. Oleh karena itu, transaksi ini
lebih mirip dengan transaksi jual beli biasa, di mana konsumen membayar dan menerima
produk digital secara instan.
Dalam kedua jenis transaksi ini, penting untuk menjaga integritas dan kejujuran
dalam berbisnis serta mematuhi prinsip-prinsip Islam terkait keadilan dan hukum-hukum
yang berlaku dalam bisnis.
2. Hukum Jual Beli Secara Online
Para ulama sepakat bahwa transaksi yang mengharuskan serah terima tunai barang
dan uang tidak diperbolehkan dilakukan secara online, seperti jual beli emas dan perak,
karena hal ini dapat dianggap sebagai bentuk riba nasi'ah. Pengecualian terjadi jika barang
yang diperjualbelikan dapat diserahkan pada saat transaksi, seperti penukaran uang asing
melalui ATM, di mana nilai tukar mata uang sesuai dengan kurs pada hari itu.
Untuk barang-barang yang tidak mengharuskan serah terima tunai saat bertransaksi,
seperti barang-barang selain emas, perak, dan mata uang, maka jual beli online dapat
dilakukan melalui surat menyurat. Dalam hal ini, jual beli melalui telepon dan internet
dianggap sebagai bentuk akad ijab dan qabul yang sah (Salim, 2017)
Keputusan ini telah diambil oleh Majma’ Al Fiqh Al Islami (Divisi Fiqih OKI)
melalui keputusan no. 52 (3/6) tahun 1990. Mereka menyatakan bahwa jika akad terjadi
antara dua pihak yang berjauhan, di mana mereka tidak dapat saling melihat atau
mendengar satu sama lain, dan komunikasi mereka melibatkan tulisan atau surat, atau
bahkan orang sebagai perantara, maka transaksi tersebut dapat dianggap sah, termasuk
dalam konteks penggunaan faksimili, teleks, dan internet. Dalam situasi di mana transaksi
dilakukan dalam satu waktu, meskipun kedua pihak berada di tempat yang berjauhan, ini
juga berlaku untuk transaksi melalui telepon atau telepon seluler, dengan syarat bahwa ijab
dan qabul diterima oleh masing-masing pihak seolah-olah mereka berada dalam satu lokasi
Dalam transaksi jual beli online, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan
dalam konteks hukum Islam:

1) Proses Transaksi:
Proses transaksi dalam jual beli online melibatkan ijab (tawaran) yang
dilakukan oleh penjual melalui aplikasi atau situs web, diikuti oleh qabul
(penerimaan) yang dilakukan oleh pembeli dengan mengisi dan
mengirimkan aplikasi tersebut.

Hal. 10
2) Deskripsi Barang
Barang yang diperdagangkan dalam transaksi online dapat hanya dilihat
gambar dan spesifikasinya yang dijelaskan dengan jelas dan lengkap.
Deskripsi ini harus cukup rinci dan mempengaruhi harga barang.
3) Pembayaran
Setelah ijab dan qabul terjadi, penjual meminta pembeli untuk mentransfer
uang ke rekening bank penjual. Setelah uang diterima, penjual baru
mengirimkan barang melalui kurir atau jasa pengiriman.
4) Pemilik Situs sebagai Wakil
Jika pemilik situs atau website adalah orang yang bukan pemilik barang,
namun telah membuat kesepakatan dengan pemilik barang untuk menjual
barang tersebut dengan komisi persentase yang telah disepakati, maka ini
diperbolehkan karena pemilik situs berperan sebagai wakil atau agen
pemilik barang.
Namun, jika pemilik situs hanya menampilkan barang tetapi bukan pemilik barang
tersebut, dan transaksi hanya terjadi setelah penjual memastikan keberadaan barang, maka
para ulama sepakat bahwa transaksi semacam ini tidak sah dalam hukum Islam karena
mengandung unsur gharar (ketidakpastian) karena penjual belum dapat memastikan apakah
barang dapat dikirimkan atau tidak.
Untuk membuat transaksi jual beli online yang sah dalam konteks syariah Islam,
pemilik situs perlu menginformasikan bahwa penyediaan aplikasi permohonan barang
bukan merupakan ijab dari penjual (pemilik situs). Setelah calon pembeli mengisi aplikasi,
pemilik situs tidak dapat langsung melakukan akad jual beli, melainkan harus membeli
barang dari pemilik barang sesungguhnya dan memastikan barang tersebut telah diterima.
Kemudian, pemilik situs dapat menjawab permohonan pembeli dan meminta pembeli
untuk mentransfer uang. Barang baru dikirim kepada pembeli dengan jaminan sesuai
dengan deskripsi yang telah diberikan.
Untuk menghindari kerugian, pemilik situs dapat membuat perjanjian yang
memungkinkan pengembalian barang kepada pemilik barang sesungguhnya jika pembeli
memutuskan untuk membatalkan transaksi dalam jangka waktu tertentu (misalnya,3 hari).
Semua langkah ini bertujuan untuk menjaga agar transaksi online sesuai dengan prinsip-
prinsip hukum Islam (Salim, 2017).
3. Manfaat Jual Beli Online

Hal. 11
1) Pembeli dapat melakukan dimana saja Selama ada jaringan internet,
memilih barang sesuai yang ditawarkan oleh penjual dengan menggunakan
aplikasi jual beli on line, Pselanjutnya. memesan dan selanjutnya barang
diantar ke rumah via kurir, system pembayaran boleh transfer dan ada pula
dengan cara Cash on Delivery (COD)
2) Efektif dan efisien, pembeli tidak harus membuang-buang waktu, barang
yang dibeli dapat dipesan, selanjutnya barang segara diantar ke alamat
pemesan. Pembeli dapat memilih barang kebutuhan, dan membandingkan
3) harga dengan provider lain, sehingga pembeli dapat membeli barang dengan
harga murah.
4) Pembelian barang tidak dibatasi oleh teritori, pembeli dapat membeli
dimana saja termasuk dari luar negeri sekalipun. e. Harga yang ditawarkan
sangat kompetitif (Fitria, 2017).

BAB III

KESIMPULAN

Setelah mempelajari bahasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa:

Akhlak dalam Islam mengacu pada tindakan, perilaku, dan karakter moral
seseorang. Ini mencakup prinsip-prinsip etika, nilai-nilai, dan norma-norma yang mengatur
perilaku individu dalam berinteraksi dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta.

Hal. 12
Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Ini adalah salah satu
aspek inti ajaran Islam yang ditekankan dalam Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad.
Keberhasilan seseorang dalam kehidupan dunia dan akhirat seringkali diukur oleh tingkat
akhlak mereka.

Pendidikan akhlak (tarbiyah) merupakan bagian integral dari Islam. Islam


mendorong individu untuk mengembangkan akhlak yang baik dan menjauhi perilaku yang
buruk. Tujuannya adalah untuk memperbaiki diri, memperbaiki masyarakat, dan mencapai
keridhaan Allah.

Akhlak Islam memengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk


interaksi sosial, bisnis, politik, dan hubungan antarindividu. Mengamalkan akhlak yang
baik adalah cara untuk mencapai keseimbangan dan harmoni dalam masyarakat.

Nabi Muhammad dianggap sebagai teladan akhlak yang sempurna dalam Islam.
Pengikut Islam dianjurkan untuk mengikuti jejaknya dalam berperilaku dan berinteraksi
dengan sesama.

Hal. 13
DAFTAR PUSTAKA

Allen, M. (2017). The SAGE Encyclopedia of Communication Research Methods. The


SAGE Encyclopedia of Communication Research Methods, 863–864.
https://doi.org/10.4135/9781483381411

Aminullah. (2022). Fikih Kontemporer (N. I. Adzmiyah & N. I. A’yuni (eds.)).

Farrukh, W., & Joiya, J. Q. (2020). International journal of management and business.
International Journal of Management and Business, 4(1), 1943–1951.

Fitria, T. N. (2017). Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan
Hukum Negara. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 3(01), 52.
https://doi.org/10.29040/jiei.v3i01.99

Harefa, A. (1999). Multi Level Marketing. Gram Media Pustaka Utama.

Hyman, M. R. (2007). Multi-level marketing: A pyramid scheme by design. Business


Outlook, January 2007, 1–5. https://www.researchgate.net/publication/270902987

Mujiatun, S. (2013). Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istisna’. Jurnal Riset
Akuntansi Dan Bisnis, 13(September), 202–216.

Salim, M. (2017). Jual Beli Secara Online Menurut Pandangan Hukum Islam. Al Daulah :
Jurnal Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan, 6(2), 371–386.
https://doi.org/10.24252/ad.v6i2.4890

Tajti (Thaythy), T. (2021). Multi-Level Marketing and Pyramid Schemes. Zaštita


Kolektivnih Interesa Potrošača, April, 46–66.
https://doi.org/10.18485/union_pf_ccr.2021.ch3

Vander Nat, P. J., & Keep, W. W. (2002). Marketing fraud: An approach for differentiating
multilevel marketing from pyramid schemes. Journal of Public Policy and Marketing,
21(1), 139–151. https://doi.org/10.1509/jppm.21.1.139.17603

Taylor, T. (2011). The compensation scheme in network marketing organizations: A study


of effects on participants. Journal of Behavioral Studies in Business, 3, 1-15

Vander Nat, P. J., & Keep, W. W. (2002). Marketing fraud: An approach for differentiating
multilevel marketing from pyramid schemes. Journal of Public Policy and

3
Marketing, 21(1), 139–151. https://doi.org/10.1509/jppm.21.1.139.17603

Yusuf, T. (2000). Strategi MLM secara cerdas dan halal. Cet I,(Jakarta

Anda mungkin juga menyukai