Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS DIVERSIFIKASI PRODUK

PADA PERUSAHAAN MULTI LEVEL MARKETING


(STUDI KASUS PADA P.T. K-LINK NUSANTARA CABANG MAKASSAR)
M. Taslim Dangnga
Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi UNM
ABSTRAK
Multi Level Marketing adalah salah satu cabang dari Direct Selling (penjualan langsung).
Direct Selling bermakna sebagai suatu metode penjualan produk (barang atau jasa) tertentu
kepada konsumen, dengan cara tatap muka diluar lokasi eceran tetapi oleh jaringan pemasaran
yang dikembangkan oleh mitra usaha. Bekerja berdasarkan komisi penjualan, bonus penjualan
dan iuran keanggotaan. Dengan kata lain, Multi Level Marketing adalah sebuah metode
pemasaran produk (barang atau jasa) dari sistem penjualan langsung melalui program pemasaran
berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus
penjualan dari hasil penjualan produk (barang atau jasa) yang dilakukan sendiri dan anggota
jaringan di dalam kelompoknya.
Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan berkembang, tujuan
tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha mempertahankan dan meningkatkan tingkat
keuntungan / laba perusahaan. Usaha ini hanya dapat dilaksanakan bila perusahaan dapat
mempertahankan dan meningkatkan penjualannya, serta usaha untuk menguasai pasar. Tujuan ini
hanya dapat dicapai apabila bagian pemasaran perusahaan melakukan strategi yang tepat untuk
dapat menggunakan kesempatan / peluang yang ada dalam pemasaran, sehingga posisi atau
kedudukan perusahaan di pasar dapat dipertahankan sekaligus juga ditingkatkan. Didalam
rencana strategi pemasaran perusahaan terdapat landasan strategi didalam pemasaran perusahaan
yang dikenal dengan strategi produk-pasar, yaitu produk yang akan dipasarkan perusahaan dan
pasar yang dilayani perusahaan. Dari landasan seperti ini dapat diterapkan bahwa salah satu
bentuk alternatif strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk meraih peluang dan kesempatan
pasar adalah melalui strategi diversifikasi produk.
Kata Kunci : Multi Level Marketing dan Diversifikasi Produk
PENDAHULUAN
Multi Level Marketing adalah sebuah metode pemasaran produk (barang atau jasa) dari
sistem penjualan langsung melalui program pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana
mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan produk
(barang atau jasa) yang dilakukan sendiri dan anggota jaringan di dalam kelompoknya.
Sistem ini memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan sistem pemasaran lain,
diantara ciri-ciri khusus tersebut adalah :
o
Terdapatnya banyak jenjang atau level.
o
Melakukan perekrutan anggota (member) baru.
o
Penjualan produk.
o
Terdapat sistem pelatihan.
o
Adanya komisi atau bonus untuk setiap jenjangnya.
Dalam sistem ini, calon distributor membeli hak untuk dapat merekrut anggota baru,
menjual produk dan mendapatkan kompensasi dari hasil penjualan yang dilakukan sendiri
maupun dari hasil penjualan anggota yang direkrut (downline) di dalam organisasi jaringannya.
Ada beberapa istilah lain yang memiliki pengertian yang hampir sama dengan Multi Level
Marketing, dengan beberapa perbedaan dalam hal tertentu, misalnya Creative Marketing,
Network Marketing, Home Party Selling, Cell Marketing, Personal Selling, Multi Generation

Marketing dan Uni Level Marketing. Namun dari semua istilah ini, yang paling populer adalah
istilah Multi Level Marketing.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, sistem Multi Level Marketing tergolong
dalam kategori penjualan langsung (direct selling). Selain Multi Level Marketing, terdapat dua
sistem lain yang termasuk dalam kategori ini, yaitu sistem Single Level Marketing dan sistem
Limited Level Marketing. Ketiganya memiliki karakteristik yang berbeda, walaupun sama-sama
masuk dalam kategori penjualan langsung.
Melihat dari sejarahnya, akar Multi Level Marketing tidak bisa dipisahkan dengan
berdirinya Amway Corporation di Amerika Serikat dengan produknya Nutrilite pada tahun 1959.
Pendiri Amway, Rich Devos dan Jay van Andel pelopor dalam pengembangan bisnis ini. Amway
kemudian semakin dikenal ketika mereka menggunakan sistem pendukung Network Twenty One
yang dirancang oleh Jim dan Nancy Dornan.
Beberapa perusahaan Multi Level Marketing lain kemudian bermunculan di berbagai
negara termasuk di Indonesia. Untuk Indonesia perusahaan lokal pelopor bisnis ini adalah P.T.
Centra Nusa Insancemerlang (CNI) yang berdiri di Bandung. Sementara itu, pada tahun 90-an
beberapa perusahaan Multi Level Marketing asing banyak pula membuka cabangnya di negara
kita. Ada yang berasal dari Cina, Jepang, Malaysia, USA dan negara lainnya.
Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, Indonesia memiliki potensi yang
sangat besar untuk pengembangan bisnis ini. Kini, konsumen atau pelaku bisnis Multi Level
Marketing di Indonesia telah mencapai 5 jutaan. Mereka tergabung kedalam 200 perusahaan
Multi Level Marketing. Baik perusahaan lokal maupun asing. Keberadaan perusahaanperusahaan ini pun sangat beragam, baik dari sisi produk, sistem, izin usaha dan keanggotaannya
pada Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI).
Di Indonesia usaha-usaha yang berbasis penjualan langsung tergabung dalam Asosiasi
Penjualan Langsung Indonesia (APLI). Dalam bahasa Inggris APLI disingkat IDSA (Indonesian
Direct Selling Association), tergabung dalam World Federation of Direct Selling Association
(WFDSA). Saat ini APLI adalah satu-satunya organisasi yang menaungi perusahaan-perusahaan
yang bergerak dalam industri penjualan langsung di Indonesia.
Sebagai sebuah organisasi yang berdiri dan bekerja atas kesepakatan bersama para
anggotanya, APLI merumuskan Kode Etik yang mengatur para anggotanya agar terjadi
persaingan yang sehat sekaligus kerjasama untuk menanggulangi persoalan bersama.
Sampai tahun 2002, perusahaan yang sudah mendaftarkan dan telah memiliki Izin Usaha
Penjualan Berjenjang (IUPB) dari Deperindag ada 90 perusahaan. Sedangkan yang sudah
menjadi anggota APLI, satu-satunya organisasi Multi Level Marketing di Indonesia, pada tahun
2003 tercatat ada 57 perusahaan. Yang lainnya bisa dikatakan ilegal, ilegal dalam arti sebuah
perusahaan Multi Level Marketing berdiri tapi tidak memiliki izin usaha.
Perusahaan Multi Level Marketing memang terus tumbuh. Hal ini dapat dilihat dari angka
penjualan dan peningkatan jumlah distributornya. Tahun 1999, total penjualan bisnis Multi Level
Marketing mencapai US$ 261 juta atau sekitar Rp. 2,09 triliun, dengan jumlah distributornya
3.974 ribu orang. Angka ini naik menjadi 4.765 ribu orang pada tahun 2002, dengan total
penjualan US$ 521,63 juta atau sekitar Rp. 4,17 triliun. Berarti, dalam tiga tahun, total penjualan
di bisnis Multi Level Marketing naik dua kali lipat atau sekitar 100 %.
Pada intinya, konsep bisnis Multi Level Marketing adalah berusaha memperpendek jalur
distribusi yang ada pada sistem penjualan konvensional dengan cara memperpendek jarak ini
memungkinkan biaya distribusi barang menjadi sangat minim atau bahkan bisa ditekan sampai
ke titik paling rendah. Multi Level Marketing juga menghilangkan biaya promosi karena
distribusi dan promosi ditangani langsung oleh distributor dengan sistem berjenjang (pelevelan).
Diperkirakan, kemampuan memperpendek jarak antara produsen dengan konsumen tersebut
dapat memangkas biaya pemasaran dan distribusi sampai 60 %. Penghematan biaya ini kemudian

disalurkan kepada distributor independen dalam bentuk komisi dan bonus, yang besarnya
ditentukan secara berjenjang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang
menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi diversifikasi produk pada
P.T. K-Link Nusantara cabang Makassar.
STUDI PUSTAKA
1.
Pengertian Diversifikasi Produk
Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan berkembang, tujuan
tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha mempertahankan dan meningkatkan tingkat
keuntungan / laba perusahaan. Usaha ini hanya dapat dilaksanakan bila perusahaan dapat
mempertahankan dan meningkatkan penjualannya, serta usaha untuk menguasai pasar. Tujuan ini
hanya dapat dicapai apabila bagian pemasaran perusahaan melakukan strategi yang tepat untuk
dapat menggunakan kesempatan / peluang yang ada dalam pemasaran, sehingga posisi atau
kedudukan perusahaan di pasar dapat dipertahankan sekaligus juga ditingkatkan.
Menurut Assauri (1999 : 171) didalam rencana strategi pemasaran perusahaan terdapat
landasan strategi didalam pemasaran perusahaan yang dikenal dengan strategi produk-pasar,
yaitu produk yang akan dipasarkan perusahaan dan pasar yang dilayani perusahaan. Dari
landasan seperti ini dapat diterapkan bahwa salah satu bentuk alternatif strategi pemasaran yang
dapat digunakan untuk meraih peluang dan kesempatan pasar adalah melalui strategi
diversifikasi produk.
Tjiptono (1997 : 132) berpendapat bahwa diversifikasi produk adalah upaya mencari dan
mengembangkan produk atau pasar yang baru atau keduanya dalam rangka mengejar
pertumbuhan, peningkatan penjualan, profitabilitas dan fleksibilitas.
Sedangkan Guiltinan dan Gordon (1990 : 191), diversifikasi produk didefinisikan sebagai berikut
: diversifikasi adalah kebijakan menambahkan pasar baru. Program diversifikasi umumnya
dirancang untuk mendirikan perusahaan baru guna mencapai pemasaran.
Ahli lain juga berpendapat bahwa diversifikasi adalah sarana memperluas sasaran harta
dan keterampilan perusahaan dengan memperlebar batas aktifitas nilai yang disertainya.
Diversifikasi terbaik adalah diversifikasi yang melakukan hal yaitu memperbesar kekuatan pasar
dan menciptakan dasar bagi kekuatan baru (Porter, 1993 : 353).
Secara umum diversifikasi disebut juga dengan perluasan atau pengembangan, otomatis
hal tersebut akan menimbulkan perubahan produk maupun konsumennya. Menurut Assauri
(1999 : 198) diversifikasi produk dilakukan oleh perusahaan sebagai akibat dilaksanakannya
pengembangan produk, sementara produk lama secara ekonomis masih dapat dipertahankan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diversifikasi produk adalah suatu usaha
perusahaan untuk mengembangkan atau menambah jenis produknya guna melayani pasar yang
baru dalam mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya diversifikasi produk diharapkan dapat
memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan penjualan dan penyumbang utama bagi
perusahaan untuk mencapai laba.
2.
Tujuan Diversifikasi Produk
Strategi diversifikasi produk yang dilakukan suatu perusahaan merupakan suatu usaha
dalam menarik konsumen untuk mengkonsumsi dan menghilangkan kejenuhan terhadap produk.
Selain itu, strategi diversifikasi produk dilakukan perusahaan agar perusahaan dapat
mempertahankan atau memperluas pasar.
Assauri (1990 : 198) mengatakan bahwa tujuan dari diversifikasi produk adalah untuk
penyebaran resiko, yaitu kemungkinan kerugian yang diderita suatu produk tertentu dapat
ditutupi atau dikonversi dari kemungkinan keuntungan yang lebih besar dari produk lainnya.

Secara garis besar strategi diversifikasi produk dikembangkan dengan berbagai tujuan,
diantaranya adalah :
o Meningkatkan pertumbuhan bila pasar produk yang telah ada telah mencapai tahap
kedewasaan dalam Product Life Cycle (PLC).
o Mencapai stabilitas dengan jalan menyebarkan resiko fluktuasi laba.
o Meningkatkan kredibilitas dipasar modal.
Menurut pendapat Drucker yang dikutip dari William F. Glueck dan Lawrence R. Jauch
(1989 : 145) tentang mengapa perusahaan melakukan strategi diversifikasi produk, maka
diketahui faktor intern dan ekstern perusahaan tersebut sebagai berikut:
a. Tekanan dari dalam (Intern).
o Secara psikologis, manusia menjadi bosan melakukan hal yang sama berulang kali.
o Diversifikasi dilihat sebagai salah satu cara untuk mengembangkan karyawan akibat
ukuran yang salah.
o Diversifikasi dipandang sebagai cara untuk mengubah pusat biaya intern yang
sekarang menjadi penghasil laba.
b. Tekanan dari luar (Ekstern).
o Perekonomian (pasar) dimana perusahaan beroperasi, ternyata terlampau kecil dan
terbatas untuk kemungkinan pertumbuhan.
o Teknologi dan riset perusahaan menimbulkan pengembangan poduk yang
kelihatannya memberikan prospek.
o Pengaturan pajak mendorong penanganan modal kembali (reinvestment) dalam riset
dan pengembangan, bukan pembayaran dividen yang pada akhirnya menimbulkan
produk baru yang biasanya menjadi dasar untuk diversifikasi.
Dari pendapat di atas maka dapat diketahui tujuan dari strategi diversifikasi produk
adalah untuk meningkatkan laba dengan cara menganekaragamkan produk untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal, selain itu diversifikasi produk juga bertujuan untuk memperkecil
resiko kerugian dari produk terdahulu yang mulai mengalami penurunan penjualan. Tujuan yang
bersifat lebih umum merupakan sebab utama mengapa diversifikasi produk dilakukan yaitu
dengan adanya kemajuan teknologi serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka memaksa
suatu perusahaan untuk melakukan kebijaksanaan diversifikasi agar hasil produksi perusahaan
dapat diterima di pasar.
3.
Jenis-Jenis Strategi Diversifikasi Produk
Menurut Kotler (1997 : 87) strategi diversifikasi produk dibedakan menjadi tiga macam
yaitu :
a. Strategi Diversifikasi Konsentris.
Yaitu perusahaan dapat mencari produk baru yang dihasilkan dengan teknologi baru atau
memiliki pemasaran yang sejenis dengan produk yang telah ada, meskipun produkproduk itu mungkin hanya menarik sekelompok pelanggan baru.
b. Strategi Diversifikasi Horizontal.
Yaitu perusahaan itu mungkin mencari produk baru yang akan dapat memikat para
pelanggan yang ada sekarang melalui cara-cara berproduksi yang tak ada kaitannya
dengan produk yang telah ada sekarang.
c. Strategi Diversifikasi Kelompok.
Yaitu perusahaan tersebut dapat mencari kegiatan bisnis baru yang sama sekali tak ada
sangkut pautnya dengan teknologi, produk atau pasar yang ada sekarang.
Guiltinan dan Gordon (1990 : 191) mengemukakan bahwa dalam memasuki pasar baru,
tiga macam strategi perusahaan dapat digunakan adalah :
a. Pengembangan Pasar.

Strategi pengembangan pasar merupakan suatu usaha untuk membawa produk yang ada
dalam pasar yang baru. Strategi ini dapat diterapkan dengan mengidentifikasikan
penggunaan-penggunaan baru, pasar geografis baru atau saluran baru untuk menunjang
pemakai baru.
b. Diversifikasi Sinergis.
Dalam diversifikasi sinergis, produk baru dijual ke pasar baru bilamana sumberdaya yang
diperlukan untuk menghasilkan atau memasarkan lini produk itu sangat sesuai dengan
sumber daya yang ada.
c. Diversifikasi Konglomerat.
Diversifikasi konglomerat adalah suatu strategi dimana produk baru itu dijual kepasar
yang baru tanpa memperhatikan pengaruh sinergis.
Tjiptono (1999 : 76) menggolongkan diversifikasi ke dalam tiga jenis yaitu :
a. Diversifikasi Konsentris.
Dimana produk-produk baru yang diperkenalkan memiliki kaitan atau hubungan dalam
hal persaingan atau teknologi dengan produk yang sudah ada.
b. Diversifikasi Horizontal.
Dimana perusahaan menambahkan produk-produk baru yang tidak berkaitan dengan
produk yang telah ada, tetapi dijual kepada pelanggan yang sama.
c. Diversifikasi Konglomerat.
Dimana produk-produk yang dihasilkan sama sekali tidak memiliki hubungan dalam hal
pemasaran maupun teknologi dengan produk yang sudah dijual kepada pelanggan yang
berbeda.
Handoko (199 : 45) mengatakan bahwa dalam perkembangan diversifikasi produk,
dikenal 3 macam kesempatan yaitu :
a. Diversifikasi konsentrik, yaitu usaha untuk menambah produk baru yang mempunyai
strategi teknologi atau sinergi pemasaran dengan garis produk (product-line) yang ada.
b. Diversifikasi horizontal, yaitu usaha menambah produk-produk baru yang dapat menarik
konsumen meskipun produk tersebut tidak mempunyai hubungan garis produk yang ada.
c. Diversifikasi konglomerat, yaitu usaha menambah produk baru untuk di jual pada
golongan pembeli baru, dengan tujuan menjaga stabilitas produksi dan penjualan atau
merupakan pemanfaatan kesempatan lingkungan yang menguntungkan.
Dengan melihat pembagian strategi diversifikasi di atas, terdapat beberapa kesamaan dari
pendapat para ahli bahwa strategi diversifikasi produk di bagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Strategi Diversifikasi Konsentris (Concentric Diversification Strategy).
Strategi diversifikasi konsentris adalah strategi diversifikasi untuk menambah produkproduk baru yang memiliki strategi atau kaitan teknologi dalam hal pemasaran dengan
cara yang sama.
b. Strategi Diversifikasi Horizontal (Horizontal Diversification Strategy).
Strategi diversifikasi horizontal adalah usaha untuk memperluas atau menambah productline yang tidak berkaitan dengan produk yang ada dan dapat ditawarkan pada konsumen
yang sama.
c. Strategi Diversifikasi Konglomerat (Conglomerate Diversification Strategy).
Strategi diversifikasi konglomerat adalah strategi diversifikasi yang bertujuan untuk
menarik kelompok konsumen baru dengan cara memproduksi produk-produk yang sama
sekali baru, artinya produk-produk tersebut tidak memiliki hubungan / sinergi teknologi
produk serta pemasarannya dengan produk yang ada saat ini.
4.
Faktor-Faktor yang Mendorong Diversifikasi Produk
Menurut Stanton (1994 : 193) berpendapat bahwa perusahaan tidak dapat
mempertahankan terus penjualan produk yang cacat karena :

Produk mempunyai daur hidup.


Produk akan menentukan laba.
Produk baru sangat penting untuk mempertahankan laba yang telah direncanakan.
Produk baru sangat penting bagi pertumbuhan.
Faktor-faktor yang menunjang dan merintangi perkembangan produk baru, seperti
kemajuan teknologi, perubahan dalam kebutuhan konsumen, daur hidup produk,
peraturan pemerintah, biaya tenaga kerja dan sebagainya.
o Konsumen yang semakin selektif.
Karena pendapat konsumen yang semakin meningkat dan juga karena semakin
banyaknya produk, keinginan konsumen hampir terpuaskan semuanya.
Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa terdapat beberapa alasan suatu perusahaan
untuk melakukan strategi diversifikasi produk, diantaranya adalah untuk mempertahankan
kedudukannya di pasar, untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen dan untuk
pertumbuhan perusahaan.
5.
Tahap-Tahap Diversifikasi Produk
Diversifikasi produk merupakan salah satu bentuk pengembangan produk baru.
Diversifikasi produk mempunyai tujuan untuk meningkatkan volume penjualan dan
meningkatkan laba perusahaan dengan jalan menjaring konsumen sebanyak-banyaknya.
Adapun langkah-langkah yang diambil dalam mengembangkan produk baru menurut
Swasta (1989 : 184-186) adalah :
o Tahap Pemilihan dan Penyaringan.
o Tahap Analisa.
o Tahap Pengembangan.
o Tahap Pengujian.
o Tahap Komersialisasi.
Kotler (1997 : 277) membagi tahap-tahap pengembangan produk baru menjadi delapan
tahap, yaitu :
o Pemunculan Gagasan.
o Penyaringan Gagasan.
o Pengembangan dan Pengujian Konsep.
o Pengembangan Strategi Pemasaran.
o Analisis Bisnis.
o Pengembangan Produk.
o Pengujian Dasar.
o Komersialisasi.
Dari kedua pendapat di atas, tahap-tahap pengembangan suatu produk dapat dibagi
sebagai berikut :
1. Penciptaan Gagasan.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk
mengembangkan suatu produk adalah penciptaan gagasan atau ide-ide. Tujuan dari
penciptaan gagasan atau ide ini adalah untuk dapat menciptakan serta menghimpun ideide atau gagasan-gagasan sebanyak mungkin. Pada dasarnya penciptaan gagasan atau ide
ini merupakan salah satu bentuk dari identifikasi pihak perusahaan terhadap kebutuhan
dan keinginan konsumen akan sebuah produk.
Setiap perusahaan mempunyai cara sendiri-sendiri dalam mencari gagasan-gagasan
produk baru. Dalam pencarian gagasan atau ide ini perusahaan tidak boleh melakukannya
secara asal-asalan karena akan berdampak buruk terhadap produk nantinya. Oleh karena
itu hendaknya dalam pemunculan gagasan atau ide-ide tersebut dilakukan secara
o
o
o
o

2.

3.

4.

sistematis dan terencana dengan baik. Gagasan atau ide-ide ini umumnya dapat digali dari
dua sumber, yaitu :
o Sumber intern perusahaan, misalnya : bagian penelitian dan pengembangan,
wiraniaga atau salesman, agen atau kantor cabang, manajemen puncak serta elemenelemen lain dalam organisasi perusahaan.
o Sumber ekstern perusahaan, diantaranya : konsumen, pesaing, para ahli, konsultan,
lembaga-lembaga pemerintah serta lembaga-lembaga atau individu-individu lainnya.
Walaupun gagasan-gagasan ini berasal dari berbagai sumber, tetapi gagasan yang dimiliki
kemungkinan untuk menjadi gagasan utama adalah gagasan yang baik dan menarik serta
menguntungkan bagi pihak perusahaan, sehingga pada akhirnya perusahaan dapat
menciptakan tujuan yang telah digariskan sebelumnya.
Penyaringan Gagasan.
Setelah terkumpul banyak gagasan atau ide-ide, proses selanjutnya adalah melakukan
penyaringan atau penyortiran gagasan atau ide-ide tersebut menjadi beberapa ide yang
menarik dan sungguh-sungguh dapat diterapkan oleh perusahaan dengan sukses. Tujuan
utama dari penyaringan ide ini adalah menolak ide-ide atau gagasan-gagasan yang buruk
dan tidak selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam
penyaringan ide atau gagasan ini perusahaan harus menghindari dua jenis kesalahan
sebagai berikut :
o Kesalahan Buang (Drop-Error), kesalahan buang terjadi ketika perusahaan
membuang gagasan atau ide-ide yang sebenarnya menarik atau berharga untuk
dikembangkan lebih lanjut. Akibatnya apabila perusahaan melakukan salah buang,
perusahaan akan kehilangan suatu kesempatan atau peluang yang mungkin berharga
bagi perkembangan perusahaan selanjutnya.
o Kesalahan Jalan (Go-Error), kesalahan terjadi apabila perusahaan memilih dan
mengijinkan gagasan atau ide-ide yang kurang baik untuk dilanjutkan ke tahap
pengembangan dan komersialisasi. Dengan adanya kesalahan ini, maka perusahaan
akan mengalami kerugian yang besar baik itu ditinjau dari segi pengeluaran biaya
maupun dalam hal perolehan laba.
Agar tidak terjadi kesalahan yang dapat merugikan pihak perusahaan, maka semua
gagasan atau ide-ide yang masuk harus sungguh-sungguh disaring secara selektif serta
hati-hati sehingga tidak akan sampai menimbulkan kerugian yang besar bagi pihak
perusahaan.
Pengembangan dan Pengujian Konsep.
Setelah mengalami penyaringan gagasan atau ide, gagasan atau ide yang menarik bagi
perusahaan selanjutnya akan dikembangkan menjadi gagasan produk yang lebih matang.
Untuk dapat menjadi gagasan atau ide-ide yang lebih matang maka gagasan atau ide-ide
tersebut dijabarkan kedalam beberapa konsep produk. Konsep-konsep produk tersebut
kemudian disajikan secara simbolis atau secara fisik yaitu dalam bentuk kata atau gambar
agar lebih mendekati keadaan nyata atau realistis. Namun jika konsep tersebut dibuat
semakin mendekati produk akhir, maka pengujian terhadap konsep tersebut akan dapat
diandalkan. Tujuan dari pengujian konsep ini adalah untuk mengetahui tanggapan
konsumen terhadap konsep yang ditawarkan. Dari tanggapan konsumen nantinya akan
diketahui konsep manakah yang memiliki daya tarik yang paling kuat dan luas.
Pengembangan Strategi Pemasaran.
Setelah suatu gagasan atau konsep melalui tahap pengembangan dan pengujian, maka
langkah selanjutnya adalah mengembangkan suatu rencana awal strategi pemasaran yang
bertujuan untuk memperkenalkan suatu produk baru ke pasar. Pada tahap ini strategi

5.

6.

7.

8.

pemasarannya masih dalam bentuk sederhana dan kasar serta masih mengalami
perbaikan-perbaikan dan juga penyempurnaan-penyempurnaan pada tahap selanjutnya.
Analisis Bisnis.
Setelah mengembangkan konsep produk dan strategi pemasaran awal, maka selanjutnya
pihak perusahaan dapat mengevaluasi secara lebih mendalam tentang daya tarik
mengenai gagasan atau ide usaha tersebut. Dalam tahap ini akan dilakukan suatu studi
yang lebih mendalam tentang kemampuan laba potensial dari gagasan produk baru.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari analisis bisnis adalah meninggalkan usaha yang
tidak menguntungkan sebelum biaya pengembangan dan pengujian pasar dilakukan.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam analisis bisnis ini antara lain :
o Mengidentifikasikan ciri-ciri produk.
o Memperkirakan permintaan pasar dan kemampuan untuk menghasilkan laba.
o Menyusun sebuah program untuk mengembangkan produk.
o Menetapkan tanggung jawab untuk pengembangan lebih lanjut.
Dengan adanya tambahan-tambahan informasi yang baru, maka analisis akan terus
dilakukan dan terus mengalami perbaikan-perbaikan.
Pengembangan Produk.
Setelah perusahaan melakukan analisis bisnis terhadap beberapa konsep yang ditawarkan,
maka dari analisis tersebut akan muncul sebuah konsep yang memiliki keunggulan
dibandingkan konsep-konsep yang lainnya. Dari konsep tersebut nantinya akan
dilanjutkan kebagian penelitian dan pengembangan untuk dikembangkan menjadi produk
yang kongkrit. Pada tahap ini perusahaan akan menentukan apakah gagasan produk
tersebut dapat diterjemahkan menjadi suatu produk yang layak secara teknis dan
komersial. Jika tidak maka seluruh biaya kumulatif yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan akan terbuang sia-sia kecuali ada informasi-informasi berguna yang
didapatkan selama proses tersebut.
Uji Coba Pasar.
Jika gagasan produk berhasil melalui tahap pengembangan produk, maka selanjutnya
produk dapat diteruskan pada tahap pengujicobaan lebih lanjut ke pasar. Pengujian
pemasaran ini merupakan tahap pengembangan produk yang dirancang untuk mengukur
reaksi pasar terhadap suatu produk baru dan dukungan mereka terhadap program
pemasaran perusahaan di daerah pasar tertentu.
Adapun beberapa alasan perusahaan perlu melakukan uji pemasaran adalah sebagai
berikut :
o Untuk mengetahui lebih mendalam tentang potensi penjualannya.
o Sebagai uji pendahuluan terhadap alternatif rencana pemasarannya.
o Memberikan kesempatan pada perusahaan untuk menentukan kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada tahap-tahap selanjutnya.
o Agar dapat mengetahui dengan cepat tentang masalah-masalah distribusi dari produk
tersebut.
o Untuk memahami lebih lanjut mengenai beberapa segmen yang ada di pasar.
Dalam pengujian pemasaran ini jumlah dan luas pengujian ditentukan dan dihitung dari
biaya yang dikeluarkan, resiko investasi yang mungkin muncul, keterbatasan waktu serta
biaya riset yang mungkin muncul. Pada akhirnya dengan melakukan pengujian
pemasaran maka perusahaan akan dapat mengetahui seberapa jauh produk tersebut akan
diterima atau diakui oleh konsumen.
Komersialisasi.

Setelah mendapatkan informasi yang muncul dari pengujian pemasaran, maka perusahaan
akan mengambil keputusan jadi tidaknya meluncurkan suatu produk baru ke pasar. Jika
perusahaan memutuskan untuk meluncurkan produknya ke pasar, maka perusahaan
tersebut telah memasuki tahap akhir dari pengembangan produk yaitu komersialisasi.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk memperkenalkan produk barunya kepada para
penyalur dan kemudian kepada konsumen akhir dari produk tersebut. Pada tahap
komersialisasi ini produk akan mulai memasuki daur hidupnya dan disinilah perusahaan
akan berusaha untuk menetapkan semua rencana yang telah ditetapkan sebelumnya guna
menghadapi persaingan-persaingan yang akan terjadi.
Populasi
Menurut Ridwan dan Akdon (2007 : 237), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh produk yang diperjualbelikan pada P.T. K-Link Nusantara cabang Makassar.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari kuantitas dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi
(Ridwan dan Akdon (2007 : 240). Sampel dalam penelitian ini seluruh produk yang
diperjualbelikan di Indonesia oleh P.T. K-Link Nusantara cabang Makassar.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah diversifikasi produk
adalah suatu usaha perusahaan untuk mengembangkan atau menambah jenis produknya guna
melayani pasar yang baru dalam mencapai tujuan perusahaan.
Adapun metode pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melihat strategi diversifikasi produk yang dilakukan oleh P.T. K-Link Nusantara cabang
Makassar, apakah termasuk dalam salah satu strategi di bawah ini :
1. Strategi Diversifikasi Konsentris (Concentric Diversification Strategy).
2. Strategi Diversifikasi Horizontal (Horizontal Diversification Strategy).
3. Strategi Diversifikasi Konglomerat (Conglomerate Diversification Strategy).
PEMBAHASAN
Strategi Diversifikasi Produk pada P.T. K-Link Nusantara Cabang Makassar
Adapun strategi diversifikasi produk yang dilakukan oleh P.T. K-Link Nusantara Cabang
Makassar, sebagai berikut :
A.

B.

C.

Makanan Kesehatan
1. Riddance
2. Gamat Vitaplus
3. Propolis Platinum
4. K-Biogreen
5. K-Seaweed Calsium
6. K-Sageplus
Minuman Kesehatan
1. Golden Valley SOD
2. K-Link Arabica Coffee
3. UIE Liquid Chlorophyll
4. K-Liquid Organic Spirulina
Produk-Produk Penjaga Kesehatan
1. K-Puyikang
2. K-Link Kinotakara
3. Gamat Vitagel

D.

E.

F.

4. Ionize Mattress
5. Body Slimming Under Garments
6. K-Elegance Tudung
7. Water Filter Seven Star
8. Magnetic and FIR Bracelet
9. K-Sophie
10. K-I Brief
11. K-I Panty
Produk-Produk UIE (Universe Induce Energy)
1. UIE Power Black Jade
2. K-Energy Cream
3. K-Energy Sticker
4. UIE Jade Ring
5. K-Elegant Jade Ring
Produk-Produk Lain
1. K-Chlorophyll Care Transparant Soap
2. K-Chlorophyll Care Sun Screen Lotion
3. K-BEAUCARELINE
o K-BEAUCARELINE Deodorant Beauty Soap
o K-BEAUCARELINE Bioxy Super Essence
o K-BEAUCARELINE Foam Cleanser
o K-BEAUCARELINE Hydration Fluid
o K-BEAUCARELINE Firming Cream
o K-BEAUCARELINE Sunscreen Cream SPF 15
4. K-Fuel Saver
5. K-Mumin Tooth Paste
6. K-All White Tooth Paste
7. K-Perfect Lady Bra
8. K-Perfect Lady Suit
9. K-Perfect Pants
10. K-Perfect Suit
11. K-Perfect Bra
12. K-Bioboost
13. K-Omega Squa
14. K-Kids Omega
15. K-Sauda VCO
16. Gamat Extract Emulsions
17. K-Ayu Artis
18. K-Ayu Asmo
19. K-Ayu Bes
20. K-Ayu Derme
21. K-Ayu Lite
22. K-Ayu Rhoids
23. K-Ayu Rin
24. K-Ayu Lax
25. K-Ayu Vigo
26. K-Ayu Vita
Produk-Produk Baru
1. K-Epicor

2.
3.

K-Ezkleen
K-Citrabeucare
a. K-Citrabeucare Day Cream
b. K-Citrabeucare Night Cream
c. K-Citrabeucare Facial Foam
d. K-Citrabeucare Hair Tonic
4. K-Ion Spec
5. K-Tangin
6. K-Yoropen
7. K-Paradiso Care
a. K-Paradiso Care Shampoo
b. K-Paradiso Care Conditioner
c. K-Paradiso Care Hair Vitamin
8. K-Honey & Goatmilk
a. K-Honey & Goatmilk Care Milk Cleanser
b. K-Honey & Goatmilk Care Facial Wash
c. K-Honey & Goatmilk Care Toner
d. K-Honey & Goatmilk Care Peel of Mask
e. K-Honey & Goatmilk Care Moisturizer
9. K-C
Kesimpulan
Strategi diversifikasi produk yang dilakukan oleh P.T. K-Link Nusantara Cabang
Makassar adalah strategi diversifikasi konsentris dan strategi diversifikasi horizontal, karena
produk-produk baru yang diperkenalkan memiliki kaitan atau hubungan dalam hal persaingan
atau teknologi dengan produk yang sudah ada, dan perusahaan menambahkan produk-produk
baru yang tidak berkaitan dengan produk yang telah ada, tetapi dijual kepada pelanggan yang
sama.
Saran
Dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa, Indonesia memiliki potensi yang
sangat besar untuk pengembangan bisnis Multi Level Marketing. Kini, konsumen atau pelaku
bisnis Multi Level Marketing di Indonesia telah mencapai lebih dari 5 jutaan. Mereka tergabung
kedalam 200 perusahaan Multi Level Marketing. Baik perusahaan lokal maupun asing.
Keberadaan perusahaan-perusahaan ini pun sangat beragam, baik dari sisi produk, sistem, izin
usaha dan keanggotaannya pada Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI). Oleh karena itu,
bisnis Multi Level Marketing perlu untuk diperhatikan dan dikembangkan sebagai suatu bentuk
usaha yang bermanfaat untuk masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Harefa, Andrias. 1999. MLM dan Penggandaan Uang, Penerbit Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Harefa, Andrias. 2009. Menapaki Jalan DS-MLM, Penerbit Gradien Mediatama, Jakarta.
Kisata, Pindi. 2005. How to Build MLM Business : Kiat Sukses Membangun Bisnis MLM,
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Kisata, Pindi. 2005. Why Not MLM ? Sisi Lain MLM : Peta dan Informasi mengenai MLM
berdasarkan Pengalaman Pribadi, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kuswara. 2005. MENGENAL MLM SYARIAH, dari Halal-Haram, Kiat Berwirausaha,
sampai dengan Pengelolaannya, Cetakan Pertama, Penerbit Qultum Media, Depok.
MLM Leaders. 2008. The Secret Book of MLM, Penerbit MLC, Jakarta.
Nistains, Van. 2006. Multi Level Marketing Plus, Cetakan Kedua, Penerbit ANDI, Jakarta.
PC, M. Rozani. 2007. Mind Therapy for MLM, Cetakan I, Penerbit Hikmah, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai