Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

HASIL OBSERVASI DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI JEMBER


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan

Inklusi Dosen Pengampu : Wahyuni, M.Psi.

Disusun Oleh :

Mochammad Azizi

Rokhim NIM

2003402021042

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas


limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
hasil observasi di Sekolah Luar Biasa Negeri Jember ini dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Inklusi.

Adapun materi yang dibahas dalam makalah ini kami ambil dari
beberapa sumber serta penelitian langsung yang dilaksanakan pada
hari Kamis, 25 Maret 2021 di Sekolah Luar Biasa Negeri Jember yang
bertempat di Kecamatan Patrang. Selama penyusunan makalah ini,
kami banyak menerima bantuan dan dukungan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada:

a. Kepala Sekolah dan Dewan Guru SLB Negeri Jember.

b. Wali Murid siswa SLB Negeri Jember.

c. Ibu Wahyuni M,Psi. selaku Dosen pengampu mata kuliah


Pendidikan Inklusi.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan dari para pembaca demi perbaikan makalah ini
ataupun penyusunan makalah selanjutnya. Demikianlah makalah ini
kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca umum dan
khususnya bagi para mahasiswa.

Jember, 29 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 1

1.4 Metode 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anak Berkebutuhan Khusus SLB-B (Tunarungu/Tunawicara) 3

2.2 Intelektual (kecerdasan) Anak Tunarungu/Tunawicara 3

2.3 Jenis Komunikasi Anak Tunarungu/Tunawicara 3

2.4 Metode Pembelajaran Anak Tunarungu/Tunawicara 5

2.5 Hasil Wawancara 6

2.5.1 Wawancara kepada Kepala Sekolah 6

2.5.2 Wawancara kepada Wali Kelas 7

2.5.3 Wawancara kepada Wali Murid 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 10

3.2 Saran 10

ii
DAFTAR PUSTAKA 11

DOKUMENTASI 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan luar biasa atau dikenal juga sebagai pendidikan


spesial adalah praktik mendidik siswa dengan cara yang mengatasi
perbedaan dan kebutuhan khusus seorang individu, terutama bagi
orang berkebutuhan khusus. Sekolah luar biasa (SLB) adalah
sebuah sekolah yang diperuntukkan bagi anak berkebutuhan
khusus agar bisa mendapatkan layanan dasar yang bisa membantu
mendapatkan akses pendidikan. Meskipun sekolah luar biasa
selama ini dianggap sebagai sekolah dengan keterbelakangn
pendidikan dan memiliki metode belajar yang tertinggal dibanding
sekolah umum, sekolah luar biasa mengajarkan anak mengenai
berbagai keterampilan dan kemampuan dasar agar dapat mengikuti
kurikulum pendidikan disekolah umum.

Pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang


mengatur agar difabel atau anak berkebutuhan khusus dapat
dilayani disekolah terdekat bersama-sama teman seusianya. Oleh
karena itu, kami mengadakan kunjungan ke Sekolah Luar Biasa
Negeri Jember dengan tujuan mengetahui bagaimana proses
belajar mengajar bagi difabel.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan intelektual secara umum peserta


didik SLB- B tunarungu/tunawicara?

2. Bagaimana perkembangan behavioral (tingkah laku) pada


peserta didik SLB-B tunarungu/tunawicara?

1
3. Bagaimana hasil wawancara dengan wali murid, wali kelas, serta

2
Kepala Sekolah SLB Negeri Jember?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui perkembangan intelektual secara umum


peserta didik SLB-B tunarungu/tunawicara.

2. Untuk mengetahui perkembangan behavioral (tingkah laku)


pada peserta didik SLB-B tunarungu/tunawicara.

3. Untuk mengetahui hasil wawancara dengan wali murid, wali


kelas, serta Kepala Sekolah SLB Negeri Jember.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini


adalah observasi langsung dan wawancara.

1.5 Manfaat Penulisan

Makalah ini ditulis agar pembaca khususnya mahasiswa dapat


memahami konsep anak tunarungu dan tunawicara.

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 Anak Berkebutuhan Khusus SLB-B (Tunarungu/Tunawicara)

Anak berkebutuhan khusus (tunarungu) adalah anak


dengan karakteristik khusus yang mempunya gangguan pada
indra pendengaran yang disebabkan oleh faktor biologis maupun
faktor fungsional. Sedangkan anak berkebutuhan khusus
(tunawicara) adalah anak yang mempunyai gangguan pada
mulut,lidah serta tenggorokan sehingga kesulitan untuk
melafalkan kata maupun berbicara.

2.2 Intelektual (kecerdasan) Anak Tunarungu/Tunawicara

Secara umum tingkat intelegensi anak tunarungu dan


tunawicara berada pada tingkat rata-rata. Menurut Myklebust
dalam Bunawan dan Yuwati (2004), tidak ada perbedan
kuantitatif dalam kemampuan intelektual kaum tuli dibandingkan
orang mendengar. Skor rendah yang diperoleh kaum tuli
sebenarnya lebih merupakan pencerminan dari kemiskinan
bahasa yang dideritanya dan kurang berkemangnya
pengetahuan sebagai konsekuensi logis dari keadaan tersebut
dan bukan merupakan penggambaran sesungguhnya tentang
potensi intelektual.

Furth (Bunawan dan Yuwati, 2004) dalam penelitiannya


menyimpulkan bahwa kaum tunaungu dan tunawicara secara
intelektual normal dan kemiskinan bahasa tidak menutup
kemungkinan bagi kaum tunarungu dan tunawicara untuk
berfikir normal.

2.3 Jenis Komunikasi Anak Tunarungu/Tunawicara

Menurut Marschark dan Spencer (2003) ada dua jenis


komunikasi yang digunakan oleh anak tunarungu dan tunawicara,

4
yaitu:

5
1. Komunikasi Nonlinguistik

Komunikasi nonlinguistic merupakan komunikasi yang


tidak melibatkan oral (segala sesuatu yang berhubungan
dengan mulut). Komunikasi jenis ini banyak menggunakan
expresi wajah, gesture tubuh, dan aktifitas fisik. Hal ini
sangat lazim ditemukan pada anak yang memiliki keterbatasan
pendengaran.

Menurut Berkowitz (1980) komunikas nonlinguistik akan


tampak pada perilaku nonverbal dan ekspresi wajah. Ekman
dan Friesen (dalam Berkowitz, 1980) mendeskripsikan 5
macam perilaku nonverbal. Perilaku tersebut adalah
emblems, illustrator, affects, regulators, dan adapters.

Pertama adalah emblems. Emblems merupakan suatu


gerakan yang digunakan sebagai pengganti kata dan kalimat.
Contohnya, melambaikan tangan untuk memanggil. Kedua,
ilustrators merupakan pelengkap pernyataan verbal. Hal ini
biasanya tampak pada seseorang yang sedang memberikan
petunjuk arah sambil menunjukkannya menggunakan tangan.
Ketiga adalah affect. Affect megekspresikan sebagian emosi
yang sedang dirasakan seseorang, seperti marah, senang,
dan sedih. Biasanya, affect akan muncul pada ekspresi wajah
seseorang akan tetapi Ekman dan Friesen (dalam Berkowitz,
1980) mengatakan bahwa affect juga dapat tampak pada
gerakan tubuh seseorang.

Keempat, regulators merupakan suatu sinyal yang dapat


muncul dalam sebuah interaksi. Regulator biasa digunakan
untuk melengkapi pernyataan, mengklarifikasi pertanyaan
dan sebagainya. Contoh regulator adalah anggukan kepala,
kontak mata, dan perubahan portur tubuh. Kelima, adapters
merupakan salah satu perilaku yang membantu dalam
6
menegement interaksi

7
atau mengekspresikan perasaan. Hal ini bisa berbeda pada
setiap orang. Mialnya, perasaan cemas yang tampak dengan
menggerakkan kaki atau tangan.

Selanjutnya adalah ekspresi wajah. Ekspresi wajah


merupakan perubahan raut muka sesuai dengan emosi yang
muncul dalam diri seseorang. Ekspresi wajah seseorang tidak
terlepas dari latar belakang lingkungannya dan sangat
mudah dikenali apabila kita mengenal baik seseorang. Ekman
(2010) menjeaskan bahwa manusia memiliki 5 emosi dasar,
yaitu marah, sedih, senang, takut, dan jijik.

Emosi yang pertama adalah marah. Marah merupakan


ekspresi wajah beringas yang siap menyerang. Ciri-ciri
ekspresi kemarahan dapat dilihat dengan otot yan kencang
pada alis, yang apabila berkontraksi akan menurunkan dan
menautkan alis, mengencangkan otot yang membuat kelopak
mata tertarik naik, dan menyempitkan bibir dengan cara
mengencangkan otot bibir.

Kedua, sedih. Ekspresi sedih memiliki ciri-ciri seperti


kelopak mata yang terkulai dan layu, alis yang terangkat, dan
sudut bibir yang ditarik kebawah. Ketiga adalah perasaan
senang. Cri-ciri ekspresi senang tampak pada kedua pipi
yang terangkat lebih tinggi, kontur pipi berubah dan alis
sedikit menurun. Selain itu, ekspresi senang juga dapat
diperlihatkan dengan senyuman lebar yang mendorong pipi
keatas sampai membentuk kerutan.

Keempat, ekspresi jijik pada ajah akan tampak pada


bibir yang dinaikan setinggi mungkin, bibir bawah dinaikkan
dan sedikit dicibirkan. Selain itu, kerutan meluas mulai dari
atas kuping mengarah kebawah sampai dibelakang sudut
bibirnya. Terakhir adalah takut. Ciri-ciri wajah untuk
8
ekspresi takut adalah kelopak

9
mata yang naik., bibir yang kencang dan horizontal
mengarah kebelakang, rahang terbuka sedikit, dan alis yang
naik.

2. Komunikasi Linguistik

Komunikasi linguistik merupakan kebalikan dari


komunikas nonlinguistik. Komunikasi jenis ini menggunakan
bahasa oral atau bahasa bibir. Komunikasi linguistik adalah
komunikasi yang terjadi ketika salah satu individu berbicara
menggunakan mulut mereka dan menggunakan bahasa yang
dipahami.

2.4 Metode Pembelajaran Anak Tunarungu/Tunawicara

Metode pembelajaran di Sekolah Luar Biasa Negeri


Jember, khususnya kelas tunarungu dan tunawicara
mengacu pada buku terbitan pusat yang berisi penggunaan
bahasa isyarat dengan media tangan. Buku tersebut juga
selalu direvisi sebagaimana kurikulum pada umumnya.

Selain itu, untuk melatih kemampuan berbicara anak,


guru kelas menggunakan media cermin. Sehingga peserta
didik dilatih berbicara didepan cermin agar mereka dapat
mengetahui gerakan bibirnya saat melafalkan kata.

2.5 Hasil Wawancara

2.5.1 Wawancara kepada Kepala Sekolah

a. Interaksi apa saja yang diterapkan dalam sistem


pembelajaran di Sekolah Luar Biasa Insan Istimewa ini?

Terdapat beberapa interaksi diantaranya bahasa


isyarat, bahasa tubuh, dll. Untuk anak tunanetra sendiri
sudah tersedia jalur khusus guna mempermudah akses

1
jalan di area sekolah. Sedangkan anak tunarungu juga
tersedia buku pedoman bahasa

1
isyarat yang terus diperbarui sesuai perkembangan
kurikulum pendidikan.

b. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan


dalam pembentukan sikap percaya diri anak didik?

Dorongan dan motivasi yang membangun rasa


percaya diri peserta didik, seperti pemberian semangat,
reward, serta rasa kasih sayang yang dalam.

c. Adakah permasalahan yang dihadapi dalam mengajar


anak didik di Sekolah Luar Biasa Insan Istimewa ini?

Tidak ada. Karena semua masalah hadir dengan


diikuti solusi. Sekolah Luar Biasa Negeri Jember
menerapkan sistem tidak membawa masalah pribadi ke
sekolah. Ketika tiba di gerbang masuk, semua masalah
harus dilupakan sejenak sehingga proses mengajar bisa
totalitas.

d. Adakah dukungan dari luar terutama orangtua atau wali


dalam menangani anak-anaknya?

Ada. Salah satunya ialah pihak sekolah memiliki


grup khusus antara wali murid dengan guru untuk
mempermudah pemantauan perkembangan anak, baik
dirumah maupun disekolah. Selain itu, semua orangtua
memiliki modul khusus sehingga pembelajaran bisa efektif.

2.5.2 Wawancara kepada Guru Kelas

1
a. Kesiapan apa saja yang anda lakukan sebelum
melakukan aktivitas pembelajaran?

Persiapan penting yang harus dilakukan ialah


mental serta perasaan, karena yang akan dihadapi
merupakan anak- anak yang memiliki keterbatasan.

b. Kurikulum apa yang anda gunakan dalam pembelajaran


anak- anak berkebutuhan khusus ini?

Sekolah SLB Negeri Jember ini menerapkan


kurikulum 2013, sehingga sama dengan sekolah pada
umumnya.

c. Bentuk-bentuk interaksi edukatif apa yang digunakan


dalam pembelajaran yang diberikan?

Sehubungan murid yang diajar merupakan anak-


anak tunarungu, metode yang digunakan ialah belajar
berbicara dengan menggunakan media kaca. Untuk
membedakan antara huruf B, D dan T ialah dengan
mengucapkan huruf di tangan peserta didik.

d. Pembelajaran atau metode apa yang bisa membentuk anak


menjadi percaya diri?

Dengan cara melatih siswa tampil di depan umum


untuk menunjukkan bakat yang dimilikinya, seperti menari,
fashion show, serta menyanyi.

e. Apa yang sering dihadapi dalam menyampaikan materi


untuk anak penyandang disabilitas?

Peserta didik susah memahami apa yang


disampaikan guru pengajar karena keterbatasan indra
pendengarannya, sehingga diperlukan kesabaran ekstra.

1
Selain itu, guru kelas

1
tunarungu haruslah orang yang hiperaktif sehingga bisa
mengekspresikan apa yang disampaikan dengan jelas.

f. Bagaimana kemampuan masing-masing anak didik


dalam menyelesaikan tugas yang anda berikan?

Kemampuan masing-masing anak berbeda antara


satu dengan yang lainnya. Ada anak yang mampu
menyelesaikan dengan benar dan tepat waktu namun ada
pula yang lamban dalam pengerjaannya. Hal tersebut
bergantung pada IQ masing- masing anak.

g. Bagaimana hasil dari metode yang digunakan


dalam pembentukan sikap percaya diri anak?

Hasilnya sangat baik, salah satu buktinya ialah


mampu meraih banyak prestasi seperti fashion show yang
mana kegiatan tersebut membutuhkan rasa percaya diri
yang besar untuk tampil didepan umum dengan baik,
bahkan anak SLB mampu merias wajahnya sendiri.

h. Adakah faktor-faktor yang meningkatkan rasa percaya diri?

Salah satu faktor yang kuat ialah pemberian reward


berupa support dan motivasi yang diberikan ketika anak
berhasil menyelesaikan sesuatu, seperti contoh “waw kamu
hebat!”.

2.5.3 Wawancara kepada Wali Murid

a. Bagaimana sikap percaya diri putra atau putri anda pada


saat dirumah?

Jika dirumah sangat percaya diri, akan tetapi


ketika

1
keluar dari rumah dan bermain dengan teman sebayanya
yang normal akan merasa minder, kecuali dengan teman
tertentu dan tetangga sekitar yang sering bertemu.

b. Adakah dukungan nyata yang anda berikan untuk


perkembangan terhadap putra atau putri anda selama
ini?

Dukungan sepenuhnya diberikan oleh orangtua


dalam bentuk support agar semangat berangkat sekolah,
terutama dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini, meski
sebenarnya dari sekolah belum ada aturan tatap muka, akan
tetapi tetap diantar sekolah untuk memaksimalkan terapi
perkembangan anak.

c. Adakah perkembangan terhadap sikap rasa percaya


anak, setelah menerima pembelajaran di Sekolah
Luar Biasa ini?

Banyak sekali dikarenakan guru yang mengajar


sangat telaten bahkan lebih telaten dari orang tua.
Sehingga percaya diri anak berkembang pesat.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anak tunarungu merupakan anak dengan kemampuan


1
intelegensi sama seperti anak pada umumnya, akan tetapi
yang

1
membedakan adalah mereka memiliki keterbatasan dalam
pendengaran. Sedangkan anak tunawicara kebanyakan
disebabkan oleh ketidakmampuan mendengar bunyi apapun
sehingga tidak ada suara yang bisa ditirukan dan menyebabkan
otot-otot pada rongga mulut kaku.

Untuk di SLB Negeri Jember anak tunarungu dan


tunawicara dijadikan satu kelas dengan guru pengajar yang
hyperaktif sehingga mempermudah anak memahami materi yang
disampaikan. Selain itu, mereka juga mampu menjuarai lomba
seperti fashion show, melukis, dan menari sampai tingkat
provinsi.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari terdapat


banyak kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url= http://
digilib.uinsby.ac.id/ 13096/5/Bab
%25202.pdf&ved=2ahUKEwjb0PPhwInwAhXaSH0KHcXDCncQFjAFegQI
GRAC&usg=AOvVaw1tWIXBSnl9hfhUi4xsHLc_

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus#:~:text=Tunarungu
%20 adalah%20individu%20yang%20memiliki,berdasarkan%20tingkat
1
%20gangguan%20p endengaran%20adalah%3A&text=Gangguan
%20pendengaran%20berat(71-

1
90,(di%20atas%2091%20dB)

https://www.google.com/amp/s/kabarpendidikanluarbiasa.wordpress.com/
2012/0 7/14/perkembangan-anak-tunarungu/amp/

DOKUMENTASI

1. Wawancara dengan Wali Kelas

2
2. Wawancara dengan Wali Murid

3. Buku Pedoman Kelas Tunarungu dan Tunawicara

Anda mungkin juga menyukai