Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.2 Lalat Tentara Hitam (BSF)
Lalat tentara hitam (nama ilmiah: Hermetia illucens) adalah salah satu jenis lalat
yang banyak ditemukan di tempat-tempat yang terdapat sampah organik. Black Soldier
Fly (BSF) atau yang sering dikenal juga BSF adalah termasuk kedalam golongan ordo
Diptera, family Stratiomyidae dengan genus Hermetia. Lalat tentara hitam mempunyai
bentuk tubuh yang menyerupai tawon. Ukuran panjang tubuh lalat dewasa sekitar 16 mm
dengan dominasi warna hitam. Dengan refleksi metalik mulai dari biru hingga hijau di
dada dan terkadang warna ujung perut yang kemerahan. Kepalanya lebar dengan antena
yang panjangnya dua kali panjang kepalanya. Kakinya berwarna hitam dengan tarsi
keputihan. Sayapnya memiliki membran; pada waktu istirahat, mereka dilipat secara
horizontal di perut dan tumpang tindih.
Maggot BSF memiliki siklus metamorfosis sempurna dan memiliki 5 fase siklus
metamorfosis dalam hidupnya. Siklus hidup larva ini terjadi + selama 40 hari, dimulai
dari fase telur, larva, prepupa, pupa kemudian menjadi lalat Black Soldier Fly dewasa.
 Lalat dewasa
Black soldier fly betina dewasa memiliki ukuran dewasa yang lebih besar dibandingkan
jantan dewasa tetapi memiliki ukuran perut yang lebih kecil. Lalat dewasa memiliki umur
yang relatif singkat yaitu 4-8 hari. Lalat betina dewasa akan bertelur secara optima pada
suhu 27,5 0C - 37,5 0C dan dapat bertelur.
 Telur
Ukuran telur lalat tentara hitam cukup kecil dengan ukuran kurang dari 1 mm dengan
bentuk oval dengan warna kekuningan. Telur ini akan menetas dengan optimal pada suhu
28-35°C dengan kelembaban 60%-80%.
 Larva
Larva BSF dapat mencapai ukuran 16-18 mm pada kondisi yang optimal dengan berat
sekitar 150-200 mg. Pada umumnya larva akan memasuki fase pre pupa dalam waktu 14
hari. Tetapi ini sangat tergantung pada kondisi keadaan dimana dia berada, dalam
keadaan tertentu dapat mencapai 30 hari.
 Pre Pupa
Fase ini berlangsung selama kurang lebih 7 hari.
 Pupa
Pada fase ini berlangsung kurang lebih 10 hari dan tidak banyak bergerak sampai
akhirnya berubah menjadi lalat tentara hitam.
Larva dari lalat ini (Maggot BSF) banyak dimanfaatkan untuk mengelola limbah.
Karena kemampuannya yang luar biasa dalam mengurai sampah organik. Larva ini
memanfaatkan limbah tersebut sebagai sumber makanannya. Kemampuan larva dalam
memakan sampah organik karena dalam ususnya terdapat bakteri selulolitik yang
menghasilkan enzim selulase yang berperan dalam hidrolisis selulosa. Pemanfaatan
sampah organik ini secara tidak langsung membantu mengurangi sampah tersebut
sehingga berperan dalam penanganan limbah organik.

1.1.2 Trichoderma sp
Trichoderma sp. adalah sejenis cendawan / fungi yang termasuk kelas ascomycetes.
Trichoderma sp. memiliki aktivitas antifungal. Di alam, Trichoderma banyak ditemukan
di tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada substrat berkayu. Jamur Trichoderma sp
merupakan salah satu jamur penghuni tanah yang berfungsi sebagai pupuk biologis dan
agens pengendali hayati terhadap mikroba lainnya khususnya dari kelompok penyakit
pathogen tanaman.
Di alam jamur Trichoderma banyak ditemukan pada tanah subur yang mengandung
bahan organik dengan lingkungan lembab atau tidak terkena sinar matahari secara
langsung seperti pada ekosistem hutan, perakaran bambu dan tanah subur lainnya. Dari
lingkungan tanah dengan kriteria seperti tersebut di atas, jamur Trichoderma sp dapat di
eksplorasi dengan cara mengambil sampel tanah kemudian dilakukan penumbuhan,
isolasi dan pemurnian pada media tumbuh PDA (Patato Dextrose Agar) dengan teknik
dilution atau pengenceran terhadap sampel tanah.
Selain itu jamur Trichoderma sp, dapat pula diisolasi, dimurnikan dan dikembangkan
secara sederhana dengan menggunakan umpan seperti belimbing wuluh tua, jagung rebus,
daging buah kelapa tua dan dengan media nasi.
Jamur Trichoderma sp masuk dalam klasifikasi Kerajaan : Fungi, Divisi :
Ascomycotina, Kelas : Sordariomycetes, Ordo: Hypocreales, Famili : Hypocreaceae dan
Genus : Trichoderma. Beberapa spesies jamur ini diantaranya: T. koningii, T. harzianum,
T. Viride.
Bentuk atau morfologi koloni Trichoderma sp. sangat bergantung pada media
tempat tumbuhnya. Pada media yang nutrisinya lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih
putih . Konidia dapat terbentuk dalam satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau
putih.
Trichoderma sp. merupakan salah satu jenis jamur yang dapat menjadi agen
pengendali hayati (APH) atau biokontrol karena bersifat antagonis bagi jamur lainnya,
terutama yang bersifat pathogen. Keterlibatan antagonis yang dimaksud dapat meliputi,
persaingan, parasitisme, predasi , atau pembentuk racun seperti antibiotik . Sebagai
agens hayati, Trichoderma berpotensi menjaga sistem ketahanan tanaman misalnya dari
serangan patogen seperti cendawan patogen. Pada pertanaman sengon yang rentan yang
terserang penyakit busuk akar (Phythopora sp., Fusarium sp., Ganoderma sp.),
pertanaman kubis yang rentan penyakit akar gada, penggunaan 'Trichoderma' sebagai
agen antagonis merupakan salah satu alternatif pengendalian yang direkomendasikan.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan

Anda mungkin juga menyukai