Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ghilman Meilady Dosen :

1. Lia Nurlaila, Msi


NIM : A3401211006
2. Dr Purnama Hidayat
Paralel : P3 Asisten Praktikum :
1. Rahmi Ayunina
Hari, Tanggal : Kamis, 11 Mei 2022
2. Garry Sapta

Resume Praktium Pertemuan Ke-12

Perilaku dan Bioekologi dari :

1. O.Neuroptera:
a. F. Chrysopidae
Famili Chrysopidae. Serangga dari famili Chrysopidae dengan ciri umum mempunyai
sayap kehijauan, mata berwarna kuning emas atau kemerahan dengan panjang 12-20 mm. Telur
bertangkai, imago biasanya hidup bebas dengan memakan embun madu dan pollen sedangkan
larva mempunyai mandibel yang kokoh berbentuk bulan sabit yang berfungsi untuk merobek
mangsa serangga bertubuh lunak seperti kutu daun, kutu putih dan lain-lain. Dewasa aktif
terbang, terutama selama sore dan malam hari (Mendel et al 2003).
Serangga dewasa memiliki kemampuan penerbangan yang kuat dan dapat terbang selama
3 sampai 4 jam pada dua malam pertama penerbangan dan bertelur pada hari kelima setelah
menjadi dewasa. Telur berbentuk oval diletakkan secara tunggal, dengan tangkai seperti sutra
panjang, berwarna hijau pucat, berubah abuabu dalam 2-3 hari. Setelah 6-7 hari telur menetas,
larva yang sangat aktif, memiliki tiga instar, berwarna abu-abu atau kecoklatan, kulit mirip
buaya dengan tungkai berkembang baik dan mandibel berkembang seperti penjepit besar untuk
menyedot cairan tubuh mangsanya. Larva tumbuh dengan ukuran kurang dari 1 mm sampai 6-8
mm. Setelah instar ketiga larva membulat, kemudian berkepompong biasanya di tempat-tempat
tersembunyi pada tanaman. Dewasa muncul 8-10 hari setelah berpupa (Zhu et al 2005). Instar
pertama berlangsung 3-4 hari, instar-2 sekitar 3-4 hari, sedangkan instar ke-3, 5-6 hari dan pupa
14-15 hari. Siklus hidup dari telur sampai imago meletakkan telur kembali dapat berlangsung
sekitar 40 hari (Kligen et al 1996).

Gambar 1.1: F. Chrysopidae


Sumber: dreamsite.com
b. F. Myrmeleontidae
Myrmeleon merupakan serangga famili Myrmeleontidae ordo Neuroptera atau seringkali
disebut dengan undur-undur. Nama Undur-undur Myrmeleon berasal dari bahasa Yunani yaitu
Myrmex (ant) yang berarti semut dan leon (lion) yang berarti singa (Pantaleoni et al 2012). Hal
ini menunjukkan bahwa undur-undur mempunyai bentuk seperti semut dan sifatnya yang suka
memangsa hewan yang ukurannya lebih kecil, diibaratkan seperti singa. Pada umumnya, larva
(undur-undur) berukuran sepanjang kuku manusia, kira-kira 1,5 cm (0,6 inci). Stadium dewasa
(capung) kira-kira berukuran 4 cm (1,5 inci). Undur-undur hidup di tanah berpasir, gembur dan
kering Undur-undur dapat ditemukan di tempat tersembunyi pada area berpasir seperti lantai
tanah yang berpasir, tepi sungai, di pinggir pohon, dibawah pagar atau di atas atap. Banyak
dijumpai pula pada daerah berpasir halus, tanah di hutan terbuka dan kering. Daerah tersebut
harus terlindung dari sengatan matahari, angin dan hujan secara langsung (Lomascolo, 2001).
Undur-undur membentuk lubang berbentuk corong atau kerucut sebagai rumah sekaligus
tempat perangkap untuk mencari mangsanya. Undur-undur membenamkan diri didasarnya
untuk menunggu mangsa yang terperangkap. Mangsanya adalah serangga-serangga yang
terjebak pada lubang seperti semut. Meskipun panjang tubuhnya hanya 1,5 cm tapi undur-undur
mampu menangkap mangsa yang lebih besar dari dirinya karena seluruh tubuhnya ditutupi oleh
rambut-rambut kaku yang menjadi jangkar di pasir tempatnya mengubur diri (Roberts 2007).
Ukuran dari lubang ini sendiri tidak tergantung dari besarnya undur-undur, tetapi dari rasa
lapar, semakin lama undur-undur tidak makan maka semakin besar ukuran lubangnya. (Scharf
& Ovadia 2006). Hal yang menarik di sini adalah efek dari irama biologi, yaitu undur-undur
menggali lubang paling besar ketika bulan purnama, dengan 29,5 hari lingkaran dalam isolasi.
Undur-undur nantinya akan membentuk pupa dan bermetamorfosis menjadi Myrmeleon.
Larva undur-undur berbentuk lonjong cenderung membulat. Rahangnya panjang dan
melengkung pada bagian ujungnya seperti sabit panjang. Masa larva pada umumnya berkisar
antara dua sampai tiga tahun. Kenampakan Myrmeleon dewasa mirip dengan capung jarum,
bahkan perilaku terbangnya mirip. Perkawinan biasa disebut peristiwa akrobatik, karena saat
betina melekat pada ranting, si jantan melekatkan ekornya kepada ekor si betina. Kemudian si
jantan menggantung di bawahnya, menggantungkan hanya alat kelaminnya, kopulasi hanya
berlangsung dua jam. Jangka waktu hidup rata-rata adalah 20 - 25 hari, namun beberapa
dewasa hidup hingga lebih dari 45 hari.

Gambar 1.2: F. Myrmeleontidae


Sumber: amentsoc.org
c. F. Ascalaphidae
Ascalaphidae termasuk pada ordo neuroptera dan biasa dipanggil dengan nama owlflies,
famili ini memiliki 3 subfamili, Haplogleninae, Ascalaphinae, dan Albardiinae dengan hanya
satu spesies: Albardia furcata sp. , yang merupakan spesies Brazil tunggal yang sangat langka,
berukuran besar. Dua pertiga dari sekitar 450 spesies yang dideskripsikan di Ascalaphidae telah
ditempatkan di Ascalaphinae subfamili. Sekitar 90 spesies yang tersisa telah ditempatkan di
subfamili Haplogleniinae. Ascalaphidae saat dewasanya sangat mirip dengan capung besar,
yang panjangnya 1 3 / 8-1 5/8 "(35-40 mm), memiliki toraks yang kuat, mata majemuk besar
yang bertemu di garis tengah di atas kepala yang berbulu, dan panjang , antena knobbed
(clubbed) yang sepanjang tubuhnya. Sayapnya mengandung banyak vena silang di sepanjang
margin depan dan menjangkau sekitar 2 1/2 "(65 mm). Siklus hidupnya mengalami proses
metamorfosis sempurna, yang prosesnya dari telur menetas menjadi larva, larva berubah
menjadi pupa kemudian pupa berubah menjadi ascalaphidae dewasa, Sebagian besar spesies
bertelur dalam ranting-ranting, dan seminggu atau lebih setelah menetas larva turun ke tanah
kemudia mereka hidup di sampah dedaunan yang ada di sekitar pohon. Larva menyerupai
antlion (larva undur-undur) tetapi tidak menggali perangkap pasir. Mereka menyembunyikan
diri di bawah puing-puing longgar dan menyergap berbagai jenis serangga kecil.

Gambar 1.3 : F. Ascalaphidae


Sumber: dreamstime.com

2. O. Coleoptera
a. (So. Adephaga): F. Carabidae
Carabidae, umumnya disebut kumbang tanah adalah sejenis kumbang dalam famili
besar, Carabidae, dengan lebih dari 40,000 spesies di seluruh dunia. Carabidae masih dibagi
dalam 34 subfamili. Serangga dari Ordo Coleoptera ini merupakan predator beberapa spesies
invertebrata, termasuk banyak hama, kebanyakan kumbang tanah dianggap organisme
menguntungkan. Calosoma sycophanta L. termasuk kedalam famili Carabidae dan dalam
rantai makanan berperan sebagai predator. Mangsa C. sycophanta L. adalah larva dan pupa dari
Lepidoptera, suatu serangga yang merupakan hama bagi tanaman kina.
Famili Carabidae memiliki karakter berupa elitra menutup abdomen dan terdapat sutura
notopleural fase imago Carabidae berbentuk pipih dengan warna logam dan memiliki
mandibula yang kuat. Larva maupun imago Carabidae merupakan musuh dari banyak serangga
terutama ulat dan kepompongnya. Antena biasanya berbentuk filiform, ada pula yang
moniliform. Carabidae biasanya hidup dalam tanah atu dekat tanah. Carabidae biasanya aktif
pada malam hari (nokturnal), pada siang hari serangga ini bersembunyi di bawah daun atau di
bawah batu ataupun di bawah batang tanaman. Beberapa spesies yang berwarna terang aktif di
siang hari (diurnal). Larva biasanya hidup sebagai predator, beberapa bersifat fitofag (pemakan
tumbuhan) atau bersifat omnivora.

Gambar 2.1: F. Carabidae


Sumber : caves.or,id
b. (So. Polyphaga): F. Scarabaeidae
Kumbang kotoran merupakan anggota Famili Scarabaeidae dari Ordo Coleoptera.
Kumbang tersebut memanfaatkan kotoran dari beragam jenis satwa sebagai sumber makanan
dan tempat untuk reproduksi, sehingga keberadaan satwa mempengaruhi keberadaan kumbang
kotoran di alam (Kahono & Setiadi 2007). Kumbang kotoran berperan penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem karena memiliki peran dalam siklus nutrisi sebagai dekomposer dan
membantu penyebaran biji-biji tumbuhan (Dewi & Purnawan 2012). Keberadaan kumbang
dapat dijadikan sebagai indikator kerusakan habitat dalam ekosistem hutan tropis. Hal ini
karena kumbang tersebut bersifat sensitif terhadap perubahan vegetasi, iklim mikro dan satwa
yang ada di habitatnya (Muhaimin et al 2015).
Famili Scarabaeidae juga dikenal sebagai kumbang-kumbang scarabid. Scarabid adalah
kumbang-kumbang yang cembung, bulat-telur atau memanjang. Dan bertubuh berat, dengan
tarsi 5 ruas. Banyak sebagai pemakan tinja atau makan material tumbuh-tumbuhan yang
membusuk, bangkai dan hal serupa lainnya. Beberapa hidup dalam sarang-sarang atau lubang-
lubang vertebrata, atau lubang sarang semut atau rayap, famili Scarabaeidae yang telah
diketahui sebanyak 25.000 spesies (Gillott 2005) dan diperkirakan lebih dari 1000 spesies
terdapat di Indonesia (Noerdjito 2012). Ciri-ciri yang ditemukan pada Famili Scarabaeidae
yaitu: tubuh berwarna hijau dan beberapa bagian tubuhnya berwarna coklat, memiliki tiga
pasang tungkai (Gambar 6.). Menurut Boror, dkk (2006) serangga Famili Scarabaeidae
memiliki ciriciri morfologi yaitu: tubuhnya berbentuk bulat telur memanjang berwarna hijau,
biasanya terdapat pada pucuk daun cabai yang masih muda. Tarsus lima ruas, antena 8-11 ruas,
tibia memiliki pinggiran luas bergerigi atau berlekuk.
Gambar 2.2: F. Scarabaeidae
Sumber: freepik.com

c. (So. Polyphaga): F. Coccinellidae


Coccinellidae atau biasa disebut kumbang koksi merupakan salah satu famili dari ordo
Coleoptera yang memiliki keanekaragaman spesies dan kelimpahan yang cukup tinggi.
Beberapa spesies Coccinellidae bersifat predator pada serangga yang berukuran kecil dan
bertubuh lunak. Coccinellidae predator memiliki pola sebaran yang cukup luas, mampu hidup
pada berbagai jenis habitat, Kumbang koksi adalah salah satu serangga dari ordo Coleoptera.
Famili Coccinellidae secara umum mempunyai bentuk tubuh bulat, panjang tubuh antara 8-10
mm. Kumbang koksi mempunyai ciri khas pada sayap berwana merah dengan garis dan bercak
hitam yang bervariasi. Kumbang koksi betina muda dapat memakan polen dan nektar selain
daun untuk pertumbuhan dan perkembangan ovariumnya. Kumbang koksi betina pada masa
reproduksi memiliki kemampuan makan yang besar selama awal bulan dan memproduksi telur
sebanyak 3000 butir. Morfologi larva bertipe campodeiform yaitu tubuh yang pipih,
mempunyai 3 pasang kaki yang terletak pada bagian thorax, kepala prognathous yang aktif
mencari pakan. Larva berwarna cokelat kemerah-merahan, kuning dan hitam (Hanson et al
1994).
Kumbang koksi (Epilachna admirabilis) memiliki penampilan yang cukup khas sehingga
mudah dibedakan dari serangga lainnya. Tubuhnya berbentuk bulat dengan sayap keras di
punggungnya yang disebut dengan elitra. Elitra berwarna oranye ditambah dengan pola seperti
totol-totol berwarna hitam yang bervariasi pada tiap individu. Elitra pada E.admirabilis telihat
kusam tidak mengkilat (Trisnadi 2010). Fungsi elitra adalah sebagai pelindung sayap belakang.
Sayap belakangnya berwarna bening dan dilipat di bawah sayap depan. Saat terbang,
E.admirabilis mengepakkan sayap belakangnya secara cepat, sementara sayap depan
direntangkan untuk menambah daya angkat, Kumbang koksi memiliki cara unik dalam
mempertahankan diri. Bila merasa terancam bahaya, ia akan berpura-pura mati dengan cara
membalikkan tubuhnya dan menarik kakinya ke dalam atau langsung terbang menjauh ketika
dalam ancaman. Sebagai mekanisme perlindungan lebih lanjut, ia akan mengeluarkan cairan
berwarna kuning dari persendian kakinya. Cairan ini memiliki bau dan rasa yang tidak enak
sehingga jika berhasil, pemangsanya tidak jadi memakannya karena tidak tahan dengan aroma
cairan tersebut (Dekker 2003).
Gambar 2.3: F. Coccinellidae
Sumber: candidae.com

d. (So. Polyphaga): F. Cerambycidae


Kumbang antena panjang atau disebut juga dengan kumbang cerambicyd merupakan
serangga dari Famili Cerambycidae yang memiliki morfologi unik. Keunikan ini dilihat dari
ukuran antena yang melebihi dari ukuran panjang tubuhnya. Sehingga kumbang tersebut
merupakan kumbang yang terkenal dalam Ordo Coleoptera (Perveen 2017). Selain itu
keberadaan kumbang antena panjang di suatu habitat hutan sangatlah penting. Hal ini terkait
perannya yang membantu dalam proses dekomposisi yang berguna untuk keseimbangan
ekosistem hutan (Dagobert et al 2008). Proses tersebut dikarenakan larva kumbang antena
panjang yang hidup dengan cara mengebor bagian batang tumbuhan berkayu, yang cenderung
lebih menyukai batang pohon yang sudah lapuk atau kering (Noerdjito 2005). Kumbang tanduk
panjang (Cerambycidae) adalah suatu famili dalam ordo kumbang (Coleoptera), khususnya
dalam subordo Polyphaga. Kumbang jenis ini memiliki antena yang biasanya lebih panjang
dari tubuhnya sendiri. Tetapi, beberapa anggota famili ini memiliki antena yang relatif pendek,
seperti spesies Neandra brunnea, spesies semacam ini sulit dibedakan dari suku kumbang lain
seperti Chrysomelidae. Famili ini merupakan famili yang besar dan terdiri dari lebih dari
20.000 spesies yang telah dideskripsikan, dengan lebih dari separuhnya hidup di bumi belahan
timur. Beberapa spesies dalam famili ini merupakan hama. Larva spesies ini mengebor ke
dalam kayu dan dapat menyebabkan kerusakan pada pohon atau kayu yang belum diolah.
Beberapa spesies terlihat berwarna mencolok, mirip seperti semut, lebah, dan tawon, meskipun
mayoritas spesies dari suku ini berwarna samar.

Gambar 2.4: F. Cerambycidae


Sumber: en.wikipedia.org

e. (So. Polyphaga): F. Chrysomelidae


Chrysomelid adalah kelompok serangga dari Famili Chrysomelidae yang sudah lama
dikenal sebagai kumbang daun (leaf beetle). Serangga pemakan daun ini mencakup lebih dari
37.000 spesies, sehingga menjadikannya sebagai salah satu keluarga kumbang yang terbesar
dan paling sering ditemui. Karakteristik kumbang daun Famili Chrysomelidae adalah memiliki
kulit tubuh (exoskeleton) dan sayap depan (elytra) yang sangat keras. Metamorfosa kumbang
daun yaitu holometabola (metamorfosa sempurna), yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa
(imago). Imago betina kumbang daun meletakkan telur pada permukaan bawah daun secara
berkelompok, dan setelah menetas larva akan memakan daun secara bergerombol (gregarius)
sampai menjadi pupa. Imagonya juga memakan daun. Famili Chrysomelidae (kumbang daun)
dewasa memakan bunga-bungaan dan daun-daunan. Larva pemakan tumbuh-tumbuhan,
pemakan daun-daunan, beberapa adalah penggerek-penggerek daun, beberapa makan akar-akar,
dan beberapa pengebor pohon

Gambar 2.5: F. Chrysomelid


Sumber: dreamstime.com

f. (So. Polyphaga): F. Curculionidae


Famili Curculionidae termasuk kelompok kumbang (Ordo Coleoptera) yang memiliki
peranan penting dalam berbagai ekosistem baik hutan, perkebunan, dan pertanian lainnya,
Curculionidae atau kumbang moncong memiliki ciri-ciri pada umumnya berwarna gelap,
coklat hitam atau hitam. Mempunyai moncong/rostrum yang bervariasi dalam panjang, bentuk
dan ketebalan. Tubuh tidak banyak berambut. Antenna muncul di pertengahan moncong,
clubbed dan hampir menyiku. Tarsi 5-5-5 tetapi nampaknya 4-4-4. Ukuran tubuh 1-35 mm.
Larva putih, kepala kuat dan coklat, biasanya melengkung. Hidup di tanah, di dalam jaringan
tanaman atau dalam biji-bijian, beberapa jenis hidup di kulit kayu atau batang yang telah mati.
Sebelum bertelur induk akan menggali tanah/jaringan tanaman dengan moncongnya, sama
dengan cara makan. Larva tidak begitu aktif, merusak akar, jaringan tanaman, pucuk, tunas,
serta biji-bijian. Berpupa di sekitar bagian yang dirusak atau dalam biji yang telah kosong.
Dewasa aktif siang hari, dalam merusak sering menimbulkan suara bising. Masing-masing jenis
mempunyai makanan dan tempat kawin/bertelur sendiri-sendiri. Sitophilus spp. (Kumbang
beras) menyerang berbagai biji-bijian, seperti jagung, beras, dll. Rhynchophorus ferrugineus
(Kumbang kelapa merah), hama penting kelapa, pada tanaman yang muda yang menyebabkan
pucuk sering patah, sedang pada tanaman yang lebih tua, dewasa sering sebagai hama kedua
setelah Oryctes sp.

Gambar 2.6 : F. Curculionidae


Sumber: shutterstock.com

Daftar Pustaka

Arundina M, Ngabekti S, Santoso K. 2014. Kesintasan Undur-undur pada Media Aklimatisasi.


Biosaintifika Journal of Biology & Biology Education. 6(1).
Borror DJ, Triplehorn, dan Johnson NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi 6.
Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press.
Hidayat Otang et al. 2004. Dasar-dasar Entomologi. Bandung(ID): IMSTEP
Jayanti H, Setiawati W, dan Hasyim A. 2013. Preferensi Kumbang Daun Phyllotretastriolata
Fab. (Coleoptera: Chyrsomelidae) terhadap Berbagai Tanaman Cruciferae dan Upaya
Pengendaliannya. H. Hort. 23(3): 235-243.
Lomascolo S, dan Brener-Farji A. 2001. Adaptive short-term changes in pit design by antlion
larvae (Myrmeleon sp.) in response to different prey conditions. Journal Ethology
Ecology & Evolution. 13, 393 – 397.
Malina VC, Junardi, Kustiati. 2018. Spesies Kumbang Kotoran (Coleoptera: Scarabaeidae) di
Taman Nasional Gunung Palung Kalimantan Barat. Jurnal Protobiont. 7(2): 47-54
Mendel Z, Dunkelblum E, Branco M, Franco JC, Kurosawa S. dan Mori K. 2003. Synthesis and
structure-activity relationship of diene modified analogs of Matsucoccus sex pheromones.
Naturwissenschaften, 90: 313-317.
Roberts S. 2007. Pit building and location strategies of the antlion Myrmeleon immaculatus. J.
Behavior of Animals that ROCK this World. 23(6): 829-846.
Suheriyanto D. 2008. Ekologi Serangga. Malang: UIN Malang Press.
Zhu JW, Obrycki JJ, Ochieng SA, Baker TC, Picket JA, Smiley D. 2005. Attraction of two
lacewing species to volatiles produced by host plants and aphid prey.
Naturwissenschaften. 92: 277-281.

Anda mungkin juga menyukai