TUNGAU
Dosen Pengampu : drg. Yunita Dyah Puspita Santik
Disusun oleh :
Rombel 4
1. Kurniati (6411412121)
2. Nurul Latifah (6411412122)
3. Dewi Agustina AS (6411412123)
4. Tri Diana Sari (6411412124)
5. DitaWahyuHestiana (6411412128)
6. Mila Kristina Widiyanti (6411412155)
7. Lisa SylvianaRahman (6411412160)
Rombel 5
1. UkhibulMukhsinin (6411411233)
2. Devi Indriastuti (6411412169)
3. NururRosida (6411412179)
4. Elisa Diyah P (6411412185)
5. EfriyaniKusuma P (6411412194)
6. IkaErnia W (6411412195)
7. Alifah Ayu W (6411412196)
Rombel 6
1. Nuri Dwi Estiningtyas (6411412206)
2. Atipah (6411412210)
3. Nadya Paramitha DC (6411412218)
4. Afifah Fikriani O (6411412219)
5. Sri Lestari (6411412222)
6. M. Faisol Ulinnuha (6411412227)
1
A. DEFINISI
Perbedaan Umum
CAPLAK TUNGAU
2
Tungau Caplak
C. MORFOLOGI
Tungau dewasa memiliki empat pasang kaki, seperti arachnida lain, tetapi
beberapa memiliki kaki lebih sedikit.Beberapa tungau parasit hanya memiliki satu
atau tiga pasang kaki dalam tahap dewasa. Tungau dewasa dengan hanya tiga
pasang kaki dapat disebut 'larviform'.
3
terdiri dari dua segmen menyatu. Tungau memiliki delapan kakipendek, kaki yang
tersegmentasi melekat pada segmen tubuh pertama. Tubuh ditutupi dengan sisik
untuk penahan dirinya dalam folikel rambut, dan tungau memiliki pin (seperti
mulut) yaitu bagian untuk makan sel-sel kulit dan minyak (sebum) yang
menumpuk di folikel rambut. Tungau dapat meninggalkan folikel rambut dan
perlahan-lahan berjalan-jalan pada kulit, dengan kecepatan 8-16 mm per jam,
terutama pada malam hari, ketika mereka mencoba untuk menghindari cahaya.
Keterangan:
a. Gnatosoma
Gnatosoma terletak di bagian anterior tubuh merupakan alat mulut
yang terdiri atas kelisera dan pedipalpi. Pada gnatosoma terdapat
stigmata, peritrema dan alat sensori. Stigmata dan peritrema berfungsi
sebagai alat pernapasan. Kelisera berfungsi sebagai alat untuk
4
menusuk, menghisap dan mengunyah sedang pedipalpi berfungsi
sebagai alat bantu makan.
b. Kapitulum
Gnatosoma merupakan bagian dari kapitulum
c. Podosoma
Terdapat empat pasang tungkai yang terletak pada podosoma.
d. Opistosoma
Opistosoma merupakan bagian posterior dari tubuh tungau yang terdiri
dari organ sekresi dan organ genital.
e. idiosoma
Idiosoma pada tungau adalah podosoma dan opistosoma yang menyatu.
T1, T2, T3, T4 = tungkai ke-1 hingga ke-4
D. BIOLOGI TUNGAU
1. Siklus Hidup
Daur hidup tungau ada 4 fase, yaitu : telur larvanimfa tungau
dewasa. Siklus hidup tungau mulai dari telur sampai dewasa memerlukan
waktu selama 8-12 hari. (Hamzah, 2007)
5
1. Fase telur
Pada tungau betina yang dewasa biasanya bertelur setiap hari.
Sehari rata-rata menghasilkan telur 5 butir.
2. Fase larva
Setelah 3-4 hari telur menetas menjadi larva. Larva tungau hidup
dan makan selama 4 hari kemudian beristirahat selama 24 jam. Selama
masa istirahat tersebut terjadi pergantian kulit (molting) menuju tahap
berikutnya.
3. Fase nimfa
Pada tahap ini bentuk tungau sudah seperti bentuk dewasanya
dengan 4 pasang kaki. Bentuk nimfa ini terdiri dari dua fase yaitu
6
protonimfa dan deutonimfa. Masing-masing fase nimfa makan selama 3-5
hari, istirahat , kemudian molting menuju tahap berikutnya.
4. Fase tungau dewasa
Tungau dewasa berukuran 0,4 mm, berwarna putih-krem atau
kecoklatan dan dapat dilihat oleh mata telanjang atau kaca pembesar.
Tungau dewasa dapat hidup dan mencapai umur 2 bulan. Pada tungau
dewasa setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang
jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
mempunyai kemampuan untuk membuat terowongan pada kulit sampai
diperbatasan stratum korneum dan startum granulosum dengan
kecepatan0,5-5 mm per hari. Di dalam terowongan ini tungau betina akan
bertelur sebanyak 2-3 butir setiap hari. Seekor tungau betina akan bertelur
sebanyak 40- 50 butir semasa siklus hidupnya yang berlangsung kurang
lebih 30 hari.
7
2. Makanan
Makanan kesukaan tungau yakni serpihan kulit mati dari manusia
dan hewan. Serpihan ini biasanya tertinggal pada karpet, sofa, pakaian,
kasur dan bantal. Secara tidak sadar setiap orang membuang serpihan
kulit mati kurang lebih 1,5 gram/hari. Jumlah ini cukup untuk dimakan
oleh satu juta tungau debu.
3. Habitat
E. KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Arachanida
Ordo : Acarinida
Famili : Demodicidae, Psorergatidae, Tydeidae, dll
Genus : Demodex, Psorergates, Tydeus, dll
Spesies : Demodexbrevis, Psorergatesovis, Tydeusmolestus, dll
1. Demodex spp
8
dapat menyebabkan kudis pada anjing yang juga sering disebut kudis merah (red
mange) dan Demodex Equi adalah penyebab kudis pada kuda. Sedangkan
Demodex yang menyerang pada manusia yaitu Demodex follicularium dan
Demodex brevis. Demodex follicularium atau dikenal dengan nama tungau alis
mata selain menginvasi alis mata dapat juga menyebabkan dermatitis. Demodex
brevis merupakan tungau wajah yang menimpa manusia, biasanya ditemukan
dalam kelenjar sebaceous dari tubuh manusia. Dalam kondisi normal mereka tidak
berbahaya, dan diklasifikasikan sebagai commensals (tidak ada kerugian atau
keuntungan ke host) dibandingkan dikatakan sebagai parasit (di mana tuan rumah
yang dirugikan), meskipun dalam kondisi wabah (demodicosis) mereka bisa
berbahaya.
9
Tungau ini berukuran 0,1 mm sampai 0,4 mm. Infestasi pada manusia
disebut demodicosis sering tanpa gejala. Namun sering infestasi tungau ini dapat
mengakibatkan pembengkakan dalam bentuk akut atau kronik.
2. Dermatophagoides pteronyssinus
10
3. Sarcoptes scabei
11
Tungau membuat terowongan pada bagian permukaan kulit tubuh pada
lekukan lutut dan siku berada diantara sela sela jari dan pergelangan tangan serta
pada daerah sekitar puting payudara wanita dan penis serta kantung zakar pada
laki laki dan di pantat bagian bawah.
Tungau penyebab penyakit Skabies ini distribusinya hampir di seluruh
penjuru dunia namun kebanyakan di beberapa negara berkembang dimana
prevalensi skabies sekitar 6% - 27% populasi umum dan cenderung tinggi pada
anak serta orang dewasa. Di Indonesia banyak menyebar di kampung kampung
yang padat penduduknya, di rumah penjara, asrama, dan panti asuhan yang kurang
terjaga kebersihannya. Terjadi juga pada satu keluarga atau tetangga yang
berdekatan. Infestasi dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dan keadaan
demografis serta ekologisnya. Penularan dapat terjadi dari satu orang ke orang
lain melalui kontak langsung atau penggunaan tempat tidur yang bersama.
Penularan biasanya dapat terjadi di tempat-tempat yang padat populasi atau di
rumah-rumah yang dihuni oleh banyak orang. Seseorang yang telah terinfestasi
tungau skabies akan mengalami gatal-gatal yang serius, menggaruk-garuk bagian
yang terserang. Biasanya akan timbul bintik-bintik. Biasanya bintik-bintik ini
berkembang ke seluruh bagian tubuh.
12
Siklus hidup Sarcoptes scabiei dari telur hingga dewasa berlangsung
selama satu bulan. Sarcoptes scabei memiliki empat fase kehidupan yaitu telur,
larva nimfa dan dewasa. Berikut ini siklus hidup Sarcoptes scabiei :
1. Betina bertelur pada interval 2-3 hari setelah menembus kulit.
2. Telur berbentuk oval dengan panjang 0,1-0,15 mm
3. Masa inkubasi selama 3-8 hari. Setelah telur menetas, terbentuk larva yang
kemudian bermigrasi ke stratum korneum untuk membuat lubang molting
pouches. Stadium larva memiliki 3 pasang kaki.
4. Stadium larva terjadi selama 2-3 hari. Setelah stadium larva berakhir,
terbentuklah nimfa yang memiliki 4 pasang kaki.
5. Bentuk ini berubah menjadi nimfa yang lebih besar sebelum berubah menjadi
dewasa. Larva dan nimfa banyak ditemukan di molting pouches atau di
folikel rambut dan bentuknya seperti tungau dewasa tapi ukurannya lebih
kecil. Perkawinanterjadi antara tungau jantan dengan tungau betina dewasa.
6. Tungau betina memperluas molting pouches untuk menyimpan telurnya.
Tungau betina mempenetrasi kulit dan menghabiskan waktu sekitar 2 bulan di
lubang pada permukaan.
13
abdomen yang pembagiannya tidak begitu jelas serta batas batas segmen yang
tidak jelas. Tungai Skabies betina membuat liang yang panjang dalam kulit dan
mereka meletakkan 40 50 telur dalam liang. Larva dan nimfa berkembang dan
membuat liang dalam kulit. Siklus hidup mencapai 1 3 minggu tergantung dari
kondisi lingkungan. Tungau ini dapat menimbulkan penyakit skabies pada anak
anak dan orang dewasa.
4. Pyemotes herfsi
Pyemotes herfsi, juga dikenal sebagai kutu daun oak empedu atau tungau
gatal, adalah tungau ectoparasitic diidentifikasi di pusat Eropa pada tahun 1936
dan kemudian ditemukan di India, Australia, dan Amerika Serikat. Tungau yang
nyaris tak terlihat, berukuran sekitar 0,2 mm, potensi besar reproduksi mereka,
ukuran kecil, dan kapasitas tinggi untuk penyebaran oleh angin membuat mereka
sulit untuk mengontrol diri.
Siklus hidup tungau ini diawali dengan perkawinan tungau baru dan
tungau betina lalukemudian menyuntikkan air liur neurotoksin ke dalamhost, yang
melumpuhkan tuan rumah dan memungkinkan tungau betina hamil dan memakan
Hemolimf host. Bagian posterior (opisthosoma) membesar sebagai tempat
berkembangnya anak tungau, dan dalam beberapa hari, hingga 250 tungau dewasa
menetas dari tungau betina.
14
Bruce dan Wrensch (1990) menemukan bahwa keturunan dari tungau gatal
jerami rata-rata 254 anak yang 92% adalah perempuan. Pria muncul sebelum
perempuan, memposisikan diri di sekitar pembukaan genital ibu, dan kawin
dengan perempuan yang muncul. Kemudian, betina dikawinkan untuk
menemukan host baru. Tungau ini sering tersebar oleh angin, dan ketika mereka
mendarat di vertebrata host, mereka mencoba untuk makan dengan menggigit.
Sebuah siklus hidup dapat diselesaikan dalam waktu tujuh hari, dan munculnya
keturunan dapat diperpanjang sampai 15 hari.
15
5. Acarus siro
Acarus siro merupakan salah satu anggota dari Famili Acaridae. Tubuh
berwarna agak kemerah merahan / merah muda, tungkai mempunyai kuku pada
bagian ujung. Tungkai depan lebih besar dibandingkan dengan tungkai belakang
dan mempunyai duri yang tebal pada bagian ventral. Tungau betina dapat
menghasilkan 500 800 telur selama hidupnya. Telur menetas menjadi nimfa.
Bentuk nimfa dapat mengalami bentuk yang disebut hypopus (bentuk yang tidak
bergerak) dan sangat resisten terhadap kekeringan. Bentuk hypopus tahan
terhadap insektisida. Siklus hiduponya berlangsung 17 hari. Tungau ini biasa
hidup di gudang gudang penyimpanan tepung dan biji bijian. Acarus siro
dapat menyebabkan dermatitis dan alergi. Tubuhnya berwarna agak kemerah-
merahan/merah muda, tungkai mempunyai kuku pada bagian ujung. Tungkai
depan lebih diperbesar dibadingkan dengan tungkai belakan dan mempunyai duri
yang tebal pada bagian ventral.
6. Tydeus molestus
16
Tydeus molestus merupakan salah satu anggota dari Famili Tydeidae.
Tydeidae hidup di tanah, humus, sampah, lumut, jamur, rumput, di pohon (di
kulit, pada daun dan buah-buahan), jerami dan jerami, dalam produk yang
disimpan, dan sarang burung, mamalia, dan lebah stingless (Meliponini). Tungau
yang bersifat kosmopolit, dapat bersifat sebagai predator, pemakan tumbuhan,
tetapi dapat juga mengganggu ketentraman manusia. Tydeus molestus, dapat
menyerang manusia dan hewan, dan menyebabkan iritasi pada permukaan kulit.
7. Trombiculidae scutellaris
17
F. DAMPAK BAGI MANUSIA
Tungau dapat memberikan dampak bagi manusia, antara lain:
1. Skabies
18
Kulit yang terinfeksi mengalami lesi berupa papula yang dapat
berkembang menjadi vesikula, pustula atau makula yang eritermatus. Timbul
rasa gatal akibat reaksi alergi terhadap parasit yang berada di dalam jaringan
kulit. Skabies pada manusia oleh Sarcoptes yang berasal dari sendirinya
sesudah 4-6 minggu.
Penyakit Skabies sering disebut kutu badan. Adanya rasa gatal pada
malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan
produktivitas. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia,
dari hewan ke manusia dan sebaliknya yang memiliki kontak langsung yang
erat. Skabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan
langsung dengan penderitamaupun secara tak langsung melalui baju, seprai,
handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan penderita dan belum
dibersihkan dan masih terdapat tungau Sarcoptesnya. Skabies identik dengan
penyakit anak pondok. Penyakit scabies banyak berjangkit di lingkungan
yang padat penduduknya, lingkungan kumuh, lingkungan dengan tingkat
kebersihan kurang. Scabies cenderung tinggi pada anak-anak usia
sekolah, remaja bahkan orang dewasa
Gejala klinis yang khas dari penyakit Skabies adalah rasa gatal yang
sangat, terutama saat malam hari saat suhu pada tubuh menjadi lebih hangat.
19
Tempat-tempat yang biasa menjadi sasaran Skabies adalah sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian fleksor, lipatan ketiak bagian depan dan
belakang, aerola mama, sekitar pusat (umbilicus), daerah ikat pinggang,
daerah pinggang, perut bagian bawah, daerah genitalia dan pubis, pantat
bagian bawah dan lipat pantat.
Jika penyakit dibiarkan lama, maka akan timbul infeksi sekunder dan
dermatitis kontak. Sehingga wujud kelainan kulitnya berubah dan
menyulitkan. Skabies pada anak-anak kecil sering diikuti dengan infeksi
sekunder, terutama pada telapak tangan dengan tanda berupa pustule, krusta
dan erosi. Skabies pada genital terutama pada glans penis dan korpus penis,
kelainan kulitnya berupa nodul-nodul yang eritematus, sehingga sering
menyerupai sifilis.
EPIDEMIOLOGI
a. Orang
Penyakit skabies dapat ditularkan oleh siapapun tanpa adanya perbedaan
usia pada anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Penyakit ini juga
tidak memandang pada jenis kelamin baik pada pria maupun wanita.
Penyakit skabies tidak memandang status sosial dari masyarakat. Hanya
saja penyakit skabies akan lebih mudah ditularkan pada anak-anak.
b. Tempat
20
Penyakit skabis sering terdapat pada tempat-tempat atau daerah yang
sanitasinya buruk, misalnya di tempat-tempat pengungsian, peperangan,
asrama dan tempat tempat lain yang memiliki penghuni yang padat.
Kepadatan tersebut memungkinkan hubungan satu dengan yang lainnya
sangat mudah. Sehingga penularan penyakit sukar untuk dihindarkan.
c. Waktu
Penyakit skabies dapat dijangkit tanpa melihat dari waktu-waktu tertentu
dan musim-musim tertentu.
21
tungau (chigger) melekatkan tubuh mereka ke permukaan kulit dalam proses
untuk mendapatkan makanan. Tungau ini dapat menginfeksi inang atau
menularkan riketsia ke mamalia lain atau tubuh manusia.
Gejala biasanya terjadi dalam 1-2 minggu setelah digigit oleh tungau
(chigger). Gejala tersebut diantaranya demam, menggigil, sakit kepala,
myalgia, keringat berlebihan, malaise, infeksi membran mukosa mata
(konjungtiva), nyeri otot, dan limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah
bening). Seminggu setelah demam muncul erupsi pada kulit yang berbentuk
makulopapuler berwarna merah gelap pada bagian tubuh yang berlangsung
selama 3-7 hari. Tempat bercak makulopapuler antara lain pada dada, perut,
lengan atas ataupun bawah, kemudian menyebar ke tungkai dan menghilang
dalam beberapa hari. Gejala lainnya sering disertai dengan batuk dan pada
pemeriksaan radiologis pada paru ditemukan pneumonitis
22
EPIDEMIOLOGI
a. Orang
Penyakit Tifus Semak dapat ditularkan oleh siapapun tanpa adanya
perbedaan usia pada anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Penyakit
ini juga tidak memandang pada jenis kelamin baik pada pria maupun
wanita. Penyakit skabies tidak memandang status sosial dari masyarakat.
Hanya saja penyakit skabies akan lebih mudah ditularkan pada orang-
orang yang memiliki aktivitas di tempat yang banyak semak-semak
seperti di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, dan sebagainya
b. Tempat
Penyakit Tifus Semak dapat disebabkan pada tempat-tempat yang dapat
dijumpai semak-semak. Hal tersebut merupakan tempat
perkembangbiakan dari tungau penyakit. Sehingga penyakit ini lebih
mudah menyerang pada orang-orang yang beraktivitas di lingkungan
tersebut
c. Waktu
Penyakit skabies dapat dijangkit tanpa melihat dari waktu-waktu tertentu
dan musim-musim tertentu. Hanya saja penyakit ini dapat lebih mudah
dijangkit pada daerah yang beriklim tropis
23
lindane, dieldrin atau chlordane ditanah serta vegetasi disekitar habitatnya,
bangunan dipertambangan dan disekitar dearah yang dihuni banyak orang
didaerah endemis.
3. Pemberian doxycycline selama 7 minggu dengan dosis tunggal sebanyak
200 mg/minggu untuk mencegah terjadinya infeksi tifus scrub. Dan
inokulasi dengan seri vaksin tifus sebelum bepergian ke daerah endemis ,
dan untuk menghindari kontak dengan kutu.
3. Akariasis
24
EPIDEMIOLOGI
a. Orang
Penyakit akariasis dapat ditularkan oleh siapapun tanpa adanya perbedaan
usia pada anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Penyakit ini juga
tidak memandang pada jenis kelamin baik pada pria maupun wanita.
Penyakit skabies tidak memandang status sosial dari masyarakat. Hanya
saja penyakit akariasis akan lebih mudah ditularkan pada anak-anak.
b. Tempat
Penyakit akariasis sering terdapat pada tempat-tempat atau daerah yang
sanitasinya buruk, misalnya di tempat-tempat pengungsian, peperangan,
asrama dan tempat tempat lain yang memiliki penghuni yang padat.
c. Waktu
Penyakit skabies dapat dijangkit tanpa melihat dari waktu-waktu tertentu
dan musim-musim tertentu.
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
Untuk mencegah munculnya penyakit akariasis, caplak dan tungau harus
diberantas dari lingkungan pemukiman manusia menggunakan insektisida.
Hindari kontak langsung dengan penyebab penyakit akariasis dan penderita
akariasis baik manusia maupun binatang yang terkena akariasis. Pada
lingkungan sekitar manusia sebaiknya selalu dibersihkan untuk menghindari
adanya perkembangbiakan caplak dan tungau.
25
4. Dermatitis
Penyakit Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang menyebabkan
munculnya rasa gatal. Kondisi ini juga disertai dengan disertai kulit yang
memerah, kering serta pecah-pecah. Ini adalah jenis penyakit dalam jangka
waktu yang panjang, selain itu juga gejalanya bisa kambuh lagi dan setelah
itu dapat penghilang.
Penyakit dermatitis dapat ditimbulkan dari berbagai penyebab.
Penyebab yang membuat dermatitis atopik menjadi semakin parah adalah
debu dan tungau. Tungau yang biasanya sering berada di lingkungan yang
berdebu. Tungau tersebut dapat membuat infeksi pada dermatitis atopik. Pada
bagian tubuh yang dapat mudah terserang dermatitis atopik adalah pada
bagian sela-sela jari, tangan, kaki, dan daerah-daerah lipatan tubuh misalnya
pada sela-sela paha, belakang lutut, dan juga pergelangan tangan serta daerah
di sekitar leher.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang dapat timbul dari penyakit dermatitis adalah sebagai
berikut :
1. Terdapat tanda tanda infeksi meliputi area pada tubuh yang terdapat pus
2. Kulit terbuka, meradang atau sangat merah disertai rasa terbakar atau
panas di sekitar daerah yang terinfeksi
3. Ruanm menyebar dan mengakibatkan rasa tidak nyaman yang
berlangsung lebih dari 3 minggu
4. Timbulnya tonjolan kecil berisi cairan jernih
5. Terdapat bagian bersisik putih diarea tersebut atau sangat mengelupas
6. Kulit menjadi sangat kering, kerat atau kaku
26
2. Menghindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak.
3. Menghindari keringat terlalu banyak atau kepanasan
4. Menghindari pakaian yang menggunakan bahan yang tebal saat suhu
tubuh menjadi panas
5. Menghindari penggunaan sabun dan detergen dengan bahan keras
6. Menghindari faktor lingkungan yang dapat mendukung untuk timbulnya
dermatitis seperti debu dan tungau
5. Demodicosis
27
6. Rosacea
28
G. UPAYA PENCEGAHAN
DAFTAR PUSTAKA
29
Natadisaitra, Djaemudin dan Ridad Agoes. 2009. Parasitologi Kedoketan
Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC
Darwanto, dkk. 2001. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
30