Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ghilman Meilady Dosen :

1. Lia Nurlaila, Msi


NIM : A3401211006
2. Dr Purnama Hidayat
Paralel : P3 Asisten Praktikum :
1. Rahmi Ayunina
Hari, Tanggal : Kamis, 7 April 2022
2. Garry Sapta

Resume Praktium Pertemuan Ke-9

1. O.Mantodea: F. Mantidae
Belalang sentadu atau sering dikenal dengan nama belalang sembah merupakan serangga
predator yang termasuk dalam ordo Mantodea dengan populasinya yang tersebar di seluruh
dunia, menurut Zhang dan Fei (2017) Jumlah species belalang sembah diperkirakan lebih dari
2.300 spesies dari total 15 famili yaitu Mantoididae, Chaeteessidae, Metallyticidae,
Amorphoscelidae, Eremiaphilidae, Acanthopidae, Hymenopodidae, Liturgusidae, Tarachodidae,
Thespidae, Iridopterygidae, Mantidae, Toxoderidae, Sibyllidae, dan Empusidae (Weiland,
2010). Belalang pada Famili Mantidae memiliki ciri bentuk tubuh besar dan memanjang, antena
pendek, prothoraks panjang, femur dilengkapi dengan duri-duri dan kaki depan berfungsi sebagai
penangkap mangsa, Umumnya berwarna crem (coklat muda) atau hijau dengan beberapa bagian
berwarna hitam dan kuning (Siwi, 1991)
Belalang sembah mempunyai prilaku berburu dan berperan sebagai predator, mereka
pada umumnya memangsa arthopoda atau serangga lain seperti belalang, ngengat, kupu-kupu,
lalat dan kutu daun (Sureshan dan Sambath, 2009). Menurut Prokop dan Radovan (2008),
belalang sembah memiliki perilaku kanibalisme pada saat kawin. Berdasarkan penelitian Prokop
dan Radovan didapatkan bahwa umur belalang sembah betina mempengaruhi perilaku
kanibalisme saat kawin.
Keberadaan belalang sembah pada ekosistem persawahan dan perkebunan juga dapat menjadi
keuntungan karena perilakunya sebagai predator untuk membantu dalam mengontrol populasi
serangga yang berbahaya.
Gambar 1: F. Mantidae: Belalang sembah
Sumber : uwm.edu

2. O. Dermaptera: F.Chelisochidae
Dermaptera merupakan salah satu ordo dari kelas insekta yang dicirikan dengan panjang
tubuh 5-35 mm, tubuh pipih, ramping, berwarna hitam atau cokelat, antena filiform, mata
majemuk berkembang baik, dan adanya forcep pada bagian belakang tubuhnya (Elzinga, 2004).
Menurut Haas dan Kukalova-Peck (2001) ordo Dermaptera memiliki sayap belakang yang telipat
dan cerci seperti penjepit (forcep). Sayap Dermaptera tidak digunakan untuk terbang, melainkan
hanya untuk menutupi tubuhnya (Pracaya, 2007). Kemudian, Engel dan Haas (2007) melaporkan
ordo Dermaptera terdiri atas 16 famili, yaitu Protodiplatydae, Dermapteridae, Diplatyidae,
Semenoviolidae, Tranodermatidae, Anisolabididae, Pygidicranidae, Labidu-ridae, Apachyidae,
Karschiellidae, Arixeniidae, Hemimeridae, Chelisochidae, Spongiphoridae, Forficulidae, dan
Ocellidae. Menurut Haas dan Matzke (2005), famili yang ditemukan di Indonesia adalah
Anisolabididae, Chelisochidae, Forficulidae, Labiduridae, Pygidicranidae, dan Spongiphoridae.
Sekitar 2000 spesies Dermaptera telah dideskripsikan (Sakai, 1996).
Dermaptera merupakan serangga omnivora yang dapat berperan sebagai predator
(Mourir, 1986). Beberapa spesies Dermaptera juga dilaporkan memakan sayuran yang
membusuk, terkadang tumbuh-tumbuhan hidup (Borror etal, 1996). Jevier dan Morallo (1991)
mengemukakan bahwa Dermaptera merupakan predator yang efektif karena dapat memangsa
telur, larva, dan pupa penggerek batang jagung Ostrina furnacalis. Dermaptera memiliki sebaran
geografi yang luas dari daerah beriklim sedang sampai tropik (Eberhard dan Gutierrez 1991;
Chinery, 1993). Penyebaran Dermaptera di Indonesia meliputi Sumatra, Jawa, Sulawesi,
Kalimantan, dan Papua (Haas dan Matzke, 2005). Daerah dengan curah hujan dan kelembaban
tinggi umumya banyak ditemukan Dermaptera (Weems dan Skelley, 1998). Selain faktor
lingkungan, ketersediaan mangsa juga mempengaruhi keberadaan Dermaptera pada suatu
ekosistem.

Gambar 2: F.Chelisochidae: Earwig hitam


Sumber: padil.gov.au

3. O. Orthoptera
a. F. Tettigoniidae
Serangga yang termasuk pada family Tettigoniidae contohnya belalang pedang,belalang
yang berantena panjang (Borror et al. 1992). Menurut Lopez (2012), famili ini memiliki ciri
yaitu ukuran tubuh besar, posisi muka miring, antena seperti rambut sama panjang atau lebih
panjang dari tubuhnya. Ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap.Warna sayap hijau,
tetapi ada yang berwarna coklat atau seperti karat. Betina mempunyai ovipositor panjang dan
ramping berbentuk pedang. Beberapa jenis mempunyai timpana di pangkal tibia kaki depan.
Beberapa sebagai hama, dan yang lainnya sebagai predator. Habitat belalang ini dapat ditemukan
di hutan, semak, atau lahan dengan banyak semak belukar atau pepohonan, menghabiskan
sebagian besar waktunya di puncak phon dimana terdapat banyak daun.

Gambar 3.1: F.Tettigoniidae: Belalang pedang


Sumber: en.wikipedia.org

b. F. Grylidae
Famili Grylidae atau biasa dikenal dengan nama jangkrik mempunyai ciri-ciri antara lain
serangga dewasa pada umumnya berwarna hitam, antena panjang dan halus seperti rambut,
mempunyai panjang tubuh lebih dari 13mm. Serangga betina mempunyai ovipositor panjang
berbentuk jarum atau silindris. Aktif di malam hari dan menyukai habitat yang lembab, sering
ditemukan pada kayu lapuk, bagian bawah batu-batuan dan pada lubang-lubang tanah serta di
semak-semak belukar. Jangkrik merupakan hewan yang hidup secara bergerombol dan
bersembunyi pada lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan tanah dan hampir semua dewasa
bertindak sebagai predator (Lopez, 2012).
Gambar 3.2: F.Grylidae: Jangkrik
Sumber: en.wikipedia.org

c. F. Gryllotalpidae
Famili ini memiliki ciri-ciri yaitu kecil dengan antena yang pendek. Kaki depannya lebar
dan berbentuk sekop. Serangga-serangga ini membuat lubang di dalam tanah yang lembab,
biasanya dekat kolam-kolam dan aliran air. Tibia depan pada jantan terdapat timpanium yang
dapat menghasilkan bunyi atau nyanyian (Lopez 2012). Menurut Borror et al (1992),
mengatakan bahwa famili ini memiliki ciri-ciri yaitu berambut kecil yang berwarna kecoklat-
coklatan, dan serangga ini biasanya memiliki panjang 25-30 mm. Serangga famili Gryllotalpidae
contohnya adalah anjing tanah atau orong-orong.

Gambar 3.3: F.Gryllotalpidae: Anjing tanah


Sumber: 123rf.com

d. F. Acrididae
Famili ini memilliki ciri-ciri yaitu antena pendek, pronotum tidak memanjang ke
belakang, tarsi 3 ruas, femur kaki belakang membesar, ovipositor pendek. Ukuran tubuh betina
lebih besar daripada jantan. Sebagian besar berwarna abu-abu atau kecoklatan dan beberapa
berwarna cerah pada sayap belakang. Mempunyai alat suara (tympana) yang terletak di ruas
abdomen pertama. Belalang ini paling banyak ditemukan pada ekosistem persawahan yang
banyak memiliki vegetasi semak, rumput, dan perdu. Menurut Seino et al (2013). Belalang
antena pendek dari famili Acrididae merupakan hama pada tanaman pertanian.

Gambar 3.4: F.Acrididae: Belalang


Sumber: id.m.wikipedia.org

4. O. Phasmatodea: F. Phasmatidae
Phasmatidae atau yang sering dikenal dengan nama belalang ranting merupakan serangga
yang termasuk kedalam ordo Orthoptera. Tubuhnya berwarna cokelat muda, cokelat tua, hingga
warna hijau menyerupai dedaunan. Sebagian besar belalang ranting memiliki bentuk tubuh bulat
memanjang seperti ranting dan memiliki kaki yang ramping memanjang. Beberapa diantara
spesies dari belalang ranting ada yang memiliki sayap dan ada yang tidak memiliki sayap, akan
tetapi meskipun memilliki sayap belalang ranting tidak dapat terbang.
Belalang ranting ini bereproduksi secara parthenogenesis. Parthenogenesis artinya tanpa
melakukan perkawinan dengan serangga jantan. Serangga belalang ranting betina mampu
menghasilkan telur tanpa adanya pembuahan dari sel sperma belalang jantan. Belalang ranting
betina dewasa mampu menghasilkan telur sebanyak 100-2.000 butir telur. Selama periode
bertelur, betina dewasa tetap berada pada ranting atau daun kemudian menjatuhkan telur secara
tunggal di atas permukaan tanah. Beberapa spesies dari serangga belalang ranting ini, ada yang
dapat memasukan telurnya ke dalam tanah, melekatkan telur pada tanaman inang, dan ada juga
yang dapat melubangi tanaman kemudian meletakkan telurnya di dalamnya. Telur belalang
ranting ini memiliki cangkang yang keras dan berbentuk seperti biji-biji tanaman.
Belalang ranting adalah jenis serangga yang beraktifitas di malam hari. Mereka sering
bergantungan pada ranting tanaman karena memiliki bentuk dan warna yang hampir menyerupai
ranting dan daun. Jika mereka disentuh akan menjatuhkan diri, berdiam dan berkamuflase seperti
ranting. Hal tersebut merupakan upaya bentuk pertahanan diri dari para predator. Belalang
ranting ini adalah serangga pemakan tumbuh-tumbuhan di antaranya daun yang banyak
ditemukan pada negara tropis dan subtropis. Mereka yang bisa menekukkan tubuh atau yang
dalam bahasa latinnya dikenal dengan nama Extatosoma tiaratum ditemukan di Australia.
Sedangkan belalang ranting Carausius morosus ditemukan ada di India, mempunyai tubuh yang
menyerupai ranting pohon berwarna hijau. Di Asia Tenggara, belalang ranting memiliki panjang
mencapai 15-30 cm. Mereka banyak ditemukan di wilayah Vietnam dan beberapa kawasan yang
ada di Indonesia, seperti pada hutan Kalimantan juga Pulau Komodo. 

Gambar 4: F.Phasmatidae: Belalang ranting


Sumber: flickr.com

Daftar Pustaka

Borror DJ, Triplehorn, dan Johnson NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi 6.
Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press

Candya Putra. (2019). Ranting Berjalan Phasmatodea. Diperoleh 13 April 2022, dari
https://hpt.faperta.ugm.ac.id/ranting-berjalan-phasmatodea/#:~:text=Belalang%20ranting
%20merupakan%20jenis%20serangga,diri%20dan%20berkamuflase%20seperti
%20ranting

Mita Prajana D. 2015. Inventarisasi Ordo Orthoptera Di Kawasan Taman Nasional Alas Purwo
(TNAP) Banyuwangi Jawa Timur.[skripsi]. Jember (ID) : Universitas Jember
Purnomo H dan Haryadi N. 2007. Entomologi. Jember (ID) : PT CSS Surabaya

Rentz D . 1996. Grasshopper Countri The Abundant Orthopteriod Insect Of Australia. Sydney
(Australia) : University Of New South Wales Press

Seino RA, Dongmo TI, Kekeunou S, Chifon RN, dan Manjeli Y. An inventory of short horn
grasshoppers in the Menoua Division, West Region of Cameroon. Agriculture and
Biology Journal of North America. 4(3): 291-299.
Sugiarto A. 2018. Inventarisasi Belalang (Orthoptera: Acrididae) di Perkebunan dan Persawahan
Desa Serdang Menang, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Kumpulan artikel insect village. 1(3) : 7-10

Sugiarto A. 2018. Inventarisasi Belalang Sembah (Mantodea) di Desa Serdang Menang,


Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Kumpulan artikel insect
village. 1(1) : 4-6

Suheriyanto D. 2008. Ekologi Serangga. Malang: UIN Malang Press

Anda mungkin juga menyukai