Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

SAMPEL UDARA DAN TANAH

Disusun Oleh :

1. Alfaticha Bilqis Sakina 9. Kirana Beryl Pascariti


2. Amirrahman As’ad 10. Laily Masruroh
3. Asri Nur’aina ‘Izzani 11. M. Arifin Mulyo A.P.
4. Dhea Vara Adellya 12. Maulida Fauziatur Rahmah
5. Fani Rida Wanti 13. Mochammad Rizaldi
6. Fania Ardelia Larasita 14. Paramitha Kusuma A.
7. Indah Puspita Tamano 15. R. Himmatul ‘Izza U.
8. Indana Zulfa Salim

Halaman Judul

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah swt, Tuhan semesta alam. Berkat
taufik, hidayah, dan rahmat-Nyalah, kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Sampel Udara dan Tanah. Shalawat serta salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para
sahabat,dan pengikutnya.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah


Mikrobiologi dan Parasitologi pada Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi
Lingkungan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya, dan untuk
membantu proses belajar mengajar, baik bagi dosen dan mahasiswa yang tidak
lain untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman mahasiswa.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen


pembimbing kami yaitu Ibu Narwati, S.Si.,M.Kes dalam mata kuliah
Mikrobiologi dan Parasitologi. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 23 Agustus 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................ 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 2

1.3 TUJUAN .................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................... 3

2.1 SAMPEL UDARA ..................................................................................... 3

2.1.1 Faktor-faktor yang Menentukan Hasil Pengambilan Sampel Udara ...... 5

2.1.2 Teknik Sampling Kualitas Udara .......................................................... 6

2.1.3 Satuan Konsentrasi Zat Pencemar Udara ............................................ 12

2.2 SAMPEL TANAH ................................................................................... 13

2.2.2 Waktu Pengambilan Sampel Tanah .................................................... 14

2.2.3 Frekuensi Pengambilan Sampel Tanah ............................................... 15

2.2.4 Teknik Pengambilan Sampel Tanah.................................................... 15

2.2.5 Cara Mengambil Sampel Tanah Komposit ......................................... 16

2.2.6 Cara Pengambilan Sampel Tanah Terusik di Lapisan Permukaan. ..... 17

2.2.7 Cara Pengambilan Sampel Tanah Terusik dengan Bor ........................ 17

BAB III. PENUTUP .......................................................................................... 19

3.1 KESIMPULAN ........................................................................................ 19

3.2 SARAN .................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21

LAMPIRAN ...................................................................................................... 24

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Lingkungan merupakan tempat semua makhluk hidup bernaung,
tumbuhan, dan beraktifitas mulai tingkat rendah sampai tingkat tinggi, dari yang
bersel tunggal sampai yang bersel banyak. Mikroorganisme merupakan salah satu
makhluk dari makhluk hidup yang menempati lingkungan dalam segala
aktivitasnya walaupun tidak dapat terlihat dalam bentuk sel tunggalnya tetapi
dapat dilihat dalam bentuk koloninya dengan mata telanjang. Mikroorganisme
tersebut dapat menempati berbagai tempat dan media seperti udara, air, tanah,
permukaan tubuh, sampai kedalam tubuh makhluk hidup lainnya. Melihat dan
mengamati bakteri dalam keadaan hidup merupakan hal yang sangat sulit, selain
karena bakteri tidak berwarna, bakteri juga transparan dan kecil. Bakteri yang
hidup akan kontras dengan air dimana sel-sel tersebut disuspensikan. Maka dari
itu, dikembangkan sebuah teknik pewarnaan bakteri sehingga mudah diamati.

Dalam lingkungan hidup terdapat dua komponen yaitu komponen abiotik


dan komponen biotik. Komponen abiotik terdiri dari tanah, air, maupun udara.
Sedangkan komponen biotik terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, maupun
mikroorganisme. Di udara maupun di tanah terdapat makhluk hidup yang tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Makhluk hidup tersebut dalah bakteri.
Bakteri yang akan diamati dalam penelitian ini adalah bakteri proteolitik dan
amilolitik. Bakteri proleolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim protease
ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel
kemudian dilepaskan keluar dari sel, sedangkan bakteri amilolitik adalah adalah
bakteri yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim amilase. Untuk
melakukan penelitian maka kita perlu sampel udara dan juga tanah.

1
Pengambilan sampel udara ada dua yaitu ambien dan roadside. Sampel
udara ambien diambil di daerah pemukiman penduduk, perkantoran, kawasan
industri, maupun daerah lainnya. Sedangkan sampel udara roadside diambil di tepi
jalan raya yang secara langsung mempengaruhi pencemaran udara yang
disebabkan adanya kepadatan lalu lintas. Selain pengambilan sampel udara,
pengambilan sampel tanah juga diperlukan. Pengambilan sampel tanah maupun
udara bertujuan untuk mengetahui keadaan tanah maupun udara di lingkungan
tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Apakah yang dimaksud dengan pengambilan sampel udara dan tanah?
 Apa tujuan dari pengambilan dari sampel udara dan tanah?
 Bagaimana cara pengambilan sampel udara dan tanah?

1.3 TUJUAN
 Untuk mengetahui pengertian dari pengambilan sampel udara dan tanah.
 Untuk mengetahui tujuan pengambilan dari sampel udara dan tanah.
 Untuk mengetahui cara pengambilan sampel udara dan tanah.

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 SAMPEL UDARA


Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya
tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara / tekanan udara dan lingkungan
sekitarnya. Udara adalah atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang berfungsi
sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Dalam udara terdapat oksigen (O2)
untuk bernapas, karbondioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh klorofil
daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet. Gas – gas lain yang terdapat
dalam udara antara lain gas mulia, natrium oksida, hidrogen metana, belerang
dioksida, amoniak dan lain – lain. Apabila susunan udara mengalami perubahan
dari susunan keadaan normal maka akan menganggu kehidupan manusia, hewan
dan binatang maka udara telah tercemar.

Inti dari pengukuran udara adalah untuk mengetahui konsentrasi zat


pencemar yang ada di dalam udara tersebut. Perlu diketahui bahwa konsentrasi zat
pencemar di udara ambien sangat dipengaruhi oleh :

a. Sumber emisi ( alamiah dan anthropogenik)


b. Faktor meteorologi (temperatur, tekanan, kelembaban, intensitas matahari,
curah hujan, mixing height , arah dan kecepatan angin)
c. Faktor topografik

Karena intensitas sumber emisi dan faktor meteorologis (khususnya arah dan
kecepatan angin) selalu berubah, maka dengan demikian konsentrasi zat pencemar
di udara ambien juga selalu berubah (tidak konstan). Perubahan konsen-trasi zat
pencemar di udara ambien terjadi karena perubahan waktu (temporal) dan juga
terjadi karena perubahan tempat (spatial).

Berdasarkan proses pembentukannnya, zat pencemar di udara dapat dibedakan


di zat pencemar primer dan zat pencemar sekunder. Zat pencemar primer dapat
didefinisikan sebagai zat pencemar yang terbentuk di sumber emisinya (SO2,
NOx), sedangkan zat pencemar sekunder merupakan zat pencemar yang terbentuk

3
di atmosfer, yang merupakan produk dari reaksi kimia beberapa zat pencemar
(seperti senyawa oksidan dan ozon).

Sedangkan berdasarkan fasanya, zat pencemar di udara dibedakan atas zat


pencemar berupa aerosol, atau partikulat (debu) dan zat pencemar berupa gas-gas
mulia, nitrogen oksida, hidrogen, methana, belerang dioksida, amonia ,ozon, dan
lain-lain. Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan
normal seperti tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia,
hewan dan binatang, maka udara telah tercemar.

Menurut asalnya, pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua macam, yakni :

a. Pencemaran Udara Alami


Masuknya zat pencemar ke dalam udara/atmosfer, akibat proses -
proses alam seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi, panca-ran
garam dari laut, debu meteroid dan sebagainya.
b. Pencemaran Udara Non – Alami
Masuknya zat pencemar oleh aktivitas manusia, yang pada umumnya
tanpa disadari dan merupakan produk samping, berupa gas-gas beracun, asap,
partikel-partikel halus, senyawa belerang, senyawa kimia, buangan panas dan
buangan nuklir.

Proses penurunan kualitas lingkungan udara pada umumnya disebabkan


oleh masuknya zat pencemar ke dalam lingkungan udara tersebut, baik alami
(seperti: ke-bakaran hutan oleh teriknya matahari, debu vulkanik, debu meteorit,
pancaran garam dari laut dan sebagainya) maupun akibat aktivitas manusia yang
justru ser-ing menimbulkan masalah (seperti pancaran gas beracun dari
pemupukan pembasmian hama, asap rumah tangga, transportasi, produk
sampingan dari industri dan sebagainya).

Dalam melakukan sampling udara, kita dapat membagi daerah monitoring


(pemantauan) atas tiga daerah dengan keperluan dan cara sampling yang berbeda-
beda satu sama lainnya, yaitu :

4
1. Daerah Ambient
Daerah ambient merupakan daerah tempat tinggal penduduk (pemukiman)
dimana diperkirakan seseorang mengalami keterpaan terhadap zat pence-mar
yang berlangsung selama 24 jam. Sehingga, konsentrasi zat pencemar udara
harus sekecil mungkin dan memenuhi baku mutu udara yang diper-syaratkan.
2. Daerah Tempat kerja (Work Place)
Daerah tempat kerja (work place) merupakan daerah dimana seseorang
bekerja selama periode waktu tertentu. Biasanya seseorang bekerja di
industri/pabrik selama 8 jam per hari, sehingga keterpaparan zat pencemar
terhadap seseorang yang bekerja diharapkan tidak mengganggu kesehatannya.
3. Daerah / Sumber Pencemar Udara
Daerah/sumber pencemar udara, yang berasal dari cerobong asap pabrik
perlu dilakukan monitoring terhadap jenis dan konsentrasi zat pencemar,
minimal setiap penggantian teknologi proses dan penggunaan bahan baku
yang berbeda.

2.1.1 Faktor-faktor yang Menentukan Hasil Pengambilan Sampel Udara


Dalam melakukan sampling udara ini, ada beberapa faktor yang
menentukan hasil analisisnya, diantaranya :

 Arah angin
 Kecepatan angin (m/s)
 Waktu dan lama pengambilan contoh (jam)
 Tekanan udara (mmHg)
 Temperatur udara (oC)
 Kelembapan udara (%)
 Pola terdifusinya zat pencemar

5
2.1.2 Teknik Sampling Kualitas Udara
Teknik sampling kualitas udara dilihat lokasi pemantauannya terbagi
dalam dua kategori yaitu :

1. Teknik sampling udara emisi ,dan


2. Teknik sampling udara ambien.

Sampling udara emisi adalah teknik sampling udara pada sumbernya


seperti cerobong pabrik dan saluran knalpot kendaraan bermotor. Teknik sampling
kualitas udara ambien adalah sampling kualitas udara pada media penerima
polutan udara/emisi udara. Untuk sampling kualitas udara ambien, teknik
pengambilan sampel kualitas udara ambien saat ini terbagi dalam dua kelompok
besar yaitu pemantauan kualitas udara secara aktif (konvensional) dan secara
pasif. Dari sisi parameter yang akan diukur, pemantauan kualitas udara terdiri dari
pemantauan gas dan partikulat.

1. Parameter Gas
Teknik pengumpulan gas yang umum digunakan untuk menangkap gas
pencemar di udara adalah dengan teknik adsorpsi, desorbsi, pendinginan dan
pengumpulan pada kantong udara (bag sampler atau tube sampler).
 Teknik Adsorpsi. Teknik adsorpsi adalah teknik pengumpulan gas
berdasarkan kemampuan gas pencemar terabsorpsi/bereaksi dengan
larutan pereaksi spesifik (larutan absorben). Pereaksi kimia yang
digunakan harus spesifik artinya hanya dapat bereaksi dengan gas
pencemar tertentu yang akan di analisis. Untuk menangkap kadar gas-gas
berbahaya secara konvensional, menggunakan sampling udara dengan
impinger yang langkah –langkah kerjanya yaitu:
- Menarik udara dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger yang
berisi larutan penangkap
- Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan larutan
penangkap baik dengan metoda konvensional maupun instrumental
- Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara
yang dipompa dan hasil pengukuran.

6
 Teknik Desorbsi. Teknik desorbsi berdasarkan kemampuan gas
pencemar terdesorbsi pada permukaan padat adsorbent . Jenis adsorben
yang umum digunakan adalah karbon aktif, TENAX-GC atau
Amberlite XAD). Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas
organik seperti senyawa hidrokarbon, benzene, toluene dan berbagai
jenis senyawa organik yang mampu terserap pada permukaan adsorben
yang digunakan.

Efisiensi pengumpulan gas analit/gas pencemar pada adsorbent


tergantung:
- Konsentrasi gas pencemar disekitar permukaan adsorben. Semakin
tinggi konsentasi gas pencemar semakin tinggi efisiensi pengum-pulan
- Luas permukaan adsorben, semakin kecil diameter adsorben
semakin luas permukaannya, semakin banyak gas analit yang
teradsorpsi
- Temperatur. Semakin tinggi temperatur semakin rendah efisiensi
pengumpulan gas analit, oleh sebab itu teknik ini jarang digunakan
untuk pengumpulan gas pencemar dari sumber emisi (cerobong) dengan
temperatur gas yang tinggi
- Kompetisi dari gas organik lain. Senyawa organik yang lain akan
ikut terdesorbsi peda permukaan padat sehingga efisiensi pengumpulan
semakin berkurang
- Sifat/karateristik dari adsorben yang digunakan. Harus digunakan
jenis adsorben yang cocok/sesuai dengan jenis gas analit yang akan
diukur. Karbon aktif yang bersifat non polar cocok untuk gas or-ganik
yang polaritasnya rendah seperti senyawa hidrokarbon

7
No Sensor Prinsip dasar Aplikasi analisa

Hubunhan cahaya oleh debu


1. Aerosol fotometri Deteksi debu
dalam udara

2. Chemiluminecence Fluresensi kontaminan Ozon, NOx

3. CoulometrI Pengukuran arus listrik Ozon, NOx, SO2,

Arus listrik elektroda yang diaki-


4. Detektor nyala Hidrokarbon
batkan hasil pembakaran
Perubahan pH akibat absorspsi
5. Potensiometri CO2
Kntaminan

Perubahan 9hantaran filament


6. Konduktivitas Hidrokarbon
akibat perubahan gas

7. Infra merah Absorpsi elektromagnitik Alakohol

Berikut metode pengukur zat pencemar di udara :

1. Sulfur dioksida (SO2)


 Metode
Metode yang digunakan untuk pengujian kadar SO2 di udara memakai
metode pararosaniline-spectrofotometri.

8
 Prinsip Dasar
SO2 di udara diserap/diabsoprsi oleh larutan kalium tetra kloromercurate
(absorbent) dengan laju flowrate 1 liter/menit. SO2 bereaksi dengan
kalium tetra kloromercurate membentuk komplek diklorosulfitomercurate .
Dengan penambahan pararosaniline dan formaldehide akan membentuk
senyawa pararosaniline metil sulfonat yang berwarna ungu kemerahan.
Intensitas warna diukur dengan spectrofotometer pada panjang gelombang
560 nm.
 Dasar Pengukuran gas SO2 dengan sprktrofotometri Uv-Vis
Prinsip dasar pengukuran gas SO2 dengan sinar ultra violet adalah ber-
dasarkan kemampuan molekul SO2 berinteraksi dengan cahaya pada
panjang gelombang 190 –230 nm, menyebabkan elektron terluar dari
molekul gas SO2 akan tereksitasi pada tingkat energi yang lebih tinggi
(excited state). Elektron pada posisi tereksitasi akan kembali ke posisi
ground state dengan melepaskan energi dalam bentuk panjang gelombang
tertentu. Dengan mengukur intensitas cahaya tersebut maka dapat
ditentukan kon- sentrasi gas SO2. Metode ini praktis mudah dioperasikan,
stabil dan akurat, metode ini metode yang dipakai untuk alat pemantauan
kualitas udara scara automatik dan kontinyu. Perlu diketahui bahwa
ketelitian dan keakuratan metode ini, sangat dipengarhui oleh sistem
kalibrasi alat tersebut.

2. Oksida – oksida nitrogen


 Metode
Metode Griess-Saltman-Spectrofotometri, NO2 di udara direaksikan
dengan pereaksi Griess Saltman (absorbent) membentuk senyawa yang
berwarna ungu. Intensitas warna yang terjadi diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.
 Prinsip Dasar
Absorber untuk penangkapan NO2 adalah absorber dengan desain khusus
dan porositas frittednya berukuran 60 µm. Untuk pengukuran NO, sample

9
gas harus dilewatkan ke dalam oxidator terlebih dahulu ( seperti KMnO4,
Cr2O3).
 Dasar Pengukuran gas
Gas NO diudara direaksikan dengan gas ozon membentuk nitrogen di-
oksida tereksitasi. NO2 yang tereksitasi akan kembali pada posisi ground
state dengan melepaskan energi berupa cahaya pada panjang gelombang
600 - 875 nm. Intensitas cahaya yang diemisikan diukur dengan photo
mulltifier , Intensitas yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi NO di
udara. Sedangkan gas NO2 sebelum direaksikan dengan gas ozon terlebih
dahulu direduksi dengan katalitik konventor.

3. Karbonmonoksida
 Metode
Pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra me-
rah pada panjang 4,6 µm . Banyaknya intensitas sinar yang diserap
sebanding dengan konsentrasi CO di udara. Analyzer ini terdiri dari
sumber cahaya inframerah, tabung sampel dan reference, detektor dan
rekorder. Metode lain yang juga digunakan adalah metode oksidasi CO
dengan cam- puran CuO-MnO2 dalam suasana panas membentuk gas
CO2. Selanjutnya CO2 tersebut diabsorpsi dengan larutan Ba(OH)2
berlebih. Kelebihan Ba(OH) dititrasi asam oxalat menggunakan indikator
phenol phthalin.

4. Ozon / oksidan
 Metode
Metode Neutral Buffer Potassium Iodine (NBKI) –spectrofotometri.
Gas/udara yang mengandung ozon dilewatkan dalam pereaksi kalium
iodida pada buffer pH netral (pH 6,8), membebaskan Iodium. Selanjutnya
Iodium yang dibebaskan diukur intensitasnya pada panjang gelombang
350 nm. Gas ozon direaksikan dengan gas asetilin membentuk aldehide
yang tidak stabil , yang selanjutnya akan melepaskan energi dalam bentuk
cahaya. In-tensitas cahaya yang diemisikan diukur dengan fotomultiplier,

10
yang ber-banding lurus dengan konsentrasi ozon. Panjang gelombang
cahaya yang diemisikan pada panjang gelombang 300 –600 nm.

5. Hidrokarbon
 Metode
Pengukuran secara langsung dangan Gas Chromatograf Hidrokarbon
diukur sebagai total hidrokarbon (THC) dan Non Methanic Hydrocarbon
(NMHC). Metode yang digunakan adalah kromatografi gas dengan
detektor Flame Ionisasi (FID). Hidrokarbon dari udara dibakar pada flame
yang be-rasal dari gas hidrogen membentuk ion-ion. Ion yang terbentuk
pada flame akan ditangkap oleh elektrode negatif. Banyaknya arus ion
yang terbentuk menunjukkan konsentrasi hidrokarbon. Metode adsorpsi
dengan adsorbent karbon aktif . Contoh gas dilewatkan kedalam tube
karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( ± 0,3 liter/menit) . Waktu
sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyak-nya
adsorben karbon aktif yang digunakan. Untuk melepaskan hidrokarbon ,
karbon aktif dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2), kemudian
disuntikan ke dalam GC. Atau karbon akti seperti N2, atau He, kemudian
dialirkan /disuntikan ke dalam GC.

2.Parameter Partikulat

Metode analitik yang sederhana dengan waktu pengukuran yang lama


sepert titrasi atau gravimetri yang digunakan untuk mengukur kadar debu di
lingkungan tempat kerja. Untuk pengumpulan partikulat/debu dari udara berbeda
dengan pengumpulan gas. Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan partikulat
adalah ukuran diameter dari partikulat tersebut. Ukuran partikulat di dalam matrik
gas /udara bervariasi dari ukuran lebih besar dari ukuran molekul (0.0002 mikron)
sampai mencapai ukuran 500 µm. Se-tiap teknik pengumpulan mempunyai
kemampuan mengumpulkan range ukuran partikulat yang tertentu.

11
Teknik pengumpulan umum yang biasa digunakan, yaitu :
 Teknik pengumpulan secara Impaksi
Gas atau udara yang mengandung partikulat di hisap/ditarik melalui nozzle
dengan laju aliran udara tertentu, kemudian ditumbukan ke permukaan plate,
maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang
dibelokkan (karena gaya inertia), sehingga partikel debu tersebut tertahan
pada permukaan plate. Sedangkan untuk partikel debu yang lebih kecil akan
mempunyai kemampuan mengikuti aliran gas masuk kedalam plate
berikutnya, yang selanjutnya akan terperangkap dalam plate yang berikutnya.
Dengan demikian terjadi pemisahan debu berdasarkan ukuran partikel.
 Teknik Filtrasi
Pengumpulan partikulat/debu dengan teknik filtrasi merupakan teknik
yang paling populer. Jenis filter yang digunakan adalah filter fiber glass, cellu
lose, polyurthen foam. Setiap jenis filter mempunyai karateristik tertentu yang
cocok untuk penggunaan tertentu. Filter fiber glass merupakan filter yang
paling banyak digunakan untuk pengukuran SPM (suspended particu-late
mater) atau TSP (Total Suspended Particulate, terbuat dari mikro fiber gelas
dengan porositas < 0,3 µm, yaitu mempunyai efisensi pengumpulan partikulat
dengan diameter 0,3 µm sebesar 95%. Filter ini tahan korosif dan dapat
digunakan pad temperatur 540oC. Tetapi kelemahannya, filter ini mudah
sobek.

2.1.3 Satuan Konsentrasi Zat Pencemar Udara


Untuk menyatakan konsentrasi zat pencemar gas atau debu di udara ambien ,
dapat digunakan satuan yang berdasarkan :

1. Satuan berdasarkan berat /volume (w/v), yaitu satuan yang menyatakan


berat zat pencemar per volume udara ambien. Contohnya satuan mg/m3.
2. Satuan berdasarkan volume/volume (v/v) , yaitu satuan yang menyatakan
volume zat pencemar per volume gas. Contohnya satuan % volume, ppm .
(part permillion), ppb (part perbillion).

12
Pengertian satuan ppm adalah menunjukkan perbandingan volume antara
volume zat pencemar dengan volume udara ambient, yaitu bagian volume zat
percemar per satu juta volume gas. Contohnya :

Konsetrasi CO sebesar 1 ppm, artinya dalam satu juta bagian volum gas buang
mengandung 1 bagian volume gas CO, atau Dalam 1 m3 (1 x 106 ml) volume gas
emisi mengandung 1 ml gas CO. Untuk konversi satuan dari satuan ppm ke satuan
mg/m3 atau sebaliknya digunakan rumus : mg/m3 = (ppm / 24,45) x BM x 103 4)

Perlu diketahui bahwa gas merupakan zat yang volumenya berubah


dengan perubahan temperatur dan tekanan. Maka dalam menyatakan konsentrasi
zat pencemar dalam udara digunakan kondisi standar yaitu kondisi dimana
volume udara ditetapkan dan kondisi tertentu , yang dinyatakan dengan kondisi
standar.

2.2 SAMPEL TANAH


Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam
program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan
untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan
sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan
menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang
diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan
cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah.

2.2.1 Peralatan dan Hal-hal yang harus Diperhatikan dalam Pengambilan


Sampel Tanah

Peralatan yang dapat digunakan untuk pengambilan sampel tanah, antara lain
sebagai berikut.

a. Alat untuk mengambil sampel tanah, seperti bor tanah (auger, tabung), cangkul,
sekop.

13
b. Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop, seperti pisau dan sendok
tanah untuk mencampur atau mengaduk.

c. Ember plastic untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu.

d. Kantong plastik agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong plastik
untuk label.

e. Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar.

f. Spidol (water proof) untuk menulis isi label.

g. Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel tanah adalah
sebagai berikut.

1. Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah
tererosi sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/
jerami, bekas penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas
penggembalaan ternak.
2. Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput-
rumputan, sisa tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan atau
kerikil.
3. Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat.
Kantong plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah
dipakai untuk keperluan lain.

2.2.2 Waktu Pengambilan Sampel Tanah


 Sampel tanah dapat diambil setiap saat, dan langsung dilakukan analisis di
laboratorium.
 Keadaan tanah saat pengambilan sampel tanah sebaiknya pada kondisi
kapasitas lapang (keadaan kelembaban tanah sedang) yaitu keadaan tanah
kira-kira cukup untuk dilakukan pengolahan tanah).
 Pengambilan sampel tanah terkait erat dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam suatu kegiatan perencanaan pengelolaan tanah-tanaman.

14
2.2.3 Frekuensi Pengambilan Sampel Tanah
 Secara umum contoh tanah diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem
pertanaman di lapangan.
 Untuk tanah yang digunakan secara intensif untuk budidaya pertanian,
contoh tanah diambil paling sedikit sekali dalam setahun.
 Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan
diambil setiap 5 tahun sekali.

2.2.4 Teknik Pengambilan Sampel Tanah


a. Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil secara langsung dari badan
tanah yang sedang dipantau. Sampel ini hanya menggmbarkan karakteritik tanah
pada saat pengambilan sampel.

b. Sampel Komposit (Compsite sample) : Sampel campuran dari beberapa waktu


pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara manual
ataupun secara otomatis dgn menggunakan peralatan yang dapat mengambil air
pada waktu-waktu tertentu. Pengambilan sampel scara otomatis hanya dilakukan
jika ingi mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas tanah secara terus-
menerus

c. Sampel Gambungan Tempat (Integrated Sample) : sampel gabungan yang


diambil secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang sama.

d. Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis). Cara ini dikembangkan


untuk memenuhi program pengamatan kualias sampel secara penyeluruh.
Peralatan memerlukan bangunan khusus dengan penampungan dan pemeliharaan
yang baik alat mengambil contoh otomatis biasanya bekerja dalam 24 jam.

 Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh tanah terganggu


(disturb soil samples)
 Contoh tanah utuh atau tidak terganggu (undisturb soil samples).
 Contoh tanah utuh biasanya diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah
(bobot isi, porisitas dan permeabilitas tanah), sedangkan contoh tanah
terganggu diperlukan untuk analisis sifat kimia tanah dan sifat fisik tanah
lainnya (tekstur, kadar air tanah/pF).

15
 Pengambilan contoh tanah utuh (undisturb soil samples) harus
menggunakan “ring samples”, sedangkan contoh tanah terganggu dapat
diambil dengan menggunakan alat cangkul, sekop, atau auger (bor tanah).
 Untuk keperluan evaluasi status kesuburan tanah, sebaiknya contoh yang
diambil merupakan contoh komposit yaitu contoh tanah campuran dari
contoh-contoh tanah individu (sub amples).
 Suatu contoh komposit harus mewakili suatu bentuk/unit lahan yang akan
dikembangkan atau digunakan untuk tujuan pertanian.
 Satu contoh komposit mewakili suatu hamparan lahan yang homogen (10-
15 Ha).
 Untuk lahan miring dan bergelombang satu contoh komposit dapat
mewakili tidak kurang dari 5 hektar.
 ·Satu contoh komposit terdiri dari campuran 15 contoh tanah individu
(sub samples).

2.2.5 Cara Mengambil Sampel Tanah Komposit


1. Menentukan tempat pengambilan sampel tanah individu, terdapat dua cara
yaitu cara sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan cara acak.

2. Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik
segar/ serasah yang terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.

3. Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan sampel tanah
sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu kondisi
kira- kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah contoh tanah
sebaiknya diambil pada kondisi basah atau seperti kondisi saat terdapat tanaman.

4. Sampel tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung)
atau cangkul dan sekop. Jika menggunakan bor tanah, sampel tanah individu
diambil pada titik pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau lapisan
olah. Sedangkan jika menggunakan cangkul dan sekop, tanah dicangkul sedalam
lapisan olah (akan membentuk seperti huruf v), kemudian tanah pada sisi yang
tercangkul diambil setebal 1,5 cm dengan menggunakan cangkul atau sekop.

16
5. Sampel-sampel tanah indivisu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam
ember plastic, lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan
teraduk rata, diambil sampel seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam
kantong plastic (sampel tanah komposit). Untuk menghindari kemungkinan pecah
pada saat pengiriman, kantong plastic yang digunakan rangkap dua.Pemberian
label luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus dengan plastic dan
dimasukkan diantara plastik pembungkus supaya tulisan tidak kotor atau basah,
sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya dilaboratorium tanah.
Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan plastic. Pada label diberi
keterangan mengenai kode pengambilan, nomor sampel tanah, asal dari
(desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan, nama dan alamat pemohon.
Selain label yang diberi keterangan, akan lebih baik jika sampel tanah yang
dikirim dilengkapi dengan peta situasi atau peta lokasi .

2.2.6 Cara Pengambilan Sampel Tanah Terusik di Lapisan Permukaan.


1. Memilih tempat yang tidak tergenang air, tak terkena sinar matahari
langsung,datar dan mewakili tempat sekitarnya.

2. Membersihkan seresah, batuan dan benda alam lain di lapisan


permukaansehingga tubuh tanah terlihat.

3. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin dengan menggunakan


pacul,cethok dan memasukkannya kedalam plastik yang beritiket: Kode tempat,
kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa lainnya.

2.2.7 Cara Pengambilan Sampel Tanah Terusik dengan Bor

1. Meletakkan mata bor di permukaan tubuh tanah.

2. Memutar pegangan bor perlahan-lahan ke arah kanan dengan disertai


tekanansampai seluruh kepala bor terbenam.

3. Kepala bor perlahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan memutar pegangan
bor tanah ke arah kiri dengan disertai tarikan.

17
4. Contoh tanah yang terbawa kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih
dandiusahakan tidak banyak merusak susunan tanah.

5. Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah 20 cm


sampaikedalaman yang dikehendaki.

6. Contoh tanah hasil pengeboran pada setiapketebalan 20 cm itu diletakkan


tersusun menurut kedalaman aslinya, sehingga akan diperoleh gambaran
profiltanah.

18
BAB III. PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
 Sampel udara

Pengambilan sampel udara ada dua yaitu ambien dan roadside. Sampel
udara ambien diambil di daerah pemukiman penduduk, perkantoran, kawasan
industri, maupun daerah lainnya. Sedangkan sampel udara roadside diambil di tepi
jalan raya yang secara langsung mempengaruhi pencemaran udara yang
disebabkan adanya kepadatan lalu lintas. Selain pengambilan sampel udara,
pengambilan sampel tanah juga diperlukan. Pengambilan sampel tanah maupun
udara bertujuan untuk mengetahui keadaan tanah maupun udara di lingkungan
tersebut.

Sedangkan berdasarkan fasanya, zat pencemar di udara dibedakan atas zat


pencemar berupa aerosol, atau partikulat (debu) dan zat pencemar berupa gas-gas
mulia, nitrogen oksida, hidrogen, methana, belerang dioksida, amonia ,ozon, dan
lain-lain. Menurut asalnya, pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua macam,
yakni : pencemaran udara alami dan pencemaran udara non-alami. Dari sisi
parameter yang akan diukur, pemantauan kualitas udara terdiri dari pemantauan
gas dan partikulat. Sedangkan teknik pengumpulan umum yang bisa digunakan
yaitu : teknik impaksi dan teknik filtrasi

 Sampel tanah

Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam


program uji tanah. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah. Hal yang perlu diperhatikan adalah waktu
pengambilan sampel tanah,frekuensi pengambilan sampel tanah, teknik
pengambilan sampel tanah, cara mengambil sampel tanah, cara pengambilan
sampel tanah terusik di lapisan permukaan dan cara pengambilan sampel tanah
terusik dengan bor.

19
3.2 SARAN
Untuk lebih memahami semua tentang pencemaran tanah, disarankan para
pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini.
Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari dalam menjaga kelestarian
udara dan tanah beserta penyusun yang ada di dalamnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Hadi, “Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan”, Penerbit


PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

Aiyer, PD, 2004, ‘Effect of C: N ratio on alpha amylase production by Bacillus


licheniformis SPT 27’, Afr J Biotechnol, vol. 3, no. 10, hh. 519-522.

Dali, S, Arfah, R, Karim, A & Patong, AR, 2013, ‘Eksplorasi enzim amilase dari
mikroba yang diisolasi dari sumber air panas di Sulawesi Selatan dan aplikasinya
dalam produksi maltodekstrin’. Laporan peneltian BOPTN, Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Demirkan, E, 2011, ‘Production, purification, and characterization of\alpha-


amylase by Bacillus subtilis and its mutant derivates’, Turkish J Biology, vol. 35,
no. 6 hh. 705-712.

Gupta, R, Gigras, P, Mohapatra, H, Goswami, VK, & Chauhan, B, 2003,


‘Microbal a-amylase: abiotechnological perspective’, Process Biochem, Vol. 38,
no. 11, hh. 1599-1616.

Howeler, RH, & Hershey, CH, 2002, ‘Cassava in Asia: Research and
development to increase its potential use in food’, feed and industry: a Thai
example.

Irdawati & Fifendy, M, 2011, ‘Isolasi bakteri termofilik penghasil amilase dari
sumber air panas Rimbo Panti Pasaman. Laporan Penelitian DIPA Reguler
UNP’, Universitas Negeri Padang, Padang.

Kathiresan, K, & Manivannan, S, 2006,’Amylase production by Penicillium


fellutanum isolated from mangrove rhizophere soil’, Afr J Biotechnol, vol. 5, no.
10, hh. 929-932.

Mahdavi, A, Hassan Sajedi, R, Rassa, M, & Jafarian, V, 2010, ‘Characterization


of an a-amylase with broad temperature activity from an acid-neutralizing
Bacillus cereus strain’, Iranian J Biotechnol, vol. 8, no. 2, hh. 103-111.

21
Marc, J, Maarel, D, & Bart, V, 2001, ‘Properties and aplications of strach-
comverting enzymes of the a-amylase family’, J. Biotech, vol. 94, no. 1, hh. 137-
155.

Marzuqi, M, 2015, ‘Pengaruh kadar karbohidrat dalam pakan terhadap


pertumbuhan, efisiensi pakan dan aktivitas enzim amilase pada ikan bandeng
(Chanos chanos Forrskal)’, (Doctoral dissertation, Tesis. Universitas Udayana).

Mitidieri, S, Martinelli, AHS, Schrank, A. & Vainstein, MH, 2006, Enzymatic


detergent formulation containing amylase from Aspergillus niger: a comparative
study with commercial detergent formulations’, Bioresource Technology, vol. 97,
no. 10, hh, 1217-1224.

Panjaitan, RS, & Madayanti, F, 2017, ‘Uji aktivitas antibakteri ekstrak kasar lipid
ulva fasciata terhadap Bacillus cereus’, EduChemia (Jurnal Kimia dan
Pendidikan), vol. 2, no. 1, hh. 14-24.

Pangastuti, A, Wahjuningrum, D, & Suwanto, A, 2002,’Isolasi, karakterisasi dan


kloning gen penyandi alfa-amilase bakteri halofil moderat asal bledug kuwu’,
Hayati,, vol. 9, no. 1, hh. 10-14.

Poernomo, AT, & Djoko, DA, 2003,’Uji aktivitas crude enzim proteolitic Bacillus
subtilis FNCC0059 hasil fermentasi curah’, Majalah Farmasi Erlangga, vol, 3,
hh. 103-107.

Reddy, NS, Nimmagadda, A, Rao, KRSS, 2003, A overview of the michrobiology


a-amylase family’, African J. Biotehnol, vol. 2, hh. 645-648.

Setyati, WA, & Subagiyo, S, 2012, ‘Isolasi dan seleksi bakteri penghasil enzim
ekstraseluler (proteolitik, amiolitik, lipolitik dan selulolitik) yang berasal dari
sedimen kawasan magrove’, Ilmu Kelautan: Indonesian Journal of Marine
Sciences, vol. 17, no. 3, hh. 164-169.

Sebayang, F, 2005,’Isolasi dan Pengujian aktivitas enzim a-amilase dari


Aspergillus niger dengan menggunakan media campuran onggok dan dedak’,
Jurnal Komunikasi Penilitian’, vol.17, no. 5, hh. 81-86.

22
Singh, H, Saharan, R, & Sharma, KP, 2014, ‘Isolation and Characterization of
amylase producing bacteria from diverse environmental samples’, J. Microbiol
Biotech Res, vol. 4, no. 4, hh 8-18.

Souza, PMD, 2010, ‘Application of microbial a-amylase in industry-A review’,


Brazilian J. Microbiol, vol. 41, no. 4, hh. 850-861.

Turker, C, & Ozcan, BD, 2015, ‘Isolation of Alpha-amylase producing


thermophilic bacillus strains and partial characterization of the enzymes’, Turkish
J Agriculture-Food Sci Technol, vol 3, no. 6, hh. 387-393.

Van Der Maarel, MJ, Van der Veen, B, Uitdehaag, JC, Leemhuis, H, &
Dijkhuizen, L, 2002, ‘Properties and applications of starch-coverting enzymes of
the a-amylase family’, J. Biotech, vol. 94, no. 2, hh. 137-155.

Wardoyo, STH, 1981, ‘Kritea kualitas air untuk keperluan pertanian dan
perikanan, Training, Training Analisa Dampak Lingkungan PPLH-PSL’, Bogor.

Waluyo, L, 2009, ‘Mikrobiologi lingkungan’,UMM Press, Malang.

Widyastuti, 2008, ‘Kadar alginat rumput laut yang tumbuh di perairan laut
Lombok’, J. Teknologi Pertanian, vol. 10, no. 3, hh. 144-152.

Wirawan, SK, Rismijana, J, & Hidayat, T, 2008, ‘ Aplikasi a-amilase dan selulase
pada proses deinking kertas bekas campuran’, Berita Selulosa, vol. 43, no. 1, hh.
11-18.

Anggono, W., Ian H.S., Ninuk J., Dodik K. 2009. Metode Sampling Udara
(Ambien). Jakarta : Erlangga.

Fathma, R. 2012. Tata Cara Teknik Sampling . Yogyakarta : Kanisius.

23
LAMPIRAN

Lampiran 1. Bank Soal

SOAL

1. Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang
paling penting dan luas yang digunakan untuk…

a. Mengidentifikasi bakteri d. Merangkai bakteri

b. Mereplikasi bakteri e. Memperbarui bakteri

c. Merombak bakteri

2. Bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci
dengan…

a. Yodium d. Alkohol

b. Air fuchsin e. Zat pewarna kristal violet

c. Safranin

3. Pewarnaan gram ini adalah sebuah metode untuk mengkategorikan bakteri ke


dalam dua kelompok besar, yaitu…

a. bakteri gram campuran dan bakteri gram negatif

b. bakteri gram tanpa campuran dan bakteri gram positif

c. bakteri gram plus dan bakteri gram campuran

d. bakteri gram-positif dan bakteri gram-negatif

e. bakteri gram campuran dan bakteri gram tanpa campuran

24
4. Pewarnaan gram ada 4 reagen yang diperlukan. Keempat reagen tersebut salah
satunya adalah…

a. Cairan pelarut c. Mordan e. Betadin

b. Minyak d. Lugol

5.Yang merupakan fungsi pencuci zat warna ialah…

a. Untuk mengintensifkan warna utama

b. Untuk melunturkan zat warna utama

c. Untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan warna utama.

d. Untuk menguraikan warna utama

e. Untuk memperkuat warna utama

6. Bakteri gram-positif akan tetap mempertahankan warna metil ungu gelap


setelah dilakukan pewarnaan gram, sehingga warna yang muncul adalah…

a. Merah c. Kuning e. Ungu

b. Hijau d. Biru

7. Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang setelah dilakukan metode pewarnaan


gram warnanya akan menjadi warna…

a. Merah c. Kuning e. Ungu

b. Hijau d. Biru

8. Gambar disamping merupakan suatu bakteri gram jenis…

a. Negatif c. Campuran e. Terbaru

b. Positif d. Perpaduan

25
9. Gambar disamping merupakan suatu bakteri gram jenis…

a. Negatif c. Campuran e. Terbaru

b. Positif d. Perpaduan

10. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan...

a. Tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan d. Tipisnya lapisan lemak

b. Lapisan lemak pada membran sel bakteri e. Tebalnya lapisan lemak

c. Banyak atau sedikitnya peptidoglikan

11. Pewarnaan ini didasarkan pada banyak sedikitnya...

a. Tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan d. Tipisnya lapisan lemak

b. Lapisan lemak pada membran sel bakteri e. Tebalnya lapisan lemak

c. Banyak atau sedikitnya peptidoglikan

12. Kristal violet bersifat…

a. Asam c. Basa e. Basa lemah

b. Netral d. Menetralkan

13. Fiksasi adalah proses yang dilakukan untuk…

a. zar warna tandingan (lawan) luruh nya kompleks mg-Ribonucleid acid- crystal
violet dari dinding sel bakteri gram negatif (Pelczar, 2007).

b. penguat ikatan pada kompleks mg-Ribonuclead acid.

c. mencuci lemak pada dinding sel bakteri.

d. pewarnaan yang dapat berpenetrasi kedalam endospora.

e. membentuk ikatan mg-Ribonucleid acid pada membran/dinding sel bakteri


sehingga membentuk kompleks mg-Ribonucleid acid- crystal violet.

26
14. Bakteri amilolitik adalah jenis bakteri yang dapat memproduksi…

a. Enzim amilase c. Enzim maltosa e. Enzim laktase

b. Enzim lipase d. Enzim protase

15. Bakteri proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim?

a. Enzim amilase c. Enzim maltosa e. Enzim laktase

b. Enzim lipase d. Enzim protase

16. Bakteri proteolitik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok, kecuali…

a. Anaerobik fakultatif, tidak membentuk spora

b. Aerobik, tidak membentuk spora

c. Bakteri anaerobik pembentuk spora

d. Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, membentuk spora

e. Bakteri anaerobik tidak membentuk spora

17. Yang merupakan contoh dari bakteri proteoliti, kecuali…

a. Pseudomonas c. Nitrosococcus e. Clostridium

b. Proteus d. Bacillus

18. Ada kemungkinan terdapat bakteri amilolitik dalam tanah tempat pembuangan
limbah kulit ubi kayu tersebut.Bakteri amilolitik mampu menghidrolisis amilum
dengan bantuan enzim...

a. Enzim amilase c. Enzim maltosa e. Enzim laktase

b. Enzim lipase d. Enzim protase

19. Terdapat 4 spesies bakteri amilolitik, kecuali…

a. Bacilus circulans c. Pseudomonas aeruginosa e. Bacilus coagulans

b. Bacilus subtilis d. Aspergillus,sp

27
20. Bakteri amilolitik yang ada pada tepung sagu, dapat berasal dari…

a. Pohon sagu c. Kemasan e. Kandungan sagu

b. Tanah d. Kegiatan fermentasi

21. Seleksi isolat bakteri amilolitik berdasarkan produktivitas asam organik-nya,


mendapatkan tiga isolat terpilih berasal dari sumber isolat yang berbeda, kecuali...

a. Isolat TJ2.5 berasal dari tanah sekitar tempat pengolahan sagu

b. Isolat TBSM1 berasal dari tokokan batang sagu

c. Isolat SPH3 berasal dari sagu yang tengah dipasarkan

d. Isolat SP79 berasal dari tanah

e. Isolat TJ2.5 berasal dari tanah sekitar tempat pengolahan sagu

22. Bersifat gram positif endospora berbentuk oval atau kadang kadang bulat atau
silinder. Golongan bakteri ini bersifat…

a. Aerob d. Anaerob pembentuk spora

b. Anaerob e. Anaerob tidak membentuk spora

c. Aerob fakultatif

23. Pengukuran indeks amilolitik (IA) dilakukan dengan cara mengukur rata-rata
diameter…

a. Peptidoglikan c. Zona bening e. Dinding sel

b. Nukleus d. Ukuran zat

24. Bakteri amilolitik yang diisolasi dari sumber kaya amilum umumnya
berpotensi menghasilkan amilase…

a. Lebih Banyak c. Semakin berkurang e. Tidak ada

b. Sedikit d. Sama dengan biasanya

28
25.Akibat positif dari terdapatnya kandungan proteolitik didalam tanah,yaitu?

a. Tanah semakin buruk kualitasnya

b. Tanah semakin subur karena kandungan protase

c. Tanah tercemari

d. Tanah menjadi tandus

e. Tanah tidak lagi bisa menjadi habitat MH

29
Lampiran 2. Kunci Jawaban

KUNCI JAWABAN

1. A 16. E

2. D 17. C

3. D 18. A

4. C 19. D

5. B 20. B

6. E 21. D

7. A 22. C

8. B 23. C

9. A 24. A

10. A 25. B

11. B

12. C

13. D

14. A

15. A

30

Anda mungkin juga menyukai