PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Judul praktikum Pengendalian Limbah Industri acara 1 ini adalah Produksi
Biogas dari Limbah Industri.
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui sumber limbah industri yang potensial sebagai
bahan baku produksi biogas.
2. Mahasiswa memahami proses dan desain produksi biogas dari limbah
industri.
3. Mahasiswa mampu menghitung nilai tambah dari produksi biogas.
C. Manfaat Praktikum
1. Praktikan mengetahui sumber limbah yang potensial untuk dijadikan
bahan baku biogas.
2. Praktikan mengetahui proses pembuatan biogas.
3. Praktikan dapat menghitung nilai tambah dari produksi biogas.
BAB II
DASAR TEORI
Limbah cair dan padat yang dihasilkan dari perkotaan dan industri termasuk
pemotongan hewan, penyamakan kulit, dan lain-lain menyebabkan masalah
lingkungan yang serius. Limbah padat umumnya dikumpulkan dan dibuang di
lubang-lubang dan kemudian terbawa ke tempat pembuangan akhir sehingga
memicu dampak lingkungan primer, sekunder, dan tersier termasuk emisi gas
rumah kaca hijau untuk lingkungan. Selain itu, sumber daya yang memiliki
potensi besar untuk pembangkit energi menjadi terbuang. Lumpur yang dihasilkan
dari limbah-limbah tersebut memiliki potensi besar untuk biomethanation. Potensi
generasi biogas dari limbah padat rumah potong hewan sangat besar karena
kandungan organik tinggi tanpa zat beracun. Residu dari pabrik biogas, yang akan
kaya nutrisi, akan dikeringkan dan dapat digunakan sebagai pupuk. Dengan
demikian akan memungkinkan untuk menggunakan kedua limbah padat dan cair
dan hal ini menguntungkan untuk menghasilkan energi (Singh, 2003).
Energi berperan penting dalam hampir seluruh aktivitas manusia dan tidak
dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Pemanfaatan energi yang tidak dapat
diperbaharui secara berlebihan dapat menimbulkan masalah krisis energi. Salah
satu gejala krisis energi saat ini adalah kelangkaan bahan bakar minyak terutama
minyak tanah, bensin, dan solar, akibat terjadinya peningkatan kebutuhan setiap
tahunnya. Untuk mengurangi konsumsi energi tersebut, maka dikembangkanlah
program biogas sebagai sumber energi baru pengganti dari bahan bakar minyak
bumi (Rahayu, 2012).
Biogas adalah salah satu sumber energi terbarukan yang bisa menjawab
kebutuhan akan energi sekaligus dapat menyediakan kebutuhan hara tanah dan
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kesulitan masyarakat akibat
kenaikan harga bahan bakar minyak, teknologi ini bisa segera diaplikasikan
terutama untuk kalangan petani/peternak. Energi biogas dapat diperoleh dari air
limbah rumah tangga; kotoran cair dari peternakan ayam, sapi, babi; sampah
organik dari pasar; industri makanan dan sebagainya. Pemanfaatan energi biogas
dengan digester biogas memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas
rumah kaca, mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit,
menghasilkan panas dan daya (mekanis/listrik) serta hasil samping berupa pupuk
padat dan cair (Hozairi, 2012).
Prinsip pembuatan biogas adalah menciptakan proses fermentasi bahan
organik secara anaerobik (dalam ruang kedap udara disebut alat pencerna atau
digester). Dalam proses tersebut terjadi interaksi yang kompleks dari sejumlah
bakteri yang berbeda-beda, diantaranya bakteri Methanobacterium, dan
Methanobacillus. Adanya gas metan (CH4) dalam biogas menyebabkan biogas
dapat dibakar. Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi
gas metan tersebut. Semakin tinggi kandungan gas metan maka semakin besar
kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil
kandungan metana semakin kecil nilai kalor. (Moenir, 2011).
Produksi metana oleh bakteri metanogenik terjadi dengan baik pada kisaran
pH 5,5-8,3. Apabila pH limbah dalam reaktor anaerobik kurang dari 5,5 maka
aktivitas mikrobia dalam mendegradasi bahan organik dan mengubah menjadi
biogas kurang optimum. Oleh karena itu bila limbah yang diolah terlalu asam
maka dinaikkan dahulu pHnya dengan larutan kapur pada permukaannya saja
sampai kondisi steady state, setelah itu biasanya pH akan stabil (Wagiman, 2007).
Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa
parameter yaitu menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan
karbondioksida (CO2). Pembentukan biogas dilakukan oleh mikroba pada situasi
anaerob yang meliputi tiga tahap yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman dan
tahap metanogenik. Bakteri anaerob membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi.
Level nutrisi harus lebih dari konsentrasi optimal yang dibutuhkan oleh bakteri
metanogenik, karena apabila terjadi kekurangan nutrisi akan menjadi penghambat
bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan nutrisi dengan bahan yang sederhana
seperti glukosa, buangan industri, dan sisa tanaman terkadang diberikan dengan
tujuan untuk menambah pertumbuhan di dalam digester (Padang, 2011).
Biogas dibuat di dalam digester. Limbah kotoran ternak yang dicampur
dengan potongan-potongan kecil sisa tanaman, seperti jerami, sekam, dicampur
dengan air yang cukup banyak. Campuran tersebut selalu ditambah setiap hari dan
sesekali diaduk. Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk gas awal kurang lebih
dua minggu sampai satu bulan. Campuran yang telah diolah dikeluarkan melalui
saluran pengeluaran. Sisa dari limbah yang telah dicerna oleh bakteri metana atau
bakteri biogas, yang disebut slurry atau lumpur, memiliki kandungan hara yang
sama dengan pupuk organik yang telah matang sehingga langsung digunakan
untuk memupuk tanaman, atau jika akan disimpan atau diperjualbelikan dapat
dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dimasukkan ke dalam karung
(Abdurahman, 2008).
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara
anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang sebagian
besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida.
Gas yang terbentuk disebut gas rawa atau biogas. Proses dekomposisi anaerobik
dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik
untuk proses fermentasi adalah 30O-55O C. Pada suhu tersebut mikroorganisme
dapat bekerja secara optimal merombak bahan-bahan organik (Simamora, 2006).
Anaerobik sangat cocok untuk mengolah limbah cair yang mengandung
bahan organik kompleks seperti limbah dari industri makanan, minuman, bahan
kimia, dan obat-obatan. Bahan organik tersebut dapat didegradasi menjadi
senyawa sederhana dan stabil melalui empat tahap yaitu hidrolisis, asidogenesis,
asetogenesis, dan methanogenesis. Metana merupakan hasil akhir proses
anaerobik sehingga dapat digunakan sebagai parameter atau indikator
keberhasilan proses tersebut (Wagiman, 2014).
Biogas merupakan gas bersih yang diproduksi oleh proses dekomposisi
bahan organik yang dilakukan oleh mikroba. Tidak ada bahan kimia tambahan
maupun katalis yang digunakan dalam pembuatan biogas. Bahan bakar dari
biogas memiliki beberapa keuntungan dibandingkan bahan bakar lain, yaitu
memberikan efek positif untuk kesehatan, sanitasi, dan keamanan, memberikan
keuntungan bagi pertanian dan penggunaan lahan yang berkelanjutan karena
lumpur yang mengandung biogas merupakan nutrien yang sangat baik untuk
meningkatkan kesuburan tanah, memberikan keuntungan bagi lingkungan dengan
mengurangi penggundulan hutan sehingga secara tidak langsung akan membantu
menjaga keseimbangan ekosistem, serta memberikan keuntungan sosial karena
dalam proses pengolahan biogas memerlukan banyak tenaga kerja yang memiliki
skill tinggi sehingga masyarakat bisa mendapatkan pekerjaan dan uang dari proses
produksi biogas ini (Chhetri, 2008).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
B. Prosedur Praktikum
PROSEDUR HASIL
1. Menyiapkan limbah cair dan starter. Limbah cair dan starter siap
digunakan.
3. Memasukkan limbah cair (jika perlu limbah Limbah cair berada dalam
diencerkan terlebih dahulu) ke dalam jerigen jerigen.
(20 L) sampai volume 17,1 L.
A. Hasil Praktikum
1. Tabel data pengamatan volume biogas
Volume
Volume cairan Volume
per
NO Tanggal dalam gelas kenaikan gas Minggu
minggu
ukur (ml) (ml)
(ml)
1 Selasa, 18 Maret 2014 32,00 0,00
2 Rabu, 19 Maret 2014 33,00 1,00
Minggu ke-1
3 Kamis, 20 Maret 2014 33,50 0,50
4 Jumat, 21 Maret 2014 35,00 1,50 4,00
5 Sabtu, 22 Maret 2014 35,00 0,00
6 Minggu, 23 Maret 2014 35,50 0,50
7 Senin, 24 Maret 2014 36,00 0,50
8 Selasa, 25 Maret 2014 36,00 0,00
9 Rabu, 26 Maret 2014 36,50 0,50
Minggu ke-2
10 Kamis, 27 Maret 2014 38,00 1,50
11 Jumat, 28 Maret 2014 38,00 0,00 2,50
12 Sabtu, 29 Maret 2014 38,00 0,00
13 Minggu, 30 Maret 2014 38,50 0,50
14 Senin, 31 Maret 2014 38,50 0,00
15 Selasa, 1 April 2014 38,50 0,00
16 Rabu., 2 April 2014 39,00 0,50
Minggu ke-3
1.40
1.20
Volume gas (ml)
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Hari ke-
4.0
3.5
3.0
Volume gas (ml)
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
1 2 3 4
Minggu ke-
B. Analisa dan Pembahasan
Biogas merupakan hasil akhir dari proses anaerobik dengan komponen
utama CH4 dan CO2, H2, N2, dan gas lain seperti H2S (Wagiman, 2006).
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi
dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan
hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap
limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik (Rosdi, 2011).
Komponen yang terdapat dalam biogas ditunjukkan pada tabel berikut
(Simamora, 2006) :
mikroorganisme anaerobik
Bahan organik CH4 + CO2 + H2 + NH3 + H2S
c. Proses terakhir adalah pembentukan gas metan yang terjadi pada tahap
metanogenesis. Bakteri metanogen seperti Methanococcus,
Methanosarcina, dan Methanobacterium mengubah produk lanjutan dari
tahap pengasaman menjadi metan, karbondioksida, dan air yang
merupakan komponen penyusun biogas. Berikut adalah reaksi yang
terjadi pada tahap metanogenesis :
A. Kesimpulan
1. Sumber yang potensial sebagai bahan baku produksi biogas adalah bahan
organik seperti kotoran hewan ternak, limbah pertanian, sisa dapur, dan
sampah organik. Sumber limbah industri yang potensial untuk dijadikan
biogas adalah limbah cair industri tapioka, industri nata de coco, industri
kecap, industri tahu, dan industri pengolahan kelapa sawit.
2. Proses produksi biogas terdiri dari 3 tahap yaitu hidrolisis, asidogenesis,
dan metanogenesis. Pembentukan gas metan oleh bakteri anaeronik terjadi
pada tahapan metanogenesis.
3. Dalam waktu 27 hari, didapat volume biogas sebanyak 10,50 ml sehingga
jika dirata-rata, volume biogas per hari yang diperoleh adalah 0,39 ml.
B. Saran
Jenis starter yang digunakan berbeda untuk tiap kelompoknya agar hasil
yang didapat lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Industri Kecil dan Menengah. 2007. Pemanfaatan Limbah Menjadi Biogas.
Dalam http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-
terbarukan/bioenergy/pengolahan-limbah-tahu-menjadi-biogas/ diakses
pada 15 April 2014 pukul 18.15 WIB.
Hozairi, dkk. 2012. Pemanfaatan Kotoran Hewan Menjadi Energi Biogas Untuk
Mendukung Pertumbuhan UMKM di Kabupaten Pamekasan. Dalam
Prosiding InSINas Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat. Universitas Islam Madura. Pamekasan.
Simamora, Suhut, dkk. 2006. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak
dan Gas dari Kotoran Ternak. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Singh, Vijay P., dan Ram Narayan Yadava. 2003. Wastewater Treatment and
Waste Management. Allied Publishers Pvt. New Delhi.
Wagiman. 2007. Identifikasi Potensi Produksi Biogas dari Limbah Cair Tahu
Dengan Reaktor Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB). Dalam
Jurnal Bioteknologi, Vol 4 No.2: 41-45.
Wagiman. 2014. Modul Praktikum Pengendalian Limbah Industri Program Studi
Strata I. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Wibowo, Ari. 2013. Potensi Biogas adari Limbah Cair Kelapa Sawit. Dalam
http://test.lpp.ac.id/wordpress/potensi-biogas-dari-pengolahan-limbah-cair-kelapa-
sawit/ diakses pada 15 April 2014 pukul 19.00 WIB.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Limbah berupakan benda (Padat, Cair, Gas, B3) yang tidak diperlukan
dan dibuang, limbah pada umumnya mengandung bahan pencemar dengan
konsentrasi bervariasi. Bila dikembalikan ke alam dalam jumlah besar, limbah ini
akan terakumulasi di alam sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem Alam
Penumpukan limbah di alam menyebabkan ketidak seimbangan
ekosistem tidak dikelolah dengan baik. Pengelolahan limbah ini merupakan upaya
merencanakan melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pendaya gunaan
limbah, serta pengendalian dampak yang ditimbulkannya
Upaya pengelolahan limbah tidak mudah dan memerlukan pengetahuan
tentang limbah ( Padat, Cair, Gas, B3) unsur-unsur yang terkandung serta
penanganan limbah agar tidak mencemari lingkungan selain itu perlu
keterampilan mengelolah limbah menjadi ekonomis dan mengurang jumlah
limbah yang terbuang ke alam.
Makalah ini akan membahas tentang pengelolahan limbah dengan tata
cara yang baik dan benar. Diharapkan dengan dilaksanakan pembelajaran ini
dapat dikembangkan manajemen limbah, khususnya limbah Padat, Cair, Gas,
serta berbahaya dan beracun (B3)
B. Tujuan
Dengan adanya makalah ini mudah mudahan pembaca dapat menambah
wawasan tentang materi pengelolahan limbah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Limbah Padat
1. Penimbunan Terbuka
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode
penimbunan terbuka. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman
penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh
pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan
bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengansampah dapat
merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
2. Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi
iapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke
tanah. Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda
(plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk
mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan
sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
3. Insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu
alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume
sampah berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses
insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
listrik atau untuk pemanas ruangan.
5. Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi
bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat
menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru,
mengurangi penggunaanenergi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan
emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah
modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and
Recycle). Material-material yang dapat didaur ulang dan prosesnya diantaranya
adalah:
a. Bahan bangunan
Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan dihancurkan
denganmesin penghancur, kadang-kadang bersamaan dengan aspal, batu
bata, tanah, danbatu. Hasil yang lebih kasar bisa dipakai menjadi pelapis jalan
semacam aspal dan hasil yang lebih halus bisa dipakai untuk membuat bahan
bangunan baru semacam bata.
b. Baterai
Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang bahan
ini relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis memiliki
perhatian khusus dalam pemrosesannya. Misalnya, baterai jenis lama masih
mengandungmerkuri dan kadmium, harus ditangani secara lebih serius demi
mencegah kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia. Baterai mobil umumnya
jauh lebih mudah dan lebih murah untuk didaur ulang.
c. Barang Elektronik
Barang elektronik yang populer seperti komputer dan handphone
umumnya tidak didaur ulang karena belum jelas perhitungan manfaat
ekonominya. Material yang dapat didaur ulang dari barang elektronik misalnya
adalah logam yang terdapat pada barang elektronik tersebut
(emas, besi, baja, silikon, dan lain-lain) ataupun bagian-bagian yang masih dapat
dipakai (microchip, processor, kabel, resistor,plastik, dan lain-lain). Namun tujuan
utama dari proses daur ulang, yaitu kelestarian lingkungan, sudah jelas dapat
menjadi tujuan diterapkannya proses daur ulang pada bahan ini meski
manfaat ekonominya masih belum jelas.
d. Logam
Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak didaur ulang di
dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka dapat dipisahkan dari
sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang meliputi proses logam pada
umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil yang didapat tidak
mengurangi kualitas logam tersebut. Contoh lainnya adalah alumunium, yang
merupakan bahan daur ulang paling efisien di dunia. Namun pada umumnya,
semua jenis logam dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut,
menjadikan logam sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas.
e. Bahan Lainnya
1) Kacadapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan lain sebagainya
dibersihkan dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan bersama-sama dengan
material kaca baru. Dapat juga dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan. Sudah
ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30% material kaca
daur ulang.
2) Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas bekas yang telah
dijadikan pulp dengan material kertas baru. Namun kertas akan selalu mengalami
penurunan kualitas jika terus didaur ulang. Hal ini menjadikan kertas harus didaur
ulang dengan mencampurkannya dengan material baru, atau mendaur ulangnya
menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah.
3) Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam. Hanya saja,
terdapat berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai produk plastik
terdapat kode mengenai jenis plastik yang membentuk material tersebut sehingga
mempermudah untuk mendaur ulang. Suatu kode di kemasan yang berbentuk
segitiga 3R dengan kode angka di tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu
angka tertentu menunjukkan jenis plastik tertentu, dan kadang-kadang diikuti
dengan singkatan, misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS
untuk Polistirena, dan lain-lain, sehingga mempermudah proses daur ulang.
B. Pengelolaan Limbah Cair
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah
dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang
berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula.
Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan,
berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan
tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial.
4. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau
mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme
desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu,
atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh
mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Daya racun zat
b. Waktu kontak yang diperlukan
c. Efektivitas zat
d. Kadar dosis yang digunakan
e. Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
f. Tahan terhadap air
g. Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin
(klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).Proses
desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah
selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah
dibuang ke lingkungan.