Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN CUPRI SULFAT (CuSO4) UNTUK PENGENDALIAN

INFEKSI LINTAH LAUT (Zeylanicobdella arugamensis) PADA IKAN KERAPU


HIBRIDA CANTANG (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus)

Ketut Mahardikaa*, Indah Mastutia, Zafrana, dan Suko Ismia


a
Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan, Desa Penyabangan, Kec. Gerokgak, kab.
Buleleng, Bali, Indonesia

*Koresponden penulis: kmahardika@yahoo.com

Abstrak

Bahan kimia sering digunakan sebagai desinfektan untuk pengendalian infeksi parasit, bakteri dan jamur pada
ikan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis cupri sulfat (CuSO4) yang efektif terhadap
infeksi lintah laut (Zeylanicobdella arugamensis) pada ikan kerapu hibrida cantang (Epinephelus
fuscoguttatus x E. lanceolatus). Ikan kerapu hibrida cantang (panjang total 11,9±0,83 cm, dan berat
26,43±6,70 g) diinfeksikan dengan lintah laut melalui metode kohabitasi selama 1 bulan. Masing-masing
sebanyak 10 ekor ikan sakit direndam dengan larutan CuSO4 dalam air laut dengan dosis 0, 25, 50, 75, 100
dan 150 ppm. Sebanyak 10 ekor ikan lainnya direndam dalam air tawar sebagai pembanding. Perendaman
dilakukan selama 30 dan 60 menit dalam bak plastik dengan volume air 10 liter yang dilengkapi dengan
aerasi. Masing-masing perlakuan menggunakan dua buah bak plastik dengan 5 ekor ikan sakit/bak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa CuSO4 dosis 100 dan 150 ppm mampu melepaskan dan membunuh lintah laut
yang menginfeksi ikan kerapu hibrida cantang dengan prevalensi 30% dan intensitas mencapai 0,40±0,73-
0,30±0,50 setelah perendaman selama 30 menit. Prevalensi dan intensitas tersebut menurun hingga 0% setelah
perendaman selama 60 menit. Prevalensi dan intensitas lintah laut dengan perendaman CuSO4 dosis 100-150
ppm lebih kecil dibandingkan dengan perendaman CuSO4 dosis 25-75 ppm dan air tawar. Sintasan ikan
setelah perlakuan dan satu hari dipelihara dalam air laut mencapai 100% di semua perlakuan. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa CuSO4 dosis 100-150 ppm efektif untuk pengendalian infeksi lintah laut
pada ikan kerapu hibrida cantang dan dapat menjadi alternatif bahan kimia anti lintah laut pengganti air tawar.

Kata kunci: ikan kerapu hibrida cantang, cupri sulfat, lintah laut.

Abstract

Chemicals are often used as disinfectants for the control of parasitic, bacterial and fungal infections in cultured
fish. The objective of this study was to determine the effective dose of copper sulfate (CuSO 4) against sea
leech (Zeylanicobdella arugamensis) infection in hybrid grouper (Epinephelus fuscoguttatus x E.
lanceolatus). Hybrid grouper fish (total length 11.9 ± 0.83 cm, and weight 26.43 ± 6.70 g) were infected with
marine leeches through the cohabitation method for 1 month. Each of 10 sick fish was immersed in CuSO4
solution in sea water (33 ppt) at doses of 0, 25, 50, 75, 100 and 150 ppm. A total of 10 other fish were
immersed in fresh water as a comparison control. Immersing was carried out for 30 and 60 minutes in a plastic
tank with a volume of 10 liters of sea water with aeration. Each treatment used two plastic tanks with 5 sick
fish/tank. The results showed that CuSO4 at a dose of 100 and 150 ppm was able to remove and kill sea
leeches that infected hybrid groupers with a prevalence of 30% and an intensity of 0.40 ± 0.73 - 0.30 ± 0.50
after immersion for 30 minutes. The prevalence and intensity decreased to 0% after immersion for 60 minutes.
The prevalence and intensity of sea leeches by immersing CuSO4 at a dose of 100-150 ppm were smaller than
that of CuSO4 at a dose of 25-75 ppm and fresh water. The survival rate of fish after treatment and one day
reared in sea water reached 100% in all treatments. These results can be concluded that CuSO4 at a dose of
100-150 ppm is effective for controlling sea leech infection in hybrid groupers and can be an alternative
chemical anti-sea leech.

Keywords: Hybrid grouper, copper sulfate, sea leach.

Article history: ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id


Diterima / Received 17 May 2021
Disetujui / Accepted 24 August 2021
Diterbitkan / Published 30 November 2021
Mahardika et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.3 (2021) 646-654

PENDAHULUAN dan telur yang dihasilkan tidak berkembang


dan menetas 7.
Lintah laut (Zeylanicobdella Namun demikian, beberapa ikan kerapu
arugamensis) merupakan salah satu parasit seperti ikan kerapu sunu (Plectropomus
yang sering ditemukan menginfestasi ikan leopardus) dan ikan kerapu bebek
kerapu budidaya diperairan pantai utara Bali (Cromileptes altivelis) sangat rentan atau
1. Infestasi lintah laut ini mudah dilihat sensitif terhadap air tawar. Perendaman air
dengan kasat mata karena ukuran lintah laut tawar dalam waktu lama hingga 1 jam
muda hingga dewasa berkisar antara 4,5 – 14 menyebabkan ikan tersebut lemas dan mati.
mm 2. Siklus hidup lintah laut dari telur Oleh karena itu, perlu dicari alternatif bahan
hingga dewasa antara 17-22 hari 2, 3, 4. kimia yang mampu membunuh lintah laut dan
Siklus hidup lintah laut yang singkat dengan melepaskannya dari tubuh ikan kerapu.
kelulushidupan antara 2,7-100% 3, Kemoterapi merupakan salah satu metode
menyebabkan populasinya meningkat dengan pengendalian parasit yang efektif pada saat
cepat sehingga penanganan terhadap infestasi outbreak penyakit 8. Salah satunya adalah
lintah laut pada ikan budidaya sangat perlu penggunaan kristal tembaga sulfat pentahidrat
mendapat perhatian serius dari semua pihak. (CuSO4) atau di Indonesia lebih dikenal
Beberapa obat cacing dan bahan kimia dengan cupri sulfat telah digunakan sebagai
telah dicoba untuk membunuh lintah laut yang pengobatan terhadap infeksi parasit pada
menginfeksi ikan kerapu hibrida cantik seperti budidaya ikan hias 9. CuSO4 juga dilaporkan
albendazole, levamisole, oxfendazole, dan digunakan untuk pencegahan dan
piperazine (1.000 mg/ L), ivermectin (30-100 pengendalian infeksi parasit pada budidaya
mg/L), calcium hypochlorite (kaporit: 10.000 ikan konsumsi lainnya. Beberapa penelitian
mg/L), formalin dan klorin (200-400 mg/L,), telah menunjukkan keefektifan CuSO4
tembakau (10.000-50.000 mg/L) dalam air laut terhadap infeksi parasit ikan 8, 9, 10, 11, 12.
dan air tawar secara in vitro mampu Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan
melepaskan dan/atau membunuh lintah laut, Perikanan Republik Indonesia nomor
akan tetapi obat cacing maupun bahan kimia 52/KEPMEN-KP/2014, CuSO4 termasuk
tersebut dalam dosis tinggi bersifat toksik pada dalam katagori obat bebas terbatas, yaitu obat
ikan uji 5. Lebih jauh dilaporkan bahwa keras untuk ikan yang diberlakukan sebagai
perendaman dengan formalin dan hidrogen obat bebas untuk jenis ikan tertentu dengan
peroksida pada dosis 100-200 mg/L dalam air ketentuan disediakan dengan jumlah, aturan
tawar selama 60 menit efektif dalam dosis, bentuk sediaan dan cara pemakaian
membunuh lintah laut dan aman bagi ikan tertentu serta diberi tanda peringatan khusus.
kerapu hibrida cantik. Hasil tersebut Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menunjukkan adanya peran perendaman air mengetahui dosis cupri sulfat (CuSO4) yang
tawar dalam waktu 5-10 menit untuk efektif terhadap infeksi lintah laut (Z.
mengurangi infeksi lintah laut pada tubuh ikan. arugamensis) pada ikan kerapu hibrida cantang
Namun, infeksi ulang dapat terjadi karena 25 (Epinephelus fuscoguttatus x E. lanceolatus).
sampai 33% lintah laut dewasa dan 17 sampai
50% lintah laut muda dapat menginfeksi
kembali ikan setelah perendaman dengan air
tawar 6. Lintah laut laut dan telurnya juga
dilaporkan dapat hidup dan menetas pada
media pemeliharaan air laut sampai air payau
(5-30 ppt). Namun lintah laut tersebut akan
mati setelah 2-3 hari dipelihara dalam air tawar

647 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id


Mahardika, et al. / Journal of Fisheries and Research Vol 5 No.3 (2021) 646-654

BAHAN DAN METODE karena merupakan proses pengobatan ikan


sakit/terinfeksi lintah laut.
Lintah laut
Lintah laut (Z. arugamensis) diperbanyak Perlakuan
dengan cara mengkohabitasi ikan kerapu
hibrida cantang sakit yang terinfeksi lintah laut
dengan ikan kerapu hibrida cantang sehat
(panjang total 11,9±0,83 cm, dan berat
26,43±6,70 g). Ikan uji yang digunakan
sebelumnya diaklitimasi dalam bak fiber
selama 1 minggu. Masing-masing 10 ekor ikan
sakit dikohabitasi dengan 100 ekor ikan kerapu
hibrida cantang sehat dalam bak fiber volume
500 L (2 bak). Kohabitasi dilakukan hingga
terlihat beberapa ekor lintah laut menempel
pada tubuh ikan (3-4 minggu). Ikan-ikan
tersebut diberi pakan pellet komersial dua kali
sehari secara adlibitum. Percobaan dilakukan Gambar 1: Diagram alur perlakuan CuSO4
di Laboratorium Patologi, Balai Besar Riset Perlakuan CuSO4 dilakukan dalam dua
Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan tahap yaitu perlakuan dengan dosis rendah dan
(BBRBLPP), Desa Penyabangan, Kec. perlakuan dengan dosis tinggi (Gambar 1).
Gerokgak, Kab. Buleleng, Prop. Bali. Kedua perlakuan dilakukan pada waktu yang
berbeda.
Cupri sulfat (CuSO4) Pada perlakuan CuSO4 dosis rendah,
Serbuk biru CuSO4 teknis ditimbang masing-masing larutan CuSO4 (10, 50, 100,
sebanyak 0,25, 0,5, 0,75, 1,0 dan 1,5 gram. 200 dan 300 mg dalam 100 mL air laut)
Pemilihan dosis tersebut berdasarkan uji dimasukkan ke dalam 9,9 L air laut dalam bak
pendahuluan dengan dosis rendah yaitu 0,01, plastik sehingga dosis akhir menjadi 1, 5, 10,
0,05, 0,1, 0,2 dan 0,3 g. Masing-masing dosis 20 dan 30 ppm. Masing-masing ke dalam bak
tersebut dimasukkan dalam gelas erlenmeyer yang telah diisi larutan CuSO4 dosis rendah
(volume 200 mL) berbeda yang telah diisi air dimasukkan 4 ekor ikan uji yang terinfeksi
laut (100 mL). Larutan tersebut diaduk agar lintah laut. Perendaman ikan uji dilakukan
tercampur merata (homogen). selama 7 jam. Masing-masing perlakuan
dengan 1 ulangan bak.
Persiapan bak dan ikan uji Pada perlakuan dosis yang lebih tinggi,
Bak uji yang digunakan adalah bak plastik masing-masing larutan CuSO4 (250, 500, 750,
bulat volume 15 L. Pada uji CuSO4 dosis 1.000 dan 1.500 mg dalam 100 mL air laut)
rendah menggunakan 4 bak plastik, sedangkan dimasukkan ke dalam 9,9 L air laut dalam bak
CuSO4 dosis lebih tinggi menggunakan 14 bak plastik sehingga dosis akhir menjadi 25, 50, 75,
dari setiap uji. Setiap uji coba dilakukan dalam 100 dan 150 ppm. Untuk kontrol diisi dengan
waktu berbeda. 100 mL air laut dan perendaman air tawar
Masing-masing bak diisi dengan air laut dengan memindahkan ikan uji dari bak dengan
sebanyak 10 L yang telah melalui filter pasir 10 L air laut ke bak yang telah diisi 9,9 L air
dan dilengkapi dengan aerasi. Setiap bak diisi tawar. Masing-masing ke dalam bak yang telah
dengan 4 ekor ikan uji yang terinfeksi lintah diisi larutan CuSO4 dosis tinggi, kontrol air laut
laut (percobaan CuSO4 dosis rendah), dan dan pembanding air tawar dimasukkan 5 ekor
masing-masing 5 ekor ikan setiap bak (total 10 ikan uji yang terinfeksi lintah laut. Masing-
ekor ikan uji dalam 2 bak di setiap perlakuan masing perlakuan dengan 4 ulangan bak, dan
CuSO4 dosis tinggi dan air tawar). Tahap ini masing-masing 2 bak/perlakuan dipanen dan
tanpa melalui proses adaptasi ikan di bak plasti
648 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Mahardika, et al. / Journal of Fisheries and Research Vol 5 No.3 (2021) 646-654

dihitung intensitas lintah laut dan prevalensi (1)


Prevalensi (%) = (2) 𝑥 (100)
ikan setelah 30 menit dan 1 jam perendaman.
Intensitas lintah laut setelah perendaman
Pengamatan lintah laut dan ikan uji dengan CuSO4 dan air tawar dihitung
Pengamatan terhadap lintah laut menggunakan rumus 3 yaitu:
dilakukan dengan menghitung jumlah lintah (3)
Intensitas (individu/ekor) = (2)
laut yang masih menempel pada setiap
ikan/perlakuan. Selanjutnya ikan-ikan tersebut Sinstasan ikan dihitung setelah satu hari
ditampung dalam keranjang kecil yang pemeliharaan dengan air laut.
dilengkapi dengan gabus dan diapungkan pada
bak fiber 500 L. Lintah laut yang terlepas dari (4)
tubuh ikan dan mati atau menempel pada bak Sintasan (%) = (2) x(100)
dihitung jumlahnya di setiap bak/perlakuan. Keterangan:
Bak-bak tersebut dibilas dengan air laut bersih (1) = Jumlah ikan terinfeksi lintah laut
dan ikan uji dikembalikan ke bak tersebut serta (2) = Jumlah ikan yang diamati
dipelihara selama 1 hari untuk pengamatan (3) = Jumlah lintah laut yang menginfeksi ikan
kondisi dan sintasan ikan. (4) = Jumlah ikan hidup setelah perlakuan

Data prevalensi pada uji cupri sulfat


dosis tinggi dianalisis dengan Rancangan
Analisa data Acak Lengkap (RAL) Faktorial pada selang
Analsis yang digunakan untuk kepercayaan 95%. Apabila terdapat
mengetahui dosis cupri sulfat (CuSO4) yang perbedaan yang nyata, dilanjutkan dengan
efektif terhadap infeksi lintah laut adalah uji BNT.
dengan menghitung:
Prevalensi ikan yang masih terinfeksi HASIL DAN PEMBAHASAN
lintah laut setelah perendaman dengan CuSO4
Hasil pengamatan perendaman CuSO4
dan air tawar dihitung menggunakan rumus
dengan dosis rendah selama 7 jam seperti
13 yaitu: tertera dalam Tabel 1.

Tabel 1. Efektivitas perendaman CuSO4 dosis rendah selama 7 jam terhadap lintah laut yang
menginfeksi ikan kerapu hibrida cantang.
Waktu
Dosis CuSO4
perendaman
(jam) 1 ppm 5 ppm 10 ppm 20 ppm 30 ppm
1 100 100 100 100 100
2 100 100 100 100 100
Prevalensi lintah laut (%) 3 100 100 100 100 75
5 100 100 100 100 75
7 100 100 100 100 75
Intensitas lintah laut
7 30,0±0,04 13,5±5,26 10,0±3,65 3,3±2,06 2,0±1,63
(ind./ekor)
Jumlah lintah laut di
7 121 128 133 150 165
air/bak
Sintasan ikan (%) 24 100 100 100 100 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa prevalensi ikan walaupun telah direndam dengan CuSO4
yang terinfeksi lintah laut masih tinggi selama 7 jam. Demikian pula intensitas lintah
649 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Mahardika, et al. / Journal of Fisheries and Research Vol 5 No.3 (2021) 646-654

laut yang masih menempel dan menginfeksi Intensitas lintah laut juga terlihat menurun
ikan kerapu hibrida cantang masih terlihat, dengan bertambahnya dosis CuSO4. Intensitas
walaupun menurun seiring dengan lintah laut pada kontrol jauh lebih banyak
pertambahan dosis CuSO4. Jumlah lintah laut (12,50±16,0) dibandingkan dengan
yang terlepas dari tubuh ikan dan mengendap perendaman dengan CuSO4 dan air tawar.
di dasar bak tampak tinggi yaitu 121-165 Hal tersebut diperkuat dengan jumlah lintah
ekor/perlakuan. Hal tersebut menunjukkan laut yang terlepas dari tubuh ikan dalam
perendaman CuSO4 dosis rendah dalam waktu kondisi mati atau lemah atau hidup di dasar bak
7 jam mampu membunuh sebagian besar lintah pemeliharaan. Jumlah rata-rata lintah laut
laut (75-99%) dan tidak membuat ikan mati tersebut lebih sedikit di kelompok kontrol (4
(sintasan ikan 100%). Jika dilihat dari ekor lintah laut hidup) dibandingkan dengan
prevalensi ikan yang masih terinfeksi lintah perendaman dengan CuSO4 dosis 25-150 ppm
laut menunjukkan bahwa CuSO4 dosis 1 ppm dan air tawar yaitu antara 82-147 ekor lintah
hingga 30 ppm masih belum mampu laut dalam kondisi lemah dan mati.
melepaskan semua lintah laut dari tubuh ikan Tabel 2 juga menunjukkan bahwa kondisi
kerapu hibrida cantang. Oleh karena itu ikan kerapu hibrida cantang setelah
dilakukan penelitian lanjutan dengan dosis perendaman CuSO4 dan air tawar masih
yang lebih tinggi dan waktu yang lebih singkat. terlihat sehat dengan sintasan mencapai 100%
Hasil pengamatan perendaman CuSO4 dan pada semua perlakuan setelah satu hari
air tawar selama 30 menit menunjukkan bahwa dipelihara dalam air laut.
prevalensi dari ikan kerapu hibrida cantang Prevalensi lintah laut pada ikan kerapu
yang terinfeksi lintah laut lebih rendah hibrida cantang yang diberi perlakuan CuSO4
dibandingkan dengan kontrol (0 ppm CuSO4) dosis 100 dan 150 ppm mencapai 0% setelah
(Tabel 2). Prevalensi dari infeksi lintah laut dilakukan perendaman selama 60 menit (Tabel
pada dosis 100 dan 150 ppm dari CuSO4 lebih 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa CuSO4
rendah (30%) dibandingkan dengan dosis 50 dosis 100-150 ppm mampu melepaskan dan
dan 75 ppm (60%) serta 25 ppm dari CuSO4 membunuh semua lintah laut yang menempel
dan air tawar (80%). dan menginfeksi ikan kerapu hibrida cantang.
Sedangkan perendaman CuSO4 dosis 50 dan 75
Tabel 2. Efektivitas perendaman CuSO4 dosis ppm serta air tawar menunjukkan prevalensi
0-150 ppm dan air tawar selama 30 yang sama (50%) dan lebih tinggi
menit terhadap lintah laut yang dibandingkan dengan perendaman CuSO4
menginfeksi ikan kerapu hibrida dosis 100 dan 150 ppm. Prevalensi ikan kerapu
cantang. yang terinfeksi lintah laut pada perendaman
CuSO4 dosis 25 ppm masih terlihat paling
Lintah laut (Z. tinggi (70%), namun masih lebih rendah
Jumlah
arugamensis) Sintasan
Perlakuan
lintah
ikan dibandingkan dengan kontrol (100%).
Prevalensi Intensitas laut di
(%)
(%) (ind./ekor) bak/air
150 ppm
30 0,30±0,50 147 100
CuSO4
100 ppm
30 0,40±0,73 94 100
CuSO4
75 ppm
60 0,90±1,03 95 100
CuSO4
50 ppm
60 1,70±2,43 100 100
CuSO4
25 ppm
80 2,90±3,10 82 100
CuSO4
0 ppm
100 12,50±16,0 4 100
CuSO4
Air tawar 80 2,40±2,68 142 100

650 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id


Mahardika, et al. / Journal of Fisheries and Research Vol 5 No.3 (2021) 646-654

Tabel 3. Efektivitas perendaman CuSO4 dosis Air tawar 50 0,50±0,55 326 100
0-150 ppm dan air tawar selama 60
menit (1 jam) terhadap lintah laut
Tabel 3 juga menunjukkan bahwa
yang menginfeksi ikan kerapu hibrida
intensitas lintah laut pada perlakuan
cantang.
perendaman CuSO4 dosis 75 ppm dan air
Lintah laut (Z. tawar hampir mirip yaitu 0,70±0,50 dan
Jumlah Sintasan 0,50±0,55. Intensitas tersebut sedikit lebih
arugamensis)
Perlakuan lintah laut ikan
Prevansi Intensitas tinggi dibandingkan dengan perendaman
di bak/air (%)
(%) (Ind./ekor)
150 ppm dengan CuSO4 dosis 100 dan 150 ppm yaitu 0.
0 0 331 100
CuSO4 Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
100 ppm perendaman ikan kerapu hibrida cantang yang
0 0 270 100
CuSO4
75 ppm terinfeksi lintah laut dengan CuSO4 dosis 100
50 0,70±0,50 262 100
CuSO4 ppm dan 150 ppm selama 60 menit (1 jam)
50 ppm memberikan persen prevalensi terbaik
50 2,0±1,57 315 100
CuSO4
25 ppm (P<0,05) dibandingkan dengan perendaman
70 5,90±2,64 293 100
CuSO4 CuSO4 dosis 25 – 75 ppm dan kontrol (air laut
0 ppm tanpa penambahan CuSO4) serta air tawar
100 73,80±25,57 54 100
CuSO4
(Tabel 4). Hasil analisis tersebut menunjukkan
bahwa perendaman CuSO4 dosis 100 kelangsungan hidup ikan kakap, sunshine bass
hingga 150 ppm efektif dalam membasmi (white bass Morone chrysops x striped bass M.
infeksi lintah laut pada ikan kerapu hibrida saxatilis) hingga 87,5% selama 5 hari pasca
cantang. perlakuan. Penggunaan CuSO4 (0,55 mg/L)

Tabel 4. Hasil analisis statistik prevalensi ikan yang terinfeksi lintah laut setelah perendaman dengan
CuSO4 dosis tinggi hingga 30 dan 60 menit.
Perlakuan
CuSO4
Air tawar
150 ppm 100 ppm 75 ppm 50 ppm 25 ppm 0 ppm
Menit 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60
Prevansi
30 b 0a 30 b 0a 60 cd 50 bc 60 cd 50 bc 80 fg 70 ef 100 gh 100 gh 80 fg 50 bc
(%)

Kualitas air selama perlakuan Perlakuan Salinitas (ppt) Suhu (oC) pH


menunjukkan bahwa CuSO4 tidak 150 ppm CuSO4 33 29 6,8
mempengaruhi salinitas air dan suhu air (Tabel 100 ppm CuSO4 33 29 7,2
5). Akan tetapi peningkatan dosis CuSO4 75 ppm CuSO4 33 29 7,2
menurunkan pH air. Suhu air tawar yang
50 ppm CuSO4 33 29 7,2
digunakan dalam percobaan ini sedikit lebih
25 ppm CuSO4 33 29 7,6
rendah dibandingkan dengan suhu air laut.
Namun, pH dari air tawar sedikit lebih tinggi 0 ppm CuSO4 33 29 7,6

(pH 8) dibandingkan dengan air laut yang Air tawar 0 28 8


ditambahkan CuSO4 (pH 7,6-6,8). Penurunan
pH tersebut kemungkinan tidak berpengaruh Tembaga sulfat atau cupri sulfat (CuSO4)
karena lintah laut akan lemah dan mati jika pH merupakan bahan kimia yang relatif murah dan
air kurang dari 5 (Mahardika, unpublished bahan kimia ini sudah lama digunakan dalam
data). bidang perikanan 14. Lebih lanjut dilaporkan
bahwa penggunaan 2 mg CuSO4/L air efektif
Tabel 5. Kualitas air dari perlakuan CuSO4 dan dalam menurunkan beban parasit Ichthyobodo
air tawar.
651 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Mahardika, et al. / Journal of Fisheries and Research Vol 5 No.3 (2021) 646-654

necator dan mampu mempertahankan batas bawah dan atas yaitu pada kisaran 37,47
dilaporkan efektif dalam mengontrol hingga 44,58 ppm. Kerentanan ikan lele
kemunculan ichthyophthiriasis yang terhadap efek mematikan dari CuSO4
disebabkan oleh protozoa Ichthyophthirius tergantung pada peningkatan mortalitas ikan
multifilis pada benih ikan lele, Ictalurus dengan peningkatan konsentrasi CuSO4 yang
punctatus yang dibesarkan di tambak 9. Ikan digunakan 17. Selain dosis, fisiologis,
bandeng (Chanos chanos) dilaporkan mampu konsentrasi, dan struktur internal organisme
mentolerir CuSO4 hingga dosis 29 mg/L akuatik, karakteristik fisiokimia media air di
selama 96 jam pada suhu 29,9 °C dengan sekitarnya, seperti di akuarium, kolam, danau,
tingkat kelangsungan hidup rata-rata 95% 8. dan lautan, juga mempengaruhi pelarutan Cu
Lebih lanjut dilaporkan bahwa CuSO4 dosis 2 dan toksisitasnya. Oleh karena itu penting
mg/L selama 1 jam atau CuSO4 dosis 1 mg/L untuk memahami mekanisme toksisitas CuSO4
selama 24 jam efektif dalam mengobati parasit untuk menetapkan pedoman dan memastikan
dinoflagellata, Amyloodinium ocellatum pada penggunaan yang aman bagi organisme
benih ikan bandeng umur 24 hingga 48 hari. akuatik dan tetap aman untuk dikonsumsi
Akan tetapi pada ikan kerapu hibrida cantang manusia 18.
dengan panjang total 11,9±0,83 cm, dan berat
26,43±6,70 g memerlukan dosis CuSO4 yang KESIMPULAN
lebih tinggi (100-150 mg/L atau 100-150 ppm)
Dari hasil penelitian tersebut dapat
untuk penanggulangan infeksi lintah laut (Z.
disimpulkan bahwa perendaman CuSO4 dosis
arugamensis). Hasil tersebut menunjukkan
100-150 ppm efektif untuk melepaskan dan
bahwa efektivitas penggunaan CuSO4
membunuh lintah laut (Z. arugamensis) yang
tergantung pada patogen target
menginfeksi benih ikan kerapu hibrida
penanggulanngannya, jenis ikan, umur atau
cantang. CuSO4 dapat digunakan sebagai
berat ikan, konsentrasi CuSO4 dan durasi
bahan kimia alternatif pengganti air tawar
pemakaiannya.
maupun bahan kimia lainnya untuk
Perendaman 0,2 mg cupri atau tembaga
+ penanggulangan infeksi lintah laut pada
(Cu ) selama 96 jam dilaporkan bersifat toksik
budidaya ikan kerapu.
terhadap dinding tubuh lintah (Hirudo verbana
Namun demikian perlu dilakukan
Carena, 1820). Paparan Cu+ dapat merusak
penelitian lebih lanjut mengenai efek toksik
serat otot lintah, penurunan sel epitel dan sel
dari penggunaan CuSO4 terhadap pertumbuhan
fibroblast, penurunan lipatan kutikula dan
dan kesehatan ikan kerapu jika digunakan
ondula tubuh, serta memperpendek mikrovili
dengan konsentrasi tinggi dan durasi yang lama
yang tersebar di permukaan tubuh lintah 15. secara berulang.
Rusaknya sel-sel tubuh kemungkinan
menyebabkan lintah menjadi lemah dan
terlepas dari tubuh ikan. Lintah tersebut Ucapan Terimakasih
sebagian besar menjadi mati dan yang lainnya
hidup lemah di dasar bak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
CuSO4 selain memiliki efek toksik teknisi litkayasa Laboratorium Patologi
terhadap lintah, juga memiliki efek toksik BBRBLPP yang telah membantu dalam
terhadap ikan jika penggunaannya tidak penelitian ini.
terkontrol. Toksisitas dari CuSO4 dilaporkan
tergantung dari ukuran ikan dan suhu air. DAFTAR PUSATAKA
Toksisitas dari CuSO4 akan menurun seiring 1 K. Mahardika, I. Mastuti, D. Roza, D.
dengan pertambahan ukuran ikan dan Syahidah, W.W. Astuti, S. Ismi, &
penurunan suhu air 16. Dosis toksik dari Zafran. “Pemantauan insidensi penyakit
CuSO4 pada ikan lele (Clarias gariepinus) pada ikan kerapu dan kakap di hatchery
dengan ukuran berat 98,43 ± 24,09 g dan dan keramba jaring apung di bali utara”.
panjang 20,5 ± 2,5 cm dilaporkan memiliki
652 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Mahardika, et al. / Journal of Fisheries and Research Vol 5 No.3 (2021) 646-654

Jurnal Riset Akuakultur, 15(2), 89-102, chanos) fry”. AACL Bioflux, 10(2), 365-
2020 371, 2017
2 B.C. Kua, M.A. Azmi, & N.K.A. Hamid, 9 D.L. Straus. “Comparison of copper sulfate
“Life cycle of the marine leech concentrations to control
(Zeylanicobdella arugamensis) isolated ichthyophthiriasis in fingerling channel
from sea bass (Lates calcarifer) under catfish”. Journal of Applied
laboratory conditions”. Aquaculture, Aquaculture, 20(4), 272-284, 2008
302, 153–157, 2010.
10 D.L. Straus, M.M. Hossain, & T.G.
3 K. Mahardika, I. Mastuti, Sudewi, & Clark. “Copper sulfate toxicity to
Zafran, “Identification and life cycle of two isolates of Ichthyophthirius
marine leech isolated from cultured multifiliis relative to alkalinity”.
hybrid grouper in the Northern Bali Diseases of Aquatic Organisms, 83,
water of Indonesia”. Indonesian
31-36, 2009
Aquaculture Journal, 13(1), 41-49, 2018
11 B.D. Farmer, D.L. Straus, B.H. Beck, A.J.
4 Murwantoko, S.L.C. Negoro, A.
Mitchell, D. Freeman, & T. Meinelt.
Isnansetyo, & Zafran, “Life cycle of
“Effectiveness of copper sulphate,
marine leech (Zeylanicobdela
potassium permanganate and peracetic
arugamensis) from cultured cantik
acid to reduce mortality and infestation
hybrid grouper (Ephinephelus sp.) and
of Ichthyobodo necator in channel
their susceptibility against chemicals”.
catfish Ictalurus punctatus (Rafinesque
Aquacultura Indonesia, 18(2), 72-76,
1818)”. Aquaculture Research, 44,
2017.
1103-1109, 2013
5 K. Mahardika, I. Mastuti, A. Muzaki, &
12 B.D. Farmer, D.L. Straus, A.J. Mitchell,
Zafran. “Efektivitas beberapa bahan
B.H. Beck, S.A. Fuller, & L. M. Barnett.
kimia terhadap cocoon dan lintah laut
“Comparative effects of copper sulfate
laut hirudinea (Zeylanicobdella
or potassium permanganate on channel
arugamensis)”. Jurnal Riset Akuakultur,
catfish concurrently infected with
14(1), 29-38, 2019.
Flavobacterium columnare and
6 K.B. Chu, M.N.A. Malek, & H.C. Kok. Ichthyobodo necator”. Journal of
“Reoccurrence of marine leech Applied Aquaculture, 26, 71-83, 2014
Zeylanicobdella Argumensis, a marine
13 S.B.M. Sembiring, G.S. Wibawa, K.
fish parasite following a freshwater
Mahardika, Z. Widiastuti, & Haryanti.
bath”. Biomedical Journal of Scientific
“Prevalensi infeksi penyakit viral
& Technical Research, 2(4), 16881-
nervous necrosis (VNN) dan iridovirus
16884, 2019
pada budidaya ikan laut”. Media
7. K. Mahardika, I. Mastuti, & Zafran. Akuakultur, 13(1), 1-9, 2018
“Respon lintah laut laut
14 A.J. Mitchell, A. Darwish, & A. Fuller.
(Zeylanicobdella arugamensis) terhadap
“Comparison of tank treatments with
salinitas berbeda secara laboratorium”.
copper sulfate and potassium
Journal of Fisheries and Marine
permanganate for sunshine bass with
Research, 2(3), 208-214, 2018.
ichthyobodosis”. Journal of Aquatic
8 J.C. Virgula, E.R. Cruz-Lacierda, E.G. Animal Health, 20, 202-206, 2008
Estante, & V.L. Corre Jr. “Copper
15 M. Kutlu, M. Tanatmış, A. İşcan, N.
sulfate as treatment for the ectoparasite
Ertorun, & M. Çalım. “Effect of copper
Amyloodinium ocellatum
on the body wall structures of the
(Dinoflagellida) on milkfish (Chanos
medicinal leech Hirudo verbana Carena,
653 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Mahardika, et al. / Journal of Fisheries and Research Vol 5 No.3 (2021) 646-654

1820”. Fresenius Environmental copper to Clarias gariepinus”.


Bulletin, 19(6), 1186-1190, 2010 International Journal of Advance
Research in Science and Engineering,
16 T. Furuta, N. Iwata, & K. Kikuchi.
7(4), 1011-1018, 2018
“Effects of fish size and water
temperature on the acute toxicity of 18 N. Malhotra, T.-R. Ger, B. Uapipatanakul,
copper for Japanese flounder, J.-C. Huang, K.H.-C. Chen, & C.-D.
Paralichthys olivaceus, and red sea Hsiao. “Review of Copper and Copper
bream, Pagrus major”. Journal of the Nanoparticle Toxicity in Fish”.
World Aquaculture Society, 39(6), 766- Nanomaterials, 10(1126), 1-28, 2020
773, 2008
17 A.A. Wani, J. Malik, & S.M. Zuber.
“Determination of lethal toxicity of

654 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai