BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1. Latar Belakang kegiatan................................................................................4
1.2. Rumusan masalah kegiatan...........................................................................5
1.3. Tujuan kegiatan.............................................................................................5
BAB V KESIMPULAN..................................................................................................28
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam mencapai tahapan distribusi pada air bersih khususnya pada air
minum dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak berbasis
EPANET 2.0. EPANET 2.0 merupakan sebuah program bersifat servis
lingkungan (Environmental service) atau ENVIS yang dapat mensimulasikan
sistem distribusi air bersih terutama air minum pada suatu wilayah tertentu dengan
output yang nantinya dapat dianalisa kembali. Terkait data yang dibutuhkan
biasanya meliputi sebagian besar data pipa, data simpangan (junction), data
kecepatan aliran, data debit, dan pressure (tekanan).Data penguat distribusi air
bersih dapat ditambahkan berupa data pelanggan yang dapat dilihat dari data
sekunder yang berasal dari PDAM wilayah.
Berdasarkan dari penjabaran yang telah dijelaskan secara khusus adapun
kegiatan ini bertujuan untuk megidentifikasi serta sebagai simulasi jaringan
distribusi air minum terutama dalam memetakan pola sebaran tekanan pada
jaringan distribusi.
2
BAB II
LANDASAN TEORI PENDUKUNG KEGIATAN
3
(dua) sistem jaringan distribusi yang sering digunakan, yaitu jaringan
terbuka dan jaringan tertutup.
a. Jaringan terbuka
Jaringan terbuka merupakan jaringan pipa dimana air mengalir
pada satu arah yang penyalurannya menggunakan jalur pipa utama
(tidak saling terhubung).
b. Jaringan tertutup
Jaringan tertutup merupakan jaringan pipa dimana air akan
mengalir melalui beberapa jalur pipa utama sehingga konsumen
disuplai dari beberapa jalur pipa yang ada (saling terhubung)
(Supardi, dkk., 2016).
4
dapat menjangkau seluruh tempat seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.2.
3. Sistem melingkar
Pada sistem ini, terdapat loop yang berfungsi sebagai penambah
tekanan pada daerah pelayanan. Pipa distribusi sistem melingkar
ditunjukkan pada Gambar 2.3.
5
mempengaruhi faktor jam puncak terhadap debit rata-rata sebagai pendekatan
perencanaan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Adapun ukuran diameter pipa
distribusi dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1. Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan Jaringan Pipa Distribusi
Pipa distribusi Pipa distribusi Pipa distribusi
Faktor
utama pembawa pembagi
h1 = hf + hm
Dimana:
h1 = Kehilangan tinggi total (m)
hf = Kehilangan tinggi karena tahanan oleh permukaan pipa (m)
6
h1 = kehilangan tekanan (m)
Major losses
Menurut Maukari, dkk. (2016), untuk mengetahui kehilangan
energi yang disebabkan karena gesekan dengan dinding atau major losses
pada aliran seragam dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
Hazen William berikut ini:
Dimana:
7
2.5. Software EPANET 2.0
Menurut Rossman (2000), EPANET 2.0 merupakan sebuah
program yang dikembangkan oleh U.S. Environmental Protection Agency
(EPA) pada jaringan komputer. EPANET 2.0 memiliki berbagai macam
keunggulan dalam proses menganalisis jaringan distribusi seperti halnya
laju aliran dengan menggunakan metode linear, dan kehilangan tekanan
akibat gesekan dihitung dengan menggunakan rumus Hazen William,
Darcy-Weisbach, dan Manning. EPANET 2.0 juga mampu
mensimulasikan bagaimana kualitas air di dalam jaringan pipa bertekanan
dan melakukan simulasi dengan sistem hidrolik. Menurut Ramana, dkk.
(2015), mempertimbangkan minor losses, menduplikasi variasi tuntutan
dari waktu ke waktu serta menyelesaikan pola permintaan yang
berbeda untuk setiap node merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
software EPANET 2.0.
Berikut penjelasan persamaan Hazen William, Darcy-Weisbach,
dan Manning yang digunakan di dalam perhitungan kehilangan tekanan
akibat gesekan.
1. Darcy-Weisbach
Dimana:
hf = Kehilangan energi oleh tahanan permukaan pipa (m)
f = Koefisien tahanan permukaan pipa atau dikenal dengan Darcy–
Weisbach
L = Panjang pipa (m)
d = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/dtk)
8
g = Percepatan gravitasi (m/dtk2)
9
2. Maning
Dimana:
n = koefisien manning
S = slope/kemiringan
hl = headloss
10
8. Spesifikasi pompa (bila menggunakan pompa)
9. Beban masing-masing node
10. Faktor fluktuasi pemakaian air
Adapun output data yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Peta eksisting jaringan distribusi air
2. Hidrolik head masing-masing titik
3. Tekanan dan kualitas air
11
BAB III
METODOLOGI KEGIATAN SIMULASI ATAU RANCANGAN
12
3.1.1. Studi literatur
Pada tahapan ini kegiatan simulasi akan dilakukan berdasarkan dari studi
literatur yang diperoleh untuk mempelajari apa saja yang berhubungan pada
kegiatan yang akan dilakukan. Studi ini meliputi menjadi sistem kerja aplikasi
EPANET 2.0 yang akan digunakan, dan bagaimana cara mensimulasikan kegiatan
yang telah diperoleh dengan aplikasi tersebut. Studi ini meliputi dengan membaca
referensi terkait seperti jurnal, buku, laporan, atau artikel yang memiliki
keterkaitan terkait kegiatan yang sedang disimulasikan.
3.1.2. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan dan pengolahan data merupakan kegiatan mengumpulkan
data terkait yang akan dilakukan. Setelah data tersebut telah dikumpulkan
kemudian data tersebut diolah sampai diperoleh hasil yang sesuai dengan yang
telah direncanakan. Pengumpulan data pada kegiatan ini meliputi:
1. Data Panjang Pipa (dengan penggunaan pipa PVC)
2. Data diameter pipa
3. Data kecepatan aliran
4. Data Base Demand (Kebutuhan Air)
5. Debit air
5. rugi aliran pipa (headloss)
13
3.4. Analisis Data
Analisis data pada kegiatan simulasi yaitu dengan melakukan simulasi
distribusi jaringan distribusi air bersih. Simulasi ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan aplikasi EPANET 2.0. Data-data pendukung yang sudah
dihasilkan tadi akan disimulasikan menggunakan software EPANET 2.0 untuk
merencanakan bagaimana jenis pipa, diameter pipa, panjang pipa, kecepatan
aliran di pipa, rugi aliran di pipa, dan pressure (tekanan) yang dihasilkan.
1). Pipa
Perencanaan distribusi air bersih dirancang mengikuti jalanan yang ada dan
sesuai perencanaan dengan menggunakan jenis pipa PVC. Nilai C pada pipa PVC
berdasarkan standar koofisien pipa yaitu 120. Terkait ukuran diameter pipa
disesuaikan dengan keadaan di lapangan serta juga dengan mempertimbangkan
pada kecepatan dan headloss yang dihasilkan menggunakan software EPANET
2.0.
2). Satuan dan formula Software EPANET 2.0.
Sebelum membuat jaringan distribusi dengan software EPANET 2.0, terlebih
dahulu menyamakan ukuran satuan dan debit dengan tujuan supaya hasil simulasi
yang telah dibuat terkait kecepatan aliran, headloss, dan pressure yang dihasilkan
sesuai dengan kriteria desain. Simulasi yang akan digunakan yaitu dengan
menggunakan satuan Flow Unit (CFS/ Cubic Per Second) serta pada bagian
formula headloss yang akan digunakan yaitu formula Hazzen William.
14
BAB IV
KASUS DAN SIMULASI BERBASIS APLIKASI EPANET 2.0.
15
4.2. Perencanaan Distribusi Air Bersih
Perencanaan jaringan distribusi air bersih di Kecamatan Manggeng dan
Kecamatan Lembah Sabil menggunakan software EPANET 2.0. EPANET 2.0
merupakan sebuah program yang mampu mensimulasikan jaringan distribusi
dengan baik yang mana didalamnya terdiri dari titik/node/junction, pipa, pompa,
valve, dan reservoir baik ground reservoir maupun elevated reservoir. Simulasi
jaringan menggunakan software EPANET 2.0 ini berguna untuk mengetahui
berhasil atau tidaknya kondisi jaringan yang direncanakan. Sehingga kesimpulan
terkait hasil sebuah perencanaan jaringan perpipaan menjadi tepat guna. jaringan
perpipaan tersebut dapat dikatakan berhasil jika memenuhi beberapa syarat
berikut:
1. Tekanan sisa di tiap-tiap titik sampul (junction) minimum 1- 8 atm.
2. Kemiringan garis headloss tidak lebih dari 15 m/km dengan menggunakan
sistem pengaliran gravitasi (Abdi, 2021).
4.2.1. Tahapan simulasi Perencanaan distribusi
Tahapan perencanaan jaringan distribusi menggunakan Software EPANET
2.0 Ada beberapa tahapan yang dilakukan pada saat mesimulasikan jaringan
distribusi menggunakan software EPANET 2.0. Tahapan ini perlu dilakukan
sebaik mungkin agar jaringan yang dihasilkan dapat berjalan dengan lancar.
16
Adapun tahapan perencanaan jaringan distribusi air menggunakan software
EPANET 2.0 dapat dilihat sebagai berikut:
1. Menjalankan software EPANET 2.0.
2. Setelah muncul software EPANET 2.0, masukkan map atau pemetaan
perencanaan yang akan dilakukan untuk menjalankan jaringan distribusi.
3. Sebelum membuat suatu jaringan, terlebih dahulu menyamakan satuan debit
dan penentuan rumus headloss yang akan digunakan. Pada penelitian ini
satuan debit menggunakan CFS (Cubic per Feet Second) dan rumus headloss
menggunakan rumus Hazzen-William.
4. Menggambarkan jaringan distribusi yang akan direncanakan serta masukkan
input data yaitu berupa reservoir, junction, pipa, tangki air dan kurva pompa.
5. Melakukan eksekusi program atau jalankan (run) analisis hidrolis atau
kualitas air.
6. Hasil dari analisis berupa gambaran visual, unit headloss, pressure dan
sebagainya.
4.2.2. Input nilai pada objek
Proses simulasi jaringan dengan EPANET 2.0 ini membutuhkan beberapa
input data yang harus dipenuhi agar output data yang dihasilkan sesuai dengan apa
yang diharapkan. Input data yang dibutuhkan software EPANET 2.0 pada
perencanaan jaringan ini yaitu reservoir, junction, dan pipa. Input data bertujuan
untuk memudahkan proses analisis, evaluasi, dan simulasi jaringan distribusi air.
1) Dimension atau map unit, Default, Serta Project (lembar kerja)
Dimension atau map unit merupakan bagian dari tahap perencanaan yang
bertujuan untuk mengetahui satuan pada perencanaan pada map yang akan
digunakan. Satuan yang digunakan untuk perencanaan yaitu feet. Defaults
merupakan keterangan yang berisi tentang unit yang akan digunakan yang
memuat keterangan label yang akan digunakan untuk mensimulasikan seperti
untuk membuat pipa akan diberi label PI, reservoir diberi nama (RE) dan
sebagainya. Project atau lembar kerja dibuat supaya pada saat simulasi data yang
akan dibuat dapat disimpan dengan aman nantinya. Hal ini dapat dilakukan
sebagai berikut:
17
Mengisi Dimensi: klik view >> Dimensions
18
Mengisi data Project (lembar kerja): klik Project>> Defaults
(1) (2)
(3)
Gambar 4.1. Tools Input pada nilai objek.
2) Tangki
Tangki merupakan node yang menggambarkan sumber eksternal yang terus
menerus mengalir ke jaringan tanpa batas. Tangki ini biasanya disimbolkan
19
dengan ( ) biasanya digunakan untuk menggambarkan bangunan
penyimpanan air. Input utama dari node ini adalah nilai total head yang
bagiannya meliputi elevasi kemudian dijumlahkan dengan tekanan sumber air
apabila sumber air bertekanan. Adapun contoh tampilan propertis Tangki dapat
kita lihat pada Gambar 4.2.
3) Sambungan
Sambungan (Junction) adalah titik yang merupakan pertemuan masing-
masing pipa dan nantinya akan menghubungkan setiap ujung pipa. Sambungan
(Junction) biasanya disimbulkan ( ) dan Input utama dari node ini adalah
koordinat dari titik penghubung pipa dan permintaan kebutuhan air di titik ini.
Adapun contoh tampilan properties sambungan (Junction) dapat kita lihat pada
Gambar 4.3.
20
Gambar 4.3. Tampilan Propertis Tangki.
4) Pipa
Pipa yang disimbolkan dengan ( ) merupakan penghubung yang
membawa air dari satu titik ke titik lainnya dalam jaringan. Pada software
EPANET 2.0, pipa diasumsikan selalu terisi penuh pada setiap waktunya. Input
data pada pipa berupa awal dan akhirnya titik, diameter, panjang dan koefisien
kekasaran pipa. Adapun contoh tampilan properties pipa dapat kita lihat pada
Gambar 4.4.
21
jaringan dapat dilakukan dengan memilih ikon run ( ) pada toolbar. Adapun
eksekusi yang dilakukan pada software EPANET 2.0 dapat kita lihat pada Gambar
4.5.
22
Gambar 4.6. Simulasi pipa dengan aplikasi EPANET 2.0.
23
Dari simulasi pada perpipaan yang dilakukan dengan software EPANET
2.0 didapatkan beberapa hasil sebagai berikut:
Jaringan distribusi air bersih mengikuti arahan sesuai dengan kasus yang telah
dijelaskan pada pembahasan 4.1. dengan mengikuti jalanan yang ada dengan
menggunakan jenis pipa PVC. Nilai C terhadap pipa PVC yang digunakan
yaitu 120 dan koofisien kekasaran pipa Hazen William adalah 120. Panjang
yang digunakan pada pipa yaitu seragam 50 ft. Diameter pipa yang digunakan
pada simulasi ini yaitu dari range 8-12 inchi.
Untuk kecepatan aliran di dalam pipa kecepatan aliran paling tinggi berada
pada pipa 1 dan pipa 4 yaitu sebesar 5.09 dan 3.68 fps (feet per second).
Kecepatan aliran terendah terdapat pada pipa 11. Pada pipa 11 nilai kecepatan
aliran yang dihasilkan 0.26 fps.
Secara umum kehilangan energi (headloss) tertinggi berada pada pipa 1 yaitu
8,69 ft/kt, dan headloss terendah berada pada pipa 7 sebesar 0,13 ft/kt, nilai
tersebut masih berada pada kisaran yang memenuhi syarat dari headloss
Hazzen-William yaitu berkisar antara 0-10 m/km.
24
Gambar 4.7. Simulasi Junction dengan aplikasi EPANET 2.0.
25
force per square inch), sedangkan tekanan minimum terjadi pada junction 17 (titik
sampul terjauh) yaitu sebesar 181,49 psi .
BAB V
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil simulasi yang telah dilakukan dengan
menggunakan Aplikasi EPANET 2.0 diperoleh hasil yaitu:
26
DAFTAR PUSTAKA
Riduan, R., Firmansyah, M., & Fadhilah, S. (2017). Evaluasi Tekanan Jaringan
Distribusi Zona Air Minum Prima (Zamp) Pdam Intan Banjar Menggunakan
Epanet 2.0. Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan), 3(1), 12–20.
https://doi.org/10.20527/jukung.v3i1.3195.
Selintung, M., Hatta, M., P., Sudirman. (2012). Analisa Pipa Jaringan Distribusi
Air Bersih Di Kabupaten Maros Dengan Menggunakan Software Epanet
2.0. Jurnal Tugas Akhir, No 1, Vol 1.
27
28