Anda di halaman 1dari 32

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1. Latar Belakang kegiatan................................................................................4
1.2. Rumusan masalah kegiatan...........................................................................5
1.3. Tujuan kegiatan.............................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI PENDUKUNG KEGIATAN..........................................6


2.1. Sistem perpipaan...........................................................................................6
2.2. Sistem pipa distribusi....................................................................................7
2.3. Diameter Pipa Distribusi...............................................................................8
2.4. Kehilangan Energi Pada Pipa........................................................................9
2.5. Software EPANET 2.0................................................................................11

BAB III METODOLOGI KEGIATAN SIMULASI ATAU RANCANGAN.............14


3.1. Tahapan kegiatan.........................................................................................14
3.1.1. Studi literatur..................................................................................................15
3.1.2. Pengumpulan dan Pengolahan Data................................................................15
3.2. Instrumen Pendukung Kegiatan..................................................................15
3.3. Tahapan Kegiatan........................................................................................15
3.4. Analisis Data...............................................................................................16

BAB IV KASUS DAN SIMULASI BERBASIS APLIKASI EPANET 2.0.................17


4.1. Kasus dan Tahapan Simulasi Perencanaan Distribusi Air Bersih...............17
4.2. Perencanaan Distribusi Air Bersih..............................................................18
4.2.1. Tahapan simulasi Perencanaan distribusi.......................................................18
4.2.2. Input nilai pada objek.....................................................................................19
4.2.3. Simulasi atau Eksekusi Jaringan distribusi dengan EPANET 2.0...................23

BAB V KESIMPULAN..................................................................................................28

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1. Pipa distribusi sistem percabangan..............................................................8


Gambar 2.2. Pipa distribusi sistem grid iron....................................................................9
Gambar 2.3. Pipa distribusi sistem melingkar..................................................................9
Gambar 2.4. Komponen fisik pada sistem jaringan distribusi air....................................14

Gambar 3 1. Diagram Kegiatan SImulasi.......................................................................15

Gambar 4.1. Tools Input pada nilai objek.......................................................................23


Gambar 4.2. Tampilan Propertis Tangki.........................................................................24
Gambar 4.3. Tampilan Propertis Tangki.........................................................................24
Gambar 4.4. Tampilan Propertis Pipa.............................................................................25
Gambar 4.5. Simulasi hasil distribusi dengan aplikasi EPANET 2.0..............................26
Gambar 4.6. Simulasi pipa dengan aplikasi EPANET 2.0..............................................26
Gambar 4.7. Simulasi Junction dengan aplikasi EPANET 2.0........................................28

ii
DAFTAR TABEL

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang kegiatan


Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan akan penduduk kian lama kian
menigkat, mengingat pertumbuhan penduduk berbanding lurus atau sejalan
dengan kebutuhan air. Saat ini, kebutuhan air merupakan hal yang krusia bagi
makhluk hidup, terutama terhadap manusia yang memiliki akses akan air.
Ketersediaan dan pemenuhan akan kebutuhan air merupakan bagian hak
dasar manusia yang harus terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya
terhadap akses air bersih, Upaya pemenuhan akan air bersih dapat dilakukan
dengan berbagai langkah, langkah tersebut dapat disesuaikan dengan fasilitas
penunjang yang memadai (Diyanti dan Supomo, 2021; R., Sahbar, 2017). Salah
satu akses bersih yang menjadi skala prioritas yaitu air minum, air minum
merupakan salah satu air yang berasal dari rangkaian proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang telah memenuhi standar yang telah ditetapkan yang
sifatnya dapat langsung dikonsumsi atau minum.
Penyelenggara yang dapat menyediakan ketersediaan air minum
khususnya di Indonesia yaitu melalui sistem perpipaan yang dikelola secara
langsung oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dan sistem non perpipaan
biasanya dikelola oleh masyarakat secara mandiri (Diyanti and Supomo,
2021;Selintung, 2012). Pengaliran air secara perpipaan yang dikelola oleh PDAM
dilaksanakan dengan mengambil air baku sebagai air yang akan diolah menjadi air
minum yaitu dapat dilakukan melalui intake dan mengalami tahap pengolahan
sampai terdistribusi kepada masyarakat. Sistem distribusi air minum dimulai dari
reservoir distribusi, menara distribusi atau pompa distribusi dalam rangka
penyediaan air minum yang telah diolah ke titik pemakai air terkhususnya pada
daerah pelayanan, sehingga yang melingkupi didalamnya dengan pelibatan pipa,
valve, hydrant, washout, meter air, reservoir pelayanan dan lain sebagainya yang
dapat membantu dalam mengalirkan aliran yang terdapat dalam jaringan pipa
(Riduan, Firmansyah dan Fadhilah, 2017; Suyitno, 2008).

1
Dalam mencapai tahapan distribusi pada air bersih khususnya pada air
minum dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak berbasis
EPANET 2.0. EPANET 2.0 merupakan sebuah program bersifat servis
lingkungan (Environmental service) atau ENVIS yang dapat mensimulasikan
sistem distribusi air bersih terutama air minum pada suatu wilayah tertentu dengan
output yang nantinya dapat dianalisa kembali. Terkait data yang dibutuhkan
biasanya meliputi sebagian besar data pipa, data simpangan (junction), data
kecepatan aliran, data debit, dan pressure (tekanan).Data penguat distribusi air
bersih dapat ditambahkan berupa data pelanggan yang dapat dilihat dari data
sekunder yang berasal dari PDAM wilayah.
Berdasarkan dari penjabaran yang telah dijelaskan secara khusus adapun
kegiatan ini bertujuan untuk megidentifikasi serta sebagai simulasi jaringan
distribusi air minum terutama dalam memetakan pola sebaran tekanan pada
jaringan distribusi.

1.2. Rumusan masalah kegiatan


Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan, adapun rumusan
masalah pada kegiatan ini dilakukan yaitu bagaimana cara melakukan analisis
jaringan pipa air minum dengan menggunakan program EPANET 2.0.

1.3. Tujuan kegiatan


Berdasarkan dari latar belakang serta dari rumusan masalah yang telah
dilampirkan, tujuan dari kegiatan yaitu dapat mensimulasikan sistem jaringan
distribusi air bersih dengan keterlibatan pipa yang telah tersedia dengan
menggunakan program EPANET 2.0.

2
BAB II
LANDASAN TEORI PENDUKUNG KEGIATAN

2.1. Sistem perpipaan


Pipa digunakan sebagai alat perlengkapan utama dalam
mendistribusikan air ke masyarakat pada sistem perpipaan. Sambungan
Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU) dibutuhkan sebagai unit pelayanan
dalam sistem perpipaan (Rosadi, 2017). Untuk mendistribusikan air
menggunakan sistem perpipaan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya keadaan topografi, lokasi sumber air baku, beda tinggi daerah
pengaliran atau daerah layanan. Menurut Supardi, dkk. (2016), Sistem
pengaliran terdiri dari:
1. Pengaliran gravitasi
Sistem pengaliran ini digunakan pada suatu daerah yang sumber
airnya memiliki elevasi yang lebih tinggi dari pada daerah pelayanan
sehingga dapat menghasilkan tekanan yang tinggi agar dapat mengalirkan
air tanpa menggunkan pompa. Jika dilihat dari segi ekonomi, sistem ini
relatif cukup menghemat biaya karena proses pengaliran air yang
dilakukan tidak memerlukan pemompaan namun hanya memanfaatkan
kondisi ketinggian dari sumber air.
2. Pengaliran pemompaan dengan elevated reservoir
Sistem pengaliran ini dilakukan dengan bantuan pompa untuk bisa
memasukkan air kedalam reservoir yang memiliki elevasi yang lebih
tinggi dari daerah pelayanan. Apabila air sudah dipompa ke reservoir,
maka air tersebut akan didistribusikan dengan memanfaatkan tekanan
akibat elevasi reservoir yang lebih tinggi dari daerah pelayanannya
(Supardi, dkk., 2016).
3. Pengaliran pemompaan langsung
Sistem pengaliran ini dilakukan dengan pengoptimalan kinerja
pompa air yang disesuaikan dengan tingkat tekanan minimum, agar air
bisa didistribusikan ke daerah pelayanan. Adapun rangkaian pipa untuk
mendistribusikan air bersih disebut jaringan pipa. Pada umumnya ada 2

3
(dua) sistem jaringan distribusi yang sering digunakan, yaitu jaringan
terbuka dan jaringan tertutup.
a. Jaringan terbuka
Jaringan terbuka merupakan jaringan pipa dimana air mengalir
pada satu arah yang penyalurannya menggunakan jalur pipa utama
(tidak saling terhubung).
b. Jaringan tertutup
Jaringan tertutup merupakan jaringan pipa dimana air akan
mengalir melalui beberapa jalur pipa utama sehingga konsumen
disuplai dari beberapa jalur pipa yang ada (saling terhubung)
(Supardi, dkk., 2016).

2.2. Sistem pipa distribusi


Menurut Ermawati (2018), terdapat 3 (tiga) metode dalam jaringan
pipa secara umum, antara lain sebagai berikut:
1. Sistem cabang
Pada sistem ini, mempunyai bentuk jaringan seperti pohon dengan
cabang- cabangnya sebagai pipa utama dan pipa sekunder yang
dihubungkan langsung dengan gedung seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.1.

Gambar 2 1. Pipa distribusi sistem percabangan

(Sumber: Ermawati, 2018)

2. Sistem grid iron


Pada sistem ini, semua jaringan tersambung sehingga air

4
dapat menjangkau seluruh tempat seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Pipa distribusi sistem grid iron


(Sumber: Ermawati, 2018)

3. Sistem melingkar
Pada sistem ini, terdapat loop yang berfungsi sebagai penambah
tekanan pada daerah pelayanan. Pipa distribusi sistem melingkar
ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Pipa distribusi sistem melingkar

(Sumber: Ermawati, 2018)

2.3. Diameter Pipa Distribusi


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007
tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
umumnya aliran yang terjadi pada saat jam puncak dengan sisa tekanan
minimum yang ada pada jalur distribusi dapat mempengaruhi ukuran diameter
pipa pada jaringan. Selain itu, Jumlah penduduk wilayah terlayani juga bisa

5
mempengaruhi faktor jam puncak terhadap debit rata-rata sebagai pendekatan
perencanaan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Adapun ukuran diameter pipa
distribusi dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.1. Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan Jaringan Pipa Distribusi
Pipa distribusi Pipa distribusi Pipa distribusi
Faktor
utama pembawa pembagi

Jam puncak 1,15-1,7 2 3


Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Tabel 2.2. Ukuran Diameter Pipa Distribusi

Pipa Pipa Pipa


Cakupan Pipa
Distribusi Distribusi Distribusi
Sistem Pelayanan
Utama Pembawa Pembagi
Sistem
≥ 100 mm 75 – 100 mm 75 mm 50 mm
Kecamatan
Sistem Kota ≥ 150 mm 100 – 150 mm 75 – 100 mm 50 – 75 mm
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

2.4. Kehilangan Energi Pada Pipa


Menurut Maukari, dkk. (2016), kehilangan energi dalam pipa atau
head
losses terdiri dari major losses dan minor losses persamaannya adalah:

h1 = hf + hm

Dimana:
h1 = Kehilangan tinggi total (m)
hf = Kehilangan tinggi karena tahanan oleh permukaan pipa (m)

hm = Kehilangan tinggi karena tahanan oleh bentuk pipa (m)

6
h1 = kehilangan tekanan (m)

 Major losses
Menurut Maukari, dkk. (2016), untuk mengetahui kehilangan
energi yang disebabkan karena gesekan dengan dinding atau major losses
pada aliran seragam dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
Hazen William berikut ini:

Dimana:

C = koefisien Hazen William


D2,63 = diameter pipa (m)
Q = laju aliran (m3/s) L
L = panjang pipa (m)

Untuk melihat nilai koefisien kekasaran pipa Chw (Hazzen-


William) dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Nilai Koefisien Kekasaran Pipa Chw (Hazen William)

Jenis Pipa Nilai “C” Perencanaan

Asbes Cement (ACP) 120


UPVC 120
High HDPE 130
Medium DPE 130
Ductile (DCIP) 110
Besi Tuang (CIP) 110
GIP 110
Baja 110
Pree-Streessm 120

7
2.5. Software EPANET 2.0
Menurut Rossman (2000), EPANET 2.0 merupakan sebuah
program yang dikembangkan oleh U.S. Environmental Protection Agency
(EPA) pada jaringan komputer. EPANET 2.0 memiliki berbagai macam
keunggulan dalam proses menganalisis jaringan distribusi seperti halnya
laju aliran dengan menggunakan metode linear, dan kehilangan tekanan
akibat gesekan dihitung dengan menggunakan rumus Hazen William,
Darcy-Weisbach, dan Manning. EPANET 2.0 juga mampu
mensimulasikan bagaimana kualitas air di dalam jaringan pipa bertekanan
dan melakukan simulasi dengan sistem hidrolik. Menurut Ramana, dkk.
(2015), mempertimbangkan minor losses, menduplikasi variasi tuntutan
dari waktu ke waktu serta menyelesaikan pola permintaan yang
berbeda untuk setiap node merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
software EPANET 2.0.
Berikut penjelasan persamaan Hazen William, Darcy-Weisbach,
dan Manning yang digunakan di dalam perhitungan kehilangan tekanan
akibat gesekan.
1. Darcy-Weisbach

Dimana:
hf = Kehilangan energi oleh tahanan permukaan pipa (m)
f = Koefisien tahanan permukaan pipa atau dikenal dengan Darcy–
Weisbach
L = Panjang pipa (m)
d = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/dtk)

8
g = Percepatan gravitasi (m/dtk2)

9
2. Maning

Dimana:

V = kecepatan aliran (m/dtk)

n = koefisien manning

R = radius hidrologik (m)

S = slope/kemiringan

hl = headloss

L = panjang saluran (m)

A = luas penampang basah saluran (m2)

P = keliling penampang basah saluran (m)

Menurut Rossman (2000), software EPANET 2.0 membutuhkan


beberapa input data yang harus dipenuhi agar output data yang dihasilkan
sesuai dengan apa yang diharapkan. Input data yang dibutuhkan software
EPANET 2.0 ini bertujuan untuk memudahkan proses analisis, evaluasi,
dan simulasi jaringan distribusi air.
Adapun input data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Peta
2. Node/junction/titik dari komponen distribusi
3. Elevasi
4. Panjang pipa distribusi
5. Diameter dalam pipa
6. Jenis pipa yang digunakan
7. Jenis sumber

10
8. Spesifikasi pompa (bila menggunakan pompa)
9. Beban masing-masing node
10. Faktor fluktuasi pemakaian air
Adapun output data yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Peta eksisting jaringan distribusi air
2. Hidrolik head masing-masing titik
3. Tekanan dan kualitas air

Pemodelan sistem distribusi yang diberikan oleh komponen fisik dari


EPANET 2.0 dapat berupa kumpulan garis yang menghubungkan node-node
(Rossman, 2000). Gambaran pipa, pompa hingga katup kontrol digambarkan
dengan bentuk garis-garis. Adapun seperti sambungan pipa, tangki, dan reservoir
diilustrasikan dengan node. Bagaimana ilustrasi node dan garis dapat
dihubungkan hingga membentuk suatu jaringan serta output data yang dapat
dihasilkan dari proses simulasi menggunakan software EPANET 2.0 dapat dilihat
pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Komponen fisik pada sistem jaringan distribusi air

(Sumber: Rossman, 2000)

11
BAB III
METODOLOGI KEGIATAN SIMULASI ATAU RANCANGAN

3.1. Tahapan kegiatan


Tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam simulasi yaitu dalam bentuk
hasil ouput berupa sistem distribusi air bersih yang meliputi panjang pipa,
diameter pipa, junction atau Base Demand, debit, rugi aliran pipa (headloss), dan
kecepatan aliran dengan menggunakan aplikasi EPANET 2.0.

Gambar 3 1. Diagram Kegiatan SImulasi

12
3.1.1. Studi literatur
Pada tahapan ini kegiatan simulasi akan dilakukan berdasarkan dari studi
literatur yang diperoleh untuk mempelajari apa saja yang berhubungan pada
kegiatan yang akan dilakukan. Studi ini meliputi menjadi sistem kerja aplikasi
EPANET 2.0 yang akan digunakan, dan bagaimana cara mensimulasikan kegiatan
yang telah diperoleh dengan aplikasi tersebut. Studi ini meliputi dengan membaca
referensi terkait seperti jurnal, buku, laporan, atau artikel yang memiliki
keterkaitan terkait kegiatan yang sedang disimulasikan.
3.1.2. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan dan pengolahan data merupakan kegiatan mengumpulkan
data terkait yang akan dilakukan. Setelah data tersebut telah dikumpulkan
kemudian data tersebut diolah sampai diperoleh hasil yang sesuai dengan yang
telah direncanakan. Pengumpulan data pada kegiatan ini meliputi:
1. Data Panjang Pipa (dengan penggunaan pipa PVC)
2. Data diameter pipa
3. Data kecepatan aliran
4. Data Base Demand (Kebutuhan Air)
5. Debit air
5. rugi aliran pipa (headloss)

3.2. Instrumen Pendukung Kegiatan


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah software EPANET
2.0 sebagai upaya penunjang keberhasilan perencanaan jaringan distribusi air
bersih.

3.3. Tahapan Kegiatan


Tahapan penelitian merupakan penjelasan mengenai tahapan proses
penelitian yang akan dilakukan (dapat dilihat pada Gambar 3.1).

13
3.4. Analisis Data
Analisis data pada kegiatan simulasi yaitu dengan melakukan simulasi
distribusi jaringan distribusi air bersih. Simulasi ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan aplikasi EPANET 2.0. Data-data pendukung yang sudah
dihasilkan tadi akan disimulasikan menggunakan software EPANET 2.0 untuk
merencanakan bagaimana jenis pipa, diameter pipa, panjang pipa, kecepatan
aliran di pipa, rugi aliran di pipa, dan pressure (tekanan) yang dihasilkan.
1). Pipa
Perencanaan distribusi air bersih dirancang mengikuti jalanan yang ada dan
sesuai perencanaan dengan menggunakan jenis pipa PVC. Nilai C pada pipa PVC
berdasarkan standar koofisien pipa yaitu 120. Terkait ukuran diameter pipa
disesuaikan dengan keadaan di lapangan serta juga dengan mempertimbangkan
pada kecepatan dan headloss yang dihasilkan menggunakan software EPANET
2.0.
2). Satuan dan formula Software EPANET 2.0.
Sebelum membuat jaringan distribusi dengan software EPANET 2.0, terlebih
dahulu menyamakan ukuran satuan dan debit dengan tujuan supaya hasil simulasi
yang telah dibuat terkait kecepatan aliran, headloss, dan pressure yang dihasilkan
sesuai dengan kriteria desain. Simulasi yang akan digunakan yaitu dengan
menggunakan satuan Flow Unit (CFS/ Cubic Per Second) serta pada bagian
formula headloss yang akan digunakan yaitu formula Hazzen William.

14
BAB IV
KASUS DAN SIMULASI BERBASIS APLIKASI EPANET 2.0.

4.1. Kasus dan Tahapan Simulasi Perencanaan Distribusi Air Bersih


Buatlah jaringan perpipaan seperti di bawah ini. Asumsikan bahwa Kita
perlu menghitung diameter masing-masing pipa, aliran dan kecepatan dalam
setiap pipa, dan tekanan di setiap node, seperti dalam jaringan yang ditunjukkan
pada gambar di bawah.

Sebuah tangki berdiameter 50 kaki (feet) terletak di kota untuk memasok


air minum bagi masyarakat kecil. Tangki tersebut tingginya 20 ft dan terletak 400
ft di atas kota. Tangki memasok air dengan aliran konstan 4 cfs selama satu hari.
Semua node dalam jaringan terletak di ketinggian 0 ft. Semua pipa memiliki
koefisien kekasaran C = 120. Gunakan rumus Hazen-Williams selama
perhitungan Kita. Minor losses diabaikan.

15
4.2. Perencanaan Distribusi Air Bersih
Perencanaan jaringan distribusi air bersih di Kecamatan Manggeng dan
Kecamatan Lembah Sabil menggunakan software EPANET 2.0. EPANET 2.0
merupakan sebuah program yang mampu mensimulasikan jaringan distribusi
dengan baik yang mana didalamnya terdiri dari titik/node/junction, pipa, pompa,
valve, dan reservoir baik ground reservoir maupun elevated reservoir. Simulasi
jaringan menggunakan software EPANET 2.0 ini berguna untuk mengetahui
berhasil atau tidaknya kondisi jaringan yang direncanakan. Sehingga kesimpulan
terkait hasil sebuah perencanaan jaringan perpipaan menjadi tepat guna. jaringan
perpipaan tersebut dapat dikatakan berhasil jika memenuhi beberapa syarat
berikut:
1. Tekanan sisa di tiap-tiap titik sampul (junction) minimum 1- 8 atm.
2. Kemiringan garis headloss tidak lebih dari 15 m/km dengan menggunakan
sistem pengaliran gravitasi (Abdi, 2021).
4.2.1. Tahapan simulasi Perencanaan distribusi
Tahapan perencanaan jaringan distribusi menggunakan Software EPANET
2.0 Ada beberapa tahapan yang dilakukan pada saat mesimulasikan jaringan
distribusi menggunakan software EPANET 2.0. Tahapan ini perlu dilakukan
sebaik mungkin agar jaringan yang dihasilkan dapat berjalan dengan lancar.

16
Adapun tahapan perencanaan jaringan distribusi air menggunakan software
EPANET 2.0 dapat dilihat sebagai berikut:
1. Menjalankan software EPANET 2.0.
2. Setelah muncul software EPANET 2.0, masukkan map atau pemetaan
perencanaan yang akan dilakukan untuk menjalankan jaringan distribusi.
3. Sebelum membuat suatu jaringan, terlebih dahulu menyamakan satuan debit
dan penentuan rumus headloss yang akan digunakan. Pada penelitian ini
satuan debit menggunakan CFS (Cubic per Feet Second) dan rumus headloss
menggunakan rumus Hazzen-William.
4. Menggambarkan jaringan distribusi yang akan direncanakan serta masukkan
input data yaitu berupa reservoir, junction, pipa, tangki air dan kurva pompa.
5. Melakukan eksekusi program atau jalankan (run) analisis hidrolis atau
kualitas air.
6. Hasil dari analisis berupa gambaran visual, unit headloss, pressure dan
sebagainya.
4.2.2. Input nilai pada objek
Proses simulasi jaringan dengan EPANET 2.0 ini membutuhkan beberapa
input data yang harus dipenuhi agar output data yang dihasilkan sesuai dengan apa
yang diharapkan. Input data yang dibutuhkan software EPANET 2.0 pada
perencanaan jaringan ini yaitu reservoir, junction, dan pipa. Input data bertujuan
untuk memudahkan proses analisis, evaluasi, dan simulasi jaringan distribusi air.
1) Dimension atau map unit, Default, Serta Project (lembar kerja)
Dimension atau map unit merupakan bagian dari tahap perencanaan yang
bertujuan untuk mengetahui satuan pada perencanaan pada map yang akan
digunakan. Satuan yang digunakan untuk perencanaan yaitu feet. Defaults
merupakan keterangan yang berisi tentang unit yang akan digunakan yang
memuat keterangan label yang akan digunakan untuk mensimulasikan seperti
untuk membuat pipa akan diberi label PI, reservoir diberi nama (RE) dan
sebagainya. Project atau lembar kerja dibuat supaya pada saat simulasi data yang
akan dibuat dapat disimpan dengan aman nantinya. Hal ini dapat dilakukan
sebagai berikut:

17
 Mengisi Dimensi: klik view >> Dimensions

 Mengisi Nama Project (lembar kerja): klik Project>> Summary

18
 Mengisi data Project (lembar kerja): klik Project>> Defaults

(1) (2)

(3)
Gambar 4.1. Tools Input pada nilai objek.

2) Tangki
Tangki merupakan node yang menggambarkan sumber eksternal yang terus
menerus mengalir ke jaringan tanpa batas. Tangki ini biasanya disimbolkan

19
dengan ( ) biasanya digunakan untuk menggambarkan bangunan
penyimpanan air. Input utama dari node ini adalah nilai total head yang
bagiannya meliputi elevasi kemudian dijumlahkan dengan tekanan sumber air
apabila sumber air bertekanan. Adapun contoh tampilan propertis Tangki dapat
kita lihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Tampilan Propertis Tangki.

3) Sambungan
Sambungan (Junction) adalah titik yang merupakan pertemuan masing-
masing pipa dan nantinya akan menghubungkan setiap ujung pipa. Sambungan
(Junction) biasanya disimbulkan ( ) dan Input utama dari node ini adalah
koordinat dari titik penghubung pipa dan permintaan kebutuhan air di titik ini.
Adapun contoh tampilan properties sambungan (Junction) dapat kita lihat pada
Gambar 4.3.

20
Gambar 4.3. Tampilan Propertis Tangki.

4) Pipa
Pipa yang disimbolkan dengan ( ) merupakan penghubung yang
membawa air dari satu titik ke titik lainnya dalam jaringan. Pada software
EPANET 2.0, pipa diasumsikan selalu terisi penuh pada setiap waktunya. Input
data pada pipa berupa awal dan akhirnya titik, diameter, panjang dan koefisien
kekasaran pipa. Adapun contoh tampilan properties pipa dapat kita lihat pada
Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Tampilan Propertis Pipa.

4.2.3. Simulasi atau Eksekusi Jaringan distribusi dengan EPANET 2.0


Setelah semua input data yang diperlukan sudah dimasukkan kedalam
setiap komponen yang diperlukan pada software EPANET 2.0 maka dilakukan
proses eksekusi terhadap jaringan perpipaan yang telah dibuat. Eksekusi ini akan
menunjukkan bisa atau tidaknya jaringan yang telah dibuat dapat beroperasi
dengan baik tanpa adanya masalah dan kekurangan tekanan. Langkah eksekusi

21
jaringan dapat dilakukan dengan memilih ikon run ( ) pada toolbar. Adapun
eksekusi yang dilakukan pada software EPANET 2.0 dapat kita lihat pada Gambar
4.5.

Gambar 4.5. Simulasi hasil distribusi dengan aplikasi EPANET 2.0.

4.2.4. Keluaran Data (Ouput) Simulasi EPANET 2.0.


Setelah dilakukan eksekusi terhadap software EPANET 2.0. maka akan
ada keluaran data (output) yang dihasilkan yaitu ber upa hasil simulasi pada pipa
dan hasil simulasi pada junction.
1. Hasil simulasi pada pipa Hasil simulasi pada pipa dapat dilihat pada Gambar
4.6. dan tabel 4.1.

22
Gambar 4.6. Simulasi pipa dengan aplikasi EPANET 2.0.

Tabel 4.1. Hasil Simulasi Pipa EPANET 2.0.

Network Table – Links


Length Diameter Roughness Flow Velocit
Link ID Unit Headloss
y
M inchi CFS fps ft/kt
Pipe P1 50 8 120 4.00 5.09 8.69
Pipe P2 50 8 120 0.96 2.74 4.43

Pipe P3 50 8 120 0.33 0.95 0.62

Pipe P4 50 12 120 2.89 3.68 4.77

Pipe P5 50 8 120 0.45 1.28 1.07

Pipe P6 50 8 120 0.20 0.58 0.25

Pipe P7 50 8 120 0.36 1.04 0.74

Pipe P8 50 8 120 -0.18 0.52 0.20

Pipe P9 50 12 120 2.32 2.95 3.17

Pipe P10 50 8 120 0.68 1.95 2.35

Pipe P11 50 8 120 -0.09 0.26 0.08

Pipe P12 50 8 120 0.51 1.46 1.93

Pipe P13 50 12 120 2.36 3.00 3.27

Pipe P14 50 10 120 0.61 1.12 0.65

Pipe P15 50 12 120 1.57 2.00 1.54

Pipe P16 50 12 120 1.02 1.30 0.69

Pipe P17 50 12 120 0.71 0.90 0.35

Pipe P18 50 10 120 0.53 0.97 0.50

Pipe P19 50 8 120 0.14 0.40 0.13

Pipe P20 50 10 120 0.42 0.77 0.32

Pipe P21 50 10 120 0.51 0.94 0.47


Sumber: Hasil Simulasi EPANET 2.0

23
Dari simulasi pada perpipaan yang dilakukan dengan software EPANET
2.0 didapatkan beberapa hasil sebagai berikut:
 Jaringan distribusi air bersih mengikuti arahan sesuai dengan kasus yang telah
dijelaskan pada pembahasan 4.1. dengan mengikuti jalanan yang ada dengan
menggunakan jenis pipa PVC. Nilai C terhadap pipa PVC yang digunakan
yaitu 120 dan koofisien kekasaran pipa Hazen William adalah 120. Panjang
yang digunakan pada pipa yaitu seragam 50 ft. Diameter pipa yang digunakan
pada simulasi ini yaitu dari range 8-12 inchi.
 Untuk kecepatan aliran di dalam pipa kecepatan aliran paling tinggi berada
pada pipa 1 dan pipa 4 yaitu sebesar 5.09 dan 3.68 fps (feet per second).
Kecepatan aliran terendah terdapat pada pipa 11. Pada pipa 11 nilai kecepatan
aliran yang dihasilkan 0.26 fps.
 Secara umum kehilangan energi (headloss) tertinggi berada pada pipa 1 yaitu
8,69 ft/kt, dan headloss terendah berada pada pipa 7 sebesar 0,13 ft/kt, nilai
tersebut masih berada pada kisaran yang memenuhi syarat dari headloss
Hazzen-William yaitu berkisar antara 0-10 m/km.

2) Hasil Simulasi pada Junction


Hasil terhadap junction pada simulasi yang telah dilakukan dapat
dilihat pada gambar 4.7. dan tabel 4.2.

24
Gambar 4.7. Simulasi Junction dengan aplikasi EPANET 2.0.

Tabel 4.2. Hasil Simulasi Pipa EPANET 2.0

Network Table – Nodes


Elevation Base Demand Head Pressure
Node ID Demand
ft Cfs cfs ft psi
Junc JU1 0 0.15 0.15 419.57 181,80
Junc JU2 0 0.18 0.18 419.34 181,70

Junc JU3 0 0.13 0.13 419.31 181,69

Junc JU4 0 0.21 0.21 419.33 181,69

Junc JU5 0 0.31 0.31 419.29 181,68

Junc JU6 0 0.02 0.02 419.30 181,68

Junc JU7 0 0.05 0.05 419.17 181,63

Junc JU8 0 0.08 0.08 419.17 181,63

Junc JU9 0 0.51 0.51 419.08 181,59

Junc JU10 0 0.18 0.18 419.01 181,55

Junc JU11 0 0.61 0.61 418.97 181,54

Junc JU12 0 0.02 0.02 418.93 181,52

Junc JU13 0 0.17 0.17 418.89 181,51

Junc JU14 0 0.71 0.71 418.88 181,50

Junc JU15 0 0.11 0.11 418.90 181,51

Junc JU16 0 0.05 0.05 418.89 181,50

Junc JU17 0 0.51 0.51 418.86 181,49

Sumber: Hasil Simulasi EPANET 2.0


Dari simulasi pada sambungan (Junction) yang dilakukan dengan software
EPANET 2.0 didapatkan beberapa hasil bahwa tekanan (pressure) yang terjadi
pada simulasi jaringan berkisar antara 181,49- 181,80. Adapun tekanan
maksimum terjadi pada junction 1 dengan tekanan sebesar 181,80 psi (pound-

25
force per square inch), sedangkan tekanan minimum terjadi pada junction 17 (titik
sampul terjauh) yaitu sebesar 181,49 psi .

BAB V
KESIMPULAN

KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil simulasi yang telah dilakukan dengan
menggunakan Aplikasi EPANET 2.0 diperoleh hasil yaitu:

1. Berdasarkan simulasi dengan software EPANET 2.0 telah berhasil


diaplikasikan kebutuhan air bersih kedalam peta jaringan distribusi.
2. Berdasarkan simulasi dengan software EPANET 2.0 telah diperoleh data jenis
pipa, diameter pipa, kecepatan aliran pipa (velocity), kehilangan tekanan
(Headloss) dan nilai tekanan (pressure) yang sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Diyanti, & Supomo, F. Y. (2021). Model Jaringan Distribusi Air Bersih di


Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depik Menggunaka Software
Epanet2.0. Jurnal Infrastruktur, 7(2), 121–129.

Riduan, R., Firmansyah, M., & Fadhilah, S. (2017). Evaluasi Tekanan Jaringan
Distribusi Zona Air Minum Prima (Zamp) Pdam Intan Banjar Menggunakan
Epanet 2.0. Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan), 3(1), 12–20.
https://doi.org/10.20527/jukung.v3i1.3195.

Selintung, M., Hatta, M., P., Sudirman. (2012). Analisa Pipa Jaringan Distribusi
Air Bersih Di Kabupaten Maros Dengan Menggunakan Software Epanet
2.0. Jurnal Tugas Akhir, No 1, Vol 1.

Suyitno, B. (2008). Evaluasi Jaringan Sistem Penyediaan Air Bersih Di PDAM


Kota Lubuk Pakam. Tugas Akhir Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara.

Sahbar, R. (2017). Analisis Kebutuhan Air Bersih (Pdam) Kabupaten Rejang


Lebong Provinsi Bengkulu Untuk 10 Tahun Ke Depan. TEKNIKA: Jurnal
Teknik, No. 1, Vol. 1, hal 40 – 49.

27
28

Anda mungkin juga menyukai