ACARA I
PEMBUATAN MINYAK KLENTIK
Kelompok 3
Rombongan 2
Penanggung Jawab:
Nuraini Sari Indah A1M014031
A. Latar Belakang
Menurut angka Statistik Perkebunan pada tahun 2008 tanaman kelapa
di Indonesia mencapai 3,88 juta ha yang sebagaian besar berupa perkebunan
rakyat dengan luas 3,80 juta ha atau 97,8% melibatkan 7,7 juta kk petani.
Kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk dalam genus Cocos dan dapat tumbuh
dengan mudah di daerah tropis. Tanaman kelapa banyak ditemukan di daerah
pantai karena memerlukan kelembaban yang tinggi. Komposisi buah kelapa
terdiri dari sabut 33%, tempurung 12%, daging buah 28% dan air 25%
(Djatmiko, 2010).
Selama ribuan tahun minyak kelapa digunakan sebagai minyak pangan
oleh masyarakat di daerah tropis. Minyak kelapa digunakan sebagai minyak
goreng, bahan margarin dan mentega putih, komponen dalam pembuatan
sabun serta formulasi kosmetika (Alamsyah, 2008). Selain digunakan untuk
menggoreng, pada masyarakat pedesaan minyak kelapa juga digunakan
sebagai minyak pijat, kerik, dan untuk minyak cem-ceman (Sutarmi dan
Rozaline, 2009). Dewasa ini minyak kelapa mulai meningkat penggunaannya
dalam bidang farmasi, terutama dengan semakin banyaknya produk minyak
telon yang salah satu komponennya adalah minyak kelapa, juga dengan
diketahuinya beberapa khasiat minyak kelapa terhadap kesehatan.
Minyak kelapa merupakan produk olahan palmae yang dihasilkan dari
kopra yang diolah dengan cara kering dan dengan cara basah (wet coconut
process). Minyak kelapa yang diproses secara basah dapat langsung
dikonsumsi tanpa mengalami proses pemurnian (Hui, 2002). Minyak kelapa
hasil ekstraksi cara kering dan atau basah memiliki karakteristik tersendiri
dibandingkan dengan minyak nabati lain. Perbedaan utama antara minyak
kelapa dan minyak nabati lain adalah kandungan asam lemak rantai medium
yang terdapat pada minyak kelapa. Minyak kelapa mengandung asam lemak
rantai medium yang dapat mencapai 61,93% (Karouw dan Budi, 2012).
Minyak kelapa yang diolah secara tradisional dengan pemanasan
dikenal dengan nama minyak klentik. Minyak klentik umumnya berkadar air
cukup tinggi yakni 0,10-0,11% dan kadar asam lemak bebas 0,08-0,09%.
Minyak tersebut jika disimpan dalam wadah plastik atau botol tembus cahaya
selama dua bulan, maka minyak menjadi tengik karena terjadi proses oksidasi
yang menyebabkan minyak berbau tengik. Hal tersebut ditandai dengan
meningkatnya kadar air dan asam lemak bebas masing-masing menjadi 0,18-
0,20% dan 0,16-0,18%. Minyak klentik yang dihasilkan dengan cara
tradisional sebaiknya tidak disimpan lama atau segera dikonsumsi (Karouw
dan Budi, 2012).
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum acara 1 mengenai pembuatan minyak
klentik yaitu:
1. Mengetahui proses pembuatan minyak klentik.
2. Mengetahui karakteristik fisikokimia minyak klentik yang dihasilkan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan:
- Ampas kelapa - NaOH 0,1N
- Air hangat - Indikator PP
- Alkohol netral 95%
B. Prosedur
A. Hasil
a. Rendemen
𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
Rendemen (%) = 𝑘𝑟𝑖𝑚 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 x 100%
110
= 150 x 100%
= 7,33%
b. Viskositas
Viskositas minyak klentik setelah diukur dengan viskometer yaitu sebesar
60.
= 0,183%
B. Pembahasan
Sebuah praktikum dilakukan mengenai pengolahan hasil palmae jenis
kelapa untuk pembuatan minyak klentik dengan tujuan mengetahui proses
pembuatan minyak klentik serta mengetahui karakteristik minyak klentik yang
dihasilkan. Parameter yang diamati dari minyak klentik yang dihasilkan
adalah rendemen, viskositas, dan kadar asam lemak bebas. Pembuatan minyak
klentik dalam praktikum ini diawali dengan proses pembuatan santan kelapa.
Santan kelapa dapat dihasilkan dengan cara mencampurkan parutan daging
kelapa dengan air, lalu diremas-remas dan diperas santannya. Santan tersebut
kemudian didiamkan selama beberapa menit untuk memisahkan antara krim
dan whey. Krim dan whey dipisahkan dengan cara membuang bagian whey
yang berada di lapisan bawah cairan. Krim kemudian dipanaskan selama
kurang lebih 30 menit hingga terbentuk galendo yang terpisah dengan
minyaknya. Setelah dipanaskan, minyak dan galendo hasil pemanasan
didinginkan terlebih dahulu lalu diperas untuk diambil minyaknya. Minyak
kelapa atau yang disebut juga sebagai minyak klentik kemudian dilakukan
analisis yaitu rendemen, kadar asam lemak bebas, dan juga viskositas.
Proses pembuatan minyak klentik dalam praktikum ini sesuai dengan
cara yang dinyatakan oleh Setiaji dan Prayugo (2006) bahwa pembuatan
minyak kelapa dengan cara basah diawali dengan pembuatan santan yang
merupakan emulsi minyak dari daging buah kelapa dalam air, kemudian
emulsi dipecah sehingga minyak dapat diambil. Pembuatan minyak dengan
cara basah meliputi : cara tradisional / pemanasan / penguapan, pemanasan
bertingkat, sentrifugasi, lava, pancingan, dan enzimatik. Pembuatan minyak
kelapa dengan cara pemanasan secara tradisional relatif mudah dan peralatan
yang digunakan juga relatif sederhana, tetapi kualitas minyak kelapa yang
dihasilkan kurang baik karena selama pemanasan pada suhu tinggi (100 –
110ºC) protein, lemak, dan antioksidan yang dikandung akan rusak. Selain itu,
minyak yang dihasilkan tidak jernih dan tidak tahan lama, hanya bertahan
sekitar 2 – 3 minggu.
Analisis yang pertama dilakukan ialah pengukuran rendemen.
Rendemen minyak klentik dapat ditentukan dengan mengukur jumlah volume
minyak klentik yang dihasilkan lalu dibandingkan dengan jumlah krim awal
sebelum pemanasan. Berdasarkan pengukuran, didapatkan bahwa rendemen
minyak klentik dalam praktikum ini ialah sebesar 7,33%. Jumlah rendemen ini
termasuk jumlah yang cukup rendah. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil rendemen minyak klentik dalam minyak klentik ini ialah
ketika proses pemerasan galendo dan minyak dengan menggunakan kain
saring. Pemerasan yang optimal akan menghasilkan jumlah volume minyak
klentik yang banyak, sehingga meningkatkan nilai rendemen. Sebaliknya,
pemerasan galendo dan minyak klentik yang kurang optimal akan
menghasilkan jumlah volume minyak klentik yang sedikit sehingga nilai
rendemen minyak menjadi rendah.
Analisis selanjutnya yaitu ada pengukuran viskositas minyak.
Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu fluida yang menyatakan
besarnya gesekan di dalam suatu fluida. Pengukuran viskositas minyak
dilakukan dengan menempatkan minyak klentik pada suatu wadah, lalu diukur
viskometernya menggunakan sebuah alat yang dinamakan dengan viskometer.
Viskositas minyak klentik yang dihasilkan dalam praktikum yaitu sebesar 60
mPa.s.
Berikutnya, minyak klentik dianalisis kandungan kadar asam lemak
bebasnya. Penentuan kadar asam lemak bebas pada minyak klentik dalam
praktikum ini dilakukan dengan menggunakan prinsip titrasi. Analisis asam
lemak bebas diawali dengan memasukkan sampel ke dalam erlenmeyer, lalu
ditambahkan alkohol 95% netral. Setelah itu ditambahkan indikator
fenolftalein (pp) dan dititrasi dengan larutan standar NaOH 0.1 N hingga
terbentuk warna merah muda (warna merah muda tidak hilang selama 15
detik). Jumlah NaOH yang dibutuhkan dalam titrasi ini digunakan untuk
perhitungan jumlah asam lemak bebas yang terdapat pada minyak klentik.
Berdasarkan hasil analisis, kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam
minyak klentik pada praktikum ini adalah 0,183%. Hal ini sesuai dengan
APCC (2006) yang menyatakan bahwa bahwa standar asam lemak bebas pada
minyak kelapa yaitu 0,1-1% bergantung dari tingkat mutunya.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Proses pembuatan minyak klentik yaitu dengan cara mencampurkan
parutan daging kelapa dengan air hangat, lalu diaduk, diremas, dan diperas
untuk diambil santannya. Santan didiamkan selama beberapa menit untuk
membiarkan santan terpiah antara whey dan krimnya. Whey santan
dibuang, sedangkan krim atau santan kental dipanaskan di wajan
menggunakan api sedang hingga terbentuk galendo dan minyak kelapa
yang disebut dengan minyak klentik.
2. Karakteristik fisikokimia minyak klentik yang dihasilkan pada praktikum
ini adalah nilai rendemen sebesar 7,33%, viskositas sebesar 60, dan kadar
asam lemak bebas sebesar 0,183%.
B. Saran
Sebaiknya praktikan dapat bekerja lebih gesit dan lebih rapih lagi agar
praktikum dapat berjalan dengan lebih lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Hui, Y. H. (2002). Edible Oil and Fat Products : Oils and Oilseeds Dalam
Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Fifth Edition Volume 2. John
Wiley & Sons, Inc: Canada.
Karouw, S. dan Budi S. (2012). Minya Kelapa sebagai Sumber Asam Lemak
Rantai Medium. Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VIII. Balai
Penelitian Tanaman Palmae: Manado.
a b
c d
Keterangan:
Gambar a. Pencampuran parutan daging kelapa dengan air hangat
Gambar b. Pemerasan parutan daging kelapa untuk mengekstrak santan kelapa
Gambar c. Santan kelapa yang dihasilkan
Gambar d. Proses pemanasan untuk menghasilkan galendo dan minyak klentik
LAMPIRAN
e f
Keterangan:
Gambar e. Penyaringan setelah pemanasan untuk memisahkan galendo dengan
minyak klentik
Gambar f. Penimbangan sampel sebanyak 30 g untuk analisis kadar asam
emak bebas
Gambar g. Titrasi menggunakan NaOH untuk analisis kadar asam lemak bebas