PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini, pergaulan remaja lebih cenderung ke arah negatif, karena cara
Berfikir remaja yang salah. Sehigga akan mengakibatkan terjadinya kenakalan
remaja. Lingkungn yang berperan penting dalam pembentukan karakter, prilaku
dan tingkah laku seseorang inilah yang sangat berpengaruh. Karena Lingkungan
yang baik akan membentuk pribadi yang baik pula, tetapi apabila lingkungan buruk
akan membentuk pribadi yang buruk pula. Terkecuali jika kita dapat merubahnya
sendiri.
Di era ini nilai dan norma seakan akan sudah di abaikan, sehingga nilai dan norma
yang berperan penting sebagai pengatur prilaku dan tingkah laku sudah tidak
berfungsi lagi. Jadi tidak heran lagi apa bila remaja jaman sekarang banyak
melakuhkan penyimapangan khususnya dalam bidang penyimpangan seksual yang
dapat merugikan pribadi atau pun pihak lain.
1
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian Pornografi.
Pornografi didefinisikan oleh Ernst dan Seagle sebagai berikut: Pornografi
adalah berbagai bentuk atau sesuatu yang secara visual menghadirkan
manusia atau hewan yang melakukan tindakan sexual, baik secara normal
ataupun abnormal.
Peter Webb sebagaimana dikutip oleh Rizal Mustansyir melengkapi definisi
pornografi dengan menambahkan bahwa pornografi itu terkait dengan
obscenity (kecabulan) lebih daripada sekedar eroticism. Menurut Webb,
masturbasi dianggap semacam perayaan yang berfungsi menyenangkan
tubuh seseorang yang melakukannya.
Sedangkan menurut Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2008, tentang
Pornografi, didefinisikan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi,
foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan,
gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media
komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan
atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat.
3
ekonomis, kelemahan diri dalam mengatasi kegagalan dengan meilih
kegiatan alternatif yang keliru dan pengembangan kebiasaan diri yang tidak
sehat di dalam kehidupan sehari – hari.
Kedua, kualitas lingkungan keluarga dan masyarakat, seperti rumah dan
keluarga dengan situasi yang gersang dari kasih sayang dan pengertian,
ekonomi yang tidak mendukung kemauan dan kesempatan belajar,
pergeseran nilai dan moral kesusilaan warga masyarakat.
Suguhan media massa seperti program televisi yang tidak lagi mengejar
impian dan nilai – nilai moral, tetapi sebaliknya menyerap nilai – nilai yang
menyimpang dari masyarakat yang sakit. Mengajarkan orang untuk berbuat
licik, jahat, membunuh, dan seni berbohong. Tayangan yang berbau
kekerasan, seksual, banyak memengaruhi jalan pemikiran permirsa.
Akibatnya mereka menganggap hal – hal tersebut sebagai sesuatu yang
normal untuk dilakuhkan merusak perkembangan moral yang sehat, dan
kondisi setempat yang merangsang remaja tumbuh ke arah prilaku seksual
yang tidak sehat.
Internet dan teknologi yang semakin berkembang dan bertambah maju
mengakibatkan remaja semakin mudah untuk mengakses situs – situs,
terutama situs yang menyimpang atau situs porno.
4
2.2 Ringkasan Dan Kerangka Berfikir Peneliti
Jadi bisa di ambil kesimpulan dari pendapat para ahli yaitu “ pornografi
adalah bahan lukisan, gambar, atau tulisan serta gerakan – gerakan tubuh
yang memperlihatkan seluruh anggota badan ”
2.3 Hipotesis
5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan arah
mengenai informasi permasalahan inti yang ada dalam suatu penelitian.
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan
atau biasa sering disebut dengan masa pubertas, yang rata – rata berusia 15 – 16
tahun.
2. Lokasi Penelitian
Sample adalah objek penelitian yang dipilih dan ditetapkan untuk diteliti lebih jauh
sesuai dengan kebutuhan peneliti.
6
1. Sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.
2. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi
penelitian.
3. Dapat menentukan presisi ( perbedaan hasil yang dapat dari contoh/sample
) dari hasil penelitian dengan jalan mencari penyimpangan baku dari data
yang diperoleh.
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin.
7
Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik
objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk
yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan
frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Sebagai contoh: 240 orang, 79% dari
populasi sampel, mengatakan bahwa mereka lebih percaya pada diri mereka pribadi
masa depan mereka dari setahun yang lalu hingga hari ini. Menurut ketentuan
ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari penemuan dapat
diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang telah dipilih. pengambilan data
ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian kuantitatif.
8
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Setiap
variable di ukur dengan menggunakan skala internal, sedangkan skor menggunakan
perbandingan jawaban yang di tentukan dengan dua alternatif jawaban.
Uji validitas yaitu suatu ukuran yang menunjukan kevalidan atau keabsahan suatu
instrument.bsuatu instrumen yang valid memiliki validitas data yang tinggi,
demikian sebaliknya. Sebuah intrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang di inginkan dalam sebuah penelitian dan dapat diteliti secara tepat. Tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang variable yang dimaksud.
9
4.3 Pengolahan Data / Analisis Data
Alternatif Jawaban
N0 Pernyataan 1 2
YA TIDAK
10
9. Apakah Pihak sekolah sering melaksanakan razia terhadap 0 28
hp anda?
14. Apakah video yang kamu lihat kamu dapatkan dari internet 02 14
?
15. Apakah Video yang kamu lihat kamu dapatkan dari teman 14 02
anda ?
11
4.4 Pembahasan Analisis Data
3. 25% menyatakan bahwa siswa kelas X.6 mengetahui situs porno di internet
sedangkan 75% tidak.
4. 57% menyatakan bahwa siswa kelas X.6 pernah melihat video porno
sedangkan 43% tidak.
5. 29% menyatakan siswa kelas X.6 pernah memiliki video porno sedangkan
71% tidak.
6. 18% menyatakan bahwa siswa kelas X.6 pernah memiliki foto – foto fulgar
sedangkan 82% menyatakan tidak.
7. 79% menyatakan bahwa siswa kelas X.6 di awasi oleh orang tua dalam
penggunaan teknologi sedangkan 21% tidak.
12
8. 7% menyatakan bahwa siswa kelas X.6 dilarang mebawa HP oleh pihak
sekolah sedangkan93% tidak.
9. 0% menyatakan bahwa siswa kelas X.6 pernah di razia oleh pihak sekolah
terhadap Hpnya sedangkan 100% mengatakan tidak.
10. 100% menyatakan bahwa siswa kelas X.6 setuju dengan di tiadakanya situs
porno sedangkan 0% tidak.
12. 75% menyatakan bahwa siswa kelas X.6 pernah menyesal setelah melihat
video porno sedangkan 25% tidak.
13. 100% menyatakan bahwa siswa kelas X.6 pernah berfikir bahwa perbuatan
melihat video porno itu berdosa dan berkeinginan untuk tidak melihatnya
sedangkan 0% tidak.
14. 12.5% menyatakan bahwa siswa kelas X.6, video porno yang mereka lihat
di dapatkan dari intrnet sedangkan 87.5% tidak.
15. 87.5% menyatakan bahwa siswa kelas X.6, video porno yang mereka lihat
di dapatkan dari temanya sedangkan 12.5% tidak.
13
BAB V
PENUTUP
Pada Bab ini, akan saya uraikan mengenai hasil kesimpulan dan saran.
5.1 Kesimpulan
Melihat dari hasil dari penelitian saya, saya menyimpulkan bahwa dalam
penggunaan teknologi seperti hand phone dan lain sebagainya, internet, lingkungan
seperti tempat tinggal dan dalam pergaulan, dan yang terakhir pegaruh dari media
massa, sangat memengaruhi dan sangat membahayakan terhadap pembentukan
prilaku siswa dan siswi. Padahal mereka tahu bahwa yang mereka lihat itu akan
sangat berdampak negatife bagi mereka sendiri. Dari pada itu mereka juga hidup
dalam kesalahan yang dinilai dari segi agamapun bahwa itu sangat berdosa, karena
akan memicu dosa yang lebih besar. Mereka lebih mementingkan menghabiskan
waktunya untuk melihat video porno di banding melakuhkan aktivitas yang
bermanfaat.
5.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka, 2005).
15