Makalah Pendidikan
Skripsi
Materi Pendidikan
Contoh Surat
Artikel
Proposal
Makalah
Pergaulan Bebas Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia
sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan
hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship).
WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia)
BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi)
Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)
Pacaran merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas.
1.4.Tujuan Penelitian
1.5.Sistematika Penyajian
Karya ilmiah ini terdiri dari 3 Bab,yaitu BAB I Pendahuluan,BAB II Pembahasan,BAB
III Penutup.Masing-masing bab memiliki subbab dengan garis besar isinya sebagai
berikut,yaitu :
BAB I Berisi pendahuluan.Pada bab ini diuraikan Latar Belakang Masalah,Rumusan
Masalah,Ruang Lingkup Masalah,Tujuan Penelitian,Metode Penelitian dan Sitematika
Penyajian.
BAB II Memaparkan pembahasan.Pada bab ini diuraikan beberapa penjelasan.
Selanjutnya,bagian terakhir yaitu BAB III.
BAB III menguraikan kesimpulan dari penulis dan saran-saran yang ditujukan bagi para
pembaca dan penulis lain.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Pergaulan Bebas
Pengertian Pergaulan Bebas Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari
makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya
membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan
(interpersonal relationship). Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus
dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan
melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya
bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma
bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi
aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses
seperti saat ini. Pergaulan bebas sering dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif seperti seks
bebas, narkoba, kehidupan malam, dan lain-lain. Memang istilah ini diadaptasi dari budaya barat
dimana orang bebas untuk melakukan hal-hal diatas tanpa takut menyalahi norma-norma yang
ada dalam masyarakat. Berbeda dengan budaya timur yang menganggap semua itu adalah hal
tabu sehingga sering kali kita mendengar ungkapan “jauhi pergaulan bebas”.Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.Batasan
usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.Menurut WHO (badan PBB
untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.Sedangkan dari segi
program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka
yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat
Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21
tahun.Dampak Pergaulan Bebas Dampak dari pergaulan bebas akan menimbulkan perilaku-
perilaku yang negatif, yang antara lain; negatif minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang,
sex bebas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS. Melakukan
hubungan seks secara bebas merupakan akibat pertama dari pergaulan bebas yang merupakan
lingkaran setan yang tidak ada putusnya dengan berbagai akibat di berbagai bidang antara lain di
bidang sosial, agama dan kesehatan. Yayah Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip pelbagai hasil
penelitian yg menunjukkan intensitas angka kehamilan remaja di luar nikah. Lembaga konseling
remaja, Sahabat Remaja, menemukan dari pelbagai kasus yg mereka tangani pada tahun 1990
dijumpai ada 80 remaja usia 14-24 tahun yg hamil sebelum nikah. Penelitian di Manado yg
dilaporkan oleh Warouw mengambil 663 sampel secara acak dari 3.106 orang meminta induksi
haid ditemukan sebanyak 472 responden yg belum menikah (71,3%) mengalami kehamilan yg
tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Dari jumlah tersebut, 291 responden (28,8%) berusia
14-19 tahun, 345 responden (52%) berusia 20-24 tahun. Pakar seks juga specialis Obstetri dan
Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja
yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun
1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke,
dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta,
Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000
lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen.
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indoneerdasarkan penelitian di berbagai kota
besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan
seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan.
Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan
tampaknya berkembang semakin serius.
BAB III
METODE PENELITIAN
Sumber data
Dalam penelitian karya tulis ini,digunakan metode penulisan dengan cara peninjauan dan cara
tinjaua kepustakaan menurut buku………………………………tinjauan kepustakaan disebut
juga study kepustakaan yaitu mencari data dari kepustakaan misalnya dari data buku jurnal
masalah dan lain-lain.
Semakin banyak sumber bacaan semakin banyak pula pengetahuan yang diteliti namun tidak
semua buku bacaan dan laporan dapat diolah.
Cara memperoleh data
Mepelajari hasil yang diperoleh dari setiap sumber yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan.
Mempelajari metode penelitian yang dilakukan termasuk metode penelitian pengambilan sampel
pengumpulan data sumber data dan satuan data
Mengumpulkan data dari sumber lain yang berhubungan dengan bidang penelitian.
Mempelajari analisis deduktif dari problem yang tertera(analisis berpikir secara kronologis)
Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ini adalah penelitian sendiri karena subjek penelitiannya berupa pustaka
yang memerlukan pemahaman dan penafsiran penelitian,penulis mencatat hal-hal yang
berhubungan dengan pesan social budaya dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas
yang digunakan sebagai instruktur penelitian seluruh data dikumpulkan dalam catatan khusus.
Analisis data
` Data yang dikumpulkan dalam catatan khusus selanjutnya dianalisis,proses analisis
dilakukan dengan cermat dan dideskripsikan dengan lengkap sehingga menghasilkan analisis
yang representative teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis isi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Sekarang ini di kalangan remaja pergaulan bebas semakin meningkat terutama di kota-
kota besar. Hal ini terjadi karena kurangnya bimbingan dan perhatiandari orang tua.Sebelumnya
para peneliti ini telah menemukan hubungan antara tayangan seks di televisi dengan perilaku
seks para remaja. Dengan mengambil sampel sebanyak 1,017 remaja berusia 12 sampai 14 tahun
dari Negara bagian North Carolina, AS yang disuguhi 264 tema seks dari film, televisi,
pertunjukan, musik, dan majalah selama 2 tahun berturut-turut, mereka mendapatkan hasil yang
sangat mengejutkan.
Secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan seksual dari
media cenderung melakukan seks pada usia 14 hingga 16 tahun 2,2 kali lebih tinggi ketimbang
remaja lain yang lebih sedikit melihat eksploitasi seks dari media.
Maka tidak mengherankan kalau tingkat kehamilan di luar nikah di Amerika Serikat sepuluh kali
lipat lebih tinggi dibanding negara-negara industri maju lainnya, hingga penyakit menular
seksual (PMS) kini menjadi ancaman kesehatan publik disana.
Pada saat yang sama, orang tua juga melakukan kesalahan dengan tidak memberikan pendidikan
seks yang memadai di rumah, dan membiarkan anak-anak mereka mendapat pemahaman seks
yang salah dari media. Akhirnya jangan heran kalau persepsi yang muncul tentang seks di
kalangan remaja adalah sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bebas dari resiko (kehamilan
atau tertular penyakit kelamin).
Parahnya lagi, menurut hasil penelitian tersebut, para remaja yang terlanjur mendapat informasi
seks yang salah dari media cenderung menganggap bahwa teman-teman sebaya mereka juga
sudah terbiasa melakukan seks bebas. Mereka akhirnya mengadopsi begitu saja norma-norma
sosial "tak nyata" yang sengaja dibuat oleh media.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal American Academy of Pediatrics,
serta sebagian dalam Journal of Adolescent Health. Namun sayangnya, hasil penelitian tersebut
belum melihat bagaimana dampak informasi seks di internet pada perilaku seks remaja.
Dengan mendapatkan temuan-temuan lain yang lebih konsisten, mungkin kita tak perlu
menunggu lama untuk membuktikan bahwa media memiliki peranan penting dalam
pembentukan norma seksual di kalangan remaja. (reuters/dni)
PENYEBAB DAN DAMPAK PERGAULAN BEBAS
Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency
Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja,salah satu penyebabnya akibat
pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-
31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Di kota dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II,
155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita
HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya
tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin
memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat
623orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14
tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185
orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
Semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak
permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan
model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor)
sebaya menjadi sangat penting.
“Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model pemberdayaan
masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta individu memberikan solusi
kepada teman sebaya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi”.
Pelatihan Managemen tersebut diikuti 24 peserta utusan dari delapan kabupaten dan satu kota di
Bali berlangsung selama empat hari.
Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi
dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap
tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan
dimedia massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan
sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya
dan adat bangsa. Berarti telah hilang nilai-nilai moral serta normayang telah lama mendarah
daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegal kan akan mendorong terhadap pergaulan bebas
yang lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan tanggung
jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah-masalah
kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah termasuksalah satu pemaksaan gaya hidup
kapitalis sekuler yang dipropagandakan PBB melalui ICDP (International Conference on
Development and Population) tahun 1994 di Kairo Mesir.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ; penderitaan kehilangan
harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%),
ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan
seksual (59%).
Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja
sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah). Abortus terbagi dua;
Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja. penyebabnya,
kandungan lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat aktivitas yang berlebihan, pola makan
yang salah dan keracunan.
Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya adalah bahwa
seorang wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya baik dengan sendiri atau
dengan bantuanorang lain karena tidak menginginkan kehadiran janin tersebut.
Risiko Aborsi
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun
keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan
aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang “.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang
kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Resiko kesehatan
terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan
gangguan psikologis.
Dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd; Risiko kesehatan dan
keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah
melakukan aborsi adalah ;
- Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
- Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
- Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
- Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
- Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
- Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita),
- Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
- Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
- Kanker hati (Liver Cancer).
- Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
- Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy).
- Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
- Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-
Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam ”
Psychological Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus
dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar.
Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara
meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala risikonya
yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan,
pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar
yang belum tentu kebenaran akan hal sex tersebut.
Nilai agama
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil
atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan
kandungannya.
Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu
nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
Tuhan memberikan ganjaran dosa yang sangat besar terhadap pelaku aborsi.
Oleh sebab itu aborsi adalah membunuh, membunuh berarti melakukan tindakan kriminal dan
melawan terhadap perintah Allah.
Nilai Hukum
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia Bab XIV tentang kejahatan terhadap
kesusilaan pasal 229 ayat (1) dikatakan bahwa perbuatan aborsi yang disengaja atas perbuatan
sendiri atau meminta bantuan pada orang lain dianggap sebagai tindakan pidana yang diancam
dengan hukuman paling lama 4 tahun penjara atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
Ayat (2) pasal 299 tersebut melanjutkan bahwa apabila yang bersalah dalam aborsi tersebut
adalah pihak luar ( bukan ibu yang hamil ) dan perbuatan itu dilakukan untuk tujuan ekonomi,
sebagai mata pencarian, maka hukumannya dapat ditambah sepertiga hukuman pada ayat (1) dia
atas.
Apabila selama ini perbuatan itu dilakukan sebagai mata pencarian, maka dapat dicabut haknya
untuk melakukan mata pencarian tersebut. Kemudian pada pasal 346 dikatakan bahwa wanita
yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya atau meyuruh orang lain untuk melakukan
hal itu diancam hukuman penjara paling lama empat tahun.
Pada pasal 347 ayat (1) disebutkan orang yang menggugurkan atau mematikan kehamilan
seorang wanita tanpa persetujuan wanita itu diancam hukuman paling lama 12 tahun penjara, dan
selanjutnya ayat (2) menyebutkan jika dalam menggugurkan kandungan tersebut berakibat pada
hilangnya nyawa wanita yang mengandung itu, maka pihak pelaku dikenakan hukuman penjara
paling lama 15 tahun.
Dalam pasal 348 ayat (1) disebutkan bahwa orang yang dengan sengaja menggugurkan
kandungan seorang wanita atas persetujuan wanita itu diancam hukuman paling lama 15 tahun
penjara, dan ayat (2) melanjutkan, jika dalam perbuatan itu menyebabkan wanita itu meninggal,
maka pelaku diancam hukuman paling lama 17 tahun penjara. Dengan demikian, perbuatan
aborsi di Indonesia termasuk tindakan kejahatan yang diancam dengan hukuman yang jelas dan
tegas.
Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda dan pemudi yang
terjerumus ke dalam lembah perzinahan (Free sex), disebabkan terlalu jauhnya kebebasan
mereka dalam bergaul, faktor utama masalahnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat
ini terhadap batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Disamping itu didukung oleh arus
modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan
masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat.
Kita telah mengetahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh
kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan
dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila. Tidak ada salahnya
jika kita mengatakan pacaran adalah sebagian dari pergaulan bebas. SEBAB Saat ini pacaran
sudah menjadi hal yang biasa bahkan sudah menjadi kode etik dalam memilih calon
pendamping. Fakta menyatakan bahwa sebagian besar perzinahan disebabkan oleh pacaran. Bila
kita menengok kebelakang tentang kebudayaan Indonesia sebelumnya, pacaran (berduaan
dengan non muhrim) merupakan hal yang tabu. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa
pacaran memang tidak dibenarkan dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia, demikian juga
dengan budaya islam.
Eksploitasi seksual dalam video klip, majalah, televisi dan film-film ternyata mendorong para
remaja untuk melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia muda. Dengan melihat
tampilan atau tayangan seks di media, para remaja itu beranggapan bahwa seks adalah sesuatu
yang bebas dilakukan oleh siapa saja, dimana saja.
Menurut Jane Brown, ilmuwan dari Universitas North Carolina yang memimpin proyek
penelitian ini, semakin banyak remaja disuguhi dengan eksploitasi seks di media, maka mereka
akan semakin berani mencoba seks di usia muda.
Sebelumnya para peneliti ini telah menemukan hubungan antara tayangan seks di televisi dengan
perilaku seks para remaja. Dengan mengambil sampel sebanyak 1,017 remaja berusia 12 sampai
14 tahun dari Negara bagian North Carolina, AS yang disuguhi 264 tema seks dari film, televisi,
pertunjukan, musik, dan majalah selama 2 tahun berturut-turut, mereka mendapatkan hasil yang
sangat mengejutkan.
Secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan seksual dari media
cenderung melakukan seks pada usia 14 hingga 16 tahun 2,2 kali lebih tinggi ketimbang remaja
lain yang lebih sedikit melihat eksploitasi seks dari media.
Maka tidak mengherankan kalau tingkat kehamilan di luar nikah di Amerika Serikat sepuluh kali
lipat lebih tinggi dibanding negara-negara industri maju lainnya, hingga penyakit menular
seksual (PMS) kini menjadi ancaman kesehatan publik disana.
Pada saat yang sama, orang tua juga melakukan kesalahan dengan tidak memberikan pendidikan
seks yang memadai di rumah, dan membiarkan anak-anak mereka mendapat pemahaman seks
yang salah dari media. Akhirnya jangan heran kalau persepsi yang muncul tentang seks di
kalangan remaja adalah sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bebas dari resiko (kehamilan
atau tertular penyakit kelamin).
Parahnya lagi, menurut hasil penelitian tersebut, para remaja yang terlanjur mendapat informasi
seks yang salah dari media cenderung menganggap bahwa teman-teman sebaya mereka juga
sudah terbiasa melakukan seks bebas. Mereka akhirnya mengadopsi begitu saja norma-norma
sosial "tak nyata" yang sengaja dibuat oleh media.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal American Academy of Pediatrics, serta
sebagian dalam Journal of Adolescent Health. Namun sayangnya, hasil penelitian tersebut belum
melihat bagaimana dampak informasi seks di internet pada perilaku seks remaja.
Dengan mendapatkan temuan-temuan lain yang lebih konsisten, mungkin kita tak perlu
menunggu lama untuk membuktikan bahwa media memiliki peranan penting dalam
pembentukan norma seksual di kalangan remaja. (reuters/dni)
UU APP (Undang-undang Anti-Pornografi dan Pornoaksi) sampai saat ini belum juga rampung.
Beberapa pihak khususnya dari kalangan seniman menunjukkan kekurangsetujuan terhadap
RUU APP tersebut. Mereka beralasan nantinya akan terjadi pemasungan terhadap kebebasan
berekspresi.
Terlepas dari permasalahan tersebut, pornografi dan pornoaksi secara langsung maupun tidak
telah menimbulkan banyak permasalahan sosial. Contoh realnya, banyak kasus pemerkosaan
yang terjadi setelah pelakunya menonton film porno. Bahkan sekarang pemerkosaan bukan jadi
monopoli orang dewasa saja, anak-anak sudah turut ambil bagian dan sudah bisa ditebak
alasannya karena penasaran setelah menonton film porno. Tayangan seperti itu akan
menimbulkan dorongan bagi penontonnya untuk mengulangi apa yang mereka lihat. Tinggal
menunggu adanya kesempatan lalu semuanya akan terjadi. Karena itu, tidak heran rencana
kemunculan majalah Playboy bulan Maret tahun lalu mengundang penolakan yang keras
khususnya dari organisasi-organisasi Islam.
Belum selesai masalah pornografi muncul masalah baru, pemerintah bermaksud menyediakan
ATM kondom di beberapa tempat. Di Bandung, rencananya akan disediakan di Saritem.
Alasannya agar kondom dapat mudah diperoleh dengan harapan bisa menekan laju penularan
HIV. Padahal keefektifannya masih perlu dipertanyakan. Untuk KB saja kegagalannya mencapai
10% (bkkbn.go.id, 24/09/05). Jika demikian, bila berhubungan dengan orang yang terinfeksi
HIV, penggunaan kondom masih menyisakan resiko sangat besar mengingat besarnya virus HIV
jauh lebih kecil dari pori-pori kondom sehingga masih mampu menembus dinding kondom dan
menularkan HIV ke hospes baru.
Banyak pihak yang khawatir adanya ATM kondom akan membuat remaja bahkan anak-anak
tidak kesulitan untuk mendapatkannya. Kekhawatiran seperti ini bukanlah kekhawatiran tanpa
alasan. Di tengah maraknya tayangan pornografi dan pornoaksi yang merangsang terjadinya seks
bebas bagi generasi muda, pendirian ATM kondom setidaknya akan membuat para remaja
merasa difasilitasi.
Memang ada seorang pejabat BKKBN yang beralasan menempatkan ATM kondom di lokasi
pelacuran (Saritem), justru karena mereka yang datang ke tempat pelacuran tidak pernah
memakai kondom, sehingga dikhawatirkan terjangkit dan menularkan HIV ke keluarganya.
(bkkbn.go.id, 17/01/06). Namun hal tersebut menunjukkan pemerintah mengakui akan
melegalisasi pelacuran dengan menyediakan ‘kemudahan’ bagi para pelakunya. Ini ironis sebab
ternyata jumlah WTS perempuan di Jakarta misalnya, remaja putri yang berusia antara 14-19
tahun menempati peringkat pertama sebagai jumlah terbanyak (usia 16, 17, 18 tahun merupakan
tingkatan umur yang paling dominan). Kedua berusia antara 20-25 tahun, dan ketiga 26-35 tahun
(bkkbn.go.id, 19/01/06). Artinya yang kena generasi muda lagi.
Merebaknya seks bebas di generasi muda akan mengakibatkan suramnya masa depan tatanan
sosial masyarakat Indonesia. Betapa tidak? Orang-orang akan enggan untuk menikah karena
kebutuhan seksual mereka telah terpenuhi. Mereka enggan hamil karena menganggap memiliki
anak itu merepotkan dan kalaupun ada kehamilan akan dilakukan aborsi. Semua itu akan
mengakibatkan sedikitnya anak-anak yang dilahirkan.
Setidaknya inilah yang terjadi di negara-negara yang sekuler. Angka pertumbuhan di negara
jepang misalnya, salah satu negara asia yang menganut gaya hidup bebas, angka pertumbuhan
penduduk terus turun bahkan diprediksikan tahun 2050 penduduknya sebesar 100,593 juta dari
jumlah penduduk 127,687 juta pada tahun 2004 (stat.go.jp). Akibatnya beberapa dekade
mendatang negara-negara tersebut akan menjadi negara yang renta dan yang paling fatal negara
ini bisa saja mengalami ‘kepunahan’. Di sisi lain, masih di negara Jepang, angka perceraian terus
naik perlahan sedangkan angka pernikahan terus turun tajam dari tahun ke tahun (stat.go.jp).
Perceraian ini akan melahirkan anak-anak yang broken home. Anak-anak yang broken home ini
akan lebih mudah terseret pergaulan yang buruk bahkan terjatuh pada tindakan kriminal. Studi
yang dilakukan di Amerika Serikat membuktikan ada korelasi yang erat antara single-parent dan
kriminal atau minimal kenakalan remaja. Survey terhadap 108 pemerkosa menunjukkan 60%
pelakunya berasal dari keluarga yang dipimpin hanya oleh ibu/single parent (divorcereform.org).
Dan masih banyak lagi kasus yang bisa diungkap akibat merebaknya seks bebas.
Negara-negara sekuler sedang mengalami detik-detik sakaratul maut. Mereka saat ini masih bisa
bertahan berkat dukungan dari kecanggihan teknologinya. It’s only a matter of time. Bangsa
Indonesia yang dikenal religius malah sedikit demi sedikit mulai meniru langkah mereka. Lalu
dengan apa lagi kita akan menyelamatkan bangsa ini?
Telah jelas bagi kita tidak ada dasar bagi Rancangan pembentukan Undang-undang legalisasi
aborsi karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, Agama dan Hukum yang berlaku.
Legalisasi aborsi akan mendorong pergaulan bebas lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan tanggung
jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Sedangkan dilarang saja masih banyak terjadi
aborsi, bagaimana jika hal ini dilegalkan? Legalisasi akan berakibat orang tidak lagi takut untuk
melakukan hubungan intim pranikah, prostitusi karena jika hamil hanya tinggal datang ke dokter
atau bidan beranak untuk menggugurkan, dengan kondisi ini dokter ataupun bidan dengan
leluasa memberikan patokan harga yang tinggi dalam sekali melakukan pengguguran.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai
remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam
masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama, memberikan pendidikan seks
yang benar. Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa
terkecuali, agar menjadi sebuah proritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kematian
disebabkan aborsi tersebut.
Catatan Penting : Wanita tidak mungkin melakukan Aborsi, kecuali dia pasti telah Hamil, dan
hal tersebut tidak mungkin terjadi kecuali pasti ada pelaku penyebab kehamilan...??? siapkah
dia.....???!!!.
BAB V
PENUTUP
Telah jelas bagi kita tidak ada dasar bagi Rancangan pembentukan Undang-undang
legalisasi aborsi karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, Agama dan Hukum
yang berlaku. Legalisasi aborsi akan mendorong pergaulan bebas lebih jauh dalam
masyarakat.Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan
tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Sedangkan dilarang saja masih banyak
terjadi aborsi, bagaimana jika hal ini dilegalkan? Legalisasi akan berakibat orang tidak lagi takut
untuk melakukan hubungan intim pranikah, prostitusi karena jika hamil hanya tinggal datang ke
dokter atau bidan beranak untuk menggugurkan, dengan kondisi ini dokter ataupun bidan dengan
leluasa memberikan patokan harga yang tinggi dalam sekali melakukan pengguguran.
Jika perharinya yang melakukan aborsi 7 s/d 8 orang dan harga sekali aborsi sebesar Rp.
4.000.000,-, berarti dalam satu harinya dokter ataupun bidan bisa meraup keuntungan sebesar
Rp. 32.000.000,-. Jika di legalkan hal tersebut lebih berdampak negatif bagi pertumbuhan dan
perkembangan remaja, legalisasi tidak memberikan manfaat bagi masyarakat dan bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila dan Agama, jika bertentangan tidak perlu diterima/dibentuk
peraturan tersebut.
Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar
75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.
Daftar Pustaka
1. Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop
dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 2. Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan
Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup:
Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 3. Fuad Hassan.
“Pokok-pokok Bahasan Mengenai Budaya Nusantara Indonesia”. Dalam
http://kongres.budpar.go.id/news/article/Pokok_pokok_bahasan.htm, didownload 7/15/04. 4.
Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. 5.
Adeney, Bernard T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya. Yogyakarta: Kanisius. Al-Hadar Smith,
“Syariah dan Tradisi Syi’ah Ternate”, dalam http://alhuda.or.id/rub_budaya.htm , didown load
7/15/04. 6. http://www.google=pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/
Karya ILmiah | CONTOH KARYA ILMIAH PERGAULAN BEBAS DI KALANGAN
REMAJA
Share on Facebook Twitter Google+
Berita :
Contoh Karya Ilmiah tentang Bahaya Merokok Judul Karya Ilmiah : Pengaruh
rokok terhadap kesehatan dikalangan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A ...
Contoh Karya Ilmiah tentang Sampah Judul Karya Ilmiah : Pengaruh Sampah
terhadap Lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang ...
Contoh Karya Ilmiah Pendidikan 2015 Karya Ilmiah merupakan sebuah laporan
tertulis dan diterbitkan yang memparkan hasil dari ...
Histats
DMC
Advertisement
Posh Terbaru
Post Terpopuler
Info Asik
Label
Alquran Artikel Artikel Islami artikel kesehatan biografi tokoh contoh angket contoh
permohonan Contoh proposal Contoh Surat DAKWAH Doa-Doa farmasi INFORMATIKA
Karya ILmiah Kesehatan lamaran pekerjaan Makalah Makalah Ekonomi makalah islami
Makalah Kesehatan makalah pendidikan Materi Pendidikan Pendidikan puisi sejarah SKRIPSI
SKRIPSI KESEHATAN soal ulangan sosial -budaya
© www.Teoripendidikan.Com | Privacy Policy | About Us