Anda di halaman 1dari 26

 Home

 Makalah Pendidikan
 Skripsi
 Materi Pendidikan
 Contoh Surat
 Artikel
 Proposal
 Makalah

Home » Karya ILmiah » CONTOH KARYA ILMIAH PERGAULAN BEBAS DI KALANGAN


REMAJA

CONTOH KARYA ILMIAH PERGAULAN


BEBAS DI KALANGAN REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang Masalah


Latar belakang keinginan saya membuat karya ilmiah tentang Perubahan Pergaulan bebas di
Kalangan Remaja  adalah karena Dewasa ini, kejadian pergaulan bebas yang terjadi di kalangan
remaja banyak berasal dari eksploitasi seksual pada media yang ada di sekeliling kita. Eksploitasi
seksual dalam video klip, majalah, televisi dan film-film ternyata mendorong para remaja untuk
melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia muda. Dengan melihat tampilan atau
tayangan seks di media, para remaja itu beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang bebas
dilakukan oleh siapa saja, dimana saja.Oleh karena itu, kami memilih tema Pergaulan Bebas
Remaja untuk dikaji lebih lanjut sebagai informasi bagi kaum remaja yang sangat berkaitan erat
dengan tema di atas.

1.2.    Rumusan masalah


1.2.1.      Apa penyebab dan dampak pergaulan bebas?
1.2.2.      Apa hubungannya dengan nilai pancasila,agama dan hukum?
1.2.3.      Apa hubungan pergaulan bebas dan penyimpangan perilaku remaja?
1.2.4.      Apa saja dampak pergaulan bebas bagi perilaku remaja?
1.2.5.      Bagaimana hubungannya dengan UU APP?

1.3.Ruang Lingkup Masalah

Pergaulan Bebas Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia
sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan
hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship).
WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia)
BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi)
Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)
Pacaran merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas.
1.4.Tujuan Penelitian

1.4.1.      Sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir semester genap

1.5.Sistematika Penyajian
Karya ilmiah ini terdiri dari 3 Bab,yaitu BAB I Pendahuluan,BAB II Pembahasan,BAB
III Penutup.Masing-masing bab memiliki subbab dengan garis besar isinya sebagai
berikut,yaitu :
BAB I Berisi pendahuluan.Pada bab ini diuraikan Latar Belakang Masalah,Rumusan
Masalah,Ruang Lingkup Masalah,Tujuan Penelitian,Metode Penelitian dan Sitematika
Penyajian.
BAB II Memaparkan pembahasan.Pada bab ini diuraikan beberapa penjelasan.
Selanjutnya,bagian terakhir yaitu BAB III.
BAB III menguraikan kesimpulan dari penulis dan saran-saran yang ditujukan bagi para
pembaca dan penulis lain.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.Pergaulan Bebas
Pengertian Pergaulan Bebas Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari
makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya
membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan
(interpersonal relationship). Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus
dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan
melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya
bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma
bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi
aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses
seperti saat ini. Pergaulan bebas sering dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif seperti seks
bebas, narkoba, kehidupan malam, dan lain-lain. Memang istilah ini diadaptasi dari budaya barat
dimana orang bebas untuk melakukan hal-hal diatas tanpa takut menyalahi norma-norma yang
ada dalam masyarakat. Berbeda dengan budaya timur yang menganggap semua itu adalah hal
tabu sehingga sering kali kita mendengar ungkapan “jauhi pergaulan bebas”.Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.Batasan
usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.Menurut WHO (badan PBB
untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.Sedangkan dari segi
program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka
yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat
Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21
tahun.Dampak Pergaulan Bebas Dampak dari pergaulan bebas akan menimbulkan perilaku-
perilaku yang negatif, yang antara lain; negatif minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang,
sex bebas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS. Melakukan
hubungan seks secara bebas merupakan akibat pertama dari pergaulan bebas yang merupakan
lingkaran setan yang tidak ada putusnya dengan berbagai akibat di berbagai bidang antara lain di
bidang sosial, agama dan kesehatan. Yayah Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip pelbagai hasil
penelitian yg menunjukkan intensitas angka kehamilan remaja di luar nikah. Lembaga konseling
remaja, Sahabat Remaja, menemukan dari pelbagai kasus yg mereka tangani pada tahun 1990
dijumpai ada 80 remaja usia 14-24 tahun yg hamil sebelum nikah. Penelitian di Manado yg
dilaporkan oleh Warouw mengambil 663 sampel secara acak dari 3.106 orang meminta induksi
haid ditemukan sebanyak 472 responden yg belum menikah (71,3%) mengalami kehamilan yg
tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Dari jumlah tersebut, 291 responden (28,8%) berusia
14-19 tahun, 345 responden (52%) berusia 20-24 tahun. Pakar seks juga specialis Obstetri dan
Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja
yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun
1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke,
dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta,
Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000
lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen.
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indoneerdasarkan penelitian di berbagai kota
besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan
seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan.
Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan
tampaknya berkembang semakin serius.

BAB III
METODE PENELITIAN

Sumber data
Dalam penelitian karya tulis ini,digunakan metode penulisan dengan cara peninjauan dan cara
tinjaua kepustakaan menurut buku………………………………tinjauan kepustakaan disebut
juga study kepustakaan yaitu mencari data dari kepustakaan misalnya dari data buku jurnal
masalah dan lain-lain.
Semakin banyak sumber bacaan semakin banyak pula pengetahuan yang diteliti namun tidak
semua buku bacaan dan laporan dapat diolah.
Cara memperoleh data
Mepelajari hasil yang diperoleh dari setiap sumber yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan.
Mempelajari metode penelitian yang dilakukan termasuk metode penelitian pengambilan sampel
pengumpulan data sumber data dan satuan data
Mengumpulkan data dari sumber lain yang berhubungan dengan bidang penelitian.
Mempelajari analisis deduktif dari problem yang tertera(analisis berpikir secara kronologis)
Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ini adalah penelitian sendiri karena subjek penelitiannya berupa pustaka
yang memerlukan pemahaman dan penafsiran penelitian,penulis mencatat hal-hal yang
berhubungan dengan pesan social budaya dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas
yang digunakan sebagai instruktur penelitian seluruh data dikumpulkan dalam catatan khusus.
Analisis data
`           Data yang dikumpulkan dalam catatan khusus selanjutnya dianalisis,proses analisis
dilakukan dengan cermat dan dideskripsikan dengan lengkap sehingga menghasilkan analisis
yang representative teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis isi.

BAB IV
PEMBAHASAN

Sekarang ini di kalangan remaja pergaulan bebas semakin meningkat terutama di kota-
kota besar. Hal ini terjadi karena kurangnya bimbingan dan perhatiandari orang tua.Sebelumnya
para peneliti ini telah menemukan hubungan antara tayangan seks di televisi dengan perilaku
seks para remaja. Dengan mengambil sampel sebanyak 1,017 remaja berusia 12 sampai 14 tahun
dari Negara bagian North Carolina, AS yang disuguhi 264 tema seks dari film, televisi,
pertunjukan, musik, dan majalah selama 2 tahun berturut-turut, mereka mendapatkan hasil yang
sangat mengejutkan.
Secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan seksual dari
media cenderung melakukan seks pada usia 14 hingga 16 tahun 2,2 kali lebih tinggi ketimbang
remaja lain yang lebih sedikit melihat eksploitasi seks dari media.
Maka tidak mengherankan kalau tingkat kehamilan di luar nikah di Amerika Serikat sepuluh kali
lipat lebih tinggi dibanding negara-negara industri maju lainnya, hingga penyakit menular
seksual (PMS) kini menjadi ancaman kesehatan publik disana.
Pada saat yang sama, orang tua juga melakukan kesalahan dengan tidak memberikan pendidikan
seks yang memadai di rumah, dan membiarkan anak-anak mereka mendapat pemahaman seks
yang salah dari media. Akhirnya jangan heran kalau persepsi yang muncul tentang seks di
kalangan remaja adalah sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bebas dari resiko (kehamilan
atau tertular penyakit kelamin).
Parahnya lagi, menurut hasil penelitian tersebut, para remaja yang terlanjur mendapat informasi
seks yang salah dari media cenderung menganggap bahwa teman-teman sebaya mereka juga
sudah terbiasa melakukan seks bebas. Mereka akhirnya mengadopsi begitu saja norma-norma
sosial "tak nyata" yang sengaja dibuat oleh media.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal American Academy of Pediatrics,
serta sebagian dalam Journal of Adolescent Health. Namun sayangnya, hasil penelitian tersebut
belum melihat bagaimana dampak informasi seks di internet pada perilaku seks remaja.
Dengan mendapatkan temuan-temuan lain yang lebih konsisten, mungkin kita tak perlu
menunggu lama untuk membuktikan bahwa media memiliki peranan penting dalam
pembentukan norma seksual di kalangan remaja. (reuters/dni)
PENYEBAB DAN DAMPAK PERGAULAN BEBAS
Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency
Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja,salah satu penyebabnya akibat
pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-
31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Di kota dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II,
155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita
HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya
tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin
memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat
623orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14
tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185
orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
Semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak
permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan
model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor)
sebaya menjadi sangat penting.
“Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model pemberdayaan
masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta individu memberikan solusi
kepada teman sebaya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi”.
Pelatihan Managemen tersebut diikuti 24 peserta utusan dari delapan kabupaten dan satu kota di
Bali berlangsung selama empat hari.
Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi
dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap
tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan
dimedia massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan
sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya
dan adat bangsa. Berarti telah hilang nilai-nilai moral serta normayang telah lama mendarah
daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegal kan akan mendorong terhadap pergaulan bebas
yang lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan tanggung
jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah-masalah
kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah termasuksalah satu pemaksaan gaya hidup
kapitalis sekuler yang dipropagandakan PBB melalui ICDP (International Conference on
Development and Population) tahun 1994 di Kairo Mesir.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ; penderitaan kehilangan
harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%),
ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan
seksual (59%).
Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja
sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah). Abortus terbagi dua;
Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja. penyebabnya,
kandungan lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat aktivitas yang berlebihan, pola makan
yang salah dan keracunan.
Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya adalah bahwa
seorang wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya baik dengan sendiri atau
dengan bantuanorang lain karena tidak menginginkan kehadiran janin tersebut.
Risiko Aborsi
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun
keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan
aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang “.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang
kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Resiko kesehatan
terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan
gangguan psikologis.
Dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd; Risiko kesehatan dan
keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah
melakukan aborsi adalah ;
- Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
- Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
- Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
- Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
- Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
- Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita),
- Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
- Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
- Kanker hati (Liver Cancer).
- Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
- Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy).
- Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
- Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-
Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam ”
Psychological Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus
dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar.
Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara
meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala risikonya
yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan,
pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar
yang belum tentu kebenaran akan hal sex tersebut.

HUBUNGANNYA DENGAN NILAI PANCASILA,AGAMA & HUKUM


Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT
Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian
dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan
hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu
ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para remaja
melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa
direncanakan.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta
komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman,
Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa
informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri
tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman
yang lainnya.
Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan
bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah
sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk
bertanggung jawab terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat (pendek akal)
jika menghadapi hal seperti ini.
Pada zaman modren sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai,
dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan
nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion), model pergaulan dan film-film yang
begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal
hubungan seks di luar nikah dianggap suatu kewajaran.
Bebera faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu;
Pertama, Faktor agama dan iman.
Kedua, Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media.
Ketiga, Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.
Keempat, Perubahan Zaman.

Nilai agama
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil
atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan
kandungannya.
Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu
nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
Tuhan memberikan ganjaran dosa yang sangat besar terhadap pelaku aborsi.
Oleh sebab itu aborsi adalah membunuh, membunuh berarti melakukan tindakan kriminal dan
melawan terhadap perintah Allah.

Nilai Hukum
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia Bab XIV tentang kejahatan terhadap
kesusilaan pasal 229 ayat (1) dikatakan bahwa perbuatan aborsi yang disengaja atas perbuatan
sendiri atau meminta bantuan pada orang lain dianggap sebagai tindakan pidana yang diancam
dengan hukuman paling lama 4 tahun penjara atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
Ayat (2) pasal 299 tersebut melanjutkan bahwa apabila yang bersalah dalam aborsi tersebut
adalah pihak luar ( bukan ibu yang hamil ) dan perbuatan itu dilakukan untuk tujuan ekonomi,
sebagai mata pencarian, maka hukumannya dapat ditambah sepertiga hukuman pada ayat (1) dia
atas.
Apabila selama ini perbuatan itu dilakukan sebagai mata pencarian, maka dapat dicabut haknya
untuk melakukan mata pencarian tersebut. Kemudian pada pasal 346 dikatakan bahwa wanita
yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya atau meyuruh orang lain untuk melakukan
hal itu diancam hukuman penjara paling lama empat tahun.
Pada pasal 347 ayat (1) disebutkan orang yang menggugurkan atau mematikan kehamilan
seorang wanita tanpa persetujuan wanita itu diancam hukuman paling lama 12 tahun penjara, dan
selanjutnya ayat (2) menyebutkan jika dalam menggugurkan kandungan tersebut berakibat pada
hilangnya nyawa wanita yang mengandung itu, maka pihak pelaku dikenakan hukuman penjara
paling lama 15 tahun.
Dalam pasal 348 ayat (1) disebutkan bahwa orang yang dengan sengaja menggugurkan
kandungan seorang wanita atas persetujuan wanita itu diancam hukuman paling lama 15 tahun
penjara, dan ayat (2) melanjutkan, jika dalam perbuatan itu menyebabkan wanita itu meninggal,
maka pelaku diancam hukuman paling lama 17 tahun penjara. Dengan demikian, perbuatan
aborsi di Indonesia termasuk tindakan kejahatan yang diancam dengan hukuman yang jelas dan
tegas.

HUBUNGAN PERGAULAN BEBAS DAN PENYIMPANGAN PRILAKU REMAJA

Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda dan pemudi yang
terjerumus ke dalam lembah perzinahan (Free sex), disebabkan terlalu jauhnya kebebasan
mereka dalam bergaul, faktor utama masalahnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat
ini terhadap batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Disamping itu didukung oleh arus
modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan
masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat.
Kita telah mengetahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh
kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan
dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila. Tidak ada salahnya
jika kita mengatakan pacaran adalah sebagian dari pergaulan bebas. SEBAB Saat ini pacaran
sudah menjadi hal yang biasa bahkan sudah menjadi kode etik dalam memilih calon
pendamping. Fakta menyatakan bahwa sebagian besar perzinahan disebabkan oleh pacaran. Bila
kita menengok kebelakang tentang kebudayaan Indonesia sebelumnya, pacaran (berduaan
dengan non muhrim) merupakan hal yang tabu. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa
pacaran memang tidak dibenarkan dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia, demikian juga
dengan budaya islam.

REMAJA & PERGAULAN BEBAS


Munculnya istilah pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi dalam peradaban umat manusia, kita patut bersyukur dan bangga terhadap hasil cipta
karya manusia, karena dapat membawa perubahan yang positif bagi perkembangan/kemajuan
industri masyarakat. Tetapi perlu disadari bahwa tidak selamanya perkembangan membawa
kepada kemajuan, mungkin bisa saja kemajuan itu dapat membawa kepada kemunduran. Dalam
hal ini adalah dampak negatif yang diakibatkan oleh perkembangan iptek, salah satunya adalah
budaya pergaulan bebas tanpa batas.
Dilihat dari segi katanya dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari istilah pergaulan
bebas. Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan bebas artinya terlepas dari
ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul dengan orang lain terlepas dari ikatan yang
mengatur pergaulan.
Islam telah mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah tercantum dalam
surat An-Nur ayat 30-31. Telah dijelaskan bahwa hendaknya kita menjaga pandangan mata
dalam bergaul. Lalu bagaiamana hal yang terjadi dalam pergaulan bebas? Tentunya banyak hal
yang bertolak belakang dengan aturan-aturan yang telah Allah tetapkan dalam etika pergaulan.
Karena dalam pergaulan bebas itu tidak dapat menjamin kesucian seseorang.

Pacaran adalah Pintu Pergaulan Bebas


Pacaran merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas. Dari sumber di atas kita
telah mengetahui bahwa pergaulan bebas tidak mengenal batas-batas pergaulan. Para remaja
dengan bebas saling bercengkrama, bercampur baur (ikhtilat) antara lawan jenis, akibatnya
mudah di telusuri berkembanglah budaya pacaran.
Kecintaan terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia. Tetapi pacaran bukanlah wadah yang
tepat. Cinta bukanlah sekedar pandangan mata ataupun kerlingan. Bukan pula lembaran surat
yang berisi pujian kata yang melebihi dari ikatan pernikahan, dan cinta tidak akan berakhir
dengan pernikahan.
Banyak orang yang mengagungkan dan memproklamirkan kata cinta. Namun mengapa
gambaran dan kenyataan pahit mewarnai dunia cinta. Betapa banyak cinta berujung pada
pembunuhan bayi-bayi yang tak berdosa. Banyak orang yang memiliki cinta melakukan hal yang
keji. Cinta berubah menjadi perceraian dan mengakibatkan suramnya masa depan generasi
mendatang. Mengapa pula cinta bisa dijajakan di sembarang tempat oleh wanita berbusana
minim? Hal-hal yang mengenaskan sekaligus memalukan itu menjadi daftar persoalan yng
melingkupi dunia cinta.
Sebagian orang berpendapat bahwa cinta bermakna kecenderungan terus menerus disertai
dengan hati yang meluap-luap. Inilah yang membuat seseorang menjadi buta dan tuli. Kebutaan
ini dapat diartikan tidak lagi melihat tata nilai terutama nilai-nilai syariat islam, sehingga banyak
orang menabrak nilai-nilai Islam dalam mengekspresikan cintanya. Dan yang dimaksud tuli yaitu
tidak mau mendengar nasihat-nasihat agama yang seharusnya dapat membingkai cintanya.
Seperti yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, “Kecintaanmu kepada sesuatu bisa
membuat buta dan tuli.” (HR. Ahmad).
Lain halnya dengan seseorang yang berada dalam wilayah tidak terlarang, seperti seseorang yang
berada jauh dari rumah lalu merindukan istrinya. Semua aktifitas tubuh kita berpotensi
menimbulkan zina ketika digerakkan atas nama syahwat yang melesat lepas dari kendali fitrah.
Namun nama Allah Maha Pemurah, zina yang dilakukan selain farji tidak sampai dikenakan
hukuman cambuk. Ia masih bisa dihapus dengan taubat yang tulus dan ditebus dengan amal-amal
shalih. Cara untuk menghindari zina adalah dengan mengendalikan hawa nafsu dan menutup
rapat-rapat pintu zina.
C. Bagaimana Islam memandang Pergaulan Bebas?
Banyak hal-hal yang negatif yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas. Ini semua telah terlukis
oleh mereka di belahan bumi Barat, yang dulu mengagung-agungkan kebebasan dalam segala
hal, termasuk kebebasan seks, kini mereka menjerit. Angka perceraian sangat tinggi, dan pranata
pernikahan diragukan. Akibatnya keluarga sebagai sendi masyarakat runtuh, kemudian terjadilah
dekadensi moral. Wabah AIDS menebarkan kengerian dan ketakutan karena semakin liarnya
perilaku masyarakat dalam free sex.
Apa yang terjadi di Barat dapat kita sinyalir dari tulisan George Balusyi dalam bukunya;
“Ledakan Seksual”, yaitu; “pada tahun 1962, Kennedy menjelaskan, masa depan Amerika
diancam bahaya, sebab para pemudanya cenderung dan tenggelam di dalam syahwat sehingga
tidak mampu memikul tanggung jawab yang harus dipikul di atas pundaknya. Setiap tujuh
pemuda yang maju untuk jadi tentara, terdapat enam pemuda yang tidak pantas dijadikan tentara.
Sebab syahwat yang telah mereka lampiaskan itu, telah merusak keseimbangan hygienis dan
psikis mereka”. Budaya free sex tidak jauh berbeda dengan budaya pacaran. Dan dengan
menghubungkan fakta yang terjadi di sekitar kita, banyak para pemuda dan pemudi yang
mengaku dirinya muslim tetapi mereka melakukan perbuatan zina. Juka hal ini dibiarkan, maka
akan sangat berabhaya bagi kelanjutan da’wah Islam. Betapa sedihnya jika ummat Islam yang
begitu besar tetapi akhlak para pemudanya penuh dengan kebobrokan. Naudzubillahi min zaalik.

DAMPAK BAGI PERILAKU REMAJA


Ada dua bentuk prilaku yang bisa muncul pada remaja yang menganut paham pergaulan bebas.
Yaitu, memiliki akhlaq buruk dan perilaku fatamorgana. Keduanya adalah prilaku tidak baik
dalam kehidupan dan harus dihindari.
Dari memiliki akhlaq yang buruk antara lain adalah memiliki sifat takabur, hasud, dendam,
mudah marah, bohong, ingkar janji, menyia-nyiakan waktu, tidak punya rasa malu, buruk
sangka, penakut dan sebagainya. "Sedangkan indikator dari prilaku fatamorgana antara lain suka
pacaran, seks bebas, narkoba, merokok, meminum khamar, gila mode, lupa aurat, konsumtif,
percaya pada astrologi dan lain-lain," .
Semua prilaku tersebut sangat tidak baik bila terus menggelayuti kehidupan kita, sehingga harus
dihindari semampu kita. Nah, berkaitan dengan upaya menghindari ini, Islam menawarkan
aturan untuk pergaulan remaja. Pertama, menundukkan pandangan. Islam mengharuskan baik
laki-laki maupun perempuan untuk menundukkan pandangan agar terhindar fitnah seksual
melalui mata. Menjaga pandangan mempunyai dua arti. Diantaranya, pandangan lahir, melihat
dan menikmati pada bagian-bagian tubuh yang menarik dan menggairahkan nafsu birahi.
Kemudian pandangan bathin , yaitu syahwat yang timbul di dalam hati untuk mengadakan
hubungan seksual atau perbuatan lain yang melanggar kesusilaan setelah melihat bentuk lahir
dari lawan jenis seks yang berlawanan. Berkaitan dengan menundukkan pandangan ini, terdapat
dalam Al-Qur'an Surah An-Nur ayat 30-31. Selanjutnya larangan bersentuh kulit. Islam tidak
membenarkan laki-laki dan wanita bersentuhan kulit. Walaupun dalam hal ini masih terdapat
ikhtilaf diantara para ulama. Akan tetapi jumhur ulama memberikan keputusan untuk tetap tidak
ada alasan boleh bersentuhan antara laki-laki dan perempuan. Kecuali dalam keadaan terpaksa.
"Aturan berikutnya larangan berduaan dengan yang bukan muhrim (Ajnabiyah). QS Al-Isra 32
telah dengan tegas mengatakan, Janganlah kami mendekati zina. Sesungguhnya zina itu suatu
perbuatan keji dan jalan yang buruk," urainya. Terkahir, larangan ihktilat. Ikhtilat yaitu campur
baurnya antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. Baik dalam pertemuan resmi
maupun tidak resmi. "Jika terpaksa harus bercampur baur, maka sebaiknya dibuat hijab atau
penghalang.
ingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency
Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat
pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-
31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Di kota dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II,
155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.Mereka terdiri atas putra 27%
dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan
bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin memprihatinkan.
Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari  tercatat 623 orang, sebagian
besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia
15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun
52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
Semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak
permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan
model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor)
sebaya menjadi sangat penting.
“Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model pemberdayaan
masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta individu memberikan solusi
kepada teman sebaya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi”.
Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi
dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap
tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan di
media massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan
sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya
dan adat bangsa. Berarti telah hilang nilai-nilai moral serta norma yang telah lama mendarah
daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegal kan akan mendorong terhadap pergaulan bebas
yang lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan tanggung
jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah-masalah
kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah termasuk salah satu pemaksaan gaya hidup
kapitalis sekuler yang dipropagandakan PBB melalui ICDP (International Conference on
Development and Population) tahun 1994 di Kairo Mesir.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ; penderitaan kehilangan
harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%),
ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan
seksual (59%).

Seks di Media, Biang Keladi Pergaulan Bebas Remaja

Eksploitasi seksual dalam video klip, majalah, televisi dan film-film ternyata mendorong para
remaja untuk melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia muda. Dengan melihat
tampilan atau tayangan seks di media, para remaja itu beranggapan bahwa seks adalah sesuatu
yang bebas dilakukan oleh siapa saja, dimana saja.
Menurut Jane Brown, ilmuwan dari Universitas North Carolina yang memimpin proyek
penelitian ini, semakin banyak remaja disuguhi dengan eksploitasi seks di media, maka mereka
akan semakin berani mencoba seks di usia muda.
Sebelumnya para peneliti ini telah menemukan hubungan antara tayangan seks di televisi dengan
perilaku seks para remaja. Dengan mengambil sampel sebanyak 1,017 remaja berusia 12 sampai
14 tahun dari Negara bagian North Carolina, AS yang disuguhi 264 tema seks dari film, televisi,
pertunjukan, musik, dan majalah selama 2 tahun berturut-turut, mereka mendapatkan hasil yang
sangat mengejutkan.
Secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan seksual dari media
cenderung melakukan seks pada usia 14 hingga 16 tahun 2,2 kali lebih tinggi ketimbang remaja
lain yang lebih sedikit melihat eksploitasi seks dari media.
Maka tidak mengherankan kalau tingkat kehamilan di luar nikah di Amerika Serikat sepuluh kali
lipat lebih tinggi dibanding negara-negara industri maju lainnya, hingga penyakit menular
seksual (PMS) kini menjadi ancaman kesehatan publik disana.
Pada saat yang sama, orang tua juga melakukan kesalahan dengan tidak memberikan pendidikan
seks yang memadai di rumah, dan membiarkan anak-anak mereka mendapat pemahaman seks
yang salah dari media. Akhirnya jangan heran kalau persepsi yang muncul tentang seks di
kalangan remaja adalah sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bebas dari resiko (kehamilan
atau tertular penyakit kelamin).
Parahnya lagi, menurut hasil penelitian tersebut, para remaja yang terlanjur mendapat informasi
seks yang salah dari media cenderung menganggap bahwa teman-teman sebaya mereka juga
sudah terbiasa melakukan seks bebas. Mereka akhirnya mengadopsi begitu saja norma-norma
sosial "tak nyata" yang sengaja dibuat oleh media.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal American Academy of Pediatrics, serta
sebagian dalam Journal of Adolescent Health. Namun sayangnya, hasil penelitian tersebut belum
melihat bagaimana dampak informasi seks di internet pada perilaku seks remaja.
Dengan mendapatkan temuan-temuan lain yang lebih konsisten, mungkin kita tak perlu
menunggu lama untuk membuktikan bahwa media memiliki peranan penting dalam
pembentukan norma seksual di kalangan remaja. (reuters/dni)

HUBUNGANNYA DENGAN UU APP


Sebenarnya judul di atas ingin saya tambahkan menjadi UU APP, ATM kondom, seks bebas,
pemerkosaan, pelacuran, aborsi, perceraian, single parent, broken home, kenakalan remaja,
kriminalitas dan masih banyak lagi tetapi tentunya terlalu panjang. Bila kita jeli melihat masalah-
masalah tersebut, yang sejatinya merupakan produk sekulerisme yang bebas nilai, akan terlihat
bahwa masing-masing memiliki keterkaitan antara satu dan lainnya. Semua ini akan berujung
pada kehancuran tatanan sosial sebuah masyarakat.

UU APP (Undang-undang Anti-Pornografi dan Pornoaksi) sampai saat ini belum juga rampung.
Beberapa pihak khususnya dari kalangan seniman menunjukkan kekurangsetujuan terhadap
RUU APP tersebut. Mereka beralasan nantinya akan terjadi pemasungan terhadap kebebasan
berekspresi.
Terlepas dari permasalahan tersebut, pornografi dan pornoaksi secara langsung maupun tidak
telah menimbulkan banyak permasalahan sosial. Contoh realnya, banyak kasus pemerkosaan
yang terjadi setelah pelakunya menonton film porno. Bahkan sekarang pemerkosaan bukan jadi
monopoli orang dewasa saja, anak-anak sudah turut ambil bagian dan sudah bisa ditebak
alasannya karena penasaran setelah menonton film porno. Tayangan seperti itu akan
menimbulkan dorongan bagi penontonnya untuk mengulangi apa yang mereka lihat. Tinggal
menunggu adanya kesempatan lalu semuanya akan terjadi. Karena itu, tidak heran rencana
kemunculan majalah Playboy bulan Maret tahun lalu mengundang penolakan yang keras 
khususnya dari organisasi-organisasi Islam.
Belum selesai masalah pornografi muncul masalah baru, pemerintah bermaksud menyediakan
ATM kondom di beberapa tempat. Di Bandung, rencananya akan disediakan di Saritem.
Alasannya agar kondom dapat mudah diperoleh dengan harapan bisa menekan laju penularan
HIV. Padahal keefektifannya masih perlu dipertanyakan. Untuk KB saja kegagalannya mencapai
10% (bkkbn.go.id, 24/09/05). Jika demikian, bila berhubungan dengan orang yang terinfeksi
HIV, penggunaan kondom masih menyisakan resiko sangat besar mengingat besarnya virus HIV
jauh lebih kecil dari pori-pori kondom sehingga masih mampu menembus dinding kondom dan
menularkan HIV ke hospes baru.
Banyak pihak yang khawatir adanya ATM kondom akan membuat remaja bahkan anak-anak
tidak kesulitan untuk mendapatkannya. Kekhawatiran seperti ini bukanlah kekhawatiran tanpa
alasan. Di tengah maraknya tayangan pornografi dan pornoaksi yang merangsang terjadinya seks
bebas bagi generasi muda, pendirian ATM kondom setidaknya akan membuat para remaja
merasa difasilitasi.
Memang ada seorang pejabat BKKBN yang beralasan menempatkan ATM kondom di lokasi
pelacuran (Saritem), justru karena mereka yang datang ke tempat pelacuran tidak pernah
memakai kondom, sehingga dikhawatirkan terjangkit dan menularkan HIV ke keluarganya.
(bkkbn.go.id, 17/01/06). Namun hal tersebut menunjukkan pemerintah mengakui akan
melegalisasi pelacuran dengan menyediakan ‘kemudahan’ bagi para pelakunya. Ini ironis sebab
ternyata jumlah WTS perempuan di Jakarta misalnya, remaja putri yang berusia antara 14-19
tahun menempati peringkat pertama sebagai jumlah terbanyak (usia 16, 17, 18 tahun merupakan
tingkatan umur yang paling dominan). Kedua berusia antara 20-25 tahun, dan ketiga 26-35 tahun
(bkkbn.go.id, 19/01/06). Artinya yang kena generasi muda lagi.

Merebaknya seks bebas di generasi muda akan mengakibatkan suramnya masa depan tatanan
sosial masyarakat Indonesia. Betapa tidak? Orang-orang akan enggan untuk menikah karena
kebutuhan seksual mereka telah terpenuhi. Mereka enggan hamil karena menganggap memiliki
anak itu merepotkan dan kalaupun ada kehamilan akan dilakukan aborsi. Semua itu akan
mengakibatkan sedikitnya anak-anak yang dilahirkan.
Setidaknya inilah yang terjadi di negara-negara yang sekuler. Angka pertumbuhan di negara
jepang misalnya, salah satu negara asia yang menganut gaya hidup bebas, angka pertumbuhan
penduduk terus turun bahkan diprediksikan tahun 2050 penduduknya sebesar 100,593 juta dari
jumlah penduduk 127,687 juta pada tahun 2004 (stat.go.jp). Akibatnya beberapa dekade
mendatang negara-negara tersebut akan menjadi negara yang renta dan yang paling fatal negara
ini bisa saja mengalami ‘kepunahan’. Di sisi lain, masih di negara Jepang, angka perceraian terus
naik perlahan sedangkan angka pernikahan terus turun tajam dari tahun ke tahun (stat.go.jp).
Perceraian ini akan melahirkan anak-anak yang broken home. Anak-anak yang broken home ini
akan lebih mudah terseret pergaulan yang buruk bahkan terjatuh pada tindakan kriminal. Studi
yang dilakukan di Amerika Serikat membuktikan ada korelasi yang erat antara single-parent dan
kriminal atau minimal kenakalan remaja. Survey terhadap 108 pemerkosa menunjukkan 60%
pelakunya berasal dari keluarga yang dipimpin hanya oleh ibu/single parent (divorcereform.org).
Dan masih banyak lagi kasus yang bisa diungkap akibat merebaknya seks bebas.
Negara-negara sekuler sedang mengalami detik-detik sakaratul maut. Mereka saat ini masih bisa
bertahan berkat dukungan dari kecanggihan teknologinya. It’s only a matter of time. Bangsa
Indonesia yang dikenal religius malah sedikit demi sedikit mulai meniru langkah mereka. Lalu
dengan apa lagi kita akan menyelamatkan bangsa ini?
Telah jelas bagi kita tidak ada dasar bagi Rancangan pembentukan Undang-undang legalisasi
aborsi karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, Agama dan Hukum yang berlaku.
Legalisasi aborsi akan mendorong pergaulan bebas lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan tanggung
jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Sedangkan dilarang saja masih banyak terjadi
aborsi, bagaimana jika hal ini dilegalkan? Legalisasi akan berakibat orang tidak lagi takut untuk
melakukan hubungan intim pranikah, prostitusi karena jika hamil hanya tinggal datang ke dokter
atau bidan beranak untuk menggugurkan, dengan kondisi ini dokter ataupun bidan dengan
leluasa memberikan patokan harga yang tinggi dalam sekali melakukan pengguguran.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai
remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam
masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama, memberikan pendidikan seks
yang benar. Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa
terkecuali, agar menjadi sebuah proritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kematian
disebabkan aborsi tersebut.
Catatan Penting : Wanita tidak mungkin melakukan Aborsi, kecuali dia pasti telah Hamil, dan
hal tersebut tidak mungkin terjadi kecuali pasti ada pelaku penyebab kehamilan...??? siapkah
dia.....???!!!.

REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH


Remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Nampaknya hal itu
berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10 - 12% remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sangat
kurang.
Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara intensif terutama di rumah dan
di sekolah, makin penting.
Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali.
Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang pengetahuan seks kendati
dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya. Data yang dikumpulkan dr.
Boyke Dian Nugraha, DSOG, ahli kebidanan dan penyakit kandungan pada RS Dharmais,
menunjukkan 16 - 20% dari remaja yang berkonsultasi kepadanya telah melakukan hubungan
seks pranikah. Dalam catatannya jumlah kasus itu cenderung naik; awal tahun 1980-an angka itu
berkisar 5 - 10%.
Sementara itu Dra. Yulia S. Singgih Gunarsa, psikolog dan konselor di sebuah sekolah swasta di
Jakarta, juga melihat fenomena banyaknya pasangan remaja yang berhubungan dengan calo jasa
pengguguran kandungan di Jakarta Pusat dan penggunaan obat-obat pencegah kehamilan.
Data tersebut mungkin tidak mewakili kenyataan sebenarnya, yang bisa menunjukkan angka
lebih tinggi atau lebih rendah. Namun setidaknya kasus hubungan seksual pranikah itu ada
hubungannya dengan hasil suatu penelitian para dokter di Jakarta. Seperti dikutip Boyke, 10 -
12% remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sangat kurang.
Dalam kaitan dengan hubungan seksual, bisa diambil contoh ada remaja yang berpendapat, kalau
hanya sekali bersetubuh, tidak bakal terjadi kehamilan. Atau, meloncat-loncat atau mandi sampai
bersih segera setelah melakukan hubungan seksual bisa mencegah kehamilan.
Pengetahuan seks yang hanya setengah-setengah tidak hanya mendorong remaja untuk mencoba-
coba, tapi juga bisa menimbulkan salah persepsi. Misalnya saja, berciuman atau berenang di
kolam renang yang “tercemar” sperma bisa mengakibatkan kehamilan, mimpi basah dikira
mengidap penyakit kotor, kecil hati gara-gara ukuran penis kecil, sering melakukan onani bisa
menimbulkan impotensi.
Beberapa akibat yang tentunya memprihatinkan ialah terjadinya pengguguran kandungan dengan
berbagai risikonya, perceraian pasangan keluarga muda, atau terjangkitnya penyakit menular
seksual, termasuk HIV yang kini sudah mendekam di tubuh ratusan orang di Indonesia.
Bandingkan dengan temuan Marlene M. Maheu, Ph.D., psikolog yang berpraktek di Kalifornia,
AS, bahwa setiap tahun terdapat 1 dari 18 gadis remaja Amerika Serikat hamil sebelum nikah
dan 1 dari 5 pasien AIDS tertular HIV pada usia remaja.
Dibentak ortu
Melihat kenyataan itu, pendidikan seks secara intensif sejak dini hingga masa remaja tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Apalagi mengingat, “Sebagian besar penularan AIDS terjadi melalui
hubungan seksual,” tegas Boyke yang juga pengasuh rubrik konsultasi seks di majalah dan radio.
Kalau tidak, mereka yang kini remaja tidak bisa berbuat banyak saat memasuki usia produktif di
abad XXI mendatang.
Seperti dikutip Boyke, survai oleh WHO tentang pendidikan seks membuktikan, pendidikan seks
bisa mengurangi atau mencegah perilaku hubungan seks sembarangan, yang berarti pula
mengurangi tertularnya penyakit-penyakit akibat hubungan seks bebas.
Disebutkan pula, pendidikan seks yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak azasi manusia.
Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan di dalamnya sehingga akan merupakan
pendidikan akhlak dan moral juga. Dengan itu diharapkan angka perceraian yang berdampak
kurang baik terhadap anak-anak pun dapat dikurangi.
Hanya yang jadi soal hingga kini, “Pendidikan seks di Indonesia masih mengundang kontroversi.
Masih banyak anggota masyarakat yang belum menyetujui pendidikan seks di rumah maupun di
sekolah,” tutur dr. Gerard Paat, kolsultan keluarga RS Sint Carolus.
Sekalipun untuk tujuan pendidikan, anggapan tabu untuk berbicara soal seks masih menancap
dalam benak sebagian masyarakat. Akibatnya, anak-anak yang berangkat remaja jarang yang
mendapat bekal pengetahuan seks yang cukup dari ortu (orang tua). Padahal tidak jarang para
remaja sendiri yang berinisiatif bertanya, tapi justru sering disambut dengan “kemarahan” ortu.
“Boro-boro mau ngejelasin soal seks, baru nanya sedikit aja, nyokap (ibu) sudah mbentak, ‘Eh
itu tabu, jangan diomongin!’” aku seorang remaja putri.
Bahkan anak-anak yang kedua orang tuanya bekerja rata-rata kehilangan panutan. “Orang tua
yang mestinya menjadi tokoh panutan utama, justru kurang berperan karena kesibukan mereka
sendiri,” kata dr. Paat, yang sejak akhir tahun 1960-an memberikan penyuluhan seks di sekolah
dan luar sekolah.
Film, buku, dan motel. Dampaknya tentu bisa ke mana-mana. Antara lain dalam memilih
konsumsi tontonan di TV yang masih berat dengan tayangan film barat dengan budaya dan gaya
hidup yang berbeda. Kehidupan dunia barat yang digambarkan dalam film ataupun video,
menurut Boyke, sering kali menunjukkan kehidupan seks bebas di kalangan remaja. Tayangan
serial macam Beverly Hills atau Bay Watch, Boyke menyebut contoh, dengan bintang-bintang
molek dan tampan itu mudah sekali merasuk ke dalam benak remaja. Sehingga mereka bisa amat
mudah meniru gaya hidup muda-mudi dalam film itu.
“Justru ketika informasi seperti itu tidak bisa kita hindari, peranan orang tua untuk memberikan
pengertian yang benar pada anak-anak menjadi penting,” tutur Boyke.
Minimnya pengetahuan seks masih ditambah lagi dengan mudahnya mendapatkan prasarana
untuk melakukan seks bebas seperti di motel, cottage, vila; alat kontrasepsi; lebih mudanya rata-
rata gadis mendapatkan haid (9 - 11 th); serta tertundanya usia perkawinan. Semua itu juga faktor
yang ikut mempengaruhi remaja melakukan kegiatan seks bebas dan kumpul kebo.
Celakanya, “Remaja yang sudah terbiasa mengadakan hubungan seksual akan sulit
menghentikannya,” jelas Paat. Itu bukan semata-mata karena faktor ketagihan, tapi terutama
akibat timbulnya persepsi bahwa melakukan hubungan seksual sudah merupakan hal biasa.
Dr. Gerard Paat Kalau itu sampai terjadi, ortu harus ikut bertanggung jawab. “Orang tualah yang
seharusnya pertama-tama memberikan pengetahuan seks bagi anak-anaknya. Informasi seks dari
teman, film, atau buku, yang hanya setengah-setengah tanpa pengarahan, mudah
menjerumuskan. Apalagi kalau si anak tidak tahu risiko melakukan hubungan seksual pranikah,”
kata Boyke.
Menurut Paat, pendidikan seks pasif, karena tanpa komunikasi dua arah semacam itu, sudah bisa
mempengaruhi sikap serta perilaku seseorang. “Dalam pendidikan seks anak tidak cukup hanya
melihat dan mendengar sekali-dua kali, tapi harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan,”
katanya. Sebab itu, pendidikan seks hendaknya menjadi bagian penting dalam pendidikan di
sekolah. Orang tua dan pendidik wajib meluruskan informasi yang tidak benar disertai
penjelasan risiko perilaku seks yang salah.
Namun, pendidikan seks di sekolah mestinya hanya pelengkap pendidikan seks di rumah. Bukan
justru menjadi yang utama seperti terjadi selama ini, kendati pendidikan seks di sekolah, menurut
beberapa pengamat tadi, masih belum optimal.
Pacaran jangan dilarang. Pemberian pengetahuan seks mesti di rumah dilakukan sejak dini dan
dimulai dengan perilaku keseharian anak-anak. Ketika masih anak-anak misalnya, berikan
pengertian kepada mereka agar tidak ke luar dari kamar mandi sambil telanjang, menutup pintu
kamar mandi ketika sedang mandi, mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk kamar ortu.
Ketika sudah menginjak bangku SD, remaja putri khususnya, mesti sudah dipersiapkan
menghadapi masa akil balik. Pada usia sekitar 14 tahun, remaja putri maupun putra rata-rata
mulai ingin tahu segala sesuatu tentang lawan jenisnya. “Ini merupakan proses pendewasaan diri,
dan tak bisa dicegah,” tegas Boyke. Di sinilah ortu mesti mulai lebih sering mengadakan
pendekatan dan memasukkan nilai-nilai moral kepada anak.
Pada saat mereka mulai berpacaran di usia yang sudah cukup, kata Boyke, tak perlu dilarang-
larang. Berpacaran merupakan latihan pendewasaan dan pematangan emosi. Dengan berpacaran
mereka bisa merasakan rasa rindu atau rasa memiliki, dan berlatih bagaimana harus ber-sharing
dengan pasangan. Pada masa ini orang tua remaja putri hendaknya berperan menjadi teman
berdiskusi sambil meneliti siapa pacarnya itu.
Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi lebih terbuka antara ortu-anak. Melalui komunikasi, yang
acap kali banyak diabaikan peranannya, ortu dapat memasukkan hal-hal yang boleh dan tidak
boleh dilakukan. Misalnya, batas mereka boleh bermesraan dan apa konsekuensinya kalau batas
itu dilanggar. Kepercayaan dari ortu akan membuat mereka lebih bertanggung jawab.
Berpacaran secara sembunyi-sembunyi akibat tidak diberi kepercayaan justru tidak
menguntungkan. “Ingat, kasus-kasus kehamilan pranikah umumnya dilakukan oleh mereka yang
back street,” kata Boyke. “Mungkin juga akibat hubungan dengan orang tua kurang akrab atau
orang tua terlalu kaku.”
Dr. Paat maupun dr. Boyke menyatakan, penjelasan mengenai risiko melakukan hubungan
seksual pranikah perlu ditekankan. Umpamanya, kehamilan, kemungkinan terinfeksi HIV atau
tertular penyakit kelamin kalau bergonta-ganti pasangan. Bila terjadi kehamilan dan kandungan
terpaksa digugurkan, mereka menghadapi kemungkinan perdarahan, infeksi, kemandulan,
bahkan kematian. Belum lagi stres atau rasa berdosa yang bakal dihadapi si anak. Juga
diingatkan, dengan anak yang mereka lahirkan di luar nikah, mereka juga yang mesti
bertanggungjawab sebagai ayah dan ibunya. Jangan lupa pula, “Jagalah agar jiwa mereka tidak
banyak terganggu, apalagi selama mereka masih belum dewasa, masih harus sekolah, dan lain-
lain,” tambah Yulia.
Kapan saja, di mana saja
Penjelasan yang baik mampu membuka mata mereka betapa melakukan hubungan seksual
pranikah itu tidak ada untungnya. Ini misalnya terbukti ketika dr. Boyke membagikan kuesioner
kepada peserta seminar remaja. Jawaban mereka sebelum dan sesudah mendengarkan ceramah
bertolak belakang. Sebelum seminar, mereka rata-rata menyetujui hubungan seksual sebelum
nikah. Tapi sesudahnya, 90% peserta menyatakan tidak setuju. Juga terungkap, mereka setuju
adanya pendidikan seks, hanya tidak tahu harus ke mana memperolehnya.
Penyampaian materi pendidikan seks di rumah sebaiknya dilakukan kedua orang tua. “Sebelum
usia 10 tahun pendidikan bisa diberikan secara bergantian, tapi umumnya ibu yang lebih
berperan,” kata Paat. Menjelang akil balik, saat sudah terjadi proses diferensiasi jenis kelamin
dan mulai muncul rasa malu (pada wanita mengalami haid, pertumbuhan payudara, dan pada
laki-laki mengalami mimpi basah dan perubahan suara), sebaiknya ibu memberi penjelasan
kepada anak perempuan dan ayah kepada anak laki-laki. “Sekali waktu boleh diadakan
komunikasi silang. Misalnya, kepada anak perempuannya seorang ayah dapat berdiskusi
bagaimana perasaan-perasaan pria bila jatuh cinta, atau sebaliknya kepada anak laki-lakinya, ibu
bisa mengungkapkan bagaimana perasaan seorang wanita bila didekati pria.”
Menjelaskan tentang seks juga tidak perlu secara eksklusif. Itu bisa dilakukan kapan saja dan di
mana saja. Saat sedang sibuk memasak, misalnya, tiba-tiba si anak bertanya tentang kehamilan.
Sang ibu tidak perlu menangguhkan jawaban atau menjanjikan jawaban akan diberikan panjang
lebar di kamar, tapi bisa langsung saat itu juga. Tindakan eksklusif, menurut Paat, malah
membuat si anak bisa berkesimpulan, seks merupakan sesuatu yang luar biasa dan harus
dirahasiakan. Padahal pertanyaan seperti itu lumrah dan merupakan bagian dari kehidupannya.
“Kalau anak kita sama sekali tidak pernah bertanya soal seks, jangan dikira pasti beres. Coba
pancinglah dengan buku,” jelas Paat. “Keterangan dalam buku yang kurang jelas bisa
didiskusikan dengan orang tua,” tambah Boyke.
Di RT pun bisa
Pendidikan seks di sekolah, demikian Yulia dan Paat, hendaknya tidak terpisah dari pendidikan
pada umumnya, dan bersifat terpadu. Ia bisa dimasukkan ke dalam pelajaran ilmu biologi,
kesehatan, moral dan etika secara bertahap dan terus menerus. Mereka juga mensyaratkan
penekanan pada pendidikan moral, meski tidak perlu sedetail pendidikan agama, agar pendidikan
seks diterima murid sebagai suatu ilmu yang tidak untuk dipraktekkan sebelum waktunya.
Sekali waktu penyuluhan seks juga perlu diadakan. Misalnya, soal menghadapi masa haid dan
mimpi basah bisa diberikan kepada anak kelas VI SD, proses terjadinya bayi (spermatozoa
bertemu dengan sel telur) mulai diberikan kepada murid SLTP. Selanjutnya masalah kebebasan
seks, alat kontrasepsi sampai hubungan seks (bukan tekniknya) diberikan kepada anak SLTA.
Menurut Yulia, penjelasan tentang program pendidikan seks yang hendak disampaikan kepada
murid perlu juga diketahui orang tua murid. Maksudnya, agar mereka bisa memberi jawaban dan
tidak terkejut bila tiba-tiba si anak atau remaja bertanya soal seks kepada mereka. “Karena,
kadang-kadang ada anak yang dengan begitu bangga bercerita tentang pengetahuan seks yang
baru diberikan di sekolah,” tutur Yulia.
Dr. Paat dan dr. Boyke saling berbeda pendapat dalam soal penyampaian informasi tentang alat
kontrasepsi. “Alat kontrasepsi macam kondom bukan rahasia lagi, karena dapat dibeli di mana-
mana. Yang penting, mereka diberi penjelasan bahwa pemakaian sebelum menikah merupakan
pelanggaran nilai-nilai moral dan agama,” kata Paat. Sedangkan Boyke kurang setuju
memperkenalkan pemakaiannya kepada remaja, karena khawatir disalahgunakan.
Lebih tepat, kata Paat, kalau tema penyuluhan didasarkan pada pendekatan pemecahan masalah
(problem solving approach), yakni penyuluhan disertai kesempatan berkonsultasi dengan guru,
konsultan psikologi di sekolah, atau guru agama. Pasalnya, masalah yang dihadapi setiap murid
berbeda-beda.
Dalam hal ini Dra. Yulia menganggap penting peran guru bimbingan dan penyuluhan (BP).
Guru-guru ini tak cuma sebagai guru BP, tapi juga mesti tahu soal pendidikan seks. “Kadang-
kadang murid segan bertanya kepada orang tua. Atau, pernah bertanya malah dimarahi bapak
atau ibunya,” jelas Yulia. Dengan adanya kesempatan berkonsultasi, si anak bisa mengutarakan
masalah pribadinya.
Selain di sekolah, “Di tingkat RT pun sebetulnya bisa sekali waktu diselenggarakan ceramah
tentang seks bagi para orang tua atau remaja dengan bantuan dokter Puskesmas untuk mengisi
kekosongan itu,” kata Boyke.
Usul itu boleh juga. Bagaimanapun pendidikan seks bukan semata-mata tanggung jawab orang
tua dan pendidik, tetapi juga masyarakat.

BAB V
PENUTUP

Telah jelas bagi kita tidak ada dasar bagi Rancangan pembentukan Undang-undang
legalisasi aborsi karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, Agama dan Hukum
yang berlaku. Legalisasi aborsi akan mendorong pergaulan bebas lebih jauh dalam
masyarakat.Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan
tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Sedangkan dilarang saja masih banyak
terjadi aborsi, bagaimana jika hal ini dilegalkan? Legalisasi akan berakibat orang tidak lagi takut
untuk melakukan hubungan intim pranikah, prostitusi karena jika hamil hanya tinggal datang ke
dokter atau bidan beranak untuk menggugurkan, dengan kondisi ini dokter ataupun bidan dengan
leluasa memberikan patokan harga yang tinggi dalam sekali melakukan pengguguran.
Jika perharinya yang melakukan aborsi 7 s/d 8 orang dan harga sekali aborsi sebesar Rp.
4.000.000,-, berarti dalam satu harinya dokter ataupun bidan bisa meraup keuntungan sebesar
Rp. 32.000.000,-. Jika di legalkan hal tersebut lebih berdampak negatif bagi pertumbuhan dan
perkembangan remaja, legalisasi tidak memberikan manfaat bagi masyarakat dan bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila dan Agama, jika bertentangan tidak perlu diterima/dibentuk
peraturan tersebut.
Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar
75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.

B.  KRITIK DAN SARAN


Semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak
permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan
model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor)
sebaya menjadi sangat penting.
Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja sebaiknya menjadi model
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta individu
memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai
remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam
masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama, memberikan pendidikan seks
yang benar. Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa
terkecuali, agar menjadi sebuah proritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kematian
disebabkan aborsi tersebut. Sehingga Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany
Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur
remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas.
Akibat lainnya
Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency
Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat
pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-
31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di
kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita
HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya
tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin
memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat
623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14
tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185
orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak
permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan
model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor)
sebaya menjadi sangat penting.
“Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model pemberdayaan
masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta individu memberikan solusi
kepada teman sebaya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi”.
Pelatihan Managemen tersebut diikuti 24 peserta utusan dari delapan kabupaten dan satu kota di
Bali berlangsung selama empat hari.
Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi
dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap
tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan di
media massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan
sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya
dan adat bangsa. Berarti telah hilang nilai-nilai moral serta norma yang telah lama mendarah
daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegal kan akan mendorong terhadap pergaulan bebas
yang lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan tanggung
jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah-masalah
kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah termasuk salah satu pemaksaan gaya hidup
kapitalis sekuler yang dipropagandakan PBB melalui ICDP (International Conference on
Development and Population) tahun 1994 di Kairo Mesir.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ; penderitaan kehilangan
harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%),
ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan
seksual (59%).
Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja
sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah). Abortus terbagi dua;
Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja. penyebabnya,
kandungan lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat aktivitas yang berlebihan, pola makan
yang salah dan keracunan.
Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya adalah bahwa
seorang wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya baik dengan sendiri atau
dengan bantuan orang lain karena tidak menginginkan kehadiran janin tersebut.
Risiko AborsiAborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan
maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang
melakukan aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang “.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang
kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Resiko kesehatan
terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan
gangguan psikologis.
Dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd; Risiko kesehatan dan
keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah
melakukan aborsi adalah ;- Kematian mendadak karena pendarahan hebat.- Kematian mendadak
karena pembiusan yang gagal.- Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar
kandungan.- Rahim yang sobek (Uterine Perforation).- Kerusakan leher rahim (Cervical
Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.- Kanker payudara (karena
ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita),- Kanker indung telur (Ovarian Cancer).-
Kanker leher rahim (Cervical Cancer).- Kanker hati (Liver Cancer).- Kelainan pada placenta/ari-
ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat
pada saat kehamilan berikutnya.- Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi
( Ectopic Pregnancy).- Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).- Infeksi pada
lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-
Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam ”
Psychological Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus
dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar.
Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara
meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala risikonya
yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan,
pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar
yang belum tentu kebenaran akan hal sex tersebut.
Nilai PancasilaSebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate
atas nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24
tahun. Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan
hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu
ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para remaja
melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa
direncanakan.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta
komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman,
Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa
informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri
tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman
yang lainnya.
Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan
bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah
sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk
bertanggung jawab terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat (pendek akal)
jika menghadapi hal seperti ini.
Pada zaman modren sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai,
dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan
nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion), model pergaulan dan film-film yang
begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal
hubungan seks di luar nikah dianggap suatu kewajaran.
Bebera faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu;Pertama,
Faktor agama dan iman.Kedua, Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan
media.Ketiga, Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.Keempat,
Perubahan Zaman.
Nilai AgamaFirman Allah: ” Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah dosa yang besar.” ( QS 17:31 ). Banyak calon ibu yang masih muda
beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai,
kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya.
Padahal ayat tersebut telah jelas menerangkan bahwa rezeki adalah urusan Allah sedangkan
manusia diperintahkan untuk berusaha. Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh
semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
Islam memberikan ganjaran dosa yang sangat besar terhadap pelaku aborsi. Firman Allah:
“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan
hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS
5:32 )
Oleh sebab itu aborsi adalah membunuh, membunuh berarti melakukan tindakan kriminal dan
melawan terhadap perintah Allah. Al-Quran menyatakan: “Adapun hukuman terhadap orang-
orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di
muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang,
atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan
untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)
Nilai Yuridis/HukumDalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia Bab XIV tentang
kejahatan terhadap kesusilaan pasal 229 ayat (1) dikatakan bahwa perbuatan aborsi yang
disengaja atas perbuatan sendiri atau meminta bantuan pada orang lain dianggap sebagai
tindakan pidana yang diancam dengan hukuman paling lama 4 tahun penjara atau denda paling
banyak tiga ribu rupiah.
Ayat (2) pasal 299 tersebut melanjutkan bahwa apabila yang bersalah dalam aborsi tersebut
adalah pihak luar ( bukan ibu yang hamil ) dan perbuatan itu dilakukan untuk tujuan ekonomi,
sebagai mata pencarian, maka hukumannya dapat ditambah sepertiga hukuman pada ayat (1) dia
atas.
Apabila selama ini perbuatan itu dilakukan sebagai mata pencarian, maka dapat dicabut haknya
untuk melakukan mata pencarian tersebut. Kemudian pada pasal 346 dikatakan bahwa wanita
yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya atau meyuruh orang lain untuk melakukan
hal itu diancam hukuman penjara paling lama empat tahun.
Pada pasal 347 ayat (1) disebutkan orang yang menggugurkan atau mematikan kehamilan
seorang wanita tanpa persetujuan wanita itu diancam hukuman paling lama 12 tahun penjara, dan
selanjutnya ayat (2) menyebutkan jika dalam menggugurkan kandungan tersebut berakibat pada
hilangnya nyawa wanita yang mengandung itu, maka pihak pelaku dikenakan hukuman penjara
paling lama 15 tahun.
Dalam pasal 348 ayat (1) disebutkan bahwa orang yang dengan sengaja menggugurkan
kandungan seorang wanita atas persetujuan wanita itu diancam hukuman paling lama 15 tahun
penjara, dan ayat (2) melanjutkan, jika dalam perbuatan itu menyebabkan wanita itu meninggal,
maka pelaku diancam hukuman paling lama 17 tahun penjara. Dengan demikian, perbuatan
aborsi di Indonesia termasuk tindakan kejahatan yang diancam dengan hukuman yang jelas dan
tegas.
KesimpulanTelah jelas bagi kita tidak ada dasar bagi Rancangan pembentukan Undang-undang
legalisasi aborsi karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, Agama dan Hukum
yang berlaku. Legalisasi aborsi akan mendorong pergaulan bebas lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan tanggung
jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Sedangkan dilarang saja masih banyak terjadi
aborsi, bagaimana jika hal ini dilegalkan? Legalisasi akan berakibat orang tidak lagi takut untuk
melakukan hubungan intim pranikah, prostitusi karena jika hamil hanya tinggal datang ke dokter
atau bidan beranak untuk menggugurkan, dengan kondisi ini dokter ataupun bidan dengan
leluasa memberikan patokan harga yang tinggi dalam sekali melakukan pengguguran.
Jika perharinya yang melakukan aborsi 7 s/d 8 orang dan harga sekali aborsi sebesar Rp.
4.000.000,-, berarti dalam satu harinya dokter ataupun bidan bisa meraup keuntungan sebesar
Rp. 32.000.000,-. Jika di legalkan hal tersebut lebih berdampak negatif bagi pertumbuhan dan
perkembangan remaja, legalisasi tidak memberikan manfaat bagi masyarakat dan bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila dan Agama, jika bertentangan tidak perlu diterima/dibentuk
peraturan tersebut.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai
remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam
masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama, memberikan pendidikan seks
yang benar. Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa
terkecuali, agar menjadi sebuah proritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kematian
disebabkan aborsi tersebut.

Daftar Pustaka
1. Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop
dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 2. Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan
Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup:
Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 3. Fuad Hassan.
“Pokok-pokok Bahasan Mengenai Budaya Nusantara Indonesia”. Dalam
http://kongres.budpar.go.id/news/article/Pokok_pokok_bahasan.htm, didownload 7/15/04. 4.
Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. 5.
Adeney, Bernard T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya. Yogyakarta: Kanisius. Al-Hadar Smith,
“Syariah dan Tradisi Syi’ah Ternate”, dalam http://alhuda.or.id/rub_budaya.htm , didown load
7/15/04. 6. http://www.google=pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/
Karya ILmiah | CONTOH KARYA ILMIAH PERGAULAN BEBAS DI KALANGAN
REMAJA
Share on Facebook Twitter Google+
Berita :

CONTOH KARYA ILMIAH PERGAULAN BEBAS DI


KALANGAN REMAJA

 Contoh Karya Ilmiah tentang Bahaya Merokok Judul Karya Ilmiah : Pengaruh
rokok terhadap kesehatan dikalangan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A ...

 PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH YANG BAIK DAN BENAR


2015 PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH (LAPORAN PENELITIAN) oleh
Mukhlish 1. Pengertian Karya Ilmiah ...

 Contoh Karya Ilmiah tentang Sampah Judul Karya Ilmiah : Pengaruh Sampah
terhadap Lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.2  Latar Belakang ...

 Contoh Karya Ilmiah Pendidikan 2015 Karya Ilmiah merupakan sebuah laporan
tertulis dan diterbitkan yang memparkan hasil dari ...

 Contoh Karya Ilmiah Kewarganegaraan (Globalisasi) Judul Karya Ilmiah :


pengaruh dan dampak globalisasi terhadap kehidupan masyarakat KATA PENGANTAR
Pu ...

Newer Post Older Post Home

Histats

DMC

Advertisement

Posh Terbaru

 Contoh Surat Kuasa | Format Pembuatan Surat Kuasa


 Contoh Surat Izin Tidak Masuk Sekolah Yang Baik dan Benar
 Contoh Surat Pembaca Yang Baik dan Benar
 Contoh Surat Penawaran Yang Baik dan Benar | Contoh Surat Penawaran Barang
 Contoh Surat Resmi Yang Baik dan Benar
 Contoh Surat Dinas Resmi yang Baik dan Benar
 Biografi Presiden Soekarno
 Contoh Proposal Kegiatan Sekolah Yang Baik dan Benar
 Contoh Proposal Kegiatan Yang Baik dan Benar
 Contoh Proposal Kewirausahaan Yang Baik dan Benar
 Contoh Proposal Usaha Yang Baik dan Benar
 Contoh Surat Lamaran Kerja |I - Bagian Akuntasi / Keuangan | II - Bagian Marketing IV
- Staff Bank / Teller|V - Karyawan / Staff
 Contoh Surat pengunduran diri
 Contoh Surat Niaga yang Baik dan Benar | Surat Penawaran
 PROPOSAL KEGIATAN PERINGATAN HUT KEMERDEKAAN | CONTOH
PROPOSAL 17 AGUSTUS RI KE 70

Post Terpopuler

 CONTOH SURAT Penempatan Perangkat Kabinet PT. Telkomunikasi Indonesia


 Contoh Surat Lamaran CPNS
 CONTOH ULANGAN BAHASA SUNDA MI DAN SD KELAS V
 CONTOH PROPOSAL PERMOHONAN ALAT-ALAT OLAH RAGA
 Contoh Surat Penawaran Yang Baik dan Benar | Contoh Surat Penawaran Barang

Info Asik

 PROPOSAL KEGIATAN PERINGATAN HUT KEMERDEKAAN | CONTOH


PROPOSAL 17 AGUSTUS RI KE 70
 Contoh Proposal Pembangunan masjid (Permohonan Dana)
 CONTOH MAKALAH ANAK USIA DINI | definisi perkembangan dan pertumbuhan|
ciri-ciri perkembangan AUD| prinsip-prinsip perkembangan AUD|pengertian dari
permasalahan anak berkesulitan belajar
 CONTOH PROPOSAL KELOMPOK TANI Permohonan Bantuan hand Tractor
 Contoh Surat Niaga yang Baik dan Benar | Surat Penawaran

Label

Alquran Artikel Artikel Islami artikel kesehatan biografi tokoh contoh angket contoh
permohonan Contoh proposal Contoh Surat DAKWAH Doa-Doa farmasi INFORMATIKA
Karya ILmiah Kesehatan lamaran pekerjaan Makalah Makalah Ekonomi makalah islami
Makalah Kesehatan makalah pendidikan Materi Pendidikan Pendidikan puisi sejarah SKRIPSI
SKRIPSI KESEHATAN soal ulangan sosial -budaya
© www.Teoripendidikan.Com | Privacy Policy | About Us

Anda mungkin juga menyukai