Anda di halaman 1dari 10

Materi Kuliah Sistem Utilitas (Kode Mata Kuliah)

Dosen: Hadistya Suryadri, ST., MT


Pertemuan ke- Hari Jum’at tanggal 27 Maret 2020

1. Pendahuluan
Bentuk akhir energi yang dibutuhkan oleh suatu pabrik kimia, dapat dikelompokkan
dalam:

a. Panas yang dapat digunakan untuk reaksi kimia, proses pemisahan komponen
b. Mekanik, yang diperlukan untuk encampuran, pemisahan, transportasi, penyesuaian ukuran
c. Listrik yang diperlukan untuk reaksi kimia, sumber pana, energi mekanik dan

penerangan Tiga batasan yang lazim berlaku dalam semua proses kimia:

a. Kekekalan massa yang membatasi jumlah elemen-elemen kimia dalam produk dan produk
samping selalu sama dengan yang ada pada bahan baku
b. Kekekalan energi yang menyatakan bahwa jumlah energi yang terlibat dalam proses kimia
tersebut tetap
c. Walaupun jumlah energi sesudah dan sebelum proses kimia sama, kualitas energi selalu
turun.
1.1. Konversi Energi

Pemanfaatn sumber energi selalu melibatkan konversi energi dari satu bentuk ke
bentuk lainnya, yang biasanya diikuti dengan rugi-rugi energi dan penurunan kualitas energi.
Jadi suatu pabrik kimia dengan konversi energi berulang kali mempunyai efisiensi energi dan
efisiensi exergi rendah. Berikut adalah tabel 1.1. yang berisikan tentang konversi-konversi
energi yang lazim di pabrik kimia

Tabel 1.1. Konversi Energi di dalam Industri

Bentuk Energi Konversi Energi


Ikatan Termal Mekanik listrik (efisiensi)
kimia (panas) (kerja)
Tungku api (65%)
Boiler (65-85%)
Pemanas uap (80%)
Reaksi endotermik (70%)

1
Turbin uap (80%)
Sistem turbin uap (35%)
Turbin gas (35%)
Motor bakar-dalam (30%)
Generator listrik (90%)
Motor listrik (90%)
Pemanas listrik (90%)
Baterail, fuel cell (90%)
Elektrolisis (90%)

1.2. Penghematan Energi di Industri

Berbagai cara yang biasa dilakukan oleh pabrik kimia dalam menghemat energi
(mengkonversi energi) adalah:

a. Pengurangan konsumsi energi dengan jalan perencanaan jadwal produksi terpadu dengan
utilitasnya
b. Pengurangan konsumsi energi dengan jalan meningkatkan efisiensi alat-alat, dan
menjaganya pada harga maksimum
c. Penggantian alat-alat yang boros energi
d. Penggunaan bahan baku proses dengan kualitas tinggi, sehingga mengurangi beban
pemurnian bahan baku maupun produk, yang biasanya memerlukan banyak energi
e. Penyempurnaan desain sistem pemroses secara keseluruhan.
1.3. Peran Sarjana Teknik

Peran berbagai sarjana teknik dengan bidang keahlian masing-masing dalam perancangan,
pengoperasian dan perawatan power plant ditunjukkan dalam tabel 1.2

Tabel 1.2 Peran Sarjana-Sarjana Teknik di Power Plant

Permasalahan Teknik Mesin Teknik Kimia Teknik Elektro/Instrumentasi


Steam-generator √ √ √
Steam-turbine √ √ √
Electric generator √
Fuel handling √
Pump and water √ √
Waste/Pollution Control √
Steam Piping √ √
Instrumentation and Control √
Electric Motor √
Process Optimization √ √

2. Bahan Bakar dan Pembakaran

Pembakaran merupakan awal konversi energi ikatan kimia yang terkandung dalam bahan
bakar menjadi energi panas.

2.1. Bahan Bakar Padat


2.1.1. Batubara
Beberapa karakteristik batubara yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Titik leleh abu (ash fusion temperature)


Merupakan temperatur dimana abu dari biomasssa menjadi lunak dan meleleh. Titik leleh
abu diukur dalam keadaan reducing atmosphere temperature dan oxidizing atmosphere
temperature. Karakter ini perlu diperhatikan untuk proses konversi termal batubara dan
biomassa, yaitu pembakaran dan gasifikasi. Lelehan abu dapat menjadi masalah dalam
pembakaran dan gasifikasi. Titik leleh abu terdiri dari empat jenis yaitu, initial, spherical,
hemispherical, dan fluid.
b. Caking dan Free Sweling Index
Pemanasan batubara mengalami perubahan fisik. Pemanasan batubara jenis-jenis tertentu
dapat mengakibatkan pelunakan batubara (softening). Keadaan ini biasanya diikuti dengan
penggembungan dan pelunakan (caking). Fenomena ini menyebabkan volum batubara
menjadi lebih besar dari awalnya, dan satu partikel cenderung lengket dengan partikel
lainnya. Kecendrungan batubara memiliki sifat caking meningkat dengan meningkatnya
kandungan volatile matter di dalam batubara. Kecendrungan caking ini naik dan mencapai
maksimum pada batubara dengan volatile matter antara 25-35%. Batubara sifat caking
lebih cocok diolah pada fluidized daripada fixed bed combustor
c. Sifat mempan gerus
Sifat mempan gerus dinyatakan dengan hardgrove gridability index (HGI). HGI adalah
ukuran kemudahan batubara untuk digerus dengan nilai index untuk batubara standar
adalah
100. Semakin tinggi nilai HGI maka batubara semakin mudah digerus
d. Analisis proksimat
Analisis proksimat terdiri dari empat komponen:
(1) Kadar air (moisture)
(2) abu (ash)
(3) Zat mudah menguap (volatile matter)
(4) Karbon tetap (fixed carbon)

Analisis proksimat: VM + FC + abu + M = 100%

e. Analisis Ultimat
Menyatakan besarnya kandungan elemental C, H, O, N, S abu dan air dalam batu bara

Analisis ultimat: C + H + O + N + S + abu + M = 100%

f. Nilai Kalor
Kandungan energi ikatan kimia di dalam biomassa/batubara dinyatakan dalam besaran
HHV (higher heating value) atau LHV (lower heating value). Untuk batubara antrasit dan
bituminus, nilai kalor batubara dapat diperkirakan dengan persamaan empirik Dulong:
O
HHV = 33,95 * C + 144,2 (H ) + 9,4 ∗ S
* −
8

Nilai HHV dinyatakan dalam MJ/Kg. Variabel C, H, O, S adalah besarnya komposisi C, H,


O, S dalam analisis ultimat batubara.
9H MC
LHV = HHV − Hg ∗ ( + )
100 100
Keterangan:
HHV = Higher heating value
LHV = Lower heating value
Hg = panas penguapan air (2260 kJ/kg atau 540 kkal/kg)
H = persentase massa hidrogen
MC = Persentase kandungan air
2.1.2. Biomassa
Biomassa merupakan material sisa tanaman atau hewan, seperti limbah hasil pertanian,
kehutanan dan perkebunan
2.1.3. Arang
Arang adalah residu non-volatile yang kaya akan karbon. Arang dapat diproduksi
melalui proses pirolisis/pengeraman tanpa kehadiran oksidan.
2.1.4. Pellet
Keunggulan biomassa pellet adalah bentuk dan kadar airnya seragam, sehingga
memudahkan pengiriman dan penyimpanan.
2.2. Bahan Bakar Cair
Bahan bakar cair memiliki keuntungan, diantaranya: mudah ditransportasikan dan
aman disimpan. Secara tradisional, bahan bakar cair yang banyak digunakan adalah bahan
bakar cair yang berasal dari minyak bumi, misalnya solar, fuel oil, minyak tanah (kerosin),
bensin, avtur, dan lain-lain. Etanol juga dapat dijadikan bahan bakar alternatif dan terbarukan.
Karena diperoleh dari pengolahan bahan terbarukan, etanol ini diberi nama biotenaol. Begitu
pula, minyak nabati yang diolah menjadi bahan bakar cair alternatif dan diberi nama
biodiesel.
2.3. Bahan Bakar Gas dan Gas Bumi
Bahan bakar gas banyak digunakan sebagai bahan bakar. Bahan bakar gas dapat
berupa bahan bakar gas yang tersedia alami (gas alam), maupun bahan bakar gas yang dibuat
(gas produser, coke oven gas, biogas).
2.4.Neraca Massa dan Energi Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi antara bahan bakar dengan O2. Oksidan O2 diperoleh dari
udara yang komposisinya dapat dianggap 21%-mol O2 dam 79%-mol N2. Di dalam proses
pembakaran sempurna.
a. Atom C dianggap teroksidasi menjadi CO2
b. Atom H dianggap teroksidasi menjadi H2O
c. Atom S dianggap teroksidasi menjadi SO2
d. Atom N dianggap teroksidasi menjadi No atau NO2

Jika terjadi hal-hal di luar keadaan normal

a. Sebagian C dapat menjadi CO, jika pembakaran dengan udara kurang


b. Sebagian C dapat keluar sebagai jelaga (partikel arang)
c. Sedikit SO2 mungkin teroksidasi menjadi SO3.

Contoh Soal

Soal reaksi pembakaran gas. Gas LPG yang terdiri dari propana 40%-mol dan butana 60%-
mol dibakar secara stoikiometri dan sempurna dengan udara. Hitunglah kebutuhan udara
(mol/mol metan) dan hitunglah jumlah gas hasil cerobong (mol per mol metana)

Soal reaksi pembakaran bahan bakar padat dan cair. Batubara dibakar secara
stoikiometri dan sempurna dengan udara. Komposisi batubara adalah sebagai berikut (fraksi
massa): C = 55%; H = 10%; O = 25%; N = 6%; S = 1%, abu = 3% (LHV =4500 kcal/kg)

a. Hitunglah kebutuhan udara (mol/kg batubara)


b. Hitunglah kebutuhan udara (Nm3/kg batubara)
c. Hitunglah produksi gas cerobong (mol/kg batubara)
2.5. Udara Pembakaran dan Gas Cerobong
Catatan penting dalam perhitungan neraca massa senyawa (untuk bahan bakar gas)
dan neraca massa atom (bahan bakar padat):
1. Di dalam perhitungan pembakaran, udara seringkali dianggap terdiri dari 21%-mol
O2 dan 79%-mol N2, dan berat molekulnya 28,84 g/mol. Senyawa-senyawa lain hadir
dalam udara dengan jumlah yang mungkin perlu diperhatikan adalah H2O (uap air)
dan CO2.
2. Di dalam praktek, pembakaran biasanya dilaksanakan dengan jumlah melebihi udara
stoikiometri, dengan tujuan untuk meyakinkan kesempurnaan pembakaran (semua
bahan bakar terbakar sempurna). Proses pembakaran ini dinamakan pembakaran
dengan udara berlebih (excess air)
3. Nilai persen udara berlebih di dalam praktek tergantung terutama pada jenis bahan
bakar dan konfigurasi burner.
4. Udara berlebih dimaksudkan untuk meyakinkan kesempurnaan pembakaran, tetapi
jika nilainya terlalu tinggi/banyak akan mengakibatkan banyak rugi-rugi gas
cerobong, yaitu panas sensibel yang terbawa keluar oleh gas cerobong dan terbuang
ke lingkungan.
5. Persentase udara berlebih sering dikaitkan dengan O2 di dalam gas cerobong. Pada
pembakaran dengan persentase udara berlebih tinggi, konsentrasi O 2 di dalam gas
cerobong makan tinggi
6. Konsentrasi oksigen di dalam gas cerobong biasanya diukur atau dipantau untuk
digunakan sebagai indikasi persen udara berlebih dalam pembakaran.

Hasil pembakaran sering disebut flue gas atau stack gas atau gas cerobong. Beberapa
sifat gas cerobong yang penting adalah sbb:

1. Jika pembakaran stoikiometri dan sempurna, gas cerobong mengandung CO2, H2O
dan N2 (mungkin juga mengandung SO2 dan NO, jika bahan bakar mengandung
elemen S dan N)
2. Jika pembakaran dengan udara berlebih dan sempurna, gas cerobong mengandung
CO2, H2O dan N2 serta O2 sisa.
3. Walaupun seluruh bahan bakar mungkin terkonversi habis, pembakaran tak sempurna
menghasilkan CO dan mungkin juga C (jelaga). Kehadiran CO dan jelaga di dalam
gas cerobong harus dihindari karena dapat menurunkan efisiensi pembakaran dan gas
CO sangat beracun
4. Jumlah dan komposisi gas cerobong dapat dihitung dari neraca massa pembakaran
5. Gas cerobong yang meninggalkan tungku pembakaran atau boiler pada temperatur
tinggi membawa panas sensibel. Panas sensibel gas cerobong ini mengakibatkan
rugi- rugi gas cerobong yang menurunkan efisiensi pembakaran. Karena itu,
diupayakan gas cerobong meninggalkan tungku pada temperatur relatif rendah
(biasanya sekitar 120oC)

Contoh soal. Fuel gas berupa gas alam yang terdiri dari (fraksi mol): 85% CH4, 10%
C2H6, 5% C3H8, dibakar sempurna dengan udara berlebih 20%. Fuel gas masuk sistem
pembakaran pada 25oC sedangkan udara pada 55oC. Panas yang dapat dimanfaatkan
adalah 750 kJ (basis HHV) untuk setiap mol fuel gas yang dimasukkan. Diketahui:
LHV gas alam = 1200 kJ/mol,
Cp udara = silahkan dihitung sendiri dan Cp stack gas = 9,5
kal/mol.K
panas laten air = 2443 kJ/kg
a. Hitunglah komposisi dan jumlah gas hasil cerobong (mol/mol gas alam)
b. Hitunglah efisiensi termal atas dasar panas termanfaatkan
c. Dianggap tidak ada rugi-rugi panas, hitunglah temperatur gas cerobong
d. Hitunglah efisiensi termal atas dasar rugi-rugi gas cerobong.
Latihan Soal Kuliah Sistem Utilitas (Kode Mata Kuliah)
Dosen: Hadistya Suryadri, ST., MT
Pertemuan ke- Hari Senin tanggal

1. Batubara memiliki komposisi elemental (dry basis) 58,93%-C, 6,11%-H, 31,92%-O,


0,75%-N, 0,17%-S dan 2,12%-abu. Batubara memiliki nilai kalor (HHV) sebesar 22142
kJ/kg (dry basis). Hitunglah komposisi elemental dan nilai kalor (HHV dan LHV)
batubara tersebut pada kondisi:
a. Dasar basah dengan kadar air 10%
b. Dasar bebas air dan abu.
2. Diketahui komposisi tongkol jagung dasar kering oven dalam satuan fraksi massa adalah
45,84% C, 5,54% H, 48,59% O dan 0,03% N. Panas pembakaran tongkol jagung (dasar
kering oven) adalah 17170 kJ/kg. Kadar air di dalam tongkol jagung kering udara adalah
9,33% dasar basah. Hitung komposisi biomassa dasar basah tersebut.
3. Biomassa dibakar sempurna dengan udara berlebih (excess air) 50%. Biomassa tersebut
mempunyai komposisi 50%-massa C, 6% massa H dan 44% massa O (abu diabaikan).
Udara dianggap terdiri dari 79%-mol N2 dan 21% mol O2. Laju pembakaran adalah 100
kg/jam
a. Hitung kebutuhan udara pembakaran (dalam mol/jam dan dalam Nm3/jam)
b. Hitung laju gas cerobong (dalam kg/jam atau mol/jam)

4. Pembakaran elpiji (fraksi mol: 40% C3H8 dan 60% C4H10) dibakar dengan udara (fraksi
mol 21% O2 dan 79% N2). Pembakaran dilakukan secara stoikiometrik dan sempurna.
Elpiji dan udara masuk pada temperatur 25oC. Jika pembakaran dilakukan secara
adiabatik, hitung temperatur gas hasil pembakaran. Gunakan data kapasitas panas rata-rata
berikut:
C3H8 C4H10 O2 N2 CO2 H2O
Cp, J/(mol.K) 78,24 99,50 33,07 31,26 49,31 38,26

Anda mungkin juga menyukai