Anda di halaman 1dari 95

Isi Paparan

1. Kondisi GRK Saat ini


2. Sumber dan Perhitungan Gas
Rumah Kaca
3. Mitigasi Gas Rumah Kaca
Perubahan Iklim
• Perubahan iklim disebabkan oleh
pemanasan global.
• Pemanasan global disebabkan oleh
kenaikan gas rumah kaca (GRK).
• GRK dihasilkan oleh aktivitas
manusia khususnya sejak revolusi
industri abad ke-19.
Gas Rumah Kaca
• Istilah Gas Rumah Kaca diambil dari
fenomena rumah kaca, untuk membuat
tanaman lebih hangat, dibuatlah rumah
kaca (green house).
• Radiasi sinar matahari sebagian diserap
(absorb) oleh gas-gas yang dikenal sebagai
gas rumah kaca.
• Gas rumah kaca yang utama adalah CO2,
CH4, N2O, dan uap air.
• Tanpa ada GRK suhu bumi akan sangat
dingin, yaitu -18 0C
Efek Gas Rumah Kaca

Tanpa GRK Dengan GRK

Secara alamiah, GRK bermanfaat untuk bumi, tanpa ada GRK suhu bumi akan turun dari hangat (15 0C)
menjadi sangat dingin (-18 0C).
1 Kondisi GRK Saat Ini
Kondisi Emisi Gas Rumah Kaca

IPCC, 2022
Pemanasan Global Akibat Emisi Gas Rumah Kaca

IPCC, 2021
Dampak Pemanasan Global

IPCC, 2021
IPCC, 2021
Skenario Emisi Gas Rumah Kaca Tahun 2300

IPCC, 2021
IPCC, 2021
IPCC, 2021
IPCC, 2021
IPCC, 2022
2 Perhitungan Emisi GRK

1. Sektor Energi
2. Sektor IPPU
(Industrial
Processes and
Product Use)
3. Sektor AFOLU
(Agriculture,
Forestry and Other
Land Use)
4. Sektor Limbah
GAS-GAS RUMAH KACA
Transportasi udara
Konsumsi energi listrik, Transportasi darat
Generator, Kompresor, Sumber Tak Sumber Tak Transportasi off-road
Mesin, Turbin, Perapian Bergerak Bergerak Transportasi maritime
Kereta

Konsumsi gas-gas refrigerant Limbah Tempat Pembuangan


Emisi Fugitif Akhir, Lahan
Konsumsi SF6 Padat
pertanian, Insinerasi

Variasi dalam stok karbon hutan Kehutanan dan


Laguna anaerobik
Pertanian Pengolahan
Limbah Lumpur aktif
Reaksi-reaksi kimia Proses Sistem septik tank

•CO₂ •CH₄ •N₂O •HFCs •PFCs •SF6


GWP 1 24 310 140 – 6,300 6,500 – 92,000 23,900
Scope (ruang lingkup) GRK
GRK Sektor Energi
Sumber GRK Sektor Energi:
Kebutuhan konsumsi energi terus meningkat

Penggunaan energi per kapita Indonesia


terus meningkat, pada tahun 2021
adalah 8.431 kWh/orang.
(BP Statistical Review of World Energy, 2022) Energy use per person, Indonesia, 2021: 8.431 kWh/capita
GRK Dominan dari Bahan Bakar Fosil

IPCC, 2022
Sumber energi bersih dan aman
Penggunaan energi per
kapita yang tinggi
terutama terjadi di
negara-negara maju
dengan tingkat
industrialisasi yang tinggi
dan standar hidup yang
relatif tinggi, seperti
Amerika Serikat.
Sampai dengan akhir tahun
2020 kapasitas terpasang
pembangkit tenaga listrik di
Indonesia mencapai 72.750,72
MW yang terdiri dari
pembangkit PLN sebesar
43.186,53 MW dan Non PLN
sebesar 29.564,19 MW.
Dibandingkan dengan tahun
2019 sebesar 69.678,85 MW,
maka kapasitas terpasang
pembangkit tenaga listrik
mengalami kenaikan sebesar
3,071.87 MW.
Sumber-Sumber Emisi GRK
Ruang Lingkup Sektor Energi
Perhitungan GRK
Sektor Energi

Sub Bidang
Ketenagalistrikan

• Sumber: Pedoman Perhitungan dan


Pelaporan Inventarisasi Gas Rumah
Kaca, Bidang Energi, Sub Bidang
Ketenagalistrikan, ESDM, 2018
Metode Perhitungan GRK
Ketersediaan Metode 1 Metode 2 Metode 3 Metode 4
Data
NCV x Tersedia Tersedia

Kandungan C x Tersedia Tersedia Menggunakan


hasil
Karbon tak pengukuran
x x Tersedia
terbakar CEMS
Faktor Oksidasi Jika tidak ada (Continuous
menggunakan Emission
x Tersedia Monitoring
default
nasional System)

Densitas BB x Tersedia Tersedia

Faktor Emisi Biomasa dan


CH4 dan N2O Biomass Biomasa dan
Bensin IPCC 2006
IPCC 2006 Bensin
IPCC 2006 (Tier 1)
(Tier 1) IPCC 2006
(Tier 1)
(Tier 1)
Metode Perhitungan GRK
Contoh soal 1
Diketahui pembangkit listrik berbahan bakar batubara kualitas sedang, dengan konsumsi batubara
1.000.000 ton/tahun, hitunglah emisi CO2 dari pembangkit tersebut dengan menggunakan metode-1.
Jawab: NCV = 18,9 TJ/Gg (lihat Tabel Data)
FE = 96.100 kg CO2 /TJ = 96,100 ton CO2 /TJ (lihat Tabel Data)

𝑇𝐽 1 𝐺𝑔 𝑇𝐽 𝑡𝑜𝑛
DA = 1.000.000 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 18,9 𝐺𝑔 𝑥 1000 𝑡𝑜𝑛 E = 18.900 𝑥 96,100
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑇𝐽

DA = 18.900 𝑇𝐽/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
E = 1.816.290 𝑡𝑜𝑛 𝐶𝑂2/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Contoh soal 2
Diketahui pembangkit listrik PLTD berbahan bakar BBM minyak diesel dengan konsumsi 1.000 kilo
liter/tahun, hitunglah emisi CO2 dari pembangkit tersebut dengan menggunakan metode-1.
Jawab: NCV = 42,12 TJ/GgBBM (lihat Tabel Data)
ρ = 910,0 kgBBM/m3 (lihat Tabel Data)
FE = 73.900 kg CO2 /TJ = 73,9 ton CO2 /TJ (lihat Tabel Data)

𝑇𝐽 𝑡𝑜𝑛
𝑘𝐿 𝑘𝑔 𝑇𝐽 1 𝑚3 1 𝐺𝑔 E = 38,3292 𝑥 73,9
DA = 1.000 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥910 𝑚3 𝑥 42,12 𝐺𝑔 𝑥 1 𝑘𝐿 𝑥 1.000.000 𝑘𝑔 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑇𝐽

E = 2.832,5 𝑡𝑜𝑛 𝐶𝑂2/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


DA = 38,3292 𝑇𝐽/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Contoh soal 3
Diketahui pembangkit listrik berbahan bakar gas alam dengan konsumsi 1.000.000 MMBTU/tahun,
hitunglah emisi CO2 dari pembangkit tersebut dengan menggunakan metode-1.
Jawab: K = 0,001055 TJ/MMBTU
FE = 57.640 kg CO2 /TJ = 57,64 ton CO2 /TJ (lihat Tabel Data)

𝑇𝐽 𝑡𝑜𝑛
𝑀𝑀𝐵𝑇𝑈 𝑇𝐽 E = 1.055 𝑥 57,64
DA = 1.000.000 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑥 0,001055 𝑀𝑀𝐵𝑇𝑈 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑇𝐽

E = 60.810,2 𝑡𝑜𝑛 𝐶𝑂2/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


DA = 1.055 𝑇𝐽/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Perhitungan GRK Sektor Transportasi
• GRK yang diemisikan oleh
pembakaran bahan bakar di sektor
transportasi adalah CO2, CH4 dan
N2O.
• Perhitungan GRK sektor transportasi
merupakan bagian dari sektor
energi.
• Perhitungan GRK sektor transportasi
terdiri dari:
• Penerbangan Sipil
• Transportasi Darat
• Kereta api (Railways)
• Angkutan air
• Transportasi lainnya
• Sumber emisi dari transportasi jalan raya meliputi mobil
pribadi (sedan, minivan, jeep dll.), kendaraan niaga (bus,
Transportasi Jalan minibus, pick-up, truk dll), dan sepeda motor.
Raya • Estimasi emisi CO2 dari transportasi jalan raya dapat
dilakukan dengan Tier-1 atau Tier-2.
Estimasi emisi CO2 dengan Tier-2 pada dasarnya sama dengan Tier-1 namun
dengan faktor emisi masing-masing jenis bahan bakar yang spesifik bagi Indonesia.
• Emisi CH4 dan N2O pada pembakaran bahan bakar
dipengaruhi oleh teknologi dan sistem pengendalian emisi
Emisi CH4 dan N2O pada kendaraan. Estimasi emisi CH4 dan N2O dapat
dilakukan berdasarkan Tier-1, Tier-2 atau Tier-3.
Dari segi sumber energinya, di Indonesia terdapat dua jenis kereta api yaitu
Emisi GRK dari berbahan bakar diesel (KRD) atau menggunakan tenaga listrik (KRL). Bagi
KRL emisi GRK terjadi pada sisi pembangkit listrik sedangkan pada KRD emisi
Kereta Api terjadi pada kereta api dan diperhitungkan sebagai sumber emisi dari
pembakaran yang bergerak.
Estimasi emisi CO2 Tier-2 kereta api pada dasarnya sama dengan Tier-1 yaitu berdasarkan pada data
aktivitas dan faktor emisi namun pada Tier-2 faktor emisi yang digunakan adalah faktor emisi spesifik
Indonesia.
• Emisi CH4 dan N2O pada pembakaran bahan bakar
dipengaruhi oleh teknologi kereta api. Estimasi emisi CH4
Emisi CH4 dan N2O dan N2O dapat dilakukan berdasarkan Tier-1, Tier-2 atau
Tier-3.
Transportasi Melalui Air

• Kategori sumber emisi dari kegiatan transportasi melalui air meliputi


semua angkutan yang menggunakan air (sungai atau laut) mulai dari
kendaraan rekreasi berukuran kecil di danau-danau hingga kapal barang
berukuran besar kelas samudera.
• Transportasi melalui air yang berbahan bakar energi fosil menghasilkan
CO2, CH4 dan N2O.
• Emisi GRK angkutan air dapat diperkirakan dengan metodologi
Transportasi Melalui Tier-1 atau Tier-2. Pada Tier-1 estimasi berdasarkan konsumsi
bahan bakar dan jenis bahan bakar sedangkan pada Tier-2
Air estimasi berdasarkan konsumsi bahan bakar, jenis bahan bakar
dan tipe mesin kapal yang digunakan.
Penerbangan Sipil

• Emisi dari penerbangan berasal dari pembakaran bahan bakar avtur atau avgas.
Emisi pesawat terbang rata-rata terdiri atas sekitar 70% CO2 dan setidaknya 30% air
serta gas NOx, CO, SOx, NMVOC, particulates (masing-masing kurang dari 1%).
Mesin-mesin pesawat modern sangat sedikit bahkan tidak menghasilkan N2O dan
CH4.

• Dalam konteks estimasi GRK, operasi pesawat terbang terdiri atas (1) Landing/Take-
Off (LTO) cycle dan (2) Cruise. Pada umumnya sekitar 10% emisi penerbangan kecuali
hidrokarbon dan CO terjadi di operasi darat dan saat LTO. Sekitar 90% emisi terjadi
saat penerbangan. Emisi hidrokarbon dan CO 30% terjadi pada saat di darat dan 70%
terjadi saat penerbangan.
Penerbangan Sipil

• Terdapat 3 Tier metodologi estimasi GRK penerbangan. Metoda Tier-1


dan Tier-2 menggunakan data konsumsi bahan bakar.
• Tier-1 murni berdasarkan konsumsi bahan bakar sedangkan pada Tier-2
berdasarkan konsumsi bahan bakar dan frekuensi LTO.
• Pada metodologi Tier-3 estimasi emisi memperhitungkan data
pergerakan dari masing-masing pesawat terbang.
Metoda Tier-2 Penerbangan Sipil

• Metodologi Tier-2 digunakan untuk estimasi GRK dari pesawat berbahan bakar
avtur. Dalam metodologi ini operasi pesawat terbagi atas LTO dan terbang
(cruise).
• Untuk dapat menggunakan Tier-2 data LTO dan cruise harus diketahui. Langkah-
langkah perhitungan emisi GRK dengan metoda Tier-2 adalah sebagai
berikut:
• Perkirakan konsumsi bahan bakar pesawat untuk domestic dan internasional
• Perkirakan konsumsi bahan bakar LTO untuk domestic dan internasional
• Perkirakan konsumsi bahan bakar saat cruise untuk domestic dan
internasional
• Hitung emisi saat LTO dan saat cruise untuk domestic dan internasional
Persamaan-persamaan untuk estimasi emisi GRK Penerbangan Sipil dengan metoda
Tier-2 adalah sebagai berikut:
Metoda Tier-3 Penerbangan Sipil

• Metodologi Tier-3 berdasarkan data pergerakan pesawat


terbang.
• Metodologi ini terbagi atas Tier-3A dan Tier-3B.
• Metoda Tier-3A berdasarkan data “asal dan tujuan” (origin and
destination) pesawat sedangkan metoda Tier-3B berdasarkan
data lengkap trajektori/lintasan pesawat terbang.
• Contoh estimasi Tier-3 pesawat terbang dapat dilihat di
EMEP/CORINAIR Emission Inventory Guidebook (EEA 2002).
Faktor Emisi

• Faktor emisi
default IPCC
untuk
pembakaran
bahan bakar
pada sumber
bergerak
diperlihatkan
pada Tabel 2.9
hingga Tabel
2.13.
3
Mitigasi GRK
Bauran energi dunia masih
dominan energi fosil
Kebijakan penurunan pemakaian energi fosil di
tiap negara
Sumber Energi Listrik Low-Carbon
Sumber Energi Listrik Low-Carbon
Bauran energi di Indonesia masih dominan energi fosil

Bauran energi baru terbarukan (EBT) Indonesia mencapai 14,11% pada 2022.
Persentasenya mengalami kenaikan dibandingkan pada 2021 yang sebesar 13,65%
Emisi CO2 perkapita Indonesia

Emisi CO2 perkapita Indonesia tahun 2021 adalah 2,26 ton/orang


Emisi CO2 Indonesia
Bauran energi baru terbarukan (EBT) Indonesia mencapai 14,11% pada 2022.
Persentasenya mengalami kenaikan dibandingkan pada 2021 yang sebesar 13,65%
Bauran energi di Indonesia masih dominan energi fosil

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL


(KEN)
Pasal 9f PP No. 79 tahun 2014
Sumber: Paparan Dr. H. Eman Herman
Khaeron, 2020

Bauran energi baru terbarukan (EBT) Indonesia mencapai 14,11% pada 2022. Persentasenya mengalami
kenaikan dibandingkan pada 2021 yang sebesar 13,65%
Sumber: Paparan Dr. H. Eman Herman Khaeron, 2020
Sumber: Paparan Dr. H. Eman Herman Khaeron, 2020
Sumber: Paparan Dr. H. Eman Herman Khaeron, 2020
Sumber: Paparan Dr. H. Eman Herman Khaeron, 2020
Terima kasih
Dr. Eng. Asep Sofyan
(email: asepsofyan@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai