Anda di halaman 1dari 5

9

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi kebun kelapa sawit pada bulan
Agustus dan November 2008 yang kemudian dilanjutkan pada bulan Februari,
April dan Juni 2009, verifikasi data dilakukan pada bulan November 2009. Kebun
Panai Jaya terletak di kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu,
Sumatera Utara pada koordinat 02o22’40”–02o26’23” LU dan 100o15’26”-
100o17’30” BT. Kebun ini berada pada hamparan lahan gambut dengan luasan
total sekitar 2.586 ha yang memiliki 130 blok yang terbagi atas empat afdeling.
Kebun Meranti Paham terletak di Kelurahan Meranti Paham Kecamatan Panai
Hulu Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara, yang sebelumnya bernama
Kebun Ajamu II, yang berada pada koordinat 02o11’18”–02o21’24” LU dan
100o09’13”-100o12’02” BT. Kebun ini berada pada hamparan lahan gambut dan
mineral dengan luasan total sekitar 4.811 ha yang memiliki 215 blok yang terbagi
menjadi enam afdeling.

3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dari
penelitian sebelumnya oleh Yulianti (2009) dan Situmorang (2010), serta data
pelepah prunning dan tandan kosong (tankos) dari penelitian yang bersamaan
dengan ini untuk menyempurnakan data penelitian sebelumnya.

3.3. Metode Penelitian


Penelitian ini terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: (1) Pendugaan
Karbon Atas Permukaan, (2) Pengukuran dan Perhitungan Emisi CO2, dan (3)
Perhitungan Neraca Karbon.

3.3.1. Pendugaan Karbon Atas Permukaan


Perhitungan karbon atas permukaan dibagi menjadi pengukuran pada
tanaman bawah/semak dan tanaman kelapa sawit. Kemudian seluruh hasil
pengukuran dijumlahkan untuk mendapatkan stok karbon atas.
10

3.3.1.1. Pendugaan Biomassa dan C-Biomassa pada Tanaman Bawah/Semak


Untuk pendugaan biomassa pada tanaman bawah/semak dilakukan dengan
mengambil sampel tanaman dengan luas 1 m2 pada berbagai umur tanaman yang
berbeda. Pada plot pengamatan seluruh tanaman diambil kemudian ditimbang
berat basahnya setelah itu tanaman dioven pada suhu 700C selama 48 jam untuk
mengetahui kadar air nya. Untuk mendapatkan bobot keringnya digunakan
persamaan sebagai berikut:

B = BB/(1+KA)
dimana,
B : Berat kering (gr/m2)
BB : Berat basah (gr/m2)
KA : Kadar air (%)

Penetapan C-organik dilakukan dengan metode pengabuan kering serta


metode Walkey and Black. Untuk menghitung jumlah karbon biomassa tersimpan
pada tanaman bawah digunakan persamaan :

K = B x %C-Organik x 10-2
dimana,
K : Karbon Biomassa (ton/ha)
B : Berat kering (gr/m2)
%C-Organik : Kadar Bahan Organik (%)

3.3.1.2. Pendugaan Biomassa dan C-Biomassa pada Tanaman Kelapa Sawit


Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianti (2009) dan
Situmorang (2010), telah dilakukan perhitungan biomassa dan karbon biomassa
pada tanaman kelapa sawit dengan metode destruktif, yaitu menebang pohon
kelapa sawit pada plot-plot umur tanaman berbeda dan menimbangnya secara
langsung di lokasi plot. Bagian pohon kelapa sawit yang diukur biomassanya
adalah batang, pelepah dan daun dari pohon kelapa sawit yang dijadikan sampel,
sehingga diperoleh berat basahnya. Bagian-bagian tersebut kemudian diambil
untuk uji contoh dan dari uji contoh ini diperoleh berat kering dan kadar C-
organik setiap bagian tanaman kelapa sawit. Biomassa dihitung berdasarkan berat
kering dari seluruh bagian tanaman kelapa sawit. Pada penelitian kali ini, data
biomassa tanaman kelapa sawit diperoleh dari penelitian sebelumnya dan
11

dimodifikasi dengan menambahkan data pelepah prunning dan tandan kosong


(tankos).

3.3.2. Pengukuran dan Perhitungan Emisi CO2


Emisi GRK akan dihitung dari hasil pengukuran fluks secara langsung dari
lahan gambut dengan close chamber methode yang diadopsi dari IAEA (1993
dalam PPKS, 2010). Persamaan yang digunakan untuk menghitung emisi CO2
adalah sebagai berikut :

BM δCsp V 273,2
E = —— x ——— x —— x ————
Vm δt A T+273,2
dimana,
E = emisi CO2 (mg/m2/hari)
V = volume sungkup (m3)
A = luas dasar sungkup (m2)
T = suhu udara rata-rata di dalam sungkup (°C)
δCsp/δt = laju perubahan konsentrasi gas CO2 (ppm/menit)
BM = berat molekul gas CO2 dalam kondisi standar
Vm = volume gas pada kondisi stp (standar temperature and pressure) yaitu
22,41 liter pada 23°K

Penghitungan emisi pada lahan gambut pada perkebunan kelapa sawit ini
dilakukan secara langsung di lapangan, dimana pengukuran konsentrasi gas CO2
dilakukan dengan alat Gas Chromatography (GC). Emisi CO2 diukur pada bulan
November (mewakili musim penghujan) 2009 di lahan gambut yang mewakili
lahan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), bukaan baru, dan Tanaman
Menghasilkan (TM) yang dibagi dalam tiga plot, yaitu 50 m dari saluran drainase,
100 m dari saluran drainase, dan 150 m dari saluran drainase. Pada masing-
masing plot tersebut dilakukan pengambilan contoh gas dengan memilih berbagai
lokasi yang berbeda, yaitu di bawah naungan tanaman, di ujung kanopi tanaman,
dan di sela-sela antar tanaman sawit.

3.3.3. Perhitungan Neraca Karbon


Untuk menghitung neraca karbon, diperlukan data dari stok karbon dan
emisi karbon. Teknik perhitungan neraca karbon selengkapnya seperti pada Tabel
1 dan 2.
12

Tabel 1. Model Perhitungan Emisi Neto (CO2) Panai Jaya Tahun 2009
Karbon Karbon Peningkatan Pengurangan Total Emisi
Emisi (Dekomposisi
Penggunaan Lahan Biomassa Biomassa Biomassa Biomassa (Dekomposisi
Luas Carbon Loss Carbon Gain Gambut) 2009 Neraca Karbon
Awal Akhir Tahunan Tahunan Gambut) 2009
2002 2007 (ha) (ton CO2/ha) (ton CO2/tahun) (ton CO2/ha/tahun) (ton CO2/tahun) (ton CO2/ha/tahun) (ton CO2/tahun) (ton CO2/tahun)
a b c d e f g h i j
Hutan Hutan
55 Tegakan Tegakan ((c-b)a)/5 Bapenas* Bapenas (e-f)a Balingtan (h)a d+g+i
Sekunder Sekunder

Hutan Bukaan
250 sda sda sda Bapenas* 0 sda sda sda sda
Sekunder Baru

Hutan TBM c/umur


567 sda sda sda 0 sda sda sda sda
Sekunder 2006 tanaman

Hutan TBM
1.366 sda sda sda sda 0 sda sda sda sda
Sekunder 2007

Total 2.238 A
a = PPKS (2010)
b = Yulianti (2009) dan Situmorang (2010)
c = Yulianti (2009) dan Situmorang (2010)
d = ((c-b)a)/5, (5 = penggunaan lahan antara 2002 hingga 2007)
e = c/umur tanaman, *asumsi riap hutan sekunder dan bukaan baru oleh Bapenas
f = Kehilangan karbon tahunan akibat masyarakat sekitar seperti illegal logging
g = (e-f)a
h = (PPKS, 2010)
i = (h)a
j = d+g+i

A (ton CO2/tahun)
Emisi Neto Kebun Panai Jaya (ton CO2/ha/tahun) =
2.238 ha

12
13

Tabel 2. Model Perhitungan Emisi Neto (CO2) Meranti Paham Tahun 2009
Karbon Karbon Peningkatan Pengurangan Total Emisi
Penggunaan Lahan Biomassa Biomassa Biomassa Biomassa Emisi (Dekomposisi (Dekomposisi
Luas Carbon Loss Carbon Gain Neraca Karbon
Awal Akhir Tahunan Tahunan Gambut) 2009 Gambut) 2009
2003 2008 (ha) (ton CO2/ha) (ton CO2/tahun) (ton CO2/ha/tahun) (ton CO2/tahun) (ton CO2/ha/tahun) (ton CO2/tahun) (ton CO2/tahun)
a b c d e f g h i j
Kebun Kebun c/umur
707 Tegakan Tegakan 0 0 (e-f)a Balingtan (h)a d+g+i
1999 1999 tanaman

Kebun Kebun
333 sda sda 0 sda 0 sda sda sda sda
1997 1997

Kebun Kebun
538 sda sda 0 sda 0 sda sda sda sda
1995 1995

Kebun Kebun
216 sda sda 0 sda 0 sda sda sda sda
1991 1991

Kebun Kebun
649 sda sda 0 sda 0 sda sda sda sda
1990 1990

Total 2.443 B
a = PPKS (2010)
b = Karbon biomassa tahun 2003 diasumsikan sama dengan tahun 2008
c = Yulianti (2009)
d = ((c-b)a)/5, (5 = penggunaan lahan antara 2003 hingga 2008)
e = c/umur tanaman
f = 0, asumsi tidak terjadi pengurangan karbon tahunan pada perkebunan
g = (e-f)a
h = (PPKS, 2010)
i = (h)a
j = d+g+i

B (ton CO2/tahun)
Emisi Neto Kebun Meranti Paham (ton CO2/ha/tahun) =
2.443 ha

13

Anda mungkin juga menyukai