Anda di halaman 1dari 17

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Sintesis Kimia Anorganik dengan Judul


“Pentaakuotembaga(II) Sulfat” disusun oleh:
nama : Dyah Ayunda Pratama Pangastuti
NIM : 1613141003
kelas/kelompok : Kimia Sains/ I (Satu)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan
dinyatakan diterima.

Makassar, April 2019


Koordinator Asisten, Asisten,

Astri Wiyani GM Yulianti


NIM. 1513142002 NIM. 1513141010

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Diana Eka Pratiwi, S.Si.,M.Si


NIP. 19600815 198601 1 002
A. JUDUL PERCOBAAN
Pentaakuotembaga(II) Sulfat
B. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dilakukan percobaan ini adalah untuk:
1. Mengetahui cara mensintesis Pentaakuotembaga(II) Sulfat
2. Membandingkan pembentukan kristal Pentaakuotembaga(II) Sulfat dari
lempengan tembaga dan serbuk tembaga.
3. Mengetahui bentuk dan warna kristal Pentaakuotembaga(II) Sulfat.

C. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Umum
Pelaksaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi
yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion atau molekul kompleks
terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom
(ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini yang dalam kompleks
yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang tertentu, dan meskipun ini tidak
dapat ditafsirkan dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini
ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang akan menunjukkan
jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks itu yang stabil
dengan suatu atom pusat. (Svehla, 1985: 95).
Unsur-unsur transisi adalah unsur logam yang memiliki kulit dari elektron
d atau f yang tidak penuh dalam keadaan netral atau kation. Unsur transisi terdiri
dari 56 dari 103 unsur. Logam-logam transisi diklasifikasikan dengan blok d yang
terdiri dari unsur-unsur 3d dari Sc sampai Cu, 4d dari Y ke Ag dan 5d dari Hf
sampai Au, dan blok d yang terdiri dari unsur-unsur blok lantanoid dari La sampai
Lu dan aktinoid dari Ac sampai Lr. Kimia unsur blok d blok f sangat berbeda.
Logam-logam transisi memiliki sifat-sifat khas logam yang keras, konduktor
panas dan listrik yang baik dan juga menguap pada suhu yang tinggi. Walaupun
digunakan luas dalam kehidupan sehari-hari logam transisi juga biasanya dijumpai
adalah besi, nikel, tembaga, perak, emas, platina dan titanium (Saito, 1996: 116).
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang disebut bulatan
koordinasi yang masing-masing itu dapat dihuni oleh suatu ligan (monodentat).
Susunan logam-logam sekitar ion pusat adalah simetris. Jadi, suatu kompleks
dengan satu atom pusat dengan suatu bilangan koordinasi 6, terdiri dari ion pusat,
dipusat atau oktahedron sedangkan keenam ligannya menempati ruang-ruang
yang dinyatakan oleh sudut-sudut oktahedron itu. Bilangan kordinasi 4 yang
biasanya menunjukkan suatu susunan simetris yang berbentuk tetrahedron,
meskipun susunan yang datar (atau hampir datar) dimana ion pusat berada dipusat
suatu bujur sangkar dan keempat ion-ion menempati keempat sudut bujur sangkar
tersebut (Svehla, 1985: 95).
Logam tembaga (Cu) termasuk ke dalam logam transisi dimana ion-ion
logam transisi lebih kecil ukurannya daripada ion-ion logam-logam kelompok s
dalam periode yang sama. Hal ini menghasilkan rasio muatan perjari-jari lebih
besar bagi logam-logam transisi. Diperoleh sifat-sifat logam transisi berikut:
a. Oksida-oksida dan hidroksida logam-logam transisi (M2+, M3+) kurang bersifat
basa dan lebih sukar larut.
b. Garam-garam logam-logam transisi kurang bersifat ionik dan juga kurang
stabil terhadap pemanasan.
c. Garam-garam dan ion-ion logam transisi dan air lebih mudah terhidrolisis
menghasilkan sifat sedikit asam.
d. Ion-ion logam transisi lebih mudah tereduksi.
(Sugiyarto, 2001: 170).
Tembaga merupakan logam berwana merah muda. Tembaga bersifat lunak,
dapat ditempa, dan liat. Tembaga melebur pada suhu 1038oC. Senyawa-senyawa
tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I) Oksida Cu2O yang berwarna merah dan
mengandung ion tembaga (I) yaiut Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna,
kebanyakan garam tembaga (I) tak larut dalam air, mirip dengan senyawa perak
(I). Tembaga (I) mudah di oksidasi menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat
diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO yang berwarna hitam. Garam-garam
tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun
dalam bentuk air (Svehla, 1985: 229-230).
Prusi atau terusi atau vitriol biru ialah persenyawaan tembaga sulfat atau
kupri sulfat, berupa kristal-kristal berwarna biru dan mengandung lima molek air
kristal, tanpa air kristal berwarna putih. Kupri sulfat terdapat di alam sebagai batu-
batuan chalcanthite. Senyawa ini digunakan dalam penyepuhan tembaga, sebagai
mordan dalam pencelupan, untuk pembuatan larutan Fehling, dalam campuran
Bordeaux dan campuran Burgundy, juga sebagai pembasmi lumut dalam tempat
persediaan air atau reservoir (Shadily, 1973: 910).
Tembaga (II) Sulfat banyak diaplikasikan dalam sintesisis dan Industri
anorganik, karena penggunaannya aman dan murah. Tembaga (II) Sulfat dapat
digunakan sebagai katalisator pada reaksi asetilasi alkohol dan fenol. Katalis ini
setidaknya dapat didaur ulang sebanyak lima kali tanpa kehilangan aktivitas
katalitik yang signifikan sehingga disebut Green katalisator karena bersifat ramah
lingkungan (Heravi, 2006: 1046).
Pengelompokan padatan dibagi menjadi dua yaitu Kristal dan Amorf.
Padatan Kristal (crystalline solid) mempunyai keteraturan yang kaku dan
menjangkau jauh. Pada Kristal atom-atomnya, molekul-molekulnya, atau ion-
ionnya menempati posisi tertentu yang teratur. Susunan atom, molekul, dan ion
dalam padatan Kristal tertata sedemikian rupa sehingga gaya tarik-menarik antar
molekul neto pada keadaan maksimum. Gaya yang mempengaruhi kestabilan
Kristal yaitu gaya ion, ikatan kovalen, gayan van der Waals, ikatan hidrogen, atau
kombinasi gaya-gaya tersebut (Chang, 2005: 378).
Padatan Kristal dapat digolongkan berdasarkan sifat ikatan antara atom-
atom, ion-ion, atau molekul-molekul penyusunnya. Penggolongan Kristal yang
lebih mendasar menggunakan jumlah dan jenis unsur simetrinya atau symmetry
element. Apabila hasil rotasi, pantulan, atau inversi suatu benda dapat dengan
tepat disuperimpos pada (tepat dari titik ke titik) benda asalnya, maka struktur itu
dapat dikatakan mengandung unsur simetri tertentu. Sumbu rotasi, bidang
pantulan (bidang cermin) atau titik pusat (pusat inversi). Operasi simetri dapat
diterapkan pada bentuk-bentuk geometris, pada benda fisis, dan pada struktur
molekul (Oxtoby, 2003: 165).
2. Tinjauan Hasil
Tembaga (II) sulfat atau kuprisulfat dapat disintesis dengan cara melarutkan
logam tembaga dalam asam sulfat pekat kemudian dikristalkan. Dalam hal ini
logam tembaga dioksidasi menjadi ion tembaga dengan bilangan oksidasi +2
berdasarkan reaksi sebagai berikut :
Cu + 2H2SO4 → CuSO4 + SO2 + 2H2O
(putih)
Kristal kuprisulfat yang kering mempunyai sifat higroskopi dan berwarna putih,
jika mengikat air Kristal akan berwarna biru. Banyaknya air Kristal yang terikat
adalah lima molekulair Kristal untuk setiap molekul kuprisulfat (pentahidrat).
CuSO4 + 5H2O → CuSO4.5H2O
(biru)
(Tim Dosen Kimia Anorganik, 2019 : 1).
Pembuatan kristal tembaga sulfat pentahidrat menggunakan metode
pemanasan disertai dengan pendinginan larutan. Bahan baku yang berupa
tembaga. Bahan baku logam dibersihkan dari pengotor lalu dipotong kecil-kecil
yang bertujuan agar mempermudah dan mempercepat proses pelarutan logam Cu
dengan HNO3. Pada tahap pelarutan tembaga dengan HNO3, terbentuk gas NO
yang kemudian teroksidasi oleh oksigen diudara menjadi gas NO2 yang berwarna
coklat. Hal ini merupakan gas NO2 yang berbahaya dengan bau yang sangat
menyengat. Logam tidak reaktif seperti tembaga akan mereduksi asam nitrat pekat
menjadi NO dan terdapat gelembung gas dan buih berwarna putih, ini
menandakan logam Cu melarut (terjadi reaksi). Lama kelamaan larutan berubah
warna menjadi berwarna biru pekat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
3Cu(s) + 8HNO3(aq) → 3Cu2+(aq) + 6NO3-(aq) + 2NO(g) + 4H2O
Warna biru tersebut adalah karakteristik dari ion tembaga (II) tetrahidrat
[Cu(H2O)4]2+. Kemudian larutan Cu dicampurkan dengan larutan H2SO4. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

Cu2+(aq) + SO42−(aq) + 5H2O(aq) → CuSO4.5H2O(s) atau


Cu(H2O)42+(aq) + SO42−(aq) + H2O(aq) → Cu(H2O)4 SO4. H2O(s)
Kemudian larutan dipanaskan untuk meningkatkan kelarutan CuSO4 untuk
membentuk kristal CuSO4.5H2O. Usai pemanasan, larutan langsung disaring
untuk menghilangkan pengotor. Filtrat didiamkan untuk proses kristalisasi selama
dua hari sehingga terbentuk kristal berwarna biru. Hidrat CuSO4.5H2O tepatnya
adalah sebagai Cu(H2O)4 SO4. H2O, empat molekul air terikat pada ion Cu2+
sedangkan yang satunya lagi terikat pada gugus SO42− (Fitrony, 2013: 122).
Kristal tunggal berwarna biru diperoleh dengan nukleasi spontan dari
larutan induk. Kristal yang tumbuh dari air suling memiliki waktu yang lama
untuk memulai nukleasi dibandingkan dengan pelarut lain dan menunjukkan hasil
terbaik karena lambat tingkat nukleasi. Jika nukleasi dimulai dalam satu nukleus,
ia akan tumbuh lebih cepat daripada jika ada banyak nukleus. Kristal tumbuh
menggunakan air suling sebagai pelarut memiliki face lengkap dengan bentuk
tetrahedron, sedangkan kristal untuk pelarut lain ditandai oleh salah satu face yang
tidak lengkap (Al-Dhahir, 2017: 84).
Kinetika nukleasi adalah keadaan sampel (kristal tunggal atau bubuk).
Karena luas permukaan partikel serbuk meningkat tajam dengan penurunan
ukurannya, laju pembentukan fase baru juga meningkat. Demikian, pada
pemanasan terus menerus, timbulnya perubahan massa untuk sampel bubuk akan
dicatat lebih rendah suhu dibandingkan dengan kristal tunggal dalam kondisi
percobaan yang sama (Manomenova, 2013: 514).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas piala 100 ml 2 buah
b. Gelas arloji 1 buah
c. Gelas ukur 10 ml 1 buah
d. Neraca analitik 1 buah
e. Mikroskop 1 buah
f. Pembakar spiritus 1 buah
g. Gunting 1 buah
h. Pipet tetes 5 buah
i. Kaki tiga 1 buah
j. Kasa asbes 1 buah
k. Corong biasa 1 buah
l. Botol semprot 1 buah
m. Batang pengaduk 1 buah
n. 1 set melting point 1 buah
o. Spatula 1 buah
p. Lap kasar 1 buah
q. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Logam Tembaga (Cu)
b. Larutan Asam Nitrat (HNO3) pekat
c. Larutan Asam Sulfat (H2SO4) encer
d. Ethanol (C2H5OH) 95%
e. Aquades (H2O)
f. Kertas saring
g. Pipa kapiler
h. Es batu
i. Tissue
j. Aluminium foil

E. PROSEDUR KERJA
a. Logam tembaga dibersihkan, dipotong kecil-kecil lalu ditimbang sebanyak 2
gram.
b. Serbuk tembaga ditimbang sebanyak 2 gram.
c. Lempeng dan serbuk Tembaga masing-masing dimasukkan ke dalam gelas
piala.
d. Asama Nitrat pekat ditambahkan sebanyak 25 mL kedalam masing-masing
gelas piala.
e. Asam sulfat encer ditambahkan sebanyak 50 mL kedalam masing-masing
gelas piala dan ditutup dengan kaca arloji.
f. Perlahan larutan dipanaskan sampai setengah volume larutan pada masing-
masing gelas piala.
g. Larutan dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar lalu didinginkan dengan
potongan es.
h. Kristal yang terbentuk disaring dan dicuci dengan 10 mL etanol 95%.
i. Kristal dibiarkan kering pada suhu kamar.
j. Kristal kuprisulfat yang diperoleh ditimbang dan dimati warnanya.
k. Bentuk kristal diamati dengan mikroskop.

F. HASIL PENGAMATAN
NO Aktivitas Hasil Pengamatan
1 2 g serbuk Cu (merah bata) + 25 ml HNO3 Larutan Cu berwarna biru, terdapat
pekat (bening) sedikit demi sedikit. uap coklat dan gelembung.

2 2 g lempeng Cu (coklat) + 25 ml HNO3 pekat Larutan Cu berwarna biru kehijauan,


(bening) sedikit demi sedikit. terdapat sedikit uap coklat dan
gelembung.
3 Larutan Cu masing-masing + 50 ml H2SO4 Larutan berwarna biru prusi.
encer (bening).

4 Kedua larutan biru prusi masing-masing Larutan berwarna biru prusi.


dipananskan sampai ½ volume awal.
5 Kedua larutan didinginkan pada suhu kamar Terbentuk kristal berwarna biru.
lalu didinginkan dengan air es.
6 Kristal disaring dan dicuci dengan etanol 95 % Kristal berwarna biru.
7 Kristal dari serbuk Cu ditimbang. Massa kristal 5,670 g.
8 Kristal dari lempeng Cu ditimbang Massa kristal 5,455 g

9 Kristal dari serbuk Cu diamati dengan Kristal berbentuk granul.


mikroskop.
10 Kristal dari lempeng Cu diamati dengan Kristal berbentuk granul.
mikroskop.
G. ANALISIS DATA
Dik : massa Cu = 2 gram
𝜌 H2SO4 = 1,84 gr/mL

𝜌 H2O = 1,00 gr/mL

𝜌HNO3 = 1,51 gr/mL


V H2SO4 = 50 mL
V H2O = 25 ml
V HNO3 = 25 ml
Mr H2SO4 = 98,00 g/mol
Mr H2O = 18,00 g/mol
Mr HNO3 = 63,00 g/mol
Mr Cu = 63,50 g/mol
Mr CuSO4.5H2O = 244,37 gr/mol
massa CuSO4.5H2O praktek = 63,00 gr/mol
Dit : % rendemen = ……..?
Peny:
massa Cu 2 gram
 mol Cu = =
Mr Cu 63,50 gr/mol

= 0,0314 mol
 massa H2SO4 =𝜌 H2SO4 × V H2SO4
= 1,84 gr/mL × 25 mL
= 46 gram
massaH2 SO4
 mol H2SO4 =
Mr H2 SO4
46 gram
=
98,00 gram/mol

= 0,4693 mol
 massa HNO3 =𝜌 HNO3 × V HNO3
= 1,51 gr/mL × 25 mL
= 37,75 gram
massa HNO3
 mol HNO3 =
Mr HNO3
37,75 gram
=
63,00 gram/mol

= 0,5992 mol
 massa H2O =𝜌 H2O× V H2O
= 1,00 gr/mL × 43,50 mL
= 43,50 gram
massaH2 O
 mol H2O =
Mr H3 O
43,50 gram
=
18,00 gram/mol

= 2,4167 mol
Cu + 3 H2 O + H2SO4 + 2 HNO3→ CuSO4.5H2O + 2NO3
mula2: 0,0314 mol 2,4167 mol 0,4693 mol 0,5992 mol
berx : 0,0314 mol 0,0314 mol 0,0314 mol 0,0314 mol 0,0314 mol 0,0314 mol
sisa : - 2,3846 mol 0,0787 mol 0,568 mol 0,0314 mol 0,0314 mol

 mol CuSO4.5H2O = 0,0314 mol


 massa CuSO4.5H2O teori = mol CuSO4.5H2O× Mr CuSO4.5H2O
= 0,0314 mol × 244,37 gr/mL
= 7,6732 gram
massaCuSO4 .5H2 O praktek
Rendemen = × 100%
massaCuSO4 .5H2 O teori
5,6700 gram
= × 100%
7,6732 gram

= 73,89 %
massaCuSO4 .5H2 O praktek
Rendemen = × 100%
massaCuSO4 .5H2 O teori
5,4550 gram
= × 100%
7,6732 gram

= 71,09 %
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mensintesis Pentaakuotembaga(II) Sulfat,
membandingkan pembentukan kristal Pentaakuotembaga(II) Sulfat dari
lempengan tembaga dan serbuk tembaga, serta mengetahui bentuk dan warna
kristal Pentaakuotembaga(II) Sulfat. Adapun prinsip dasar percobaan ini adalah
pembuatan kristal dengan melarutkan serbuk serta lempengan tembaga dalam
larutan asam pekat kemudian dikristalkan. Prinsip kerjanya yaitu penimbangan,
pengukuran, pemanasan, pelarutan, pendinginan dan penyaringan.
Sintesis Pentaaakuotembaga(II) Sulfat
[Cu(H2O)5]SO4 berbahan baku lempeng tembaga (Cu) dan
serbuk tembaga (Cu). Sebelum digunakan, bahan baku
lempengan logam Cu dibersihkan dari pengotor lalu
dipotong kecil-kecil yang bertujuan agar mempermudah
dan mempercepat proses pelarutan logam Cu dengan
Pemotongan lempeng
HNO3. Selanjutnya dilakukan penimbangan pada kedua
bahan baku. Massa yang digunakan pada
berbahan baku lempeng tembaga (Cu) dan
serbuk tembaga (Cu) disamakan agar dapat
dibandingkan pembentukan Kristal dari kedua
bahan tersebut. Kemudian lempeng tembaga
Serbuk Lempeng
(Cu) dan serbuk tembaga (Cu)
(Cu) dan serbuk tembaga (Cu) masing-masing dilarutkan dengan HNO3 pekat.
Fungsi dari HNO3 pekat untuk mengaktifkan tembaga agar dapat bereaksi dengan
H2SO4. Pada tahap pelarutan tembaga dengan HNO3, terbentuk gas NO yang
kemudian teroksidasi oleh oksigen diudara menjadi gas NO2 yang berwarna
coklat. Gas NO2 yang berbahaya dengan bau yang sangat menyengat. Logam
tidak reaktif seperti tembaga akan mereduksi asam nitrat pekat menjadi NO. Di
dalam larutan terdapat gelembung gas dan buih berwarna putih, ini menandakan
logam Cu melarut (terjadi reaksi). Lama kelamaan larutan berubah warna menjadi
berwarna biru. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Cu + 4HNO3 3Cu(NO3)2 + 2NO2 + 4H2O
Dalam reaksi antara Cu dan HNO3 pekat
diperlukan waktu yang cukup lama maka
dalam proses reaksi dilakukan
pengadukan dan pemanasan sampai
semua larut dan uap tidak kelihatan lagi.
Pelarutan dengan HNO3 dan H2SO4 Sebelum dilakukan pemanasan,
campuran ditambahkan H2SO4 encer, yang berfungsi sebagai penyedia ion SO42-
dan ligan H2O. Adapun reaksinya
Cu + 2H2SO4 CuSO4 + SO2 + 2H2O
Pemanasan dilakukan dengan maksud mempercepat
terjadinya reaksi, dan juga untuk menguapkan gas NO dan So2,
pemanasan dilakukan dengan cara menutup dengan gelas arloji,
fungsi penutupan yaitu untuk mencegah penguapan ligan SO4
dan H2O. Adapun reaksinya:
Cu + 2HNO3 + H2SO4 + 3H2O CuSO4.5H2O + 2NO2
Setelah pemanasan, dilakukan pendinginan pada suhu kamar kemudian
dilanjutkan dengan pendinginan pada air es, pendinginan dilakukan secara
bertahap agar tidak menyebabkan keretakan pada gelas kimia jika dari pemanasan
langsung didinginkan pada air es (suhu rendah). Selain itu perubahan suhu
ekstrem dapat mengganggu pembentukan Kristal
Kristal yang terbentuk pada saat pendinginan
dengan air es disaring dengan corong buchner
dengan tujuan untuk memisahkan kristal dan
larutannya. Kristal dicuci dengan etanol 95% yang

bertujuan untuk mengikat air. Kristal selanjutnya dikeringkan dan ditimbang


untuk mengetahui berat kristal. Setelah ditimbang diketahui massanya kristal
sebesar 5,670 gram untuk kristal dari
serbuk Cu dan 5,455 gram untuk
kristal yang diperoleh dari lempeng
Cu dan dari analisis data diketahui
rendemennya sebesar 73,89 % dan 71,09 %. Kristal dari serbuk memiliki massa
yang lebih berat daripada lempeng dikarenakan luas permukaannya pada
sehinggan Cu lebih mudah larut. Kristal yang diperoleh dilihat dari warna dan
bentuk kristalnya yang monoklin (jajar genjang) dilihat dari mikroskop serta
rendemen yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa kristal yang diperoleh murni
[Cu(H2O)5]SO4, namun belum terbentuk semua karena rendemen masih di bawah
100%. Adapaun reaksi keseluruhan yang terjadi adalah
Cu(S) + 5 H2O+ H2SO4 + 2 HNO3 → CuSO4.5H2O + 2 NO2
. Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun
tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutan air. Dalam larutan air
hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru yang karakteristiknya dan warna
ion kompleks koordinasi 6 yaitu dengan bentuk geometri oktahedral (Sugiyarto,
2001). Adapun hibridisasinya yaitu:
Cu = [Ar] 3d10 4s1

3d10 4s1
Cu2+ = [Ar] 3d9 4s0

3d9 4s0 4p0 4d0


CuSO4.5H2O =

3d9 4s2 4p6 4d4

SO4 5H2O

sp3d2 = oktahedral
SO4

H2O OH2
Cu
H2O
OH2

H2O

Monoklin (Sugiyarto, 2001) Pengamatan Mikroskop

Kristal pentaakuotembaga(II) sulfat yang diperoleh


I. KESIMPULAN
a. Sintesis Pentaaakuotembaga(II) Sulfat [Cu(H2O)5]SO4 dengan menggunakan
logam Cu sebagai bahan baku direaksikan dengan HNO3 dan H2O.
b. Massa Kristal yang dibuat dari serbuk lebih berat daripada massa Kristal yang
dibuat dari lempeng.
c. Pentaaakuotembaga(II) Sulfat [Cu(H2O)5]SO4 merupakan kristal berwarna biru
dengan bentuk kisi monoklin dan oktahedral, berat kristal yang diperoleh
sebesar 5,670 gram untuk kristal dari serbuk Cu dan 5,455 gram untuk kristal
yang diperoleh dari lempeng, rendemennya sebesar 73,89 % dan 71,09 %.

J. SARAN
Diharapkan pada praktikum selanjutnya untuk lebih memaksimalkan
pemanasan larutan agar Cu larut dengan baik sehingga diperoleh massa Kristal
yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.

Dhahir Tariq A. AL., Nabeel A. Bakr., Saja B. Mohammed. 2017. Influence of


Solvents on the Growth of Copper Sulfate Pentahydrate Single Crystals.
Diyala Journal for Pure Science. Vol. 13 (3).

Fitrony., Rizky Fauzi., Lailatul Qadriyah. 2013. Mahfud. Pembuatan Kristal


Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas
Kumparan. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 2(1).

Heravi, Majid M., Farahnaz K. Behbani., Vahideh Zadsirjan., Hossien A.


Oskooie. 2006. Copper(II) Sulfate Pentahydrate (CuSO4.5H2O). A Green
Catalyst for Solventless Acetylation of Alcohols and Phenols with Acetic
Anhydride. J. Braz. Chem. Soc. Vol 17(5).

Manomenova V. L., M. N. Stepnova†., V. V. Grebenev., E. B. Rudneva., A. E.


Voloshin. 2013. Growth of CuSO4 · 5H2O Single Crystals and Study of
Some of Their Properties. Crystallography Reports. Vol. 58 (3).

Oxtoby., Gillis., Nachtrieb. 2003. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta:


Erlangga.

Saito, Taro. 1996. Buku Teks Kimia Anorganik Online. Tokyo: Muki Kagaku.

Shadily, Hassan. 1973. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta. Kanisius.

Sugiyarto, Kristian. 2001. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: UNY.

Svehla. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Tim Dosen. 2019. Penuntun Praktikum Sintesis Kimia Anorganik. Makassar:


Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Jawaban Pertanyaan

1. Air kristal adalah molekul air yang terikat pada suatu senyawa yaitu
hidratnya.
2. Kristal Kuprisulfat tidak boleh dicuci dengan air , tapi harus dengan etanol 95
% karena air dapat melarutkan kembali kristal kuprisulfat pentahidrat,
sedangkan etanol 95 % tidak bisa melarutkan kembali kristal kuprisulfat
pentahidrat bahkan dapat mengkat air.
3. Cara menentukan persen kemurnian kuprisulfat :
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑢𝑝𝑟𝑖𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
Rendemen : x 100 %
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑢𝑝𝑟𝑖𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

4. Cara penentuan kadar kuprisulfat ada 5 macam, yaitu :


a. Gravimetri
b. Titrimetri
c. Volumetri
d. Elektroforesis
e. Spektrofotometri

Anda mungkin juga menyukai