Ikatan logam adalah ikatan yang terjadi antara atom-atom logam, baik
atom-atom logam sejenis maupun yang berlainan. Electron pada kulit
terluar dari atom logam memiliki ikatan yang lemah dengan inti atomnya.
Hal ini membuat atom-atom logam cenderung melepaskan electron pada
kulit terluarnya dan berubah menjadi ion positif. Electron-elektron pada
kulit terluar ini dikenal sebagai electron valensi.
Electron yang mudah bergerak ini merupakan salah satu sifat yang
dimiliki oleh logam yaitu sifat konduktivitas listrik. Karena Electron-
elektron pada logam dapat bergerak dengan bebas, maka logam
dikatakan sebagai material yang memiliki sifat konduktivitas listrik yang
baik.
Emas, perak dan platina disebut logam mulia, sedangkan emas, tembaga
dan perak sering disebut sebagai logam mata uang, karena ketiga unsur
ini dipadukan untuk membuat koin-koin mata uang. Dikatakan sebagai
logam mulia karena ketiga logam ini sukar teroksidasi dengan sejumlah
besar pereaksi.
Selain dikenal logam mulia dikenal pula logam berat (heavy metal) adalah
logam dengan massa jenis lima atau lebih, dengan nomor atom 22 sampai
dengan 92. Raksa, kadmium, kromium dan timbal merupakan beberapa
contoh logam berat. Logam-logam berat dalam jumlah yang banyak
artinya melebihi kadar maksimum yang ditetapkan, sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia karena dapat menyebabkan kanker (bersifat
karsinogen).
Ikatan Logam
Logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi sehingga
memberikan kesan kuatnya ikatan yang terjadi antara atom-atomnya.
Secara rata-rata logam seperti natrium (titik leleh 97.8°C) meleleh pada
suhu yang sangat jauh lebih tinggi dibanding unsur (neon) yang
mendahuluinya pada tabel periodik.
Lebih realistis, tiap atom magnesium memiliki satu proton lebih banyak
pada intinya dibandingkan yang dimiliki oleh natrium, dan karena itu tidak
hanya akan terdapat jumlah elektron yang terdelokalisasi tetapi juga akan
terjadi lebih banyak dayatarik yang terjadi diantara mereka.
Logam transisi cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi.
Alasannya adalah logam transisi dapat melibatkan elektron 3d yang ada
dalam kondisi delokalisasi seperti elektron pada 4s. Lebih banyak elektron
yang dapat kamu libatkan, kecenderungan dayatarik yang lebih kuat akan
kamu peroleh.
Berdasarkan teori ini, logam di anggap terdiri dari ion-ion logam berupa
bola-bola keras yang tersusun secara teratur, berulang dan disekitar ion-
ion logam terdapat awan atau lautan elektron yang dibentuk dari elektron
valensi dari logam terkait.
Awan elektron yang terbentuk berasal dari semua atom-atom logam yang
ada. Hal ini disebabkan oleh tumpang tindih (ovelap) orbital valensi dari
atom-atom logam (orbital valensi = orbital elektron valensi berada).
Akibatnya elektron-elektron yang ada pada orbitalnya dapat berpindah ke
orbital valensi atom tetangganya. Karena hal inilah elektron-elektron
valensi akan terdelokaslisasi pada semua atom yang terdapat pada logam
membentuk awan atau lautan elektron yang bersifat mobil atau dapat
bergerak.
Gambar perpindahan atom pada suatu logam ketika diberi tekanan atau
ditempa
Keadaan ini berbeda dengan ikatan ionik. Dalam kristal ionik, gaya
pengikatnya adalah gaya tarik antar ion yang bermuatan positif dengan
ion yang bermuatan negatif. Sehingga ketika kristal ionik diberi tekanan
akan terjadi pergeseran ion positif dan negatif yang dapat menyebabkan
ion positif berdekatan dengan ion positif dan ion negatif dengan ion
negatif. Keadaan ini mengakibatkan terjadi gaya tolak antar ion-ion
sejenis sehingga kristal ionik menjadi retak kemudian pecah.
Titik didih dan titik lebur logam berkaitan langsung dengan kekuatan
ikatan logamnya. Titik didih dan titik lebur logam makin tinggi bila ikatan
logam yang dimiliki makin kuat. Dalam sistem periodik unsur, pada satu
golongan dari atas kebawah, ukuran kation logam dan jari-jari atom logam
makin besar.
Hal ini menyebabkan jarak antara pusat kation-kation logam dengan awan
elektronnya semakin jauh, sehingga gaya tarik elektrostatik antara kation-
kation logam dengan awan elektronnya semakin lemah. Hal ini dapat
dilihat pada titik didih dan titik lebur logam alkali.
Logam Jari-jari atom Kation Jari-jari kation Titik lebur Titik didih
logam (pm) logam logam (pm) (°C) (°C)
Li 157 Li+ 106 180 1330
Na 191 Na+ 132 97,8 892
K 235 K+ 165 63,7 774
Rb 250 Rb+ 175 38,9 688
Cs 272 Cs+ 188 29,7 690
Berdasarkan model awan elektron, apabila salah satu ujung dari logam
dipanaskan maka awan elektron ditempat tersebut mendapat tambahan
energi termal. Karena awan elektron bersifat mobil, maka energi termal
tersebut dapat ditransmisikan ke bagian-bagian lain dari logam yang
memiliki temperatur lebih rendah sehingga bagian tersebut menjadi
panas.
Kilap Logam
Permukaan logam yang bersih dan halus akan memberikan kilap atau
kilau (luster) tertentu. Kilau logam berbeda dengan kilau unsur nonlogam.
Kilau logam dapat dipandang dari segala sudut sedangkan kilau nonlogam
hanya dipandang dari sudut tertentu.
Aloi terbentuk apabila leburan dua atau lebih macam logam dicampur
atau leburan suatu logam dicampur dengan unsur-unsur nonlogam dan
campuran tersebut tidak saling bereaksi serta masih menunjukan sifat
sebagai logam setelah didinginkan.
Aloi dibagi menjadi dua macam yaitu aloi selitan dan aloi substitusi.
Disebut aloi selitan bila jari-jari atom unsur yang dipadukan sama atau
lebih kecil dari jari-jari atom logam. Sedangkan aloi substitusi terbentuk
apabila jari-jari unsur yang dipadukan lebih besar dari jari-jari atom
logam.