PERCOBAAN VIII
PEMBUATAN KALIUM TRIOKSALATOALUMINAT
K3[Al(C2O4)3].H2O
OLEH:
NAMA
STAMBUK
: F1C1 15 081
: ALVIN
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
I PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Senyawa koordinasi telah diketahui sejak 200 tahun yang lalu, pertama
kali ditemukan oleh kimiawan muda asal Swiss Alfred Werner. Dia mengusulkan
dua macam valensi yaitu valensi primer adalah muatan positif pada ion logam
yang harus disetarakan oleh ion negatif sehingga menemukan bilangan koordinasi
dari susunan jumlah ligan dan valensi sekunder yang disebut bilangan koordinasi
yang menunjukan jumlah ligan terikat pada atom pusat.
Salah satu penerapan dalam ilmu kimia anorganik adalah pada senyawa
kompleks. Suatu kompleks didefinisikan sebagai ion yang tersusun dari atom
pusat yang mengikat secara koordinasi sejumlah ion atau molekul netral yang
dikenal sebagai ligan. Ikatan antara ion pusat dengan ligannya adalah ikatan
kovalen koordinat dengan ligan sebagai penyumbang pasangan elektron,
sedangkan ion pusat menyiapkan orbital kosong. Jadi, ligan haruslah mempunyai
pasangan elektron bebas.
Setiap logam memiliki kecenderungan untuk membentuk senyawa
kompleks. Salah satunya adalah logam aluminimum. Logam aluminium
merupakan salah satu logam terbanyak ketiga yang terkandung dalam kerak bumi
setelah oksigen dan silikon. Aluminium ini memiliki banyak pemanfaatan dalam
kehidupan manusia, seperti peralatan alat-alat rumah tangga tapi juga dipakai
untuk keperluan kontruksi pesawat terbang, mobil, bahan paduan logam lain dan
lain-lain. Logam aluminium ini dapat membentuk senyawa kompleks karena
merupakan logam yang kekurangan elektron sehingga memerlukan elektron dari
II
TINJAUAN PUSTAKA
III
METODOLOGI PRAKTIKUM
C. Prosedur Kerja
serutan Aluminum
Asam oksalat
- Ditimbang 3,25 gram
- ditambahkan ke dalam
10 mL aquades panas
sedikit demi sedikit
Larutan II
aluminium larut
- disaring
-
dicampur
diaduk
disaring menggunakan kertas saring
didinginkan
ditambahkan 12,5 ml aseton
dicucu Kristal yang terbentuk
- dicatat berat Kristal yang diperoleh
IV
berdasarkan
percobaan
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A Hasil Pengamatan
1
No.
Perlakuan
1.
Hasil Pengamatan
Sebelum
Serutan
aluminium
Sesudah
Larut dan bereaksi
dengan meghasilkan
buih serta terbentuk
endapan hitam.
2.
3.
5.
6.
Kedua
larutan
berwarna
bening
Endapan putih
mulai kering
Kondisinya
tetap
Terdapat endapan
Kristal putih
menyerupai pasir
Kristal K2Al(C2O4)3.3H2O
Oksalat
dihidrat
berwarna
putih dan
padat
2 [Al(OH)4]+ + 3 H2 + 2K+
[Al(OH)3]3- + 4OHK2Al(C2O4)3.H2O
Analisis data
DIk : Massa Al
= 0,25 gram
Massa H2C2O4
= 3,25 gram
Massa KOH
=PxVx%
= 7,5 ml
Berat teori
Mol Al
massa
0,25 g
=
=0,009 mol
BM
27 g /mol
Mol KOH
massa
1,575
=
=0,028 mol
BM
56 g/mol
2Al
2KOH
M : 0,009 mol
0,028 mol
R : 0,009 mol
0,009 mol
0,009 mol
S : -
0,019 mol
Mol [Al(OH)4]+
Mol H2C2O4
0,009 mol
0,009mol
=0,0045 mol
2
massa
3,25 g
=
=0,036 mol
BM
90 g /mol
0,036 mol
R : 0,0045 mol
0,0135 mol
S:
2 [Al(OH)4]+ + 3 H2 + 2K+
+ 6 H2O
0,0225 mol
[Al(OH)3]3- +
4OH-
0.0045 mol
0,0045 mol
0,018 mol
0,018 mol
Berdasarkan reaksi
[Al(OH)3]3- + 2OH- + 3K+
K2Al(C2O4)3.H2O
= 1,411 gram
= 1,917 gram
Penyelesaian:
Rendemen
B Pembahasan
Ion kompleks adalah senyawa ionik, di mana kation dari logam berikatan
dengan dua atau lebih anion atau molekul netral. Dalam ion kompleks, kation
logam dinamakan atom pusat, dan anion atau molekul netral terikat pada atom
pusat dinamakan ligan (Latin: ligare, artinya mengikat). Menurut teori asam-basa
Lewis, ion logam menyediakan orbital d yang kosong sehingga berperan sebagai
asam Lewis (akseptor pasangan elektron bebas) dan ion atau molekul netral yang
memiliki pasangan elektron bebas untuk didonorkan berperan sebagai basa Lewis.
Terbentuknya senyawa kompleks ini karena terjadinya ikatan koordinasi antara
kation dari logam yang berikatan dengan anion sebagai ligannya yang
mendonorkan elektron ke atom puast atau kationnya.
selanjutnya
yaitu
pada
proses
pencampuran
larutan
belum mendekati sempurna karena pada dasarnya hasil ideal rendamen adalah
100%, walaupun kecil kemungkinan untuk mendapatkannya. Oleh karena itu,
diperlukan ketelitian lagi dalam percobaan agar hasil rendamen yang diperoleh
mendekati ideal sebagai tanda bahwa kristal yang diperoleh memiliki kemurnian
yang cukup.
IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Love, G. 1986. Teori dan Praktek Kerja Logam. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, R. H., William S. H., F. Geoffrey H. dan Jeffry D. M. 2007. Kimia
Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Pinalla, A. 2011. Kristalisasi Ammonium Perklorat (AP) dengan Sistem
Pendinginan Terkontrol untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat.
Jurnal Teknologi Dirgantara. Vol. 9 (2).
Saria, Y., Lucyanti, Nurlisa H. dan Aldes L. 2012. Sintesis Senyawa Kompleks
Kobalt dengan Asetilasetonato. Jurnal Penelitian Sains. Vol. 15 (3).
Zahrah, S. 2010. Serapan N, P, K dan Hasil Berbagai Varietas Tanaman Padi
Sawah dengan Pemberian Amelioran Ion Cu, Zn, Fe pada Tanah Gambut.
Jurnal Natur Indonesia. Vol. 12 (2).