IODOMETRI CARA

HAEN

kELOMPOK 2
ALIFAH NURFAUZIYYAH
DINDA DWI OKTAVIYANI
IFAN KAMALUDIN
NABILA LATHIFAH KHAIRUNNISA
SEKAR HAYU AJENG PRAMESTI
TEORI DASAR
basic theory
 IODOMETRI (diSEBUT iODOMETRIK) ADALAH TITRASI REDOKS YANG MELIBATKAN TITRASI
IODIN YANG diPRODUKSI dALAM REAKSI dENGAN lARUTAN STANDAR NATRIUM TIOSULFAT

 NAMA lATIN UNSUR I : IODIUM

 NAMA YUNANI : IOEIDES
 NAMA INGGRIS : IODINE
 NAMA INDONESIA : AWALNYA YODIUM KEMUDIAN digANTI jADI IODIN

IODOMETRI (TITRASI TIDAK LANGSUNG) IALAH ANALISA TITRIMETRI UNTUK ZAT-ZAT

REDUKTOR DENGAN PENAMBAHAN LARUTAN IODIN BAKU BERLEBIHAN DAN KELEBIHANNYA
DITITRASI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT BAKU (Na2S2O3)

IODOMETRI MENURUT PENGGUNAAN dAPAT diBAGI MENJADI 4 gOLONGAN YAITU :

1. TITRASI iod BEbAs
2. TiTRASI OKSIDATOR MELALUI PEMBENTUKAN IODIUM YANG TERBENTUK DARI IODIDA
3. TITRASI REDUKTOR DENGAN PENENTUAN iODIUM YANG digUNAKAN
4. TiTRASI REAKSI, TITRASI SENYAWA DENGAN iODIUM MELALUI ADISI ATAU SUBTITUSI
 PENGETAHUAN AWAL 
N ASPEK IODOMETRI IODIMETRI
O

1. JENIS TITRASI TIDAK LANGSUNG TITRASI LANGSUNG

2. TUJUAN MENENTUKAN KADAR MENENTUKAN KADAR

OKSIDATOR REDUKTOR

3. PENITER Na2S2O3 I2

4. INDIKATOR
PENGAPLIKASIAN AMILUMBANYAK
IODO-IODIMETRI, (MENJELANG TA)
digUNAKAN AMILUM
UNTUK (DIAWAL SEBELUM
PENENTUAN KADAR ANALIT
SECARA VOLUMETRI : TITRASI)
 PENENTUAN KLOR AKTIF DALAM BUBUK PEMUTIH
5.
 PENENTUAN TA
KADAR BIRU
VITAMIN C MENJADI TIDAK TIDAK BERWARNA MENJADI
 PENENTUAN TEMBAGA DALAM TEMBAGA
BERWARNASULFAT BIRU
 PENENTUAN ARSEN DALAM LARUTAN SODIUM ARSENIT
 METODE IODOMETRI
PENENTUAN KADAR DARI SAMPEL YANG BERSIFAT OKSIDATOR DENGAN
MELARUTKANNYA DENGAN PELARUT YANG SESUAI KEMUDIAN DIASAMKAN DENGAN ASAM
SULFAT ATAU ASAM ASETAT ATAU ASAM KLORIDA, KEMUDIAN DITAMBAHKAN KI,
DIDIAMKAN SELAMA BEBERAPA MENIT DI TEMPAT GELAP, IODIUM YANG DIBEBASKAN
KEMUDIAN DITITRASI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT YANG BERSIFAT REDUKTOR SETELAH
LARUTAN ENCER (BERWARNA KUNING) DITAMBAHKAN INDIKATOR AMILUM DAN TITRASI
DILANJUTKAN HINGGA TERJADI PERUBAHAN WARNA MENJADI BENING. IODIUM MEMILIKI
SISTEM SEBAGAI REDUKTOR ATAU OKSIDATOR KARENA HARGA E° BERADA DI
PERTENGAHAN. JIKA E° TIDAK BERGABUNG DENGAN PH (PH<8.0)
PERMULAAN REAKSI: I2(S) + 2 E- → 2I-
E°= 0,535 V
E°= ATAU +0, 53

 KEGUNAAN IODOMETRI
KEGUNAAN IODOMETRI ADALAH UNTUK MENETAPKAN KADAR LARUTAN IODIN,
LARUTAN NATRIUM TIOSULFAT DAN ZAT-ZAT YANG DAPAT BEREAKSI DENGAN IODIDA
MEMBEBASKAN IODIN.
 TITRASI IODOMETRI
SALAH SATU TITRASI REDOKS YANG MELIBATKAN IODIUM. TITRASI IODOMETRI TERMASUK
JENIS TITRASI TIDAK LANGSUNG, SAMPEL YANG BERSIFAT OKSIDATOR DIREDUKSI DENGAN
KALIUM IODIDA (KI) BERLEBIHAN DAN AKAN MENGHASILKAN IODIUM (I2) YANG
SELANJUTNYA DITITRASI DENGAN LARUTAN BAKU NATRIUM THIOSULFAT (NA2S2O3).
BANYAKNYA VOLUME NATRIUM THIOSULFAT YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN TITRAN
SETARA DENGAN BANYAKNYA SAMPEL

 SYARAT dALAM TITRASI IODI-IODOMETRI

1. TITRASI HARUS DILAKUKAN DALAM KEADAAN DINGIN
2. TiTRASI TIDAK DAPAT DILAKUKAN DALAM KONDISI BASA KUAT, KARENA IOD BEREAKSI
DENGAN ALKALI
I2 + 2OH- → IO- + I- + H2O
S2O32- + 4IO- + 2OH- → 4I- + 2SO42- + H2O
3. KARENA KELARUTAN IOD DI DALAM AIR SANGAT KECIL (0,00134 mol/L) MENYEBABKAN
KAI YANG DIGUNAKAN
HARUS BERLEBIH
4. PENAMBAHAN INDIKATOR KANJI
IODOMETRI : SEBAIKNYA DILAKUKAN SAAT MENJELANG TITIK AKHIR TITRASI (LAARUTAN
BERWARNA KUNING)
IoDIMETRI : DAPAT DITAMBAHKAN SEJAK AWAL TITRASI
5. TITRASI HARUS DILAKUKAN DENGAN CEPAT UNTUK MEMINIMALISIR TERJADINYA
 BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN TITRASI IODOMETRI
PENAMBAHAN AMILUM SEBAIKNYA DILAKUKAN SAAT MENJELANG AKHIR TITRASI, DIMANA
HAL INI DITANDAI DENGAN
WARNA LARUTAN MENJADI KUNING MUDA (DARI ORANYE SAMPAI COKLAT AKIBAT
TERDAPATNYA I2 DALAM JUMLAH BANYAK)

TITRASI HARUS DILAKUKAN DENGAN CEPAT UNTUK MEMINIMALISASI TERJADINYA OKSIDASI

ODIDE OLEH UDARA BEBAS

 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TITRASI IODOMETRI

KELEBIHAN :
1. TITRASI BERLANGSUNG LEBIH CEPAT KARENA TITRAT DAN TITRAN LANGSUNG BEREAKSI
2. PENAMBAHAN KANJI DIAWAL TITRASI
3. WARNA TITIK AKHIR LEBIH MUDAH TERAMATI DARI TIDAK BERWARNA MENJADI BIRU

KEKURANGAN :
1. PENITRATNYA MUDAH TERURAI OLEH CAHAYA SEHINGGA PREPARASI CONTOH HARUS
DILAKUKAN TERLEBIH DAHULU
2. PADA SAAT TITRASI DIKHAWATIRKAN KEHILANGAN ION IOD, DALAM KEADAAN ASAM
LARUTAN IOD DAPAT DIOKSIDASI
OLEH UDARA
 INDIKATOR
INDIKATOR YANG DIGUNAKAN PADA TITRASI IODOMETRI ADALAH INDIKATOR KANJI
(AMILOSA) YANG AKAN MENGHASILKAN WARNA BIRU KETIKA BEREAKSI DENGAN I2. AKAN
TETAPI, PENAMBAHAN KANJI DILAKUKAN SAAT KONSENTRASI I2 SUDAH SEDIKIT. JIKA KANJI
DITAMBAHKAN SAAT I2 MASIH BANYAK, MAKA KANJI AKAN “MENGURUNG” I2 SEHINGGA
TIDAK SEMUA I2 BEREAKSI DENGAN TIO. AKIBATNYA, JUMLAH TITRAN YANG DIBUTUHKAN
SEMAKIN SEDIKIT DARI YANG SEHARUSNYA. iTU sEBABNYA iNDIKATOR KANJI diTAMBAHKAN
di AKHIR TITRASI ATAU RENTANG TE KE TA, BUKTINYA lEWAT WARNA bERUBAH YANG
AWALNYA COKLAT MENJADI KUNING JERAMI. NAH, KUNING JERAMI INI ARTINYA SUDAH
HAMPIR SELURUHNYA iod bEREAKSI dENgAn TIOSULFAT ATAU MENANDAKAN TE PADA SAAT
WARNA JADI kUNING JERAMI bARU diTAMBAH KANJI
 KELEBIHAN & KEKURANGAN

KELEBIHAN KEKURANGAN
METODE HAEN METODE HAEN
 TITIK AKHIR  KI YANG
DIGUNAKAN
MUDAH DIAMATI BANYAK KARENA I2
 TIDAK PERLU
YANG DIBENTUK
PENAMBAHAN SEBAGIAN AKAN
KSCN TERADSORPSI OLEH
CUI SEHINGGA I2
BERKURANG
SIFAT-SIFAT FISIKA & KIMIA
 TUJUAN PRINSIP
UNTUK MENGETAHUI BERDASARKAN REAKSI
KADAR SAMPEL REDOKS SEJUMLAH ml SAMPEL
OKSIDATOR DAN dENGAN LARUTAN KI bEBAS
MENGETAHUI IODAT KEMUDIAN TITRASI iod
KONSENTRASI LARUTAN YANG diBEBASKAN DENGAN
STANDAR TIOSULFAT LARUTAN Na2S2O3 STANDAR
dALAM SUASANA ASAM (pH= 3-
4) SAMPAI WARNA COKLAT
DARI iod MEMUDAR hINGGA
bERWARNA kUNING JERAMI
(MENJELANG TE) diTAMBAH
iNDIKATOR KANJI MENJADI
 PERSAMAAN REAKSI
(TAHAP 1)
REDUKSI : CR2O7²- ==> 2CR³+
OKSIDASI : 2I- ==> I2 (TAHAP 5)
(TAHAP 2) SUBTITUSI/ELIMINASI:
JIKA KEKURANGAN O DITAMBAH H2O : REDUKSI : CR2O7²- + 14H+ + 6E- ==> 2CR³+ +
REDUKSI : CR2O7²- ==> 2CR³+ + 7H2O 7H2O | × 2
OKSIDASI : 2I- ==> I2 OKSIDASI : 2I- => I2 + 2E- |× 6
(TAHAP 3) (TAHAP 6)
DALAM ASAM TAMBAH H+ UNTUK SETARAKAN REAKSI:
MENYETARAKAN REAKSI : REDUKSI : 2CR2O7²- + 24H+ + 12E- ==> 4CR³+ +
REDUKSI : CR2O7²- + 14H+ ==> CR³+ + 7H2O 14H2O
OKSIDASI : 2I- ==> I2 OKSIDASI : 12I- => 6I2 + 12E-
(TAHAP 4) REAKSI TOTAL : 2CR2O7²- + 24H+ + 12I- ==>
PENAMBAHAN ELEKTRON: 4CR³+ + 14H2O + 6I2
REDUKSI : CR2O7²- + 14H+ + 6E- ==> 2CR³+ +
7H2O
OKSIDASI : 2I- => I2 + 2E-
 ALAT DAN BAHAN

This is This is This is

your first your second your third
concept concept concept
 PROSEDUR ANALISIS
NO Parameter Satuan Metode Pengukuran/Alat
Parameter Fisika
1 Waktu Second Stopwatch
2 Suhu ˚C Thermometer
3 Warna - Visual
4 Cuaca - Visual
5 Salinitas Ppm Refraktometer
6 Kekeruhan NTU Turbidty Meter
7 Kedalaman Meter Paralon Berskala
8 DHL NTUs SCT Meter
9 Kecerahan M, cm Sechii Disk
10 TSS mg/L Gravimetri
11 TDS mg/L Gravimetri

Parameter Kimia
1 pH mg/L pH Meter
2 DO mg/L DO Meter, Winkler
3 BOD mg/L Titrimetri
4 COD mg/L Spektofotometri
5 CO2 Bebas mg/L Titirimetri
6 Total P mg/L Spektofotometri
7 Kesadahan mg/L Titrimetri
8 Alkalinitas mg/L Titrimetri
9 Total N mg/L Spektofotometri
10 Nitrit mg/L Spektofotometri
ANALISIS DATA
Simpulan dan Saran
teks

Teks

teks
 Item 80
CHART name %
STYLES
Lorem ipsum dolor
sit amet, consectetur
adipiscing elit.
Donec laoreet 20
dapibus hendrerit. Item %
name
 0%

CHART 90%

STYLES 60%

Lorem ipsum dolor

70%
sit amet, consectetur
adipiscing elit.
Donec laoreet 55%
dapibus hendrerit.
62%
 First concept

ANOTHER
BIG CONCEPT
Lorem ipsum dolor
sit amet, consectetur second
adipiscing elit. concept
Donec laoreet
dapibus hendrerit.
third concept
ICONS
ICONS
ILLUSTRATIONS
THANK YOU!
SEE YOU SOON