A. TEORI
Sifat fisik & Kimia: oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang
memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang
diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar
matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh
oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang
diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar. Hidrokarbon
merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia. Reaksi ini
juga melibatkan siklus fotolitik NO2. Polutan sekunder yang dihasilkan dari reaksi
hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon dan peroksiasetilnitrat.
Sumber & distribusi: oksidan fotokimia meliputi Ozon, Nitrogen dioksida, dan
peroksiasetilnitrat (PAN) karena lebih dari 90% total oksidan terdapat dalam bentuk
ozon maka hasil monitoring udara ambien dinyatakan sebagai kadar ozon. Karena
pengaruh pencemaran udara jenis oksidan cukup akut dan cepatnya perubahan pola
pencemaran selama sehari dan dari suatu tempat ketempat lain, maka waktu dimana
kadar Ozon paling tinggi secara umum ditentukan dalam pemantauan. Mencatat
jumlah perjam per hari, perminggu, per musim atau per tahun selama kadar tertentu
dilampaui juga merupakan cara yang berguna untuk melaporkan sejauh mana Ozon
menjadi masalah. Kadar ozon alami yang berubah-ubah sesuai dengan musim
pertahunnya berkisar antara 10–100mg/m3 (0,005–0,05 ppm). Diwilayah pedesaan
kadar ozon dapat menjadi tinggi karena adanya kiriman jarak jauh O3 dari udara yang
berasal dari perkotaan. Di perkotaan yang besar, tingkat ozon atau total oksidan
maksimum 1 jam dapat berkisar dari 300–800 mg/m3 (0,15-0,40 ppm) atau lebih. 5–
30% hasil pemantauan di beberapa kota besar didapatkan kadar oksida maksimum 1
jam yang melampaui 200 mg/m3 (0,1 ppm). Peroksiasetilnitrat umumnya terbentuk
secara serentak bersama dengan ozon. (Schnelle, dkk. 2017)
Dampak Terhadap Kesehatan: oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada
kadar subletal dapat mengganggu proses pernafasan, selain itu oksidan fotokimia
dapat menyebabkan iritasi mata. Beberapa gejala yang dapat diamati pada manusia
yang diberi perlakuan kontak dengan O3, sampai dengan kadar 0,2 ppm tidak
ditemukan pengaruh, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan
tenggorokan. Kontak dengan O3 pada kadar 1,0–3,0 ppm selama 2 jam pada orang-
orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi.
Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa
waktu akan mengakibatkan edema pulmonari. (Theodore, L. 2008)
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 00 Page: 1 of
31-10-2019 Ahmad Erlan Afiuddin Adhi Setiawan, ST.MT 14
Mirna Apriani
Ayu Nindyapuspa
JOB SHEET KODE DOKUMEN
B. KATEGORI ALAT
1. Ukur
2. Peralatan kategori 1 untuk timbangan digital
3. Peralatan kategori 2 untuk impinger dan spektrofotometer UV/UVIS
D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan/APD yang harus dipenuhi antara lain:
1. Jas Laboratorium
2. Baju Bengkel/Coverall
3. Safety Shoes
4. Safety helmet
5. Sarung tangan
E. DESKRIPSI PERALATAN
Pipet Ukur:
Pipet adalah alat berbentuk silinder kecil dan
panjang mirip dengan sedotan. Terbuat pipet
ukur dari bahan gelas yang dilengkapi dengan
ukuran dalam mililiter (ml). Secara umum
Pipet berfungsi untuk memindahkan suatu
volume cairan dari satu tempat ke tempat yang
lain.
Labu Erlenmeyer:
Botol Sampel:
Drying Oven
Desikator:
Jumlah O3 (µg) tiap 1 mL larutan standard Iod yang digunakan dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
O3 = 16 x N2
Dimana,
O3 = Jumlah oksidan (µg/mL)
N2 = Normalitas Iod 0,05 N hasil standarisasi
16 = Jumlah ekivalen O3 (0,8 µg/mL) dibagi dengan normalitas Iod 0,05 N
𝑁1 𝑥 𝑉1
𝑁2 =
𝑉2
Dimana,
N1 = Konsentrasi larutan Natrium tiosulfat (N)
N2 = Konsentrasi larutan Iod (N)
V1 = Volume larutan Natrium tiosulfat hasil titrasi (mL)
V2 = Volume larutan Iod yang dititrasi (mL)
𝑏 𝑥 1000 𝑥 𝑉𝑏
N1 =
35,67 𝑥 100 𝑥 𝑉1
Dimana,
N1 = konsentrasi larutan natrium tio sulfat (N)
b = bobot KIO3 dalam 100 mL air suling (gr)
Vb = volume larutan KIO3 yang digunakan dalam titrasi (mL)
V1 = Volume larutan natrium tio sulfat hasil titrasi (mL)
35,67 = Bobot ekivalen KIO3 (BM KIO3/6)
100 = Volume larutan KIO3 yang dibuat dalam labu ukur 100 mL
1000 = Konversi liter (L) ke mL
Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung pada kondisi normal (25oC, 760 mmHg)
dengan menggunakan rumus berikut:
Karena 1 mg/L di udara ≠ 1 ppm, maka konversi dari mg/L ke ppm adalah sebagai
berikut:
𝑚𝑔
24,45 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ( 𝑚3 )
𝑝𝑝𝑚 =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑂3
H. ASPEK LINGKUNGAN
1. Melakukan kegiatan pencegahan untuk mengurangi timbulan limbah yang
dihasilkan
2. Membuang limbah cair sisa praktikum pada tempat yang telah disediakan di
laboratorium pengolahan limbah
I. LEMBAR KERJA
Tabel Data Pembuatan Kurva O3
Konsentrasi Larutan Absorbansi
µg/ml A
No Lokasi Sampling Koordinat debit udara waktu sampling Suhu Tekanan Abs
K. ASSESSMENT
Unit Kompetensi*):
Melaksanakan pemantauan kualitas udara dari emisi - E.390000.011.01
Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemantauan pencemaran udara dari emisi sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan
2. Mengevaluasi hasil pemantauan sampel udara dari emisi
3. Melaporkan hasil kegiatan pemantauan pencemaran udara dari emisi
M. REFERENSI
Badan Standardisasi Nasional (2005). Udara ambien – Bagian 8: Cara uji kadar Oksidan (O3)
dengan metoda neutral buffer kalium iodide (NBKI), SNI 19-7119.8-2005. Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia (2018). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.6/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2018 Tentang Standar dan Sertifikasi
Kompetensi Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia (1999). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta
Schnelle, Karl B., Dunn, Russel F. & Ternes, Mary Ellen. 2017. Air Pollution Control Technology
Handbook. CRC Press
Theodore, Louis. (2008). Air Pollution Control Equipment Calculations. New Jersey: John Wiley &
Sons, Inc., Publication.