Anda di halaman 1dari 27

Laporan Sementara

Laboratorium Dasar

PENENTUAN KADAR Fe SECARA


SPEKTROFOTOMETRI

Disusunoleh:

Kelompok: D-4

Ananda Rahmah Salsabila 2004103010057


Annisha Febriana 2004103010023
Rifqy Nurullah 2004103010082

ASISTEN:
Ambri Agusmanto 1704103010035

DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr Nasrul AR, S.T., M.T. 197210202000121001

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
BAB I
DASAR TEORI

Fe termasuk ke dalam golongan logam berat, logam berat adalah unsur


alami yang memiliki berat atom tinggi dan kepadatan setidaknya lima kali lebih
besar daripada air. Logam berat Fe merupakan logam berat yang keberadaannya
sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Namun, dalam jumlah berlebih unsur ini
dapat menimbulkan efek racun (Salleh & Baharin, 2019).
Besi adalah logam paling melimpah kedua dikerak bumi, besi juga dapat
larut dalam air dan menyebabkan air terasa metalik. Air juga dapat berubah warna
karena padatan yang tersuspensi mengandung mineral besi yang berwarna
kecoklatan. Oleh karena itu, pada umumnya air yang mengandung unsur besi
yang tinggi dapat berwarna keruh atau sedikit kecoklatan. Hal ini dikarenakan air
tersebut mengandung unsur besi atau Fe (Annem, 2017).
Karena besi banyak ditemukan pada air, maka pemerintah menetapkan
standar konsentrasi maksimum besi pada air melalui Peraturan Menteri
Kesehatan RI tahun 2010. Adapun batas maksimum besi dalam air yang telah
ditetapkan oleh pemerintah adalah sebesar <0,3 mg/L. Jika air yang di konsumsi
mengandung besi melebihi batasan tersebut dan di konsumsi dalam jangka waktu
yang panjang, maka dapat menimbulkan berbagai macam penyakit hingga
kematian (Andini, 2018)
Tabel 1.1 Standar baku mutu air bersih menurut Permenkes RI No.
32/Menkes/Per/IX/2017.
No Parameter Unit Standar Baku Mutu(Kadar
Maksimum)
Wajib

1. pH mg/L 6,5-8,5
2. Besi mg/L 1
3. Fluorida mg/L 1,5
4. Kesahadan(CaCO3) mg/L 500
5. Mangan mg/L 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/L 10
7. Nitrit, sebagai N mg/L 1
8. Sianida mg/L 0,1
9. Deterjen mg/L 0,05
10. Pestisida total mg/L 0,1
Tambahan
1. Air raksa mg/L 0,001
2. Arsen mg/L 0,5
3. Kadmium mg/L 0,005
4. Kromium(valensi 6) mg/L 0,5
5. Selenium mg/L 0,1
6. Seng mg/L 15
7. Sulfat mg/L 400
8. Timbal mg/L 0,05

Tabel 1.2 Persyaratan Kualitas Air Minum menurut Permenkes RI No.


492/Menkes/Per/IV/2010
No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum
1. Parameter yang tidak
langsung berhubungan
dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15
3) Total zat padat mg/L 500
terlarut (TDS)
4)Kekerutan NTU 5
5)Rasa Tidak berasa
6)Suhu 0
C suhu udara ±3
b. Parameter Kimiawi
1) Alumunium mg/L 0,2
2) Besi mg/L 0,3
3) Kesadahan mg/L 500
4) Khlorida mg/L 250
5) Mangan mg/L 0,4
6) pH mg/L 6,5-8,5
7) Seng mg/L 3
8) Sulfat mg/L 250
9) Tembaga mg/L 2
10) Amonia mg/L 1,5
Unsur besi jarang ditemukan dialam, karena ion ion Fe 2+ dan Fe3+ mudah
bereaksi dengan oksigen dan belerang membentuk oksida, hidrosida, karbonat,
dan sulfida. Sehingga, besi lebih mudah ditemukan dalam bentuk oksidanya.
Untuk menyediakan air minum yang aman dan sehat untuk masyarakat,
pemerintah mengukur kandungan besi yang terkandung di dalam air minum dan
air keran lainnya di seluruh sektor seperti sekolah, rumah sakit, industri industri
dan lain lain. Karena logam memiliki pola absorbansi yang berbeda beda, maka
spektrofotometer UV/Vis dapat digunakan untuk mengidentifikasi kandungan ion
logamnya (Annem, 2017).
Spektrofotometer merupakan instrumen paling penting dalam analisis
bahan kimia, yang mana instrumen ini digunakan untuk menguji sampel tertentu
yang berorientasi pada pengukuran kuantitatif dan kualitatif nya. Oleh karena itu,
intrumen ini penting dan banyak digunakan dalam berbagai sektor, yaitu: sektor
pendidikan, penelitian, maupun pada sektor industri (Yohan dkk., 2018).
Pada sektor pendidikan, alat ini berfungsi sebagai media pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan siswa pada pemahaman alat alat praktikum.
Sedangkan pada sektor penelitian, alat ini berperan dalam menguji analisis
senyawa secara kuantitatif dan kualitatif pada sampel. Untuk sektor industri, alat
ini berperan untuk menentukan kadar bahan yang digunakan dalam industri
pewarna makanan serta analisis kadar senyawa pada limbah (Yohan dkk., 2018).
Adapun metode analisis besi yang sering digunakan adalah menggunakan
spektrofotometer. Spektrofotometer UV/Vis adalah salah satu yang paling sering
digunakan dalam analisis farmasi. Karena cara kerja alat ini sangat sederhana,
cepat, spesifik, tepat, akurat dan berlaku untuk senyawa yang sangat kecil.
Adapun prinsip utama penggunaan spektrofotometer adalah pengukuran jumlah
UV atau visabilitas radiasi yang diserap oleh zat di dalam larutan (Chakraborty
dkk., 2018).
BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat
Alat alat yang digunakan: Jumlah
a) Labu ukur 10 mL 7 buah
b) Labu ukur 100 mL 1 buah
c) Gelas beker 100 mL 1 buah
d) Labu ukur 20 mL 5 buah
e) Pipet ukur 2 mL 1 buah
f) Pipet ukur 5 mL 1 buah
g) Corong kaca kecil 1 buah
h) Spektrofotometer UV/Vis 1700 1 unit
i) Kuvet/sel 3 buah
j) Mikropipet 1 μL 1 unit

2.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan: Jumlah
a) NH4Fe(SO4)2.12H2O 1 mL
b) K2S2O8 5,9 mL
c) Laruran KCNS 10% 5,9 mL
d) Aquades secukupnya
e) Tissue lembut secukupnya
f)
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
s
3.1 Pembuatan Larutan Standard
Adapun langkah-langkah pembuatan larutan standard (kurva kalibrasi) sebagai
berikut:
1) Dibuat larutan baku Fe dengan konsentrasi 100 ppm dan ditipiskan 10 kali
menjadi 10 ppm dengan aquades.
2) Dibuat deret standar Fe dalam konsentrasi 0,0; 0,3; 0,6; 0,9; 1,2; dan 1,5
(ppm) dalam labu ukur 10 mL. Lalu;
3) Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas.
4) Kemudian ditambahkan 0,3 mL K2S2O8 dan 0,3 mL KCNS 10% kedalam
masing masing labu ukur dan di diamkan selama 10-15 menit.
5) Dicari panjang gelombangnya menggunakan spektrofotometer
6) Dilakukan pembacaan absorbansi untuk masing masing konsentrasi.
7) Dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dan absorbansi.

3.2 Perlakuan Sampel


Adapun langkah langkah perlakuan sampel, sebagai berikut:
1) Diambil 10 mL sampel dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
2) Kemudian ditambahkan 0,3 mL K2S2O8 dan 0,3 mL KCNS 10% kedalam
masing masing labu ukur dan di diamkan selama 10-15 menit.
3) Dibaca absorbansi sampel menggunakan panjang gelombang maksimum
yang telah diperoleh sebelumnya.
4) Ditentukan konsentrasi sampel dengan menggunakan kurva kalibrasi.
BAB IV
DATA PENGAMATAN

Tabel 4.1 Penentuan panjang gelombang pada konsentrasi 1,5 ppm


No Panjang Gelombang(nm) Absorbansi
1 461 0,13110
2 462 0,13123
3 463 0,13135
4 464 0,13147
5 465 0,13159
6 466 0,13171
7 467 0,13171
8 468 0,13184
9 469 0,13171
10 470 0,13171
Berdasarkan tabel 4.1, diperoleh nilai absorbansi tertinggi pada panjang
gelombang 470 nm dengan nilai absorbansi 0,13184.

Tabel 4.2 Data Nilai Absorbansi Pada Larutan Standar


NO Konsentrasi larutan standar (ppm) Absorbansi

1 0,0 0,0002
2 0,3 0,0197
3 0,6 0,0452
4 0,9 0,0795
5 1,2 0,0947
6 1,5 0,1307
Tabel 4.3 Data Nilai Absorbansi Pada Sampel
NO Sampel Konsentrasi Absorbansi

1 Air sumur Tungkop 0,1342 0,0082


2 Air sumur Peurada 0,1581 0,0102
3 Air sumur Ateuk Mujeng 0,0288 -0,0010
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, dilakukan analisis kuantitatif kadar Fe dalam


suatu sampel dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Adapun metode
yang digunakan adalah metode tiosianat, yaitu metode analisis Fe3+ setelah
dioksidasi dengan senyawa tertentu. Percobaan kali ini menggunakan 3 sampel air
sumur dari berbagai lokasi, yaitu Tungkop, Peurada, dan Ateuk Munjeng.
Langkah pertama dalam melakukan percobaan ini adalah dengan membuat
larutan standar NH4Fe(SO4)2.12H2O dengan konsentrasi 10 ppm dari 1000 ppm
melalui pengenceran dengan aquades. Larutan dengan konsentrasi awal 1000 ppm
diambil sebanyak 1 mL kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan aquades hingga tanda batas. Setelah larutan standar terbentuk,
langkah selanjutnya adalah membuat deret standar dengan konsentrasi sesuai
penugasan. Yaitu: 0,0 ppm; 0,3 ppm; 0,6 ppm; 0,9 ppm; 1,2 ppm; dan 1,5 ppm.
Adapun deret standar ini berfungsi untuk mempermudah mengetahui konsentrasi
sampel yang akan diuji melalui kurva yang akan didapat pada larutan deret
standar.
Selanjutnya kedalam masing masing labu ukur ditambahkan 0,3 mL
K2S2O8 dan 0,3 mL KCNS 10%. Adapun fungsi K2S2O8 adalah untuk
mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ dan fungsi KCNS untuk mengikat atau
membentuk senyawa kompleks dengan unsur Fe yang ada pada sampel dan
larutan deret standar. Selain itu, KCNS juga berfungsi sebagai indikator adanya
unsur Fe pada sampel, dimana KCNS akan menunjukkan perubahan warna
menjadi merah kecoklatan jika di dalam sampel tersebut terdapat unsur Fe.

5.1 Hubungan Konsentrasi dan Absorbansi


Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi dari larutan deret standar,
digunakan larutan yang mempunyai konsentrasi Fe paling tinggi yaitu 1,5 ppm.
Larutan tersebut dimasukkan ke dalam kuvet. Setelah itu, kuvet yang berisi
larutan tersebut dimasukkan ke dalam spektrofotometer untuk dibaca nilai
absorbansinya dan nilai absorbansi yang didapat sebesar 0,13184.
Setelah didapat panjang gelombang yang tertinggi nilai absorbansinya,
dilakukan pengujian larutan standard dan dipakai panjang gelombang dengan
absorbasi tertinggi sebagai acuan mulai dari konsentrasi 0,0; 0,3; 0,6; 0,9; 1,2; dan
1,5 ppm dan didapat nilai absorbansinya masing-masing sebesar 0,0002; 0,0197;
0,0452; 0,0795; 0,0947; dan 0,1307. Hubungan antara konsentrasi larutan standar
dengan absorbansinya dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut ini:
Gambar 5.1 Hubungan konsentrasi larutan standar dan nilai absorbansinya.

Berdasarkan gambar 5.1, dapat diketahui bahwa semakin tinggi


konsentrasi larutan standar maka semakin tinggi pula nilai absorbansinya. Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi suatu larutan nilainya akan berbanding lurus
dengan absorbansinya. pada gambar diatas, didapat nilai R sebesar 0,9909.
Nilai R yang baik memang mendekati 1. Kadar Fe pada air sampel diuji
dengan menggunakan AAS pada panjang gelombang 468 nm. Kadar Fe bisa
dihitung berdasarkan persamaan regresi linear dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer yaitu y = ax + b, dimana y adalah absrobansi sehingga diperoleh
nilai x sebagai konsentrasi, b adalah kemiringan garis, dan a adalah garis kurva
yang memotong sumbu x dan y (Iyabu., dkk 2020).

5.2 Perbandingan Kadar Fe Pada Sampel


Pada percobaan kali ini, dipakai tiga jenis sampel air sumur yang berbeda
yaitu sampel air sumur yang berasal dari Tungkop, Peurada, dan Ateuk Munjeng.
Pengukuran konsentrasi dan absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-
Vis dan dipakai Panjang gelombang sebesar 468 nm dikarenakan pada pengujian
larutan deter standar didapat nilai absorbansi tertinggi pada panjang gelombang
tersebut.
Tabel 5.1 Absorbansi dan konsentrasi sampel pada panjang gelombang 470 nm.
No Sampel Konsentrasi(ppm) Absorbansi Standar/ Standar/
syarat baku syarat baku
mutu air mutu air
bersih minum
1 Air 0,1342 0,0082 1,0 ppm Fe 0,3 ppm Fe
sumur
Tungkop
2 Air 0,1581 0,0103 1,0 ppm Fe 0,3 ppm Fe
sumur
Peurada
3 Air 0,0288 -0,0010 1,0 ppm Fe 0,3 ppm Fe
sumur
Ateuk
Munjeng

Berdasarkan tabel 5.1, dapat kita lihat bahwa konsentrasi Fe tertinggi


didapat pada air sumur Peurada sebesar 0,1581 ppm, didapat pula konsentrasi Fe
air sumur di Tungkop sebesar 0,1342 ppm, dan didapat konsentrasi Fe terendah
sebesar 0,0288 pada air sumur Ateuk Munjeng. Kadar Fe yang terlalu tinggi
dalam air membuat air tersebut ada bau khas, berwarna sedikit kemerahan dan
terasa aneh saat diminum. Air yang baik haruslah memenuhi syarat dari segi aspek
fisika, kimia, dan biologisnya sebagaimana sesuai dengan Peraturan pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 (Sahputra, 2021).
Terlalu banyak kadar Fe dalam air sumur bisa menyebabkan timbulnya
kerak pada pakaian, dan air menjadi sedikit kuning saat diendapkan. Jika dipakai
terlebih lagi yang berkontak langsung dengan tubuh dalam jumlah banyak akan
menyebabkan keracunan logam berat yang mengganggu organ pencernaan, kulit,
bahkan otak jika dipakai dalam jangka panjang. Pemerintah telah mengatur
standar kandungan zat besi pada air melalui Permenkes RI No.
32/Menkes/Per/IX/2017. Di dalam Permenkes tersebut dijelaskan air mengandung
besi boleh dikonsumsi asalkan kadar maksimal zat besinya kurang dari 1,0 mg per
liter (Kurniawati dkk., 2020).
Berdasarkan tabel 1.1 dan 1.2 tentang Syarat Baku Mutu air bersih dan air
minum, kadar Fe dalam ketiga sampel tersebut masih bisa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dikarenakan tidak ada dari ketiga sampel air sumur tersebut
yang memiliki kadar Fe lebih dari 1 miligram per liter atau 1 ppm dan masih
aman untuk diminum karena ketiga sampel tersebut kadar Fe tidak mencapai 0,3
miligram per liter atau 0,3 ppm. Namun, untuk kenyamanan dan keamanan,
disarankan jika kadar Fe pada air sumur hampir mendekati 0,01 miligram per liter
bagusnya tidak dipakai dan untuk penggantinya bisa menggunkan air yang
disediakan oleh PDAM. Untuk air minum disarankan untuk dimasak terlebih
dahulu dan juga harus diteliti lebih lanjut kandungan lain dalam ketiga sampel
tersebut agar aman dikonsumsi dalam jangka panjang.

BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Absorbansi maksimum diperoleh pada panjang gelombang 470 nm.
2. Nilai absobansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan standar
sehingga semakin tinggi konsentrasi larutan standar maka semakin tinggi
nilai absorbansinya.
3. Persamaan linear yang diperoleh sebesar Y= 0,0868X− 0,0035 dengan
nilai R sebesar 0,9909.
4. Konsentrasi sampel air sumur Tungkop, Peurada, dan Ateuk Munjeng
berturut-turut sebesar 0,1342; 0,1581; dan 0,0288 ppm.
5. Air sumur Peurada memiliki kandungan besi yang paling tinggi dan air
sumur Ateuk Munjeng memiliki kandungan besi yang paling rendah dalam
praktikum ini.
6. Ketiga sampel air tersebut masih aman untuk digunakan menurut standar
baku mutu air menurut Permenkes RI No. 32/Menkes/Per/IX/2017 dan
masih bisa dipakai untuk minum menurut Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010.

DAFTAR PUSTAKA
Andini, A., 2018, ‘Analisa Kadar Fe (III) Air di Kecamatan Tanggulangin
Sidoarjo’, Medical Technology and Public Health Journal, vol. 2,
no. 1, hh. 19-24.

Annem, S., 2017, ‘Determination of Iron Content in Water’, Analytical Chemistry


Commons, no. 348.

Chakraborty, S., Sharmin, S., Rony, S.R., Ahmad, S. A. I., and Sohrab M.D.H.,
2018, ‘Stability-indicating UV/Vis Spectrofotometric Method for
Diazepam Development and Validation’, Journal of Pharmaceutical
sciences, vol. 80, no. 2, hh. 366-373.

Iyabu, H., Muhammad, A., La Kilo, J. and La Kilo, A., 2020, ‘Besi dalam Air
Sumur: Studi Kasus di Kelurahan Dulalowo dan Heledulaa’,
Jamb.J.Chem, vol. 2, no. 2, hh. 46-527.

Kurniawati, R.D., Kraar, M.H., Amalia, V.N. and Kusaeri, M.T., 2020,
‘Peningkatan Akses Air Bersih Melalui Sosialisasi dan Penyaringan
Air Sederhana Desa Haurpugur’, Jurnal Pengabdian dan Peningkatan
Mutu Masyarakat (Janayu), vol. 1, no. 2, hh. 136-1438.

Sahputra, R., 2021, ‘Analisis Kandungan Besi pada Air Tanah Bansir Darat
Pontianak Tenggara’, QUANTUM: Jurnal Pembelajaran IPA dan
Aplikasinya, vol. 1, no. 1, hh. 23-324.

Salleh, A.A.M., and Baharin, H., 2019, ‘Determination of Iron and Lead in Larvae
Using Atomic Absorption Specroscopy’, eProceedings Chemistry,
vol. 4, no. 2019, hh. 6-10.

Yohan, Astuti, F., dan Wicaksana, A., 2018, ‘Pembuatan Spektrofotometer


Edukasi Untuk Analisis Senyawa Pewarna Makanan’, Jurnal
universitas padjajaran, vol. 6, no. 3, hh. 111-115.

LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.1 Menentukan Volume Pengenceran Larutan Standar Fe dari Konsentrasi
1000 ppm Menjadi 10 ppm

M1V1 = M2V2
1000 x V1 = 10 x 100
10⋅100 10 x 100
V1 =
1000 1000
V1= 1 mL

A.2 Menentukan Volume Pengenceran Larutan Standar Fe 10 ppm Menjadi


Deret Standar Pada Setiap Konsentrasi
1. Larutan standar 0 ppm
M 2 V 2 M2 x V2
V1=
M 1 M1
0 ⋅ 10
V1=
10
V1= 0 mL
2. Larutan standar 0,3 ppm
M2 V 2
V1=
M1
0,3 ⋅10
V1=
10
V1= 0,3 mL
3. Larutan standar 0,6 ppm
M2 V 2
V1=
M1
0,6 ⋅10
V1=
10
V1= 0,6 mL
4. Larutan standar 0,9 ppm
M2 V 2
V1=
M1
0,9 ⋅10
V1=
10
V1= 0,9 mL
5. Larutan standar 1,2 ppm
M2 V 2
V1=
M1
1,2⋅10
V1=
10
V1= 1,2 mL
6. Larutan standar 1,5 ppm
M2 V 2
V1=
M1
1,5⋅10
V1=
10
V1= 1,5 mL

A.3 Menghitung Persamaan Regresi Linear


Tabel A.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan Konsentrasi dan Absorbansi
Konsentrasi(x) Absorbansi(y) xy x2
0,0000 0,0002 0,00000 0,0000
0,3000 0,0197 0,00591 0,0900
0,6000 0,0452 0,02712 0,3600
0,9000 0,0795 0,07155 0,8100
1,2000 0,0947 0,11364 1,4400
1,5000 0,1307 0,19605 2,2500
∑x= 4,5000 ∑y= 0,3700 ∑xy= 0,41427 ∑x2 = 4,9500

Berdasarkan Tabel A.1 dapat dihitung persamaan regresi liniernya jika Y=ax+b

(i) Menentukan nilai a Sebagai Slope

n . Σxy−Σx . Σy
a=
n ( Σ x )−Σ ¿ ¿
2
6(0,41427)−(4,5000)(0,3700)
a= 2
6 ( 4,9500 )−( 4,5000)
a=0,0868

(ii) Menentukan Nilai b Sebagai Intersept

Σy−a (Σx)
b=
n

0,3700−0,0868( 4,5000)
b=
6
b=−0 , 0035
Maka, persamaan linier yang didapat (y) = ax + b

y = 0,0868 x−0,0035

Sehingga persamaan regresi linier yang didapatkan pada perhitungan sama


dengan yang terlihat pada Gambar 5.1.

A.4 Menghitung Konsentrasi Sampel

Mencari konsentrasi Fe pada sampel air sumur digunakan persamaan


regresi linear sebagai berikut:

y = 0.0868x - 0.0035.
Dimana:
y = absorbansi
x = konsentrasi

1. Konsentrasi Fe pada air sumur Tungkop


Diketahui :
y = 0,0082
b = -0,0035
a = 0,0868
Ditanya : konsentrasi(x) = ?
y−b
x=
a
0,0082−(−0,00035 )
x=
0,0868
x = 0,1342 ppm
2. Konsentrasi Fe pada air sumur Peurada
Diketahui :
y = 0,0103
b = -0,0035
a = 0,0868
Ditanya : konsentrasi(x) = ?
y−b
x=
a
0,0103−(−0,00035 )
x=
0,0868
x = 0,1581 ppm
3. Konsentrasi Fe pada air sumur Ateuk Munjeng
Diketahui :
y = -0,0010
b = -0,0035
a = 0,0868
Ditanya : konsentrasi(x) = ?
y−b y-b
x=
a a
−0,0010− (−0,00035 )
x=
0,0868
x = 0,0288 ppm
LAMPIRAN B
GAMBAR

Gambar B.1 Alat dan bahan yang digunakan

Gambar B.2 Larutan deret standar dan sampel air sumur


sebelum ditambahkan K2S2O8 dan KCNS
Gambar B.3 Larutan deret standar dan sampel air sumur sesudah
dit
ambahkan
K2S2O8 dan
KCNS

Gambar B.4 Grafik hubungan antara panjang gelombang dan ab-


orbansi sampel dan didapat absorbansi tertinggi 470
nm.
Gambar B.5 Hasil pengukuran konsentrasi dan absorbansi
larutan deret standar pada spektrofotometer
menggunakan aplikasi UVProbe 2.32

Gambar B.6 Hasil pengukuran konsentrasi dan absorbansi


ketiga sampel air sumur pada spektrofotometer
menggunakan aplikasi UVProbe 2.32
LAMPIRAN C
JURNAL

Gambar C.1 jurnal internasional 1


Gambar C.2 Jurnal internasional 2

Gambar C.3 Jurnal internasional 2


Gambar C.4 Jurnal nasional 1

Gambar C.4 Jurnal nasional 2


Gambar C.6 Jurnal internasional 3

Gambar C.7 jurnal nasional 3


Gambar C.8 Jurnal nasional 4
Gambar C.9 Jurnal nasional 5

Anda mungkin juga menyukai