Anda di halaman 1dari 60

Lampiran 1: Sungai Deli di Daerah Titi Papan

Lampiran 2: Tempat Pengambilan Sampel Air Baku

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3: Padatan Poli Aluminium Klorida

Lampiran 4: Padatan Aluminium Formulasi Klorida

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5: Padatan Aluminium Sulfat

Lampiran 6: Proses Air Baku yang Akan di Jar Test

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7: Pengadukan Cepat pada Proses Jar Test

Lampiran 8: Pengadukan Lambat pada Proses Jar Test

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9: Sedimentasi pada Proses Jar Test

Lampiran 10: Hasil Pengujian Kekeruhan

Konsentrasi Hasil Kekeruhan (NTU)


Koagulan
(ppm) PAC AFC Aluminium Sufat

0 236 236 236


5 20 35,2 36,8
10 3,85 34,2 33,2
20 1,25 4,53 5,55
30 1,24 1,29 2,13
40 1,76 1,13 0,81
50 2,67 1,56 1,24
60 1,41 1,35 1,24
70 0,51 1,55 2,22

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11: Hasil Perhitungan Metode ANOVA Satu Jalur Menggunakan
Microsoft Excel

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
PAC 9 268,69 29,85444 6013,101
AFC 9 316,81 35,20111 5872,842
Aluminium Sulfat 9 319,19 35,46556 5859,529

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Varietas 180,424 2 90,21201 0,015251 0,984874 3,402826
Galat 141963,8 24 5915,157

Total 142144,2 26

Lampiran 12: Karakterisasi Air Minum Peraturan Mentri Kesehatan No.


492 / Menkes / Per / IV / 2010
No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang
Diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter
Mikrobiologi JumLah per 0
2. E. Coli 100 mL
sampel
3. Total Bakter JumLah per 0
Kolifor 100 mL
sampel
b. Kimia Anorganik
1. Arsen mg/L 0,01

Universitas Sumatera Utara


2. Fluorida mg/L 1,5
3. Total Kromium mg/L 0,05
4. Kadmium mg/L 0,003
5. Nitrit (sebagai mg/L 3
NO2) mg/L
6. Nitrat (sebagai mg/L 50
NO3-) mg/L
7. Sianida 0,07
8. Selenium 0,01
2. Parameter yang tidak
langsung berhubungan
dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1. Bau -
2. Warna TCU Tidak Berbau
3. Total zat padat mg/L 15
terlarut NTU 500
4. Kekeruhan - 5
0
5. Rasa C Tidak berasa
6. Suhu Suhu udara ± 3
b. Parameter Kimia
1. Aluminium mg/L 0,2
2. Besi mg/L 0,3
3. Kesadahan mg/L 500
4. Alkalinitas mg/L < 100
5. Khlorida mg/L 250
6. Mangan mg/L 0,4
7. pH - 6,5 – 8,5
8. Seng mg/L 3
9. Sulfaat mg/L 250
10. Tembaga mg/L 2
11. Ammonia mg/L 1,5

Universitas Sumatera Utara


12. COD mg/L 100
13. BOD mg/L 10
Sumber : Peraturan Mentri Kesehatan No. 492 / Menkes / Per / IV /
2010 Tanggal 19 April 2010

Lampiran 13: Alat Turbidimeter yang Digunakan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Alaert Gdan Santika, Sumestri S, 1987.Metode Penelitian Air.


Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
American Water Works Association (AWWA)/ American Sociaty Of Civil
Engineers (ASCE), (1990), Water Treatment Plant Design2nd ed,
Mc Grow-Hill Book.Co, Singapore.
Atari R, dan Iqbal Rofiq, (2009), Kualitas Air dan Kinerja Unit Pengolahan di
Instalasi Pengolahan Air Minum ITB, Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Davis ML, Cornwell DA, (1991). Introduction to Environmental Engeneering, 2th
Ed. New York: McGraw-Hill, Inc.
EckenFelder, W.W. Jr, (2000), Industrial Water Pollution Control Tihrd edition,
MacGraw-HillCompany, Singapore.
Fathul E dan Septiyanto A, (2010), Pengaruh Suhu dan Tingkat Keasaman (pH)
pada Tahap Pralakuan Koagulasi (Koagulan Aluminium Suldat) dalam
Proses Pengolahan Air Menggunakan Membran Mikrofiltrasi
Polipropilen Hollow Fibre, Departemen Teknik Gas dan Petrokimia,
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Gabriel, J,F,(2001), Fisika Lingkungan, Cetakan Pertama,Jakarta :
Penerbit Hipokrates.
Herbert ,E.D.W.S., and Klei, (1979), Waste Water Treatment, Departement Of
ChemicalEngineering, The University Of Conecticut, Prentice-Hall,
Engle Wood Clift.
http://freelearningji.wordpress.com
Ince, Margaret dan Gun Howard, (1999), Developing fir Water Supply and
Sanitation, Adis Ababa, Ethiopia.
Levine, I.N, (2002), Physical Chemisty Fifth edition, Mc Graw-Hill Book. Co,
New York
Linsley R.K dan Franzini J.B, (1991), Teknik Sumber Daya Air, jilid 2 edisi ketiga
(alih bahasa:Djoko Sasongko), Jakarta: Penerbit Erlangga.

Universitas Sumatera Utara


Manurung J, (2009), Studi Efek jenis dan Berat Koagulasi terhadap Penurunan
Nilai COD dan BOD pada Pengolahan Air Limbah dengan cara
Koagulasi, Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Maulana I, (2011), Analisis Kualitas Air Minum melalui Penggunaan Campuran
Tawas – Polipropilen – Kalium Permanganat, Skripsi Sarjana Unviersitas
Negeri Medan.
Sinta N,(2003), Pengyunaan Ceiba Pentandra Sebagai Biosurfaktan Dalam
ProsesPengolahan Limbah Cair Industri Tekstil PT HML, Skripsi,
Programstudi Kimia,FMIPA, UPI, Bandung.
Setiawan R, Nayazik A, (2015), Aplikasi Statistik untuk Penelitian, Yogyakarta:
Penerbit Nuha Medika
Suprihatin, Suparno Ono,(2013), Teknik Proses Pengolahan Air untuk Mahasiswa
dan Praktisi Industri, PT Penerbit IPB Press, Kampus IPB Taman
Kencana Bogor.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Neraca analitik Kern

- Alat Jar Test Wisd

- Alat Turbidimeter HACH

- pH Meter Martini

- Stirrer ae

- Magnetic stirrer -

- Gelas piala 1000 mL Pyrex

- Gelas piala 100 mL Pyrex

- Labu takar 100 mL Pyrex

- Pipet volumetrik Pyrex

-Pipet tetes -

3.1.2 Bahan

- Air baku yang berasal dari Sungai Deli yang terletak di Titi Papan,
Medan

- PAC 29% yang berasal dari PT. Brataco.

- AFC 17.35% yang berasal dari PT. Karya Unggul Chemindo

- Aluminium Sulfat (Tawas) 17% yang berasal dari CV. Koperasi Kimia
Inti.

Universitas Sumatera Utara


3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan uji Analisis ANOVA dalam desain Rancangan


Acak Lengkap (RAL) dengan jenis ANOVA satu jalur (one way ANOVA). Dalam
penelitian ini ingin membandingkan hasil pengolahan dengan parameter
kekeruhan dari koagulan PAC, AFC, dan aluminium sulfat.

ANOVA satu jalur (one way Anova) menggunakan prinsip perhitungan


dua jenis variasi yaitu variasiantar perlakuan (between), dan variasi dalam
perlakuan (within). Berikut adalah langkah-langkah dalam perhitungan ANOVA
satu jalur:
1. Menentukan k atau banyaknya perlakuan
Dalam penelitian, k adalah nilai konsentrasi yang digunakan:
k1 = 0 ppm
k2 = 5 ppm
k3 = 10 ppm
k4 = 20 ppm
k5 = 30 ppm
k6 = 40 ppm
k7 = 50 ppm
k8 = 60 ppm
k9 = 70 ppm

2. Menentukan n atau banyaknya sampel


n1 = PAC
n2 = AFC
n3 = Aluminium sulfat

3. Menghitung jumlah kuadrat total dengan rumus:

Universitas Sumatera Utara


4. Menghitung jumlah kuadrat perlakuan dengan rumus:

5. Mencari nilai F-hitung dengan menggunakan rumus yang tertera pada


tabel berikut:

Tabel 3.1 Kalkulasi perhitungan ANOVA satu jalur (one way ANOVA)

Sumber
Variasi df SS MS F-Hitung
Antar ���
���
Perlakuan k-1 SSP �−1 ���
Dalam
���
Perlakuan (n-1) – (k-1) SSE=SST-SSP �−1 − (�−1)

6. Mencari nilai F-tabel dengan mempertimbangkan sebagai berikut:

a. tingkat signifikan (α),

b. df antar perlakuan, dan

c. df dalam perlakuan.

7. Membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel,

a. Bila F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima, yang berarti rata-rata


kedua perlakuan tidak berbeda secara signifikan,

b. Bila F- hitung > F-tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang


berarti rata-rata kedua perlakuan berbeda secara signifikan.

Universitas Sumatera Utara


3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Penyiapan Sample

Sampel air yang digunakan berasal dari Sungai Deli yang beralamat Jl.
Yos Sudarso KM 12.5, Kelurahan Titi Papan, Kecamatan Medan Deli, Titik
Koordinat LU. 030 41’ 22,0” LS. 0900 41’ 46,4”. Sampel diambil dari permukaan
Sungai Deli. Kemudian sampel didistribusi melalui pipa ke daerah Kawasan
Industri Medan Tahap III.

3.3.2 Karakterisasi Awal Sampel


Sampel air yang diambil dari aliran Sungai Deli diuji untuk parameter
kekeruhan.

3.3.3 Pembuatan Larutan Induk Koagulan

3.3.3.1 Pembuatan Larutan IndukPAC


Koagulan PAC ditimbang sebanyak ±1,0000 gram (setara dengan 10.000
ppm PAC), lalu dimasukkan ke labu takar 100 mL. Larutan tersebut
dihomogenkan menggunakan stirrrer selama 10 menit.

3.3.3.2 Pembuatan Larutan Induk AFC


KoagulanAFC ditimbang sebanyak ±1,0000 gram (setara dengan 10.000
ppm AFC), lalu dimasukkan ke labu takar 100 mL. Larutan tersebut
dihomogenkan menggunakan stirrrer selama 10 menit.

Universitas Sumatera Utara


3.3.3.3 Pembuatan Larutan Induk Aluminium Sulfat

Koagulan aluminium sulfat ditimbang sebanyak ±1,0000 gram (setara


dengan 10.000 ppm aluminium sulfat), lalu dimasukkan ke labu takar 100 mL.
Larutan tersebut dihomogenkan menggunakan stirrrer selama 10 menit.

3.3.4 Proses Jar Test

Sebanyak 1000 mL air baku dimasukkan ke dalam gelas piala berukuran


1000 mL, lalu diletakkan ke alat jar test sebanyak 6 gelas piala yang masing-
masing berisi 1000 mL air baku. Berikut cara melakukan jar terst:

1. Alat dinyalakan dengan cara menekan tombol “ON”

2. Masing-masing pengaduk diatur sesuai posisi gelas piala yang sudah


disusun sebanyak 6 gelas pada sekali proses.

3. Alat tersebut diatur menggunakan metode terprogram yaitu 1 menit


menggunakan pengadukan cepat sebesar 200 rpm dan koagulan
dimasukkan pada putaran cepat, lalu 5 menit menggunakan pengadukan
lambat sebesar 50 rpm, proses sedimentasi selama 10 menit yaitu air
didiamkan dan terbentuk endapan.

Tabel 3.2 Variasi Konsentrasijar test untuk Koagulan

Nomor Jumlah larutan induk yang


KonsentrasiKoagulan (ppm)
Sampel dipipet (mL)
1 0,0 0
2 0.5 5
3 1,0 10
4 2,0 20
5 3,0 30
6 4,0 40
7 5,0 50
8 6,0 60
9 7,0 70

Universitas Sumatera Utara


Rumus yang digunakan untuk perhitungan konsentrasi koagulan:

� �� = � ��

Keterangan: Volume larutan stok : V1


Volume larutan jar test : V2
Konsentrasi larutan stok : N1
Konsentrasi koagulan pada saat jar test : N2

3.3.5 Prosedur Pengukuran Kekeruhan

Tingkat kekeruhan sampel diukur dengan menggunakan alat turbidimeter


dengan membaca transmitan (T), yang kemudian ditentukan nilai
absorbansinya.Prinsip kerja dari turbidimeter ini adalah mentransmisikan cahaya
yang dilewatkan maka dapat diukur partikel-partikel kasar yang mengabsorbsi
cahaya.Skala yang digunakan adalah NTU (Neufelometric Turbidimetry Unit).
1. Alat dihubungkan pada aliran listrik.
2. Tombol “Off” ditekan untuk menghidupkan alat
3. Menu Turbidity diatur pada display
4. Menu “Blank” diatur terlebihih dahulu.
5. Sample dimasukan ke dalam tube yang tersedia di alat.
6. Tombol “Enter” ditekan
7. Lalu pembacaan hasil yang tertera pada display
8. Pengukuran sampel dilanjutkan, sebelumnya tube harus dibersihkan
terlebih dahulu pada saat pergantian pengukuran.
9. Jika sudah selesai, tube harus dibilas terlebih dahulu sebelum disimpan.
10. Kemudian tekan tombol “On/Off” untuk mematikan alat tersebut.

Universitas Sumatera Utara


3.4 Bagan Penelitian
3.4.1 Bagan Proses Pengambilan Air Baku

Intake yang berada di Titi Papan

Didistribusi melalui pipa bawah


tanah

Kawasan Industri Medan


Tahap III

Bak pertama di IPA


Baja KIM III

3.4.2 Bagan Pengujian Karakterisasi Air Baku

Air baku IPA Baja


KIM 3

Melalui pipa distribusi

Keran Laboratorium
WTP KIM 3

Menggunakan alat Turbidimeter

Kekruhan/Turbidity
(NTU)

Universitas Sumatera Utara


3.4.3 Bagan Proses Jar Test

1000 mL air baku

Dimasukkan ke dalam gelas piala


1000 mL

Pada saat jar test dapat dilakukan


6 variasi dosis
Pengadukan cepat

Diaduk dengan kecepatan 200


rpm selama 1 menit dan
penambahan Koagulan

Pengadukan lambat

Diaduk dengan kecepatan 70 rpm


selama 5 menit

Sedimentasi

Didiamkan selama 10 menit

Air hasil pengolahan

3.4.4 Bagan Pengujian Kekeruhan pada Air

Air hasil pengolahan

Pengambilan sample
menggunakan syringe
Sample 10 mL
Dimasukkan ke kuvet
Turbidimeter 10 mL
Kuvet 10 mL

Dibaca oleh alat Turbidimeter

Kekeruhan (NTU)

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi PAC pada ProsesJar
test

Telah dilakukan pengujian kekeruhan dengan variasi konsentrasi PAC


menggunakan metode Jar test.Faktor penting dalam penambahan koagulan adalah
konsentrasi koagulan. Konsentrasi koagulan ditentukan dari percobaan
laboratorium menggunakan jar test.

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi PAC pada
proses Jar Test

Nomor
Konsentrasi PAC (ppm) Turbidity (NTU)
Sample
1 0 236
2 5 20
3 10 3.85
4 20 1.25
5 30 1.24
6 40 1.76
7 50 2.67
8 60 1.41
9 70 0.51

Universitas Sumatera Utara


25

20 20
Kekeruhan
15

10

5
3,85 2,67
1,25 1,24 1,76 1,41
0 0,51
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Konsentrasi PAC (ppm)

Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi PAC
pada proses Jar Test

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa koagulan PAC dapat menurunkan nilai
kekeruhan pada air baku menggunakan metode Jar test. Percobaan menggunakan
beberapa variasi konsentrasi PAC untuk mendapatkan konsentrasi ekonomis pada
penjernihan air sungai Deli. Hasil yang diperoleh ialah pada konsentrasi 10 ppm
PAC dapat menjernihkan air baku Sungai Deli dengan nilai kekeruhan 236 NTU
menjadi 3.85 NTU. Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan (PERMENKES)
No. 492/ Menkes/ Per/ IV/ 2010 Tanggal 19 April 2010 yang merupakan baku
mutu air minum mempunyai spesifikasi kekeruhan air minum kurang dari 5 NTU.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan konsentrasi 10 ppm sudah
memenuhi syarat baku mutu yang sudah ditentukan oleh Pemerintah.

Ada beberapa cara yang sudah dipatenkan untuk membuat polyaluminium


chloride yang dapat dihasilkan dari hidrolisa parsial dari aluminium klorida,
seperti ditunjukkan reaksi berikut :
n AlCl3 + m OH− . m Na+ → Al n (OH) m Cl 3n-m + m Na+ + m Cl−
Senyawa ini dibuat dengan berbagai cara menghasilkan larutan PAC yang
agak stabil.
PAC adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil serta
ion alumunium bertarap klorinasi yang berlainan sebagai
pembentuk polynuclear mempunyai rumus umum Alm(OH)nCl(3m-n). Beberapa
keunggulan yang dimiliki PAC dibanding koagulan lainnya adalah :

Universitas Sumatera Utara


1. PAC dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas, dengan demikian
tidak diperlukan pengoreksian terhadap pH, terkecuali bagi air
tertentu.
2. Kandungan belerang dengan dosis cukup akan mengoksidasi
senyawa karboksilat rantai siklik membentuk alifatik dan gugusan
rantai hidrokarbon yang lebih pendek dan sederhana sehingga mudah
untuk diikat membentuk flok.
3. Kadar klorida yang optimal dalam fasa cair yang bermuatan negatif
akan cepat bereaksi dan merusak ikatan zat organik terutama ikatan
karbon nitrogen yang umumnya dalam truktur ekuatik membentuk
suatau makromolekul terutama gugusan protein, amina, amida dan
penyusun minyak dan lipida.
4. PAC tidak menjadi keruh bila pemakaiannya berlebihan, sedangkan
koagulan yang lain (seperti alumunium sulfat, besi klorida dan fero
sulfat) bila dosis berlebihan bagi air yang mempunyai kekeruhan
yang rendah akan bertambah keruh. Jika digambarkan dengan suatu
grafik untuk PAC adalah membentuk garis linier artinya jika dosis
berlebih maka akan didapatkan hasil kekeruhan yang relatif sama
dengan dosis optimum sehingga penghematan bahan kimia dapat
dilakukan. Sedangkan untuk koagulan selain PAC memberikan
grafik parabola terbuka artinya jika kelebihan atau kekurangan dosis
akan menaikkan kekeruhan hasil akhir, hal ini perlu ketepatan dosis.
5. PAC mengandung suatu polimer khusus dengan struktur
polielektrolite yang dapat mengurangi atau tidak perlu sama sekali
dalam pemakaian bahan pembantu, ini berarti disamping
penyederhanaan juga penghematan untuk penjernihan air.
6. Kandungan basa yang cukup akan menambah gugus hidroksil dalam
air sehingga penurunan pH tidak terlalu ekstrim sehingga

Universitas Sumatera Utara


penghematan dalam penggunaan bahan untuk netralisasi dapat
dilakukan.
7. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa ini
diakibatkan dari gugus aktif aluminat yang bekerja efektif dalam
mengikat koloid yang ikatan ini diperkuat dengan rantai polimer dari
gugus polielektrolite sehingga gumpalan floknya menjadi lebih
padat, penambahan gugus hidroksil kedalam rantai koloid yang
hidrofobik akan menambah berat molekul, dengan demikian
walaupun ukuran kolam pengendapan lebih kecil atau terjadi over-
load bagi instalasi yang ada, kapasitas produksi relatif tidak
terpengaruh.

4.2 Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi AFC pada Proses Jar
test
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi AFC pada
proses Jar Test

Nomor Sample Konsentrasi AFC (ppm) Turbidity (NTU)


1 0 236
2 5 40
3 10 34.2
4 20 4.53
5 30 1.29
6 40 1.13
7 50 1.56
8 60 1.35
9 70 1.55

Universitas Sumatera Utara


40
35
Kekeruhan (NTU) 30
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Konsentrasi AFC (ppm)

Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi AFC
pada Proses Jar Test

Berdasarkan tabel 4.2 bahwa proses Jar test menggunakan beberapa variasi
konsentrasi AFC. Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa koagulan AFC
mempunyai konsentrasi ekonomis sebesar 20 ppm karena dapat menjernihkan air
baku dengan kekeruhan 236 NTU menjadi 4.53 NTU. Berdasarkan PERMENKES
hasil yang dapat diterima sebagai persyaratan kekeruhan air minum ialah kurang
dari 5 NTU. Hal ini menunjukkan bahwa AFC dapat digunakan untuk koagulan
pada proses penjernihan air baku sungai Deli.
Berikut merupakan keunggulan dari AFC:
1. Penggunaan AFC sama sekali tidak memerlukan bahan penolong
(coagulant aid).
2. Larutan AFC dapat dipakai langsung dengan konsentrasi yang tetap.
3. pH air hasil penjernihan dengan larutan AFC sedikit menurun sehingga
bahan Alkali (NaOH) hanya sedikit.

Universitas Sumatera Utara


4.3 Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi KonsentrasiAluminium Sulfat pada
Proses Jar test
Tabel 4.3 Data Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi
Aluminium sulfat pada Proses Jar Test
Konsentrasi (Alumunium
Nomor Sample Turbidity (NTU)
Sulfat)
1 0 236
2 5 36.8
3 10 33.2
4 20 5.55
5 30 2.13
6 40 0.81
7 50 1.24
8 60 1.24
9 70 2.22

260
240
220
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

Konsentrasi Aluminium Sulfat (ppm)

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi


Aluminium Sulfat pada Proses Jar Test

Berdasakan tabel 4.3, pada proses Jar test menggunakan beberapa variasi
konsentrasi Aluminium sulfat untuk menjernihkan air baku sungai Deli.
Konsentrasi ekonomis yang didapatmelalui percobaan ialah 30 ppm. Pada
konsentrasi 30 ppm air baku yang diolah mengalami penjernihan dengan nilai
kekeruhan 2.13 NTU. Oleh sebab itu, aluminium sulfat dapat digunakan sebagai
penjernih air baku sungai Deli. Hal ini dikarenakan hasil yang diperoleh masuk

Universitas Sumatera Utara


dalam spesifikasi baku mutu PERMENKES. Dimana spesifikasi yang dapat
diterima sebagai syarat kekeruhan air minum ialah kurang dari 5 NTU.

Tawas/Aluminium sulfat adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia


Al2S04 11 H2O atau 14 H2O atau 18 H2O umumnya yang digunakan adalah 18
H2O. Semakin banyak ikatan molekul hidrat maka semakin banyak ion lawan
yang nantinya akan ditangkap akan tetapi umumnya tidak stabil. Pada pH < 7
terbentuk Al ( OH )2+, Al ( OH )2 4+, Al2 ( OH )2 4+. Pada pH > 7 terbentuk Al (
OH )-4. Flok –flok Al ( OH )3 mengendap berwarna putih.

Gugus utama dalam proses koagulasi adalah senyawa aluminat yang


optimum pada pH netral. Apabila pH tinggi atau boleh dikatakan kekurangan
dosis maka air akan nampak seperti air baku karena gugus aluminat tidak
terbentuk secara sempurna. Akan tetapi apabila pH rendah atau boleh dikata
kelebihan dosis maka air akan tampak keputih – putihan karena terlalu banyak
konsentrasi alum yang cenderung berwarna putih. Dalam cartesian terbentuk
hubungan parabola terbuka, sehingga memerlukan dosis yang tepat dalam proses
penjernihan air. Berikut adalah reaksi yang terkadi ketika aluminium sulfat
ditambahkan ke dalam air yang mengandung alkalinitas adalah:

Al2(SO4)3.14H2O + 6 HCO3- 2Al(OH)3(s) + 6CO2 +14H2O + 3SO42-

Setiap mol alum yang ditambahkan akan menggunakan 6 mol alkalinitas


dan menghasilkan 6 mol karbon dioksida. Reaksi tersebut akan mengubah
keseimbangan karbonat dan akan menurunkan pH. Namun, penurunan pH tidak
terjadi secara drastis dan secara operasional koagulasi tidak bermasalah.

Reaksi yang terjadi ketikan aluminium sulfat ditambahkan ke dalam air


yang tidak mengandung alkalinitas adalah:

Al2(SO4)3.14H2O 2 Al(OH)3(s) + 3 H2SO4 + 8H2O

Reaksi tersebut akan menghasilkan asam sulfat, sehingga pH akan


menurunkan secara signifikan. Jika reaksi ini terjadi, perlu ditambahkan kapur dan
karbonat untuk menetralkan asam. Air dengan pH asam akan menyebabkan
berbagai masalah, misalnya kerusakan beton instalasi pengolahan air atau pelarut
logam dalam sistem perpipaan

Universitas Sumatera Utara


4.4 Hasil Perbandingan dari Koagulan PAC, AFC, dan Aluminium Sulfat

45

40

35
Kekeruhan (NTU)

30

25 PAC
20 AFC

15 Alumunium Sulfat

10
5
0
5 10 20 30 40 50 60 70
Konsentrasi Koagulan (ppm)

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi


Koagulan pada Proses Jar Test

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan kekeruhan pada
proses penambahan koagulan dengan metode Jar test. Pada grafik terlihat bahwa
dengan konsentrasi 10 ppm, koagulan PAC dapat menjernihkan air baku menjadi
3.85 NTU, sedangkan koagulan AFC mempunyai konsentrasi paling rendah yang
dapat menjernihkan air baku sebesar 20 ppm dengan hasil kekeruhan 4.53 NTU,
dan aluminium sulfat memiliki konsentrasi ekonomis sebesar 30 ppm
menghasilkan kekeruhan sebesar 2.13 NTU. Hal ini menunjukkan bahwa
koagulan PAC memiliki konsentrasi ekonomis dikarenakan koagulan PAC
memiliki kadar Al2O3 paling besar yaitu 29%, sedangkan koagulan AFC dan
aluminium sulfat memiliki kadar Al2O3masing-masing sebesar 17.35% dan 17%.

Universitas Sumatera Utara


Ketiga koagulan tersebut dapat menurunkan nilai kekeruhan disebabkan
karena semakin banyak partikel koloid dalam air yang dinetralkan dengan muatan
positif koagulan, sehingga filtrat air menjadi lebih jernih. Filtrat air lebih jernih
tersebut karena partikel koloid dalam air sebagai penyebab kekeruhan bereaksi
dengan muatan positif dari koagulan yang kemudian membentuk flok yang dapat
mengendap. Partikel-partikel koloid terlalu kecil untuk diendapkan dalam waktu
tertentu dan terlalu kecil untuk disaring, sehingga partikel tersebut tidak dapat
dihilangkan dengan sedimentasi atau filtrasi. Kebanyakan koloid bersifat stabil
karena partikel koloid memiliki muatan negative yang bersifat tolak menolak
sebelum bertumbukan dengan yang lain. Koloid melibatkan gerak Brown
(gerakan secara acak) secara terus-menerus (Suprihatin, 2013).

Untuk mengubah kestabilan partikel koloid perlu penetralan muatan-


muatan listriknya.Netralisasi dapat dilakukan dengan penambahan ion-ion yang
berlawanan muatan listriknya dengan muatan listrik koloid. Penambahan ion
positif ke dalam air untuk mengurangi listrik koloid.Penambahan ion positif ke
dalam air untuk mengurangi muatan listrik permukaan, sehingga partikel koloid
tidak tolak-menolak satu sama lainnya disebut koagulasi (Suprihatin, 2013).

Kesalahan-kesalahan dalam percobaan koagulasi atau flokulasi yang harus


dihindari. Beberapa kesalahan yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

1. Sampel tidak representatif


2. Sampel yang tidak diaduk menyebabkan zat tersuspensi yang berat
tertinggal di bagian bawah, sehingga waktu air dituangkan ke dalam 6
gelas piala jar test, hanya gelas piala terakhir yang mendapatkan cairan zat
tersuspensi.
3. Pembubuhan konsentrasi koagulan atau flokulan yang tidak telilti.
4. Pengambilan sampel yang telah diolah melalui proses flokulasi untuk
dianalisis tidak dilakukan bersamaan untuk masing-masing gelas piala.

Universitas Sumatera Utara


4.5 Hasil Perhitungan Menggunakan Metode ANOVA Satu Jalur

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan dengan Metode ANOVA

Sumber Variasi SS df MS Fhitung P-value Ftabel


Varietas 180.424 2 90.21201 0.015251 0.984874 3.402826
Galat 141963.8 24 5915.157

Total 142144.2 26

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 0,015251 dan F tabel
3,402826 dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil tersebut terlihat bahwa nilai F
hitung lebih kecil dibanding F tabel.Maka hal tersebut menunjukkan bahwa ketiga
koagulan tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap nilai kekeruhan.Jadi
ketiga koagulan yaitu PAC, AFC, dan aluminium sulfat dapat digunakan sebagai
penjernih air baku Sungai Deli.

Perlu diperhatikan pada pengujian ANOVA ialah uji ANOVA hanya


memberikan indikasi tentang ada tidaknya beda antar rata-rata populasi, sehingga
bila uji dinyatakan berbeda secara signifikan, berarti secara keseluruhan ada
perbedaan. Akan tetapi, belum tentu mengindikasi adanya perbedaan varietas
koagulan.Sedangkan pada hasil diperoleh nilai yang tidak signifikan atau tidak
berbeda nyata.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan koagulan PAC, AFC, dan


aluminium sulfat pada proses pengolahan air minum terhadap parameter
kekeruhan dapat diambil kesimpulan:
1. Dari ketiga koagulan yang digunakan yaitu PAC, AFC, dan aluminium
sulfat, yang merupakan koagulan paling ekonomis ialah PAC karena
pada konsentrai 10 ppm koagulan tersebut dapat menurunkan
turbiditas sampai di bawah 5 NTU yaitu 3,85 NTU dan sudah
memenuhi standar PERMENKES 492 Tahun 2010.
2. Berdasarkan hasil percobaan yang dihitung menggunakan metode
statistik ANOVA satu jalur bahwa nilai F hitung lebih kecil dari F
tabel. Maka hasil tersebut menunjukkan bahwa koagulan tidak berbeda
secara signifikan terhadap daya koagulasi. Jadi koagulan PAC, AFC,
dan aluminium sulfat dapat digunakan sebagai penjernih air baku
sungai Deli.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan disarankan pada penulis selanjutnya


menggunakan parameter uji yang lainnya, seperti pH, kadar logam, uji kimia dan
fisika lainnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Air

Air murni adalah zat yang tidak mempunyai rasa, warna, dan bau yang terdiri dari
hidrogen dan oksigen (Linsey,1991). Air merupakan kebutuhan dasar bagi
kehidupan.Semua makhluk hidup memerlukan air, demikian pula manusia tak
dapat hidup tanpa air. Selain itu, pendayagunaan air dapat meningkatkan ataupun
menurunkan kesejahteraan rakyat, misalnya air yang dimanfaatkan untuk
pembangkit tenaga listrik, industri, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebaliknya pengotoran air dapat
menurunkan kesejahteraan masyarakat sebagai contoh adalah pengotoran badan-
badan air dengan zat-zat kimia yang dapat menurunkan kadar Oksigen terlarut,
zat-zat kimia tidak berat yang sukardiuraikan secara alamiah dapat menyebabkan
masalah khusus seperti kekeruhan lain adanya zat tersuspensi (Soemirat,1990).

Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan


termasuk manusia.Tubuh manusia terdiri dari 60 – 70 % air.Transportasi zat – zat
makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air.Juga
hara – hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk
larutannya.Oleh karena itu kehidupan ini tidak mungkin dapat dipertahankan
tanpa air.Sebagian besar keperluan air sehari – hari berasal dari sumber air tanah
dan sungai, air yang berasal dari PDAM (air ledeng) juga bahan bakunya berasal
dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus
dipelihara. Kimia Air (Aquatic Chemistry), merupakan ilmu yang berhubungan
dengan air sungai, danau dan lautan, juga air tanah dan air permukaan, yang
meliputi distribusi dan sirkulasi dari bahan – bahan kimia dalam perairan alami
serta reaksi – reaksi kimia dalam air.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Manihar 2007, sumber-sumber air dapat digolongkan menjadi 2
golongan yaitu :
1. Air permukaan
Air permukaan meliputi air sungai, danau, waduk, rawa dan badan air lain,
yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah.Areal tanah yang
mengalirkan air ke suatu badan disebut genangan.Air yang mengalir dari
daratan menuju badan airdisebut limpasan permukaan dan air yang
mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai.
2. Air Tanah
Air tanah merupakan air yang berada di permukaan tanah.Air tanah dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak tertekan (bebas) dan
air tanah tertekan. Air tanah bebas adalah air dari akifer (air yang bergerak
di dalam tanah yang terdapat di dalam butir-butir tanah yang meresap ke
dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah) yang hanya
sebagian terisi air, terletak pada suatu dasar yang kedap air, dan
mempunyai permukaan bebas sedangkan air tanah tertekan adalah air dari
aktifer yang sepenuhnya jenuh air, dengan bagian atas dan bawah dibatasi
oleh lapisan yang kedap air. Adapun penggolongan air menurut
peruntukannya adalah sebagai berikut:
1. Golongan A, yaitu yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung,tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air
minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga
air.

Pencemaran lingkungan yang berarti berubahnya kualitas lingkungan


sehingga merugikan menusia, sering diukur oleh macam dan tingkatan dari
kerugian tersebut. Umumnya orang akan menjadi sadar bahwa telah terjadi
pencemaran jika kejadian itu mengakibatkan timbul gangguan proses kehidupan

Universitas Sumatera Utara


manusia secara akut, seperti kematian yang banyak dalam masa yang singkat atau
keracunan yang berat pada suatu kelompok masyarakat dalam waktu pendek.
Konsep kerugian oleh pencemaran seperti ini tidak lagi sesuai dengan kemajuan
teknologi karena gangguan yang akut seperti diatas sudah tidak layak lagi terjadi.
Pencemaran lingkungan pada era modern seperti sekarang seharusnya diukur oleh
perubahan kualitas hidup yang lebih peka.Misalnya, gangguan kesehatan kronis
seperti merosotnya sistem kekebalan tubuh, terjadinya mutasi genetik, ganggauan
pada pertumbuhan janin, gangguan kronis pada organ-organ vital sehingga
menimbulkan peningkatan penyakit kanker, gangguan kehamilan, gangguan
saluran pernapasan, alergi dan semacamnya.

2.1.1 Standar Kualitas Air Minum

Menurut Gabriel 2001, air minum adalah air yang sudah terpenuhi syarat
fisik, kimia, bakteriologi serta Level Kontaminasi Maksimum (LKM) (Maximum
Contaminant Level).Level kontaminasi maksimum meliputi sejumLah zat kimia,
kekeruhan dan bakteri coliform yang diperkenankan dalam batas – batas aman.
Lebih jelas lagi, bahwa air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Harus jernih, transparan dan tidak berwarna
2. Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik
3. Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum
4. Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standar
5. Bebas kuman / LKM coliform dalam batas aman
Adapun krakteristisk fisik air, yaitu sebagai berikut.
1. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan
organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang
dihasilkan oleh buangan industri.
2. Temperatur

Universitas Sumatera Utara


Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut.
Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang
tidak sedap akibat degadasi anaerobik yang mungkin saja terjadi.
3. Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan
tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik
serta tumbuh-tumbuhan.
4. Solid (Zat padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan
turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi
sinar matahari kedalam air.
5. Bau dan rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti
alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi
anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.

2.1.2 Pengelolaan Air Minum

Peraturan Pemerintah RI No 82 tahun 2001 tenang pengelolaan kualitas air


dan pengendalian pencemaran air pasal 1 mengatakan bahwa air adalah semua air
yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah kecuali air lautt dan air
fosil.Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini seperti mata air, sungai, rawa, danau, situ,
waduk dan muara. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air,
sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk
menjadikan kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Agar air layak untuk dikonsumsi sebagai air minum maka air yang berasal
dari berbagai jenis sumber air harus terlebih dahulu diolah. Secara umum,
pengolahan air dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Pengolahan untuk keperluan domestik misalnya air konsumsi rumah
tangga
2. Pengolahan air untuk keperluan khusus industri

Universitas Sumatera Utara


3. Pengolahan air untuk layak dibuang ke lingkungan
Tingkat kesulitan pengolahan air untuk konsumsi manusia tergantung pada
jenis sumber air. Tingkat pengolahan dan derajat kemurnian air juga sangat
ditentukan oleh sumber air dan keperluan penggunaannya. Misalnya, air untuk
keperluan domestik harus didesinfektasi untuk menghilangkan mikroorganisme
penyebab penyakit dan kesadahan air yang disebabkan oleh kehadiran ion
Kalsium dan Magnesium masih bisa ditoleransi (Manihar, 2007).

2.2. Koloid

Hal yang membedakan antara koloid dengan larutan sejati dan suspensi
adalah ukuran partikelnya. Diameter partikel koloid bekisar antara 1 nm sampai
100 nm. Partikel-partikel yang mempunyai diameter lebih kecil dari 1 nm akan
membentuk larutan sejati sedangkan partikel-partikel dengan diameter lebih besar
dari 100 nm akan membentuk suspensi yang secara cepat akan terpisah ke dalam
dua fasa (Levine, 2002).
Sistem koloid yang sederhana terdiri dari dua fasa, yaitu :
1. Fasa terdispersi, merupakan fasa partikel.
2. Fasa pendispersi, merupakan medium tempat partikel terdistribusi.
Pada batas permukaan fasa terdispersi dengan medium tersebut terdapat
sifat-sifat permukaan seperti efek lapisaan rangkap listrik yang memegang
peranan penting dalam menentukan sifat-sifat fisik dan kimia secara keseluruhan,
terutama yang menyangkut kestabilan dan ketidakstabilan koloid.Partikel koloid
merupakan partikel stabil. Kestabilan partikel koloid disebabkan ukuran dan
muatan listrik yang dimilikinya. Karena luas permukaannya yang besar maka
koloid memiliki daya adsorbsi yang kuat. Muatan pada partikel koloid umumnya
disebabkan oleh teradsorbsinya ion-ion dari medium pendispersi pada permukaan
partikel koloid. Ion-ion penstabil diadsorbsi dengan kuat pada lapisan bagian
dalam yang memiliki muatan partikel bervariasi. Ion-ion dari medium pendispersi
dengan muatan yang sama (coion) akan ditolak oleh muatan permukaan partikel
koloid, sedangkan ion-ion dengan muatan yang berlawanan (counter ion) akan
ditarik ke permukaan partikel dan menetralkan muatannya serta berkumpul

Universitas Sumatera Utara


membentuk awan ionik. Berinteraksinya awan ionik dengan permukaan partikel
koloid akan membentuk suatu lapisan rangkap listrik (Eckenfelder, 2000). Koloid
yang bermuatan negatif, kation pada larutan cenderung tersebar disekitar
permukaan sehingga netralisasi muatan dipertahankan. Akibatnya dihasilkan dua
macam lapisan pada permukaan partikel koloid, yaitu lapisan diam disebut dengan
fixed layer dan lapisan bergerak yang disebut dengan diffused layer.

1.3 Koagulan

Koagulan adalah bahan-bahan atau substandi (senyawa kimia) yang


ditambahkan ke dalam air untuk menghasilkan efek koagulasi. Sifat dan syarat
penting koagulan adalah sebagai berikut (Davis dan Cornwell 1991).
a. Kation trivalen. Kation trivalen merupakan kation yang paling efektif
untuk menetralkan muatan listrik koloid.
b. Tidak toksik. Persyaratan ini diperlukan untuk menghasilkan air atau air
limbah hasil pengolahan yang aman.
c. Tidak larut dalam kisaran pH netral. Koagulan yang ditambahkan harus
terdispersi dari larutan, sehingga ion-ion tersebut tidak tertinggal dalam
air.
Koagulan berfungsi memberikan memberikan kation untuk mengganggu
stabilitas suspensi koloid bermuatan negatif. Koagulan yang paling umum
digunakan adalah alum (Al3+) dan ion besi (Fe3+). Alum dapat diperoleh
dalam bentuk padatan atau larutan alum. Berikut tabel menunjukkan
rumus kimia beberapa koagulan.

Tabel 2.1 Jenis-jenis koagulan dan rumus kimia


Nama Rumus Kimia
Aluminium sulfat (Tawas) Al2(SO4)3.18H2O
Poly Aluminium Chloride (PAC) Aln(OH)mCl3n-m
Aluminium Formula Chloride (AFC) AlCl3.6H2O
Besi-(III)-sulfat Fe2(SO4)3.9H2O
Besi-(III)-klorida FeCl3.6H2O

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Koagulasi dan Flokulasi

Koagulasi dan flokulasi merupakan proses yang umum dilakukan dalam


penjernihan air. Menurut AWWA (American Water Works Association, 1990),
proses koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan dari partikel suspensi dan
koloid. Sedangkan flokulasi adalah aglomerasi dari partikel terdestabilkan
sehingga menjadi flok yang dapat mengendap atau disaring.
Terdapat tiga tahapan penting yang diperlukan dalam proses koagulasi
yaitu, tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi dan tahap pemisahan flok
dengan cairan. Destabilisasi terjadi dengan penambahan koagulan dan kontak
antar partikel yang biasanya dilakukan dengan pengadukan. Dengan penambahan
koagulan maka kestabilan koloid dalam air akan terganggu karena koagulan akan
menempel pada permukaan koloid dan merubah muatan listriknya sehingga
terbentuk agegat-agegat yang dapat mengendap (Eckenfelder, 2000). Flokulasi
adalah proses pembentukan agegat flok yang stabil dengan bantuan flokulan yang
tersuspensi dalam medium cair. Pada proses flokulasi terjadi tumbukan dengan
penggabungan partikel yang telah mengalami pengurangan muatan menjadi
mikroflok kemudian menjadi gumpalan yang lebih besar sehingga dapat
diendapkan membentuk suatu flok.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi dan flokulasi. Proses
koagulasi dan flokulasi banyak dipengaruhi variabel-variabel yang kompleks.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ini adalah (Sinta N, 2003):
1. Kekeruhan
Meskipun air dengan kekeruhan yang tinggi lebih mudah untuk diolah,
namun biasanya membutuhkan dosis koagulan yang lebih tinggi dan
menghasilkan lumpur yang lebih banyak. Sebaliknya air dengan
kekeruhan yang rendah akansulit untuk dikoagulasi karena adanya
kesulitan dalam kontak dengan partikel koloid, sehingga lumpur yang
terbentuk sedikit.
2. pH
Untuk setiap jenis air, ada suatu daerah pH yang memungkinkan
terjadinya proses koagulasi dan flokulasi yang baik dengan waktu yang

Universitas Sumatera Utara


singkat. Daerah pH tersebut juga dipengaruhi oleh komposisi kimia air,
jenis dan konsentrasi koagulan yang digunakan.
3. Waktu pengadukan
Waktu pengadukan berpengaruh terhadap efektivitas tumbukan yang
terjadi antara partikel koloid dan koagulan. Waktu pengadukan yang
terlalu lama akan menyebabkan flok yang terbentuk pada proses flokulasi
akan hancur kembali membentuk unit-unit berukuran kecil. Waktu yang
terlalu pendek pun akan menimbulkan proses reaksi yang tidak sempurna,
karena ketidakhomogenan zat-zat yang digunakan pada pengolahan
(Amerivan Water Works Association, 1990).
4. Konsentrasi koagulan
Konsentrasi koagulan sangat berpengaruh dalam menentukan kondisi yang
paling optimum. Pada suatu dosis tertentu akan terjadi suatu proses
koagulasi yang paling efektif terhadap koloid tertentu.
5. Pengaruh temperatur
Penurunan temperatur suatu koloid akan menyebabkan kenaikan
viskositas, sehingga kecepatan mengendap partikel akan berkurang.
6. Waktu tinggal
Waktu tinggal pada prinsipnya akan menhghasilkan kekeruhan yang
makin kecil apabila makin lama waktunya.
7. Pengaruh garam-garam yang terlarut dalam air
Pengaruh adanya garam-garam yang terlarut dalam air ditentukan oleh
jenis ion-ion serta konsentrasinya.
8. Kecepatan pengadukan
Kecepatan pengadukan merupakan perlakuan fisis yang bertujuan
untuk menyempurnakan proses homogenisasi antara koagulan dan
flokulan dengan air yang akan diolah. Partikel-partikel koloid dalam air
akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk bercampur secara merata
dengan koagulan dan flokulan yang ditambahkan. Kecepatan pengadukan
yang tidak efisien dapat menyebabkan pemborosan zat dan lambatnya
proses pembentukan agegat.

Universitas Sumatera Utara


Pengadukan cepat diperlukan untuk proses koagulasi, sedangkan
pengadukan lambat untuk proses flokulasi. Proses koagulasi memerlukan
pengadukan cepat karena beberapa alasan, yaitu untuk melarutkan
koagulan dalam cairan secara sempurna, mendistribusikan koagulan secara
merata dan menghasilkan agegat-agagat sebagai inti flok. Dengan adanya
turbulensi yang cepat, memperbesar kemungkinan terjadinya tumbukan
efektif antara koagulan dan partikel koloid.
Proses flokulasi memerlukan pengadukan lambat untuk memberi
kesempatan inti flok yang sudah terdestabilkan untuk bergabung menjadi
flok-flok yang berukuran lebih besar melalui ikatan vanderwaals (Herbert
E, dkk, 1979 dan Benefield, dkk, 1979). Selain itu untuk mencegah
terjadinya restabilisasi partikel koloid, karena pecahnya ikatan tersebut
akibat pengadukan yang terlalu cepat atau lama.

2.4 Uji ANOVA

Uji ANOVA atau sering juga diistilahkan sebagai uji sidik ragam,
dikembangkan oleh Ronald Fisher. Prinsip pengujiannya adalah menganalisis
variabilitas atau keragaman data menjadi dua sumber variasi, yaitu variasi dalam
kelompok (within) dan variasi antar kelompok (between). Bila
variasi within dan between sama maka rata-rata yang dihasilkan tidak ada
perbedaan, sebaliknya bila hasil perbandingan kedua varian tersebut
menghasilkan nilai lebih dari 1, maka rata-rata yang dibandingkan menunjukkan
adanya perbedaan.
Beberapa asumsi dasar yang mesti dipenuhi pada uji ANOVA adalah:
(a) Data sampel yang digunakan berdistribusi normal atau dianggap normal,
(b) Populasi tersebut memiliki varian yang homogen,
(c) Sampel tidak berhubungan satu dengan lain (independen), sehingga uji
ANOVA tidak bisa digunakan untuk sampel berpasangan (paired).
Terdapat beberapa jenis ANOVA, yaitu: ANOVA satu jalur (one way ANOVA)
dan ANOVA dua jalur (two way ANOVA). One way ANOVA digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif rata-rata k sampel, bila pada setiap sampel hanya

Universitas Sumatera Utara


terdiri atas satu kategori. Sedangkan two way ANOVAdigunakan untuk menguji
hipotesis komparatif rata-rata k sampel bila peneliti melakukan kategorisasi
terhadap sampel (Seiawan R & Nayazik A, 2015).

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air permukaan (air sungai atau air danau) biasanya memerlukan pengolahan
secara lebih ekstensif dibandingkan dengan pengolahan air tanah. Hal ini
disebabkan oleh air permukaan relatif lebih mudah terkontaminasi dibandingkan
dengan air tanah, sehingga mutu air permukaan umumnya lebih rendah
dibandingkan dengan mutu air tanah. Walaupun air permukaan jauh dari aktifitas
manusia, tetapi air permukaan sering secara alami mengandung padatan tanah
tersuspensi, bakteri, serta bahan organik hasil pembusukan tanaman dan hewan.
Oleh karena itu, air baku yang diambil dari badan air, seperti sungai Deli
memerlukan pengolahan yang berguna mencapai tingkat mutu sebagaimana
dikehendaki (Suprihatin, 2013).
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendasar bagi
manusia karena diperlukan terus-menerus dalam kegiatan sehari-harinya untuk
bertahan hidup.Oleh karena itu, manusia memerlukan sumber air bersih yang
diperoleh dari air tanah dan air permukaan. Namun tidak semua air baku yang
memenuhi persyaratan kualitas air minum yang dapat digunakan untuk air minum.
Pemantauan terhadap kualitas air minum merupakan salah satu hal penting yang
menjadi sasaran untuk memenuhi kesehatan di suatu Negara (Ince dan Howard,
2009).
Selain untuk keperluan sehari-hari rumah tangga, air bersih juga
dibutuhkan dalam jumlah besar untuk keperluan industri dan merupakan salah
satu faktor pembatas dalam aktivitas industri.Berbagai jenis industri, seperti
agroindustri atau industri pengolahan pangan merupakan pengguna air dalam
jumlah besar. Pada industri tersebut, air digunakan sebagai bahan baku atau bahan
penolong, sebagai sarana transportasi (conveyor), dan sebagai bahan utama untuk
pencucian atau sanitasi area pabrik. Selain untuk penggunaan langsung dalam

Universitas Sumatera Utara


proses, air juga digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk pengkondisian
bahan baku (seperti perendaman, pencucian, blancing, dan pendinginan), serta
memproduksi uap untuk pemasakan, sterilisasi, dan pemanas proses (Suprihatin,
2013).

Salah satu langkah penting dalam pengolahan air adalah penyisihan


kekeruhan dan warna. Kekeruhan dan warna disebabkan oleh adanya partikel-
partikel padatan dalam air yang berukuran 10 nm sampai dengan 10 µm. Partikel-
partikel tersuspensi dalam air berukuran sangat kecil, sulit dipisahkan, serta
partikel-partikel tersebut bermuatan negatif dan sulit bergabung membentuk
agregat yang lebih besar yang dapat terendapkan. Untuk memisahkan partikel-
partikel tersebut dengan pengendapan, perlu penetralan muatan terlebih dahulu.
Proses netralisasi muatan-muatan partikel tersebut disebut koagulasi dan
pembentukan flok-flok dari partikel-partikel kecil disebut flokulasi. Koagulasi dan
flokulasi merupakan proses yang umum digunakan dalam pengolahan. Jar test
merupakan model sederhana proses koagulasi dan flokulasi, dapat digunakan
untuk mencari konsentrasi koagulan dan flokulan serta nilai parameter-parameter
proses optimal melalui percobaan laboratorium (Suprihatin, 2013). Oleh sebab itu,
diperlukan koagulan yang tepat untuk penjernihan air berdasarkan kondisi air
baku. Diharapkan pengolahan dapat menggunakan konsentrasi ekonomis, dimana
konsentrasi ekonomis ialah konsentrasi minimun koagulan yang dapat
menjernihkan air sesuai baku mutu yang digunakan. Beberapa bahan kimia
dikenal sebagai koagulan dan flokulan seperti aluminium sulfat (tawas), poly
aluminium chloride (PAC), feri klorida, kitosan, poli amida, natrium aluminat,
aluminium formula chloride (AFC) dan beberapa bentuk polimer lainnya
(Manurung J, 2009).

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang kuagulasi. Manurung


J (2009) telah meneliti efek jenis dan berat koagulan terhadap penurunan nilai
COD dan BOD pada pengolahan air limbah dengan cara koagulasi. Dimana hasil
yang diperoleh oleh peneliti tersebut ialah dengan penambahan koagulan poli
aluminium dan tawas mampu menurunkan nilai COD dan BOD air limbah pabrik
sarung tangan karet sesuai dengan syarat air baku air limbah pabrik karet yang
ditetapkan oleh Meneg KLH tahun 1988.

Universitas Sumatera Utara


Lanawati H (2015) melakukan penelitian tentang keefektifan variasi dosis
PAC (Poly Aluminium Chloride) dalam menurunkan kadar ammonia air limbah
industri penyamakan kulit di Magetan. Variasi dosis PAC yang digunakan adalah
3.5 g/L, 4 g/L, dan 4,5 g/L. Hasil penurunan kadar ammonia rata-rata tiap dosis
PAC adalah 98,82%, 97,73%, dan 97,99%. Uji statistik yang digunakan adalah
Shapiro-Wilk dan One Way Anova.Dosis yang efektif untuk menurunkan kadar
ammonia yaitu 3,5 g/L dengan persentase penurunan 98,82%.
Air yang diolah berasal dari Sungai Deli. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Deli merupakan salah satu DAS yang melintasi wilayah perdesaan dan perkotaan
Kabupaten Karo, Kota Medan dan Deli Serdang. Sungai Deli merupakan salah
satu dari delapan sungai yang ada di Kota Medan. Saat ini, luas hutan di hulu
DAS Deli hanya tinggal 3.655 hektar (7.59%) dari 48.162 hektar areal DAS Deli.
Idealnya dengan luas 48.162 hektar, DAS Deli seharusnya memiliki hutan alam
untuk kawasan resapan air mineral seluas 14.448 hektar, atau 30 persen dari luas
DAS. Zona tengah didominsai oleh pertumbuhan permukiman. Pertumbuhan
permukiman perdesaan di wilayah DAS memiliki kecenderungan tidak terkendali
yang mengakibatkan bentuk, ukuran dan tingkat kepadatan permukiman tidak
layak dari segi kesehatan maupun ekologis.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Manakah koagulan yang lebih baik diantara PAC, AFC, atau aluminium
sulfat?

2. Bagaimana kualitas hasil penjernihan air berasal dari Sungai Deli


berdasarkan parameter mutu baku air setelah menggunakan ketiga
koagulan tersebut?

Universitas Sumatera Utara


1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi oleh:


1. Penelitian ini dibatasi dengan pengolahan air yang berasal dari sampel
airbaku Sungai Deli yang terletak di daerah Titi Papan, Medan.
2. Karakterisasi meliputi uji kekeruhan.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mencari konsentrasi ekonomis pada masing-masing koagulan PAC, AFC,


dan aluminium sulfat.
2. Untuk membandingkandaya koagulasi PAC, AFC, dan aluminium
sulfatdalam menurunkan turbiditas pada pengolahan air minum dengan
air baku berasal dari Sungai Deli yang terletak di daerah Titi Papan,
Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dapat mengetahui koagulan yang tepat untuk pengolahan air


baku dengan karakteristik air Sungai Deli.
2. Diharapkan konsentrasi yang digunakan pada pengolahan menggunakan
konsentrasipaling rendah sehingga dapat menghasilkan air yang baik dan
menghemat penggunaan koagulan pada proses pengolahan.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan perlakuan beberapa


konsentrasi pada proses jar test, dengan variasi konsentrasikoagulan 0, 5, 10, 20,
30, 40, 50, 60, dan 70 ppm.

Universitas Sumatera Utara


1. Tahap I
Pada tahap ini dilakukan pengambilan sample yang dialirkan dari
Sungai Deli yang terletak di daerah Titi Papan dan didistribusi melalui
pipa ke daerah Kawasan Industri Medan Tahap III.
2. Tahap II
Pada tahap ini adalah pemeriksaan karakteristik air baku tersebut
dengan parameter kekeruhan.
3. Tahap III
Dilakukan proses Jar test dari beberapa variasi dosis koagulan PAC,
AFC, dan aluminium sulfat.
Variabel bebas :
 Konsentrasi yang digunakan pada proses
pengolahan air ialah 0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70
ppm

Variabel terikat:

 Waktu yang digunakan pada proses pengadukan


cepat yaitu 1 menit dengan kecepatan 200 rpm, dan
pengadukan lambat 10 menit dengan kecepatan 50
rpm.
4. Tahap IV
Pada penentuan koagulan mana koagulan yang paling baik
menggunakan metode statistik yaitu uji Analisis of Variance
(ANOVA) dalam desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
jenis ANOVA satu jalur (one way ANOVA).

1.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium water treatment Kawasan Industri


Medan Tahap III.

Universitas Sumatera Utara


PERBANDINGAN DAYA KOAGULASI POLI ALUMINIUM KLORIDA,
ALUMINIUM FORMULASI KLORIDA, DAN ALUMINIUM
SULFAT DALAM MENURUNKAN TURBIDITAS AIR
SUNGAI DELI PADA PENGOLAHAN
AIR MINUM

ABSTRAK

Penelitian tentang perbandingan daya koagulasi Poli Aluminium Klorida,


Aluminium Formulasi Klorida, dan aluminium sulfat dalam menurunkan
turbiditas pada pengolahan air minum telah dilakukan. Sampel air baku yang
digunakan untuk penelitian ini diambil dari air Sungai Deli. Metode percobaan
menggunakan metode jar test. Terhadap masing-masing 1000 mL air baku
ditambahkan koagulan PAC, AFC, dan aluminium sulfat dengan konsentrasi
masing-masing 0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70 ppm. Konsentrasi paling rendah
yang dapat menjernihkan air dihasilkan oleh koagulan PAC, AFC, dan aluminium
sulfat masing-masing 10, 20, dan 30 ppm dengan nilai kekeruhan masing-masing
3,85; 4,53; 2,13 NTU. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa PAC
merupakan koagulan yang memiliki konsentrasi ekonomis yaitu 10 ppm. Pada
pengolahan data menggunakan metode statistik Analisis of variance (ANOVA)
satu jalur menghasilkan nilai F hitung sebesar 0,015251 dan F tabel sebesar
3,402826. Hal tersebut menunjukkan nilai F hitung lebih rendah dibanding F tabel
yang artinya bahwa ketiga koagulan tersebut tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Oleh sebab itu ketiga koagulan tersebut dapat digunakan sebagai
penjernih air baku yang berasal dari Sungai Deli.

Kata kunci: Koagulasi, Turbiditas, Analisis of variance (ANOVA)

Universitas Sumatera Utara


THE COMPARISON OF POWER COAGULATION POLY ALUMINIUM
CHLORIDE , ALUMINIUM FORMULATION CHLORIDE, AND
ALUMINIUM SULFAT IN LOWERING TURBIDITY AT
DELI RIVERN IN DRINKING
WATER TREATMENT

ABSTRACT

Research about the comparison of power coagulation Poly Aluminium Chloride


(PAC), Aluminium Formulation Chloride (AFC), and aluminium sulfat in
lowering turbidity in drinking water treatment have been done. Raw water used to
this research is Deli rever water. Using experimental method is a method jar test.
To each certain raw water 1000 mL added coagulant PAC, AFC, and aluminium
sulfat to each concentration 0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70 ppm. The lowest
concentration that can purity water produced by coagulant PAC, AFC, and
aluminium sulfat each 10, 20, and 30 ppm with the turbidity each 3,85; 4,53; 2,13
NTU. Based on the result indicated that PAC is a coagulant that have economic
concentration is 10 ppm. The data processing to use statistic method Analisi of
variance (ANOVA) one way the result of F count is 0,015251 and F table is
3,402826. It shows F count lower than F table, which mean that all three of the
coagulants can be used as a water purifier to Deli river.

Keywords: Coagulation, Turbidity, Analisis of variance (ANOVA)

Universitas Sumatera Utara


PERBANDINGAN DAYA KOAGULASI POLI ALUMINIUM KLORIDA,
ALUMINIUM FORMULASI KLORIDA, DAN ALUMINIUM
SULFAT DALAM MENURUNKAN TURBIDITAS AIR
SUNGAI DELI PADA PENGOLAHAN
AIR MINUM

SKRIPSI

Oleh
SARTIKA SARI
140822008

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PERBANDINGAN DAYA KOAGULASI POLI ALUMINIUM KLORIDA,
ALUMINIUM FORMULASI KLORIDA, DAN ALUMINIUM
SULFAT DALAM MENURUNKAN TURBIDITAS AIR
SUNGAI DELI PADA PENGOLAHAN
AIR MINUM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Sains

Oleh
SARTIKA SARI
140822008

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PERSETUJUAN

Judul : Perbandingan Daya Koagulasi Poli Aluminium


Klorida, Aluminium Formulasi Klorida, dan
Aluminium Sulfat dalam Menurunkan Turbiditas
Air Sungai Deli pada Pengolahan Air Minum
Kategori : Skripsi
Nama : Sartika Sari
Nomor Induk Mahasiswa : 140822008
Program Studi : Sarjana (S1) Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di:
Medan, Oktober 2016

Komisi Pembimbing:
Pembimbing II Pembimbing I

Dr. Darwin Yunus Nst, MS Dr. Amir Hamzah Siregar, M. Si


NIP.195508101981031006 NIP.196106141991031002

Diketahui/Disetujui oleh:
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS


NIP.195408301985032001

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PERBANDINGAN DAYA KOAGULASI POLI ALUMINIUM KLORIDA,


ALUMINIUM FORMULASI KLORIDA, DAN ALUMINIUM
SULFAT DALAM MENURUNKAN TURBIDITAS AIR
SUNGAI DELI PADA PENGOLAHAN
AIR MINUM

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja pembimbing dan saya sendiri,
kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Oktober 2016

Sartika Sari
140822008

Universitas Sumatera Utara


PENGHARGAAN

Bismillahirrahmannirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesakan
penelitian dan penyusunan skripsi ini sebaik mungkin. Dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada.

Kepada orang tua tercinta, Ayahanda Abdul Syarif, dan Ibunda Farida
Hanum atas segala doa, dukungan, dan kasih sayang dan cintanya yang tiada henti
memberikan perhatian kepada penulis. Kepada Kakak tersayang Risa Cahaya,
S.Pd dan adik-adik tersayang M. Arifin dan Nurul Syafira yang telah memberikan
do’a. Bapak Dr. Amir Hamzah Siregar, M.Si selaku dosen pembimbing I dan
Bapak Dr. Darwin Yunus Nst, MS. Selaku dosen pembimbing 2 yang telah
banyak memberikan pengarahan, bimbingan, masukan dan saran hingga
terselesaikannya skripsi ini. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS dan Bapak Drs.
Albert Pasaribu, M. Sc selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia USU yang
telah mensyahkan skripsi ini. Seluruh staf dan dosen Kimia FMIPA USU yang
telah membimbing penulis, staf Kimia Fisika dan Kimia Polimer Bang Edi yang
telah membantu penulis selama penelitian. Seluruh teman-teman atas dukungan
dan perhatian selama ini.

Hanya Allah SWT yang dapat membalas semua kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah yang
berlipat ganda untuk kita semua, amin ya Rabbalalamin.

Penulis

Universitas Sumatera Utara


PERBANDINGAN DAYA KOAGULASI POLI ALUMINIUM KLORIDA,
ALUMINIUM FORMULASI KLORIDA, DAN ALUMINIUM
SULFAT DALAM MENURUNKAN TURBIDITAS AIR
SUNGAI DELI PADA PENGOLAHAN
AIR MINUM

ABSTRAK

Penelitian tentang perbandingan daya koagulasi Poli Aluminium Klorida,


Aluminium Formulasi Klorida, dan aluminium sulfat dalam menurunkan
turbiditas pada pengolahan air minum telah dilakukan. Sampel air baku yang
digunakan untuk penelitian ini diambil dari air Sungai Deli. Metode percobaan
menggunakan metode jar test. Terhadap masing-masing 1000 mL air baku
ditambahkan koagulan PAC, AFC, dan aluminium sulfat dengan konsentrasi
masing-masing 0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70 ppm. Konsentrasi paling rendah
yang dapat menjernihkan air dihasilkan oleh koagulan PAC, AFC, dan aluminium
sulfat masing-masing 10, 20, dan 30 ppm dengan nilai kekeruhan masing-masing
3,85; 4,53; 2,13 NTU. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa PAC
merupakan koagulan yang memiliki konsentrasi ekonomis yaitu 10 ppm. Pada
pengolahan data menggunakan metode statistik Analisis of variance (ANOVA)
satu jalur menghasilkan nilai F hitung sebesar 0,015251 dan F tabel sebesar
3,402826. Hal tersebut menunjukkan nilai F hitung lebih rendah dibanding F tabel
yang artinya bahwa ketiga koagulan tersebut tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Oleh sebab itu ketiga koagulan tersebut dapat digunakan sebagai
penjernih air baku yang berasal dari Sungai Deli.

Kata kunci: Koagulasi, Turbiditas, Analisis of variance (ANOVA)

Universitas Sumatera Utara


THE COMPARISON OF POWER COAGULATION POLY ALUMINIUM
CHLORIDE , ALUMINIUM FORMULATION CHLORIDE, AND
ALUMINIUM SULFAT IN LOWERING TURBIDITY AT
DELI RIVERN IN DRINKING
WATER TREATMENT

ABSTRACT

Research about the comparison of power coagulation Poly Aluminium Chloride


(PAC), Aluminium Formulation Chloride (AFC), and aluminium sulfat in
lowering turbidity in drinking water treatment have been done. Raw water used to
this research is Deli rever water. Using experimental method is a method jar test.
To each certain raw water 1000 mL added coagulant PAC, AFC, and aluminium
sulfat to each concentration 0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70 ppm. The lowest
concentration that can purity water produced by coagulant PAC, AFC, and
aluminium sulfat each 10, 20, and 30 ppm with the turbidity each 3,85; 4,53; 2,13
NTU. Based on the result indicated that PAC is a coagulant that have economic
concentration is 10 ppm. The data processing to use statistic method Analisi of
variance (ANOVA) one way the result of F count is 0,015251 and F table is
3,402826. It shows F count lower than F table, which mean that all three of the
coagulants can be used as a water purifier to Deli river.

Keywords: Coagulation, Turbidity, Analisis of variance (ANOVA)

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Singkatan xi
Daftar Lampiran xii

Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Pembatasan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Metode Penelitian 4
1.7 Lokasi Penelitian 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka


2.1 Air 6
2.1.1 Standar Kualitas Air Minum 8
2.1.2 Pengelolaan Air Minum 9
2.2 Koloid 10
2.3 Koagulan 11
2.3.1 Koagulasi dan Flokulasi 12
2.4 Uji ANOVA 14

Universitas Sumatera Utara


Bab 3. Metode Penelitian
3.1 Alat dan Bahan 16
3.1.1 Alat 16
3.1.2 Bahan 16
3.2 Metode Penelitian 17
3.3 Prosedur Penelitian 19
3.3.1 Penyiapan Penelitian 19
3.3.2 Karakterisasi Awal Sampel 19
3.3.3 Pembuatan Larutan Induk Koagulan 19
3.3.3.1 Pembuatan Larutan Induk PAC 19
3.3.3.2 Pembuatan Larutan Induk AFC 19
3.3.3.3 Pembuatan Larutan Induk Aluminium Sulfat 20
3.3.4 Proses Jar Test 20
3.3.5 Prosedur Pengukuran Kekeruhan 21
3.4 Bagan Penelitian 22
3.4.1 Bagan Proses Pengambilan Air Baku 22
3.4.2 Bagan Pengujian Karakterisasi Air Baku 22
3.4.3 Bagan Proses Jar Test 23
3.4.4 Bagan Pengujian Kekeruhan pada Air 23

Bab 4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi 24
PAC pada Proses Jar Test
4.2 Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi 27
AFC pada Proses Jar Test
4.3 Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi 28
Aluminium Sulfat pada Proses Jar Test
4.4 Hasil Perbandingan dari Koagulan PAC, AFC, dan 31
Aluminium Sulfat
4.5 Hasil Perhitungan Menggunakan Metode ANOVA Satu 33
Jalur

Universitas Sumatera Utara


Bab 5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 34
5.2 Saran 34

Daftar Pustaka 35

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman


2.1 Jenis-jenis Koagulan dan Rumus Kimia 11
3.1 Kalkulasi Perhitungan ANOVA satu jalur 18
3.2 Variasi Konsentrasi Jar Test untuk Koagulan 20
4.1 Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi 24
PAC pada Proses Jar Test
4.2 Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi 27
AFC pada Proses Jar Test
4.3 Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi Konsentrasi 28
Aluminium Sulfat pada Proses Jar Test
4.4 Hasil Perhitungan Menggunakan Metode ANOVA Satu 33
Jalur

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Halaman


4.1 Grafik Hasil Pengujian Kekeruhan dengan 24
Variasi Konsentrasi PAC pada Proses Jar Test
4.2 Grafik Hasil Pengujian Kekeruhan dengan 27
Variasi Konsentrasi AFC pada Proses Jar Test
4.3 Grafik Hasil Pengujian Kekeruhan dengan 29
Variasi Konsentrasi Aluminium Sulfat pada
Proses Jar Test
4.4 Grafik Hasil Pengujian Kekeruhan dengan Variasi 31
Konsentrasi Koagulan pada Proses Jar Test

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

AFC : Aluminium Formulation Chloride


ANOVA : Analisis of Variance
BOD : Biochemical Oxygen Demand
COD : Chemical Oxygen Demand
LKM : Level Kontaminasi Maksimum
NTU : Neufelometric Turbidimetry Unit
PERMENKES : Peraturan Mentri Kesehatan
RAL : Rancangan Acak Lengkap
PAC : Poly Aluminium Chloride

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman
Lampiran

1 Sungai Deli di Daerah Titi Papan 37


2 Tempat Pengambilan Sampel Air Baku 37
3 Padatan Poly Aluminium Chloride (PAC) 38
4 Padatan Aluminium Formulation Chloride (PAC) 38
5 Padatan Aluminium Sulfat 39
6 Proses Air Baku yang Akan di Jar Test 39
7 Pengadukan Cepat pada Proses Jar Test 40
8 Pengadukan Lambat pada Proses Jar Test 40
9 Sedimentasi pada Proses Jar Test 41
10 Hasil Pengujian Kekeruhan 42
11 Hasil Perhitungan Metode ANOVA Satu Jalur 43
Menggunakan Microsoft Excel
12 Karakterisasi Air Minum Peraturan Mentri Kesehatan 43
No. 492/ Menkes/ Per/ IV/ 2010
13 Alat Turbidimeter yang Digunakan 44

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai