Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masalah pengangguran merupakan masalah yang cukup sulit karena banyak
dihadapi oleh Negara-negara berkembang, termasuk Negara kita untuk mengatasi
pengangguran itu tidaklah sulit seperti yang di bayangkan, asal ada kemampuan untuk
mengatasinya.
Tetapi mereka belum siap kerja karena tidak memiliki keahlian tertentu.
Untuk mengatasi hal itu, kami mengembangkan pikiran dengan menyusun sebuah buku
petunjuk yang berjudul “cara Praktis Cetak Sablon”. Buku ini disusun untuk mendapatkan
keterampilan cetak sablon secara praktis.

B. Pembatasan Masalah
Dengan terbatasnya kemampuan kami, dalam mengembangkan kreativitas cetak
sablon, ditinjau dari segi moral, bahan dan peralatan untuk membuat sablon.

C. Perumusan Masalah
1. Apakah dampak Positiv dan negative dari penggunaan cetak sablon dalam kehidupan
sehari-hari ?
2. Apakah Manfaat cara mencetak sablon ?
3. mengapa teknik cetak sablon diminati banyak masyarakat-masyarakat di bandingkan
teknik yang lainnya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH CETAK SABLON


Cetak sablon merupakan bagian dari teknik cetak yang dikembangkan
oleh Yuzenzai Miyasaki pada tahun 1654-1736 dan Zikukeo Hirose pada tahun 1822-
1890
berkebangsaan Jepang. Pada awalnya cetak sablon dikembangkan untuk pencetakan
kimono
yang merupakan pakaian khas Jepang, dimana bila kimono ditulis dengan tangan menjadi
sangat mahal harganya. Selanjutnya cetak sablon berkembang hingga ke daratan Eropa
pada tahun 1851-1862 dan kemudian pada tahun 1868 Joseph Swan mendirikan atau
menemukan produk autotype.
Pada tanggal 11 Juli 1907 Samuel Simmon yang berkebangsaan Inggris
mendapatkan hak patentnya untuk teknik cetak sablon. Setelah itu cetak sablon
berkembang ke Amerika Serikat sehingga pada tahun 1924 pertama kalinya proses cetak
sablon dilakukan di atas bahan tekstil dan kemudian pada tahun 1946 MC Kornick dan
Penney menemukan mesin cetak sablon.

B. SABLON
Cetak sablon merupakan proses stensil untuk memindahkan suatu citra ke atas
berbagai jenis media atau bahan cetak seperti : kertas, kayu, metal, kaca, kain, plastik,
kulit, dan lain-lain. Wujud yang paling sederhana dari stensil terbuat dari bahan kertas
atau logam yang dilubangi untuk mereproduksi atau menghasilkan kembali gambar
maupun hasil dari suatu rancangan desain. Stensil tersebut selanjutnya merupakan
gambaran negatif dari gambar asli atau original dimana detail-detail gambar yang
direproduksi memiliki tingkat keterbatasan terutama bila mereproduksi detail-detail yang
halus. Pada teknik cetak sablon acuan yang berupa stensil dapat juga melalui tahapan
fotografi, yang pada umumnya dikenal dengan istilah film hand cut.Film photographi dan
emulsi stensil direkatkan ke atas alat penyaring (screen) yang dibentangkan pada sebuah
bingkai yang terbuat dari bahan kayu maupun logam yang berfungsi sebagai pemegang
bagian dari suatu desain, dan harus mampu menahan bagian yang digunakan selama
proses penyablonan berlangsung. Adakalanya para perancang grafis melakukan tahapan
desain secara langsung pada permukaan alat penyaring dengan bahan yang disebut

2
“tusche” dan kemudian menutup eseluruhan sablonan dengan lem. Tusche selanjutnya
dicuci dengan bahan pelarut agar diperoleh bagian yang dapat mengalirkan tinta pada
permukaan alat penyaring.
Pada awal abad ke 20 proses pelaksanaan cetak sablon mulai menggunakan
kain/screen yang terbuat dari bahan sutera yang semula dipergunakan untuk menyaring
tepung. Dari sinilah maka istilah cetak sablon dikenal dengan sebutan “silk screen
printing” yang digunakan pada tahapan proses cetak. Karena sutera harganya cukup
mahal, serta memiliki kekuatan yang kurang baik, serta secara dimensional kurang stabil,
maka kemudian diganti dengan bahan yang terbuat dari nilon dan selanjutnya dengan
poliester. Sedangkan untuk keperluan cetak, alat-alat atau benda-benda elektronik
dipergunakan kain (screen) yang terbuat dari bahan stainless steel/logam.
Serat kain dibuat/dianyam/dirajut menurut standar dan diproduksi dengan
berbagai ukuran tergantung dari tingkat ketebalan serat benang yang akan menghasilkan
tingkat kerapatan anyaman.

C. KAIN
Pada proses cetak sablon “kain” atau screen mempunyai peranan yang amat
penting, bahkan dapat dikatakan sebagai faktor penentu tingkat kwalitas dari proses cetak
yang dihasilkan. Kain sablon dipergunakan sebagai sarana untuk memegang gambar yang
terdapat pada permukaan kain (screen). Dewasa ini kain atau screen lebih banyak terbuat
dari serat sintetis jenis tunggal (mono filamen). Berbagai jenis serat kain yang dapat
dipergunakan untuk proses cetak sablon diantaranya adalah :
1. nilon.
2. polyester,terdiri atas :
a. metalissed polyester/polyester logam.
b. antistatic polyester/polyester antistatis.
c. calendered polyester/polyester termampatkan.
3. stainless steel.
Karakteristik serat kain (screen).
1. Nilon.
Untuk semua kebutuhan cetak sablon tersedia pilihan yang secara luas,hanya saja
berupa serat benang tunggal.
Keunggulan dari serat benang nilon :
a. Memiliki daya rentang dan daya gosok yang baik.

3
b. Ideal untuk tahapan pencetakan di atas bahan cetak yang permukaanya tidak rata.
c. Memiliki daya alir tinta yang baik, dan punya daya rekat yang sempurna untuk
semua jenis emulsi(stensil foto).
Kelemahannya :
a. Peka terhadap kondisi cuaca/temperatur dan kelembaban udara.
b. Tidak sesuai untuk jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan ketepatan yang tinggi
(register).

D. KETEBALAN KAIN/SCREEN
Serat kain yang terbuat dari nilon atau polyester tersedia dalam beberapa
derajat ketebalan yakni: tipe Small (S), tipe Medium (M), tipe Thick (T) dan Heavy Duty
(HD).
Serat benang dengan tipe S serat benangnya tipis, cocok untuk pekerjaan nada
lengkap (halftone), dan gambar seni (artis/seni). Serat benang dengan tipe M serat benang
yang memiliki ukuran medium, cocok untuk pekerjaan nada lengkap yang kasar. Serat
benang dengan tipe T serat benangnya tebal, cocok untuk segala jenis pekerjaan pada
teknik cetak sablon. Sedangkan serat benang dengan tipe HD, serat benang dengan ekstra
tebal cocok untuk pekerjaan yang dilakukan secara masinal (cetak menggunakan mesin),
cetak blok dan jenis-jenis pekerjaan kasar.

E. WARNA KAIN/SCREEN
Kain (screen) pada umumnya berwarna putih. Tapi seringkali kain berwarna putih
dan pada waktu dilakukan proses penyinaran akan menimbulkan gejala pemantulan
kembali yang dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan penyinaran. Untuk mengatasi
masalah tersebut pada umumnya kain dibuat berwarna kuning, jingga dan merah.
Sehingga kain berwarna digunakan untuk menghindari terjadinya pemantulan kembali
cahaya pada waktu penyinaran stensil foto sistem direct (langsung), sistem direct/indirect
(langsung/tidak langsung), maupun sistem cappilary (kafilek).

F. PERSYARATAN KAIN
Untuk memperoleh tingkat resolusi gambar yang terbentuk pada kain (screen)
serta peningkatan definisi hasil ceta sablon, maka diperlukan persyaratan khusus untuk
jenis-jenis kain yang digunakan. Adapun persyaratan-persyaratannya adalah sebagai
berikut :

4
1. Daya lentur/fleksibilitas.
Karena pada saat dilakukan perentangan pada bingkai cetak kain harus ditarik
untuk mendapatkan tingkat keregangan pada permukaan bingkai serta
pada waktu dilakukan proses pencetakan screen tidak boleh menyentuh bahan cetak,
dengan jarak kira-kira 3-5 milimeter, maka kain haruslah lentur.
2. Pori-pori tidak berubah atau bergeser.
Tujuan utama dari tidak bergesernya pori-pori kain adalah
untuk pengendalian penyaluran tinta cetak.
3. Tahan terhadap bahan kimia.
Selama kain digunakan pada tahapan pencetakan kain selalu berhubungan
dengan bahan kimia seperti stensil foto, tinta cetak, dan bahan pencuci atau
pembersih, maka kain harus dapat tetap bertahan atau tidak mudah rusak.
4. Mudah dibersihkan.
Diharapkan agar kain dapat dipergunakan secara berulang-ulang maka
kain harus mudah dibersihkan.
5. Tahan terhadap gesekan.
Pada waktu digunakan screen akan selalu bersentuhan dengan rakel
yang memiliki variasi derajat kekerasannya.
Dengan demikian gesekan dari rakel tidak dengan mudah mengikis serat kain
yang berdampak pada pengalihan tinta cetak dan mengakibatkan kain mudah rusak.
6. Memiliki keporian yang bervariasi.
Dengan adanya variasi pori-pori screen, maka berbagai bentuk
bahan serta berbagai macam bentuk gambar dapat dicetak dengan cetak sablon
7. Variasi dari tingkat kerapatan screen.
Sangat berpengaruh pada tahapan pengalihan tinta cetak. Dengan banyaknya
variasi yang disediakan untuk jenis-jenis kain diharapkan agar lapisan film tinta dapat
dengan mudah dialihkan ke atas bahan cetak(media cetak) yang dipergunakan.
Untuk Mendapatkan Hasil cetak Sablon yang sesuai dengan keinginan Anda,
maka penting untuk mengenal dan menerapkan langkah / tahapan yang benar dalam
Proses Menyablon.

5
1. Tahapan Pra Cetak, yang termasuk dalam tahapan ini adalah :
1. Proses Design
Proses ini berkaitan dengan ide atau gagasan anda yang diwujudkan
dalam suatu suatu proses pencitraan sehingga ide / gagasan anda tersebut
akhirnya memiliki bentuk yang konkret ( biasanya disebut design / artwork ).
Misalkan, anda memiliki sebuah gagasan akan sebuah gambar monyet
yang sedang memakan pisang dan anda ingin menambahkan sebuah dialog lucu
yang diucapkan oleh monyet tersebut. Pada saat itu, gambaran tersebut hanya
ada di benak / imajinasi anda dan belum memiliki bentuk pencitraan yang
konkret.
Nah tugas anda selanjutnya adalah mewujudkan gambaran tersebut
kedalam bentuk yang konkret, bagaimana caranya ? ada beberapa teknik,
misalnya : dengan photography (mengambil photo monyet yang sedang makan
pisang ), dengan gambar tangan ( hand drawing ), dan lain sebagainya.
Pada intinya adalah, proses design mengubah ide / gagasan anda menjadi
bentuk yang lebih konkret, yang dapat dilihat oleh semua orang ( kecuali orang
buta dan rabun ), dan tujuan akhirnya untuk proses menyablon adalah agar
design anda tersebut dapat diolah menjadi Film / Klise Sablon.
2. Pembuatan Film / Klise Sablon
Sekarang anda telah memiliki design yang siap untuk dicetak, langkah
selanjutnya adalah mengolahnya menjadi Film / Klise Sablon.
3. Proses Stencil / Afdruk
Setelah anda memiliki Film / Klise Sablon, maka saatnya untuk
memindahkan gambar / image yang tercetak di film sablon tersebut ke screen,
melalui apa yang disebut proses afdruk.
4. Persiapkan Meja Kerja anda
ini sangat penting sebelum anda memulai proses pencetakan, sehingga
saat anda sedang mencetak nanti tidak akan terganggu dengan kegiatan lainnya,
misalnya tiba – tiba tinta yang anda gunakan habis, atau anda lupa untuk
menyediakan tempat untuk pengeringan media yang baru dicetak, dan lain
sebagainya.

6
2. Tahapan saat Cetak
Saat mencetak yang perlu anda perhatikan adalah penggunaan teknik sapuan
rakel yang benar. Karena tugas mencetak sebenarnya sangat sederhana yaitu
memindahkan tinta ke media yang diinginkan melalui kain saring / screen.
Selain itu, pelajari sifat – sifat dari tinta cetak yang sedang anda gunakan,
karena tidak setiap tinta memiliki karakteristik yang sama. Parameter yang mungkin
anda perlu ketahui adalah : kecepatan tinta untuk mengering, biasanya ini menjadi
kendala karena tinta yang mengering terlalu cepat di screen akan menghambat
proses pencetakan, anda perlu melancarkan kembali pori – pori kain saring / screen
yang telah tersumbat oleh tinta yang telah mengering tersebut, karena bila tidak
maka hasil cetak tidak dapat terbentuk dengan sempurna.

3. Tahapan Pasca Cetak


Ada tiga hal ( bisa lebih ) yang biasanya perlu anda lakukan setelah anda
selesai melakukan pencetakan, yaitu :
1. Proses Drying
Setiap tinta cetak memerlukan waktu untuk mengering dengan
sempurna, bahkan bila anda memegang tinta tersebut dan permukaannya anda
rasa telah mengering, belum tentu tinta tersebut telah kering dengan sempurna,
oleh karena itu penting untuk mengenal karakteristik tinta cetak yang anda
gunakan. Untuk proses ini anda dapat melakukannya dengan melalui proses
alami ( penjemuran – cukup diangin –anginkan saja ) atau dengan bantuan
mesin (kipas angin, blower, dsb. ).
2. Proses Curing
Proses ini memerlukan alat – alat yang khusus untuk dapat
mengeringkan jenis – jenis tinta tertentu. Seperti misalnya tinta jenis plastisol
yang perlu melalui proses pemanasan dalam temperatur yang sangat panas (
sekitar 143 – 166 0 C ), biasanya dengan menggunakan mesin conveyer atau
flash heater. Untuk Tinta Karet / GL / Rubber, juga memerlukan proses curing,
dengan menggunakan mesin hot press yang dapat diatur panas temperaturenya (
sekitar 110 – 130 0 C ).

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari bahasan makalah yang kami buat ini dapat disimpulkan bahwa Cetak sablon
merupakan proses stensil untuk memindahkan suatu citra ke atas berbagai jenis media
atau bahan cetak seperti : kertas, kayu, metal, kaca, kain, plastik, kulit, dan lain-lain.
untuk mereproduksi atau menghasilkan kembali gambar maupun hasil dari suatu
rancangan desain.

B. KRITIK DAN SARAN


Demikian Makalah yang dapat kami buat, semoga bermanfaat. Jika ada
kekurangan mohon dimaafkan. Jika ada kritik dan saran mohon disampaikan karena kritik
dan saran anda sangat berguna bagi perbaikan makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://pendidikansoal1.blogspot.co.id/2013/12/makalah-cetak-sablon.html
https://chosaheidan.wordpress.com/2015/05/12/sablon/
http://azizahrizkyr.blogspot.co.id/2016/03/makalah-sablon-kaos.html
http://namithanurmala.blogspot.co.id/2015/02/makalah-kunjungan-home-industri-sablon.html

Anda mungkin juga menyukai