Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Akmal Bagaskara Irwani

NPM : 21420047
Grup : 2K3
Tugas : Teknologi Pencapan

Polisakarida

I. Polisakarida

Polisakarida adalah jenis senyawa karbohidrat kompleks yang terdiri dari banyak unit
monosakarida (gula) yang dihubungkan bersama melalui ikatan kimia. Secara struktural,
polisakarida seringkali memiliki bentuk yang kompleks dan bercabang, sehingga
menyebabkan senyawa ini memiliki berbagai fungsi biologis.

II. Turunan Polisakarida


Polisakarida adalah jenis karbohidrat kompleks yang terdiri dari banyak molekul gula.
Beberapa contoh polisakarida dan turunannya antara lain:

1. Selulosa (C₆H₁₀O₅)ₙPolisakarida ini terdiri dari molekul glukosa yang


dihubungkan oleh ikatan β-glukosida. Selulosa adalah komponen utama dinding
sel tumbuhan.

2. Amilosa (C₆H₁₀O₅)ₙ
Amilosa adalah polisakarida yang terdiri dari molekul glukosa yang dihubungkan
oleh ikatan α-glukosida. Amilosa adalah salah satu komponen utama pati, yang
merupakan sumber utama karbohidrat dalam makanan.
3. Amilopektin
Amilopektin juga merupakan jenis pati, tetapi memiliki struktur yang lebih
bercabang daripada amilosa. Amilopektin memiliki banyak cabang yang terdiri
dari molekul glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α-glukosida.

4. Glikogen (C24H42O21)
Glikogen adalah polisakarida yang disimpan dalam hati dan otot manusia.
Glikogen terdiri dari molekul glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α-glukosida
dan memiliki struktur yang sangat bercabang.

5. Kitin (C8H13O5N)n
Kitin adalah polisakarida yang ditemukan dalam cangkang serangga dan kerangka
hewan laut seperti krustasea dan udang. Kitin terdiri dari molekul N-
asetilglukosamina yang dihubungkan oleh ikatan β-glukosida.
6. Hialuronan
Hialuronan adalah polisakarida yang ditemukan dalam jaringan ikat dan cairan
tubuh manusia, seperti cairan sendi dan bola mata. Hialuronan terdiri dari molekul
asam glukuronat dan N-asetylglukosamina yang dihubungkan oleh ikatan β-
glukosida.

III. Penggunaan Polisakarida dalam tekstil


Polisakarida juga digunakan dalam industri tekstil sebagai bahan baku untuk
pembuatan serat dan kain. Contohnya, selulosa adalah jenis polisakarida yang digunakan
sebagai bahan baku untuk membuat serat rayon dan viscose.
Proses produksi serat rayon melibatkan pengolahan selulosa dari sumber alamiah
seperti kayu atau kapas. Selulosa kemudian diubah menjadi pasta selulosa dengan
bantuan reaksi kimia tertentu dan kemudian diputar menjadi benang atau serat. Serat
rayon memiliki sifat yang mirip dengan serat alami seperti katun, tetapi lebih mudah
untuk diwarnai dan dicetak.
Viscose adalah serat buatan yang dibuat dari selulosa dengan cara yang mirip dengan
serat rayon. Namun, viscose seringkali memiliki tekstur yang lebih halus dan lentur
daripada rayon.
Selain rayon dan viscose, polisakarida lain seperti kitosan juga digunakan dalam
industri tekstil sebagai bahan baku untuk pembuatan serat dan kain. Kitosan adalah
senyawa turunan dari kitin, yang ditemukan dalam cangkang serangga dan kerangka
hewan laut. Kitosan memiliki sifat antimikroba dan antioksidan, sehingga sering
digunakan dalam pembuatan pakaian yang menawarkan perlindungan dari bakteri dan
polusi.
Polisakarida juga dapat digunakan dalam proses tekstil pencapan atau pewarnaan.
Dalam proses ini, polisakarida seperti guar gum atau karagenan digunakan sebagai agen
pengikat untuk membantu pewarna menempel pada serat kain.
Guar gum adalah polisakarida yang diperoleh dari biji guar. Senyawa ini sering
digunakan dalam industri tekstil sebagai agen pengikat untuk meningkatkan ketahanan
pewarnaan pada serat kain. Guar gum juga dapat membantu mencegah hilangnya warna
saat mencuci dan merendam pakaian dalam air.
Karagenan adalah polisakarida yang diperoleh dari ganggang laut dan digunakan
dalam industri tekstil sebagai agen pengikat dan penstabil. Karagenan juga dapat
meningkatkan viskositas larutan pewarna dan memperbaiki kelembutan serat kain.
Kedua polisakarida ini dapat digunakan sebagai alternatif yang lebih ramah
lingkungan dibandingkan dengan agen pengikat sintetis seperti formaldehida atau asam
akrilik, yang dapat mencemari air dan merusak lingkungan. Selain itu, penggunaan
polisakarida dalam proses pencapan juga dapat meningkatkan kualitas dan daya tahan
warna pada pakaian.
Polisakarida seperti alginat, kitosan, dan pektin juga dapat digunakan dalam proses
pencapan atau pewarnaan tekstil.
Alginat adalah polisakarida yang diperoleh dari alga laut dan sering digunakan dalam
industri tekstil sebagai agen pencapan atau pengikat. Senyawa ini membantu pewarna
menempel pada serat kain, sehingga memberikan hasil pencapaan yang lebih tahan lama
dan seragam.
Kitosan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, adalah senyawa turunan dari kitin
yang ditemukan dalam cangkang serangga dan kerangka hewan laut. Kitosan juga
digunakan dalam industri tekstil sebagai agen pencapan dan pengikat untuk meningkatkan
ketahanan pewarnaan pada serat kain.
Pektin adalah polisakarida yang ditemukan dalam kulit dan daging buah-buahan
seperti apel, jeruk, dan stroberi. Senyawa ini dapat digunakan dalam proses pencapan
tekstil sebagai agen pengikat yang membantu pewarna menempel pada serat kain.
Penggunaan polisakarida dalam proses pencapan tekstil juga dapat membantu
mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat mencemari lingkungan dan
merusak kesehatan manusia. Selain itu, polisakarida juga dapat memberikan hasil
pencapaan yang lebih baik dan tahan lama pada serat kain, sehingga menghasilkan
produk tekstil yang lebih berkualitas dan tahan lama.

Anda mungkin juga menyukai