Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN : ANALISIS HASIL FERMENTASI


DAN PENYULINGAN DARI NIRA
LONTAR (BORASSUS
FLABELLIFER) ASAL NUSA
TENGGARA TIMUR
NAMA MAHASISWA : MARIA FELCYLIA HELMINA KUKI
NIM : 1501018
PEMBIMBING UTAMA : FITRIYANTI JUMAETRI SAMI, S.Si.,
M.Si
PEMBIMBING PERTAMA : MEGAWATI, S.Pd., M.Si

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Alkohol adalah senyawa kimia yang mengandung unsur karbon (C),


oksigen (O) dan hidrogen (H), mempunyai sifat tidak berwarna, mudah
menguap dan larut dalam air dalam semua perbandingan. Alkohol banyak
digunakan dalam industri, diantaranya merupakan pelarut, sebagai sintesis
dalam Industri kimia dan pada masa sekarang alkohol juga digunakan untuk
bahan bakar mobil, misalnya gasohol yaitu campuran 90% bensin dan 10%
alkohol (Bruce Gardner, 2007). Alkohol (C2H5OH) adalah cairan transparan,
tidak berwarna, cairan yang mudah bergerak, mudah menguap, dapat
bercampur dengan air, eter, dan kloroform, diperoleh melalui fermentasi
karbohidrat dari ragi (Prihandana dkk., 2007). Menurut Irianto (2006),
menyatakan bahwa setelah air, alkohol merupakan zat pelarut dan bahan
dasar paling umum yang digunakan di laboratorium dan di dalam industri
kimia.
Etanol atau etil alkohol C2H5OH, umumnya disebut dengan alkohol
merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, dan mudah terbakar.
Etanol sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berbagai
keperluan, misalnya sebagai pelarut berbagai bahan kimia seperti pelarut
parfum, pelarut obat-obatan, maupun pengekstrak berbagai senyawa polar
dalam isolasi dan sintesis senyawa kimia. Kegunaan lain seperti sebagai zat
antiseptik, minuman beralkohol, obat psikotik, termoter modern, hingga
sebagai energi terbarukan (renewable energy) (Pejin et al., 2006).
Bioetanol merupakan etanol yang diperoleh dari bahan berbasis
biomasa atau sumber yang terbarukan seperti dari berbagai tanaman yang
mengandung karbohidrat, gula serta tanaman berselulosa. Bioetanol
berwujud cairan yang merupakan hasil dari proses fermentasi gula dimana
terjadi perombakan senyawa organik dengan melibatkan mikroorganisme
(Hasan, M. 2012). Bahan baku utama pembuatan bioetanol dengan proses
fermentasi pada dasarnya berasal dari glukosa, pati dan lignoselulosa
(Alvira,dkk.2009).
Adapun bahan baku cair yang pernah digunakan sebagai bahan baku
pembuatan alkohol adalah nira lontar (Borassus flabellifer L.). Nira lontar ini
mengandung gula sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan alkohol. Nira atau sadapan bunga lontar (Borassus flabellifer L.)
telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat di wilayah NTT sebagai bahan
dasar minuman tradisional beralkohol dengan nama lain sopi atau moke.
Moke ini dihasilkan dari sadapan nira lontar yang melewati proses fermentasi
kemudian disuling.
Pohon lontar banyak terdapat di daerah-daerah pegunungan maupun
daerah yang berdekatan dengan laut. Tingginya bisa mencapai puluhan
meter dan usia produktif bisa mencapai puluhan tahun. Tanaman ini memiliki
daun yang lebar mirip kipas dengan nama yang berbeda-beda disetiap
daerah. Nira lontar segar tidak tahan disimpan, hanya beberapa jam (± 24-36
jam) sejak disadap akan mengalami perubahan yang ditandai dengan
timbulnya gelembung dan rasanya asam (Susanto dan Saneto, 1994).
Kelebihan bahan baku cairan (nira) adalah karena nira merupakan
larutan gula yang dapat langsung memulai proses fermentasi sehingga dapat
mempersingkat tahapan produksi etanol (Tangkuman, 2010). Fermentasi
adalah kegiatan penguraian bahan-bahan karbohidrat. Pembentukkan
alkohol dari gula dilaksanakan oleh khamir penghasil alkohol. Perubahan
yang terjadi biasanya dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Gula sederhana + Khamir = Alkohol + Karbondioksida (Desrosier, Norman W,
1988). Fermentasi alkohol dari nira lontar dapat dilakukan dengan bantuan
ragi roti (Saccharomyces cerevisiae). Menurut Koes Irianto, 2006 jamur
Saccharomyces cerevisiae atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama
jamur ragi, telah memiliki sejarah yang luar biasa di industri fermentasi.
Karena kemampuannya dalam menghasilkan alkohol inilah, Saccharomyces
cerevisiae disebut sebagai mikroorganisme aman.
Fermentasi pada umumnya menggunakan proses batch. Pada
dasarnya, fermentasi batch adalah sistem tertutup, tidak ada penambahan
media baru, tidak ada penambahan (O2), antifoam, asam/basa dilakukan
dengan cara kontrol pH. Fermentasi batch banyak digunakan di dunia industri
untuk memproduksi etanol karena kemudahan dalam proses sterilisasi dan
pengontrolan alat (Widjaja, dkk., 2010). Tetapi ada beberapa kekurangan dari
fermentasi batch yaitu, hambatan karena tingginya kadar gula, konsentrasi
yield etanol yang terbatas (12%) dan produktivitas yang rendah (Widjaja,
dkk., 2016). Meskipun demikian fermentasi batch masih menjadi pilihan
dikarenakan yield yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan metode
lain (Silviana, dkk., 2012).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
apakah ada kandungan alkohol dari hasil fermentasi dan penyulingan nira
lontar (Borassus flabellifer) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan kandungan alkohol
dari hasil fermentasi dan penyulingan nira lontar (Borassus flabellifer).
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kandungan alkohol dari hasil fermentasi dan penyulingan nira lontar
(Borassus flabellifer).
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental berskala
laboratorium.
III.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai selesai di
Laboratorium Mikrobiologi Farmasi dan Laboratorium Kimia Farmasi STIFA-
AKFAR Kebangsaa Makassar.
III.3 Alat dan Bahan
III.3.1 Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain aluminium foil,
autoklaf, batu tarer, inkubator, ose, rak tabung reaksi, satu unit destilasi,
tabung reaksi, dan thermometer.
III.3.2 Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bahan baku
hasil fermentasi nira lontar dari Maumere, aqudest, etanol Pa, dan PDA
(Potato Dextrose Agar).
III.4 Cara Kerja
III.4.1 Pengolahan sampel
Proses pengambilan sampel dari pohon lontar di Maumere Nusa
Tenggara Timur.
III.4.2 Proses Fermentasi
III.4.2.1 Pengembangan Kultur
Saccharomyces cerevisiae (Belli, 2017)
1. Melarutkan 19,5 gram PDA (Potato Dextrose Agar) dengan aquadest
hingga volumenya 500 ml
2. Menambah 6 gram agar batang
3. Mendidihkan sampai suhu 70oC hingga semua bahan larut
4. Memasukkan kedalam tabung reaksi masing-masing 6ml dan menutup
mulut tabung dengan aluminium foil
5. Mensterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit
6. Mendinginkan agar dalam posisi miring hingga mengeras
7. Mengambil biakan murni dengan kawat ose steril dalam incase
8. Menggoreskan kawat ose pada permukaan media agar yang baru dan
menutup kembali dengan kapas
9. Menginkubasi dalam inkubator pada suhu 32oC selama 48 jam
III.4.2.2 Penyiapan Bahan Baku
Nira Lontar
1. Memanaskan nira lontar pada suhu 80oC selama 20 menit, kemudian
mendinginkannya hingga suhu ruangan
2. Melakukan sterilisasi nira lontar dengan menggunakan autoklaf pada
suhu 121oC dan tekanan 15 psia selama 15 menit, kemudian
mendinginkannya hingga suhu ruangan
3. Menganalisa kadar gula nira lontar awal sebelum dengan metode DNS
III.4.2.3 Proses Fermentasi
Pembuatan starter
1. Menyiapkan nira lontar sebanyak 180 ml di dalam Erlenmeyer
2. Menambahkan 1 gram ammonium sulfat, 1 gram monopotasium fosfat,
0,5 gram magnesium sulfat, dan 10 gram yeast extract sebagai media
nutrisi
3. Menanamkan biakan murni Saccharomyces cerevisiae sebanyak 1
ose menggunakan kawat ose steril ke dalam nira yang telah
ditambahkan media nutrisi di dalam incase.
4. Menutup erlenmeyer dengan kapas dan membiakkan inkubator shaker
pada suhu 32ᵒC hingga fase log.
Fermentasi Batch
1. Mempersiapkan nira siwalan 90 ml dalam botol 120 ml.
2. Menambahkan starter 10 ml (10% dari volume kerja) fermentor.
3. Menginkubasi dalam inkubator shaker pada suhu 32ᵒC hingga proses
fermentasi selesai.
4. Menganalisa kadar etanol hasil fermentasi dengan metode GC.
III.4.2.4 Penyulingan Nira yang Tidak Difermentasi
1. Diambil 10 ml sampel nira lontar, kemudian dimasukkan ke dalam labu
destilasi.
2. Kemudian didestilasi ± selama 15-30 menit sampai didapatkan alkohol
murni.
3. Dimasukkan hasil destilasi ke dalam labu ukur 10 ml, kemudian
ditambahkan aquadest lalu dicampur hingga rata.
4. Ditampung sampel pada tabung ependorf.
III.4.2.5 Penentuan Kadar Etanol Pada Nira Lontar
1. Dikondisikan alat dengan suhu kolom 170°C, suhu injektor 170°C dan suhu
detektor 200°C.
2. Kemudian disuntikkan standart etanol 30% ke dalam kolom injeksi pada
alat kromatografi gas.
3. Setelah itu disuntikkan 1 µl sampel yang telah didestilasi menggunakan
mikro syringe.
4. Dihitung luas puncak etanol atau alkohol dan etanol dari kromatogram
kemudian dicari rasio luas puncak alkohol dan etanol dengan perhitungan
Luas area sampel
Kadar Alkohol : x standar
Luas area standar

III.5 Variabel Penelitian


Variabel bebas yaitu nira lontar dari Nusa Tenggara Timur, sedangkan
variabel terikat yaitu kandungan alkohol dalam nira hasil fermentasi dan
penyulingan.
III.6 Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
III.7 Jadwal Penelitian

Periode Waktu

Tahap Kegiatan
Sep Okt Nov Des Jan Feb

Studi Pustaka
Orientasi
penelitian
Persiapan
Seminar
Skripsi I
Pengambilan
sampel
Fermentasi
nira
Pelaksanaan
Penyulingan
nira

Analisis kadar

Analisis
Data
Penulisan
skripsi
Penyelesaian Seminar
skripsi II
Ujian Tugas
Akhir
DAFTAR PUSTAKA

Alvira, P., Pejo, E. Tomas., Ballesteros, M., Negro, M.J., Pretreatment


Technologies For An Efficient Bioethanol Production Process Based On
Enzymatic Hydrolysis: A Review. Bioresource Technology 101 (2009) :
48514861

Belli, M.2017. Optimasi Fermentasi Produksi Etanol dari Nira Siwalan


(Borassus flabelifer) Menggunakan Mikroorganisme Saccharomyces
cerevisiae dan Pichia stipites dengan Response Surface Methodology.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya. Skripsi

Bruce, Gardner, 2007, “Fuel Ethanol Subsidies and Farm Price Support”,
Journal of Agricultural & Food Industrial Organization, Vol. 5, Article

Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press :


Jakarta.

Effendi, Dedi Soleh. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata


Merr) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Perspektif Vol.9,
No.1 (2010). Hal. 36-46. ISSN : 1412-8004.

Hai, H. D. 2016. Toddy Palm (Borassus flabellifer). Diakses di worldwidefruits


pada tanggal 22 April 2017

Hasan, M.H., Mahlia, T.M.I., and Nur, Hadi. A Review on Energy Scenario
and Suistanable Energy in Indonesia. Renewable and Suistanable
Energy Reviews 16 : 23162328. (2012)

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi. Bandung : CV. Yrama Widya

Pejin, D.J., Vucuroviic, V.M., Popov, S.D., Dodic, J.M., and, Dodic S.N., 2006,
Production of ethanol from Kantata Wheat Variety, APTEFF, 37, 1-192.
Prihandana, R., Noerwijari, Adinurani, Setyaningsih, Setiadi dan Hendroko
2007. Fermentasi Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) dan Ubi Jalar
(Ipomea batatas L. Sin). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi.

S, Ghosh, R. Chakraborty, Raychaudhuri U., 2012, Optimizing Process


Condition for Palm (Borassus flabellifer) Wine Fermentation Using
Response Surface Methodology, International Food Research Journal
19(4):1633-1639.

Nyoman, dkk. Jurnal Penentuan Kadar Etanol Pada Arak Dengan Metode
Kromatografi Gas.

Susanto, T. dan B. Saneto, 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.


Bina Ilmu, Surabaya

Tangkuman, Herling D., Rorong, Johnly A., Pandara, Dolfie., Tamuntuan,


Gerald. Produksi Bioetanol dari Nira Aren Menggunakan Energi
Geothermal. Chem Prog, Vol. 3, No. 1 (2010).

Widjaja T., Altway A., Ni’mah H., Tedji N., Rofiqah U., 2015, Technique of
Ethanol Food Grade Production with Batch Distillation and Dehydration
Using Starch-Based Adsorbent, AIP Conf. Proc. 1699, DOI:
10.1063/1.4938295.

Widjaja T., Altway A., Nurkamidah S., Endahwati L., Lini F.Z., Oktafia F.,
2016, The Effect of Pretreatment and Variety of Microorganism to the
Production of Ethanol from Coffe Pulp, ARPN Journal of Engineering
and Applied Science 11(2):1056-1060.

Anda mungkin juga menyukai