Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESPIRASI ANAEROB

( FERMENTASI )

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Biologi

Kelompok :

Dewi Nafisah
Fitriani Dewi Esa
M. Raihan
Nida Aulia
Suarman Sidiq R

Kelas : XII - IPA 6

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUMEDANG

2019/2020
I. Judul Praktikum: Respirasi Anaerob (Fermentasi)

II. Tujuan Praktikum


Mengukur banyaknya CO2 yang dihasilkan dalam fermentasi.

III. Landasan Teori


Respirasi anaerob (fermentasi) adalah respirasi yang terjadi dalam
keadaan ketersediaan oksigen bebas. Respirasi anaerob merupakan salah
satu proses katabolisme yang tidak menggunakan oksigen bebas sebagai
penerima atom hidrogen (H) terakhir, tetapi menggunakan senyawa tertentu.
Asam piruvat yang merupakan produk glikolisis jika dalam keadaan
ketiadaan oksigen bebas akan diubah menjadi alkohol atau asam laktat.
Fermentasi tidak harus selalu dalam keadaan anaerob. Fermentasi berarti
disimilasi anaerobik senyawa-senyawa organik yang disebabkan oleh
aktivitas mikroorganisme atau ekstrak dari sel-sel tersebut. Disimilasi yaitu
proses pengubahan senyawa didalam sel seperti glikogen dan ATP menjadi
senyawa yang tingkat energinya lebih rendah sedemikian rupa sehingga
energi dibebaskan dalam proses ini. Disimilasi berlangsung di dalam sel dan
produk-produknya dikeluarkan ke media sekitarnya. Disimilasi terutama
menghasilkan senyawa organik, senyawa anorganik dan beberapa un-sur,
contohnya karbohidrat, glikosida, alkohol, asam keto, hidrokarbon, asam
amino dan amina, sejumlah garam Fe, Mn, dan As, unsur karbon, belerang
dan lain-lain (Gumbiro, 1987).
Fermentasi sudah dilakukan manusia sejak ditemukannya jamur dan
bakteri yang mampu memfermentasi. Contoh produk hasil fermentasi yaitu,
alkohol, bir, tape, dll. Secara umum, fermentasi adalah salah satu
bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat definisi yang lebih jelas
yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan
anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal (Tiarjo, 2014).
Prinsip fermentasi adalah perombakan makromolekul seperti
karbohidrat dan protein menjadi molekul sederhana tanpa menggunakan
oksigen, atau disebut juga respirasi anaerob. Fermentasi adalah proses
penghasil energi utama dari berbagai mikroorganisme. Mikroorganisme
seperti itu disebut anaeroob, karena mereka mampu hidup dan memecah
senyawa organik tanpa oksigen. Beberapa dari organisme tersebut akan mati
jika di dedahkan dengan oksigen. Dalam hal ini mereka disebut anaerob
obligat (Sasmitamihardja, 1996).
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula
yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Gula adalah bahan yang umum
digunakan dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi
adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen
lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton.
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi
untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol
lainnya. Pada beberapa mikroba peristiwa pembebasan energi terlaksana
karena asam piruvat diubah menjadi asam asetat + CO2 selanjutaya asam
asetat diabah menjadi alkohol. Dalam fermentasi alkohol, satu molekul
glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul ATP, bandingkan dengan
respirasi aerob, satu molekul glukosa mampu menghasilkan 38 molekul
ATP (Purwoko, 2007).
Fermipan merupakan ragi instant yang biasa dipergunakan dalam
pembuatan roti dan kue. Fermipan atau ragi digunakan agar bahan kue atau
roti menjadi mengembang ketika dipanggang. Ragi atau fermipan itu sendiri
merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi mengandung
mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan ini dapat
berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrient. Mikroorganisme yang
digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi,
yaitu Rhizopus aspergillus, Mucor, Amylomyces, Endomycopsis,
Saccharomyces, Hansenula anomala, Lactobacillus, Acetobacter, dan
sebagainya (Satria, 2009).
Kebanyakan mikroba yang melakukan metabolisme secara anaerobik
dapat menghasilkan etanol. Tetapi banyak diantaranya yang tidak dapat
menghasilkan banyak alkohol, karena kebanyakan diantaranya tidak dapat
toleran terhadap efek beracun alkohol pada membran sel. Namun beberapa
mikroba dapat menimbun alkohol dalam konsentrasi tinggi. Biasanya
mikroba yang banyak dipakai untuk ini yaitu ragi, Saccharomyces
cerevisiae, yang dapat memproduksi etanol dengan konsentrasi sebesar 18%
dari cairan fermentasi. Ragi ini dapat berkembang, baik dalam gula
sederhana seperti glukosa, maupun dalam gula disakarida, yaitu sukrosa
atau gula pasir (Kiki, 2012).
Saccharomyces cerevisiae dikenal aman sebagai bahan makanan
tambahan yang dikonsumsi manusia, karena itu ideal untuk memproduksi
minuman yang mengandung alkohol, dan untuk membuat adonan roti.
Fermentasi merupakan proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Gula merupakan bahan yang umum dalam
fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan
hidrogen. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman
beralkohol lainnya. Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada
jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Glukosa (C6H12O6)
yang merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan
menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi,
dan digunakan pada produksi makanan.

Persamaan Reaksi Kimia

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2ATP (Energi yang


dilepaskan : 118 kJ per mol)
Dijabarkan sebagai berikut:
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon
dioksida + Energi (ATP) (Anonim, 2010).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi untuk
menghasilkan etanol adalah : sumber karbon, gas karbondioksida, pH
substrat, nutrien, temperatur, dan oksigen.
Untuk pertumbuhannya, yeast memerlukan energi yang berasal dari
karbon. Gula adalah substrat yang lebih disukai. Oleh karenanya konsentrasi
gula sangat mempengaruhi kuantitas alkohol yang dihasilkan.
Kandungan gas karbondioksida sebesar 15 gram per liter (kira-kira 7,2 atm)
akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan yeast, tetapi tidak
menghentikan fermentasi alkohol. Pada tekanan lebih besar dari 30 atm,
fermentasi alkohol baru terhenti sama sekali.
1. pH
PH dari media sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
Setiap mikroorganisme mempunyai pH minimal, maksimal, dan optimal
untuk pertumbuhannya. Untuk yeast, pH optimal untuk pertumbuhannya
ialah berkisar antara 4,0sampai 4,5. Pada pH 3,0 atau lebih rendah lagi
fermentasi alkohol akan berjalan dengan lambat.
2. Nutrien
Dalam pertumbuhannya mikroba memerlukan nutrient. Nutrien yang
dibutuhkan digolongkan menjadi dua yaitu nutrient makro dan nutrient
mikro. Nutrien makro meliputi unsur C, N, P, K. Unsur C didapat dari
substrat yang mengandung karbohidrat, unsur N didapat dari penambahan
urea, sedang unsur P dan K dari pupuk NPK. Unsur mikro meliputi vitamin
dan mineral-mineral lain yang disebut trace element seperti Ca, Mg, Na, S,
Cl, Fe, Mn, Cu, Co, Bo, Zn, Mo, dan Al.

3. Temperatur
Mikroorganisme mempunyai temperature maksimal, optimal, dan
minimal untuk pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk yeast
berkisarantara 25-30ºC dan temperature maksimal antara 35-47ºC. Beberapa
jenis yeast dapat hidup pada suhu 0ºC. Temperatur selama fermentasi perlu
mendapatkan perhatian, karena di samping temperatur mempunyai efek
yang langsung terhadap pertumbuhan yeast juga mempengaruhi komposisi
produk akhir. Pada temperatur yang terlalu tinggi akan menonaktifkan yeast.
Pada temperature yang terlalu rendah yeast akan menjadi tidak aktif
(Candradari, 2013).
IV. Alat dan Bahan
 Alat :
1. Botol air bekas 3 buah
2. Balon 3 buah
 Bahan :
1. Air
2. Gula
3. Fermipan ( ragi )

V. Prosedur Kerja
1. Siapkan 3 botol air bekas dan diberi nama larutan A, B, C,
kemudian masing – masing disi dengan air 240 ml
2. Setelah itu masukan masing – masing 3 tutup botol gula kedalam
masing Masing botol yang telah berisi air tersebut,
3. Setelah gula dimasukan kedalam air, siapkan fermipan 2 tutup
botol untuk larutan A, 3 tutup botol untuk Larutan B dan 4 tutup
botol untuk larutan C,
4. Setelah itu masukan masing – masing fermipan kedalam botol
tersebut secara bersamaan
5. Setelah fermipan dimasukan tutup dengan balon secara
bersamaan,
6. Tunggu sampai balon tersebut mengembang.

7. Hasil Praktikum

 WARNA
Warna pada botol A,B, dan C memilik warna yang sama tidak berubah
 BUIH
Buih yang dihasilkan pada botol A sedikit (1/4 botol C )
Buih yang dihasilkan pada botol B lebih banyak (3/4 botol C )
Buih yang dihasilkan pada botol C paling banyak menghasilkan buih
bahkan buih masuk ke dalam balon
 MENIT BALON BERDIRI
Botol C berdiri menit ke 8.30
Botol B berdiri menit ke 12.00
Botol A berdiri menit ke 18.00
 BAU
Botol A baunya tidak menyengat
Botol B baunya sedikit menyengat
Botol C baunya menyengat
 RASA
Botol A rasanya menyengat
Botol B rasanya manis dan sedikit menyengat
Botol C rasanya lebih manis dann tidak menyengat
 KERASNYA
Botol A tidak ada tekanan
Botol B tekanan lebih tinggi sedikit
Botol C tekanannya tinggi
Daftar Pustaka
Candradari, F. 2013. Laporan Praktikum Fermentasi Ragi. Tersedia di
http://notechaca.blogspot.com/2013/09/laporan-praktikum-
fermentasi-ragi.html. Diakses pada tanggal 19 Juni 2015 pukul
11.07 WITA.
Gumbiro, S. 1987. Bio Industri Penerapan Teknologi Fermentasi. Jakarta
:Mediyatama
Haerani, N. 2009. Laporan Fisiologi Tumbuhan. Tersedia di
http://nununghaerani.blogspot.com/2009/06/laporan-fisiologi-
tumbuhan-respirasi.html. Diakses pada tanggal 19 Juni 2015 pukul
15.05 WITA.
Purwoko, Tjahjadi. 2007. Fisiologi Mikroba. Surakarta: UNS Press.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai