Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2019
BAB I
Dahulu Desa Tasikmadu bernama Desa Sondokoro. Nama ini berasal dari dua
murid di padepokan Padas Plapar, yakni Sondo dan Koro. Selesai menuntut ilmu
di padepokan, mereka kembali ke desa asal yang letaknya tidak berjauhan.
Suatu ketika, Tumenggung Joyo Lelono berburu di hutan. Saat memburu
kijang, ia bertemu dengan Ki Sondo dan anak gadisnya, Sri Widowati, yang
kecantikannya menarik hati Tumenggung. Kemudian Tumenggung bermaksud
memboyong Sri Widowati pada hari Senin Legi untuk dinikahi. Tentu saja
pinangan Tumenggung ini diterima dengan penuh kegembiraan dan kebanggaan
oleh Ki Sondo.
Tumenggung Joyo Lelono melanjutkan perburuannya. Di tengah
perjalanan, ia bertemu dengan seorang gadis yang mirip Sri Widowati.
Tumenggung mengira gadis itu memang Sri Widowati, kemudian dikejarnya.
Karena takut, gadis itu pun kembali ke rumahnya. Ternyata gadis itu anak dari Ki
Koro. Kemudian Tumenggung Joyo Lelono mengutarakan niatnya untuk
meminang gadis itu. Ki Koro pun menerimanya dengan gembira.
Pinangan ini diketahui oleh Ki Sondo, dan membuatnya marah karena
mengira Ki Koro telah merebut Tumenggung yang awalnya akan menikahi Sri
Widowati. Terjadilah duel hebat kedua pendekar ini selama 40 hari 40 malam.
Karena keduanya sama-sama berilmu tinggi dan nunggal guru, akhirnya tidak ada
yang menang dan kalah. Kedua pendekar itu sampyuh atau musnah. Tempat
musnahnya kedua kiai tersebut dinamakan Desa Sondokoro. Nama Desa
Sondokoro diubah menjadi Desa Tasikmadu oleh Mangkunegara IV dengan
maksud wilayah ini akan menghasilkan gula yang berlimpah sehingga seolah-olah
seperti danau atau tasikmadu.
BAB II
1. Flowsheet Pabrik gula
2. Proses Produksi
Pabrik Gula Tasik Madu menghasilkan produk utama gula kristal putih I (GKPI)
dengan kualitas IA dan hasil sampingnya adalah ampas, tetes dan blotong. Proses
pemurniannya menggunakan belerang dan kapur untuk pemisahan dari
nira jernihnya. Faktor utama yang menentukan mutu hasil produksi adalah pada
bahan dasar. Dalam hal ini tergantung pada bahan baku dan bahan-bahan
pembantu.
3. Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku PG. Tasik Madu yang digunakan adalah tebu yang berasal dari petani.
Untuk memenuhi kebutuhan pabrik, tebu didatangkan dari tiga sumber,yaitu tebu
rakyat, tebu pabrik dan tebu dari luar. Untuk menjaga kuantitas produksi maka
selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun percobaan untuk tebu giling dan
perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi. Semua kegiatan ini
dilakukan oleh Kecamatan setempat.
4. Stasiun Penimbangan
Stasiun penimbangan berfungsi untuk mengetahui banyaknya tebu yang akan
diproses atau digiling di unit ekstraksi. Tebu dari kebun diangkut menggunakan
truk dan lori. Tebu yang masuk melalui proses seleksi mutu
di Emplacement untuk menunggu giliran penimbangan sebelum digiling. Sebelum
dimasukkan ke stasiun penimbangan dilakukan analisa untuk mengetahui brix
dan pH tebu. Nilai brix tebu yang diinginkan minimal 15 dengan pH 5. Tebu yang diangkut
dengan truk ditimbang pada DCS (Digital Crane Scale). Hasil timbangan yang
diperoleh adalah bruto, tara, dan netto. Pada timbangan, yang ditimbang adalah
berat lori dan tebu, sedang pada timbangan tara yang ditimbang adalah berat lori
sebesar 6 ku. Sehingga berat tebu merupakan hasil pengurangan berat bruto
dengan berat tara. Jadi, netto di dapat dari bruto dikurangi tara.
Alat timbang yang digunakan di PG. Tasik Madu ada 3 macam :
1. Jembatan TimbangBerfungsi untuk menimbang tebu yang berada dalam
lori / truk dengan cara menimbang berat truk beserta tebunya (bruto),
karena berat lori / truk diketahui maka berat tebu (netto) dapat diketahui.
2. Jembatan Timbang Elektronik Sama dengan jembatan timbangan cepat
hanya saja menggunakan sistem digital.
3. Digital Crane ScaleDigunakan untuk menimbang tebu yang ada dalam
truk tanpa menimbang truknya. Alat ini letaknya berdekatan dengan
stasiun gilingan.
Setelah tebu ditimbang, tebu siap dikirim ke stasiun gilingan untuk diproses lebih
lanjut. Sistem penggilingan yang dilakukan di PG. Tasik Madu adalah sistem
FIFO ( First In First Out), artinya tebu yang masuk lebih dulu akan digiling lebih
dulu pula. Hal ini untuk menghindari penimbangan tebu yang terlalu lama,karena
dapat menyebabkan penurunan kadar selulosa dan kerusakan tebu akibat sinar
matahari maupun mikro organisme atau bakteri.
Pengangkutan tebu ke emplacement pabrik dilakukan oleh :
1. Lori
Lori digunakan apabila daerah penghasil tebu mempunyai rel yang dapat dilalui
lori. Pada tiap-tiap lori terdapat nomor lori dan berat lori. Dari penimbangan
diperoleh berat bruto.
2. Truk
Truk digunakan untuk daerah penghasil tebu yang tidak dilalui oleh lori. Truk dan
tebu ditimbang pada timbangan bruto kemudian dilakukan amper, yaitu
pemindahan tebu dari truk ke lori. Pada penimbangan ini(penimbangan 1) tiap
sopir menyerahkan surat perintahtebang angkut (SPTA). Setelah tebu
dipindahkan, truk menuju ke timbangan tara (timbangan2) untuk mengetahui berat
truk.
Sebelum dimasukkan ke stasiun penggilingan dilakukan analisa rendemen kebun
di laboratorium analisa pendahuluan. Untuk tebu rakyat dan tebu pabrik dilakukan
analisa pada saat tebu ditebang, sedangkan untuk tebu luar dilakukan analisa
untuk tiap truk.
Proses Produksi
Dalam pelaksanaan proses produksi gula di pabrik, mulai dari bahan baku tebu
sampai menjadi gula dilakukan proses yang berurutan, yaitu :
A. Stasiun Penggilingan/Ekstrasi
B. Stasiun Pemurnian
C. Stasiun Penguapan
D. Stasiun Masakan/Kristalisasi
E. Stasiun Ketelan
F. Stasiun Pendinginan
G. Stasiun Putaran
H. Stasiun Penyelesaian
Nira yang dihasilkan gilingan IV turun ke bak penampung dan digunakan sebagai
imbibisi gilingan III dan ampasnya dibawa ke stasiun ketel. Ampasnya dilewatkan
baggase carrier yang di bawahnya terdapat saringan yang berfungsi memisahkan
ampas halus dan kasar. Yang kasar dikirim ke ketel untuk bahan bakar, sedangkan
yang halus (bagassilo) di blower menuju mixer untuk dicampur dengan nira kotor
untuk dijadikan blotong. Jadi nira yang dihasilkan pada unit penggilingan 3, 4,
dialirkan lagi menuju penggilingan sebelumnya sebagai imbibisi untuk
memudahkan pemerahan nira. Sedangkan nira yang dihasilkan dari unit
penggilingan 1 dan 2 disaring di DSM screen kemudian dialirkan ke peti
penampung nira mentah.
B. Stasiun Pemurnian
Pada pabrik gula, proses pemurnian memegang peranan penting dalam produksi
gula, karena hasil pemurnian ini akan sangat mempengaruhi kualitas dari gula
yang dihasilkan. Adapun tujuan dari proses pemurnian yaitu menghilangkan
sebanyak mungkin kotoran yang terdapat dalam nira mentah dengan tetap
menjaga agar jangan sampai sukrosa maupun gula reduksinya mengalami
kerusakan pada aliran proses pada unit pemurnian.
Adapun tahap-tahap yang terjadi dalam stasiun pemurnian adalah sebagai berikut:
1. Nira mentah yang telah dicampur dengan asam phospat dan susu
kapur dialirkan dalam timbangan ³Bolougne´ setelah
timbanganterisi penuh(kapasitas ± 38 ku). Nira tersebut disaring dan
ditampung dalam bak penampung nira, untuk kemudian dialirkan pada
Panas Pendahuluan I .
2. Dalam PP I, yang terdiri dari 4 unit. Nira dipanaskan secara bertahap
hingga suhu 70 - 90 derajat Celcius dengan tujuan untuk membunuh kuman
dan mikro organism yang dapat mengganggu proses pembentukan kristal
gula. Di samping itu,untuk mempercepat terjadinya reaksi antara susu
kapur dengan nira mentah pada defekator. Kemudian masuk ke Flash Tank
I dengan tujuan untuk mengeluarkan gas-gas yang ada dalam nira karena
diharapkan mencapai nira murni.
3. Selanjutnya nira masuk pada defekator I untuk mengalami defekasi,
yaitu penambahan susu kapur sampai pH netral. Hal ini berfungsi untuk
mencegah rusaknya monosakarida. Di samping itu untuk membentuk inti-
inti endapanCa phosphat, Fe hidroksida, dan Al hidroksida. Pada defekator
I pHdiusahakan mencapai 7,2. Kemudian masuk ke defekator II yang
bertujuan untuk meningkatkan pH samapi 8,5 dengan penambahan susu kapur.
Selanjutnya masuk defekator III bertujuan untuk pencampuran nira dan
susukapur supaya homogen.
4. Proses selanjutnya sulfitasi, yaitu penambahan gas S02. Hal ini bertujuan
untuk menetralkna kelebihan susu kapur serta untuk membentuk endapan
CaSulfit. pH nira diusahakan mencapai ± 7,3.
5. Nira yang telah tersulfitasi ini selanjutnya dialirkan ke PP II dengan suhu
±105-110 derajat Celcius. Setelah itu dialirkan ke bejana pengembang
(Flash Tank II) untuk mengeluarkan udara dan gas yang mengganggu
proses pengendapan.
6. Setelah itu nira tersebut dialirkan dalam Snow Bolling yaitu tempat
untuk penambahan flokulan (zat pengikat endapan) untuk mempercepat
terjadinya pengendapan.
7. Selanjutnya nira dialirkan dalam peti pengendapan (Door Clarifier)
untuk memisahkan antara nira jernih atau encer dengan nira kotor. Nira
jernih ini kemudian disaring untuk membuang buihnya. Nira jernih yang
telah disaring dimasukkan ke Clear Juice Tank, dan selanjutnya dialirkan
ke stasiun penguapan. Sedangkan nira kotor dimasukkan ke Rotary
Baggase Mixer (RBM), yang kemudian ditarik ke dalam Rotary Vakum
Filter (RVF), untuk memisahkan kotoran padat (blotong), dan nira tapis.
Nira tapis ini kemudianditarik kembali ke timbangan nira mentah
(Bolougne) untuk selanjutnya dimurnikan kembali.
A. Stasiun Penguapan
Tujuan dari proses penguapan ini adalah untuk menguapkan kandungan air dalam
nira encer sehingga didapatkna nira kental dengan kadar 60-64 brix. Di PG.Tasik
Madu terdapat 6 badan penguap yang terdiri dari 3 badan penguap secara seri,
2 badan penguap secara paralel, sedangkan 1 badan penguap secara
bergilirandibersihkan setiap harinya. Nira encer dari stasiun pemurnian masuk ke
BadanPenguap I (BP I) yang dipanaskan dengan uap bekas dari stasiun gilingan,
uap nira dari BP I digunakan untuk memanaskan BP II dan seterusnya sampai dihasilkan nira
kental. Yang harus diperhatikan adalah tinggi nira yang diuapkan ± 1/3 dari Badan
Penguap agar sirkulasi dapat berjalan dengan baik.
Proses yang terjadi pada stasiun penguapan adalah sebgai berikut :
1. Nira encer di BP I dipanaskan dengan uap bekas dengan suhu 120 derajat
Celcius dantekanan 0,8 kg/cm²
2. Nira dialirkan menuju ke BP II dan dipanaskan dengan uap nira dari BP
Imencapai suhu 100 derajat Celcius.
3. Nira pada BP II dialirkan ke BP III yang dipanaskan dengan uap nira dari
BPII. Pada BP III menggunkan sistem vakum, keuntungannya adalah suhu
yangdihasilkan tidak terlalu tinggi.
4. Uap nira dari BP III digunakan untuk memanaskan nira pada BP IV dan V.
5. Uap panas yang keluar dari BP IV dan V dialirkan menuju kondensor dan
dikeluarkan berupa air jatuhan. Sedangkan uap nira yang dihasilkan
padamasing-masing Badan Penguap dikeluarkan berupa air kondensor /
kondensat.Air konden ini ada 2 macam, yaitu : Positif dan negatif. Air
konden positif berarti masih mengandung gula dan digunakan sebagai air
imbihisi, sedangkan air konden negatif (tidak mengandung gula)
dipergunakan sebagai air pengisiketel.
6. Nira dari badan Penguap terakhir dialirkan menuju bejana sulfitator,
sehingganira kental direaksikan dengan gas SO². Selain untuk pemucatan,
sulfitasi ini juga berfungsi untuk menurunkan pH nira kental sampai 5,6.
7. Nira kental yang telah dihasilkan dalam bejana sulfitator dipompa ke
bak penampung nira kental pada stasiun masakan.
Dampak proses penguapan adalah adanya kerak dalam pipa atau badan penguap
itu sendiri. Untuk menghilangkan kerak-kerak tersebut, maka pembersihan badan
penguap dilakukan secara bergantian. Bahan yang digunakan untuk
membersihkan adalah soda (NaOH), soda tersebut berfungsi untuk melunakkan
kerak-kerak pada pipa. Selian digunakan bahan kimia tersebut,dilakukan juga
proses penyekrapan disertai penyemprotan air untuk membersihkan sisa-sisa
kerak.
A. Stasiun Masakan/Kristalisasi
Unit pemasakan merupakan proses operasi untuk memperoleh kristal gula yang
baik dengan cara kristalisasi. Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat
dari suatu larutan induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu
teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri. Syarat utama
terbentuknya kristal dari suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat dalam
kondisi lewat jenuh (super saturated). Yang dimaksud dengan kondisi lewat
jenuhadalah kondisi dimana pelarut (solvent) mengandung zat terlarut(solute)
melebihi kemampuan pelarut tersebut untuk melarutkan solute.
Pada unit masakan ini nira kental ini dibuat kondisi lewat jenuh dengan 2 cara
yaitu :
- Pengurangan Solven Metode lain yang digunakan untuk mencapai kondisi
super saturasi adalah penguapan solven sehingga konsentrasi larutan
menjadi makin pekat.
- Menurunkan Solubilitas padatan dalam cairan akan menurun seiring
dengan penurunan suhu (pendinginan). Seiring dengan penurunan suhu,
saturasi akan meningkat sedemikian hingga, sampai tercapai kondisi
supersaturasi.Sebelum masuk ke dalam pan masakan, nira kental dari
evaporator badan terakhir mengalami sulfitasi yang bertujuan untuk
memucatkan atau bleaching warna kristal gula dengan cara mengikat ion ferri an
ferro, dan mengecilkan pH nira menjadi 5,6.
-
B. Stasiun Pendinginan
Fungsi Utama : Mendinginkan atau tempat tunggu masakan sebelum diputar di
stasiun puteran agar kristal-kristal gula lebih terbentuk sempurna.
C. Stasiun Putaran
Proses pada unit putaran bertujuan untuk memisahkan Kristal gula dari larutannya
(stroop). Pada prinsipnya proses pengkristalan terjadi dalam pan masakan yang
merupakan suatu campuran dari larutan dan kristal sukrosa. Setelah mengalami
pendinginan pada palung pendingin lalu dipisahkan kristal gula dari stroopnya
pada unit putaran.
Pemisahan ini dipakai alat berupa saringan yang menggunakan gaya centrifugal
sebagai kekuatan dorongnya. Pemisahan kristal gula dari stroopnya dibantu
dengan :
- Pemberian air, dimana bertujuan untuk melarutkan stroop yang
menempel pada kristal gula, sehingga nantinya didapat kristal gula murni.
- Pemberian uap, bertujuan untuk memisahkan stroop yang menempel pada
kristal gula dan juga untuk mengeringkan kristal gula setelah diberi
air. Putaran yang dipakai pada PG Tasik Madu antara lain :
1. Batch Centrifugal.Batch centrifugal merupakan alat yang bekerja
secara terputus yang di dalamnya dilengkapi dengan 3 saringan yaitu :
a. Saringan I, saringan halus untuk memisahkan kristal gula dengan
stroopnya.
b. Saringan II, saringan ini agak kasar untuk jalan keluarnya stroop.
c. Saringan III, saringan ini kasar untuk keluarnya stroop.Batch
centrifugal ini fungsinya untuk memutar gula A dan SHS.
Untuk pemisahan gula dengan stroopnya didalam putaran
dilakukan dengan cara menyiram atau mencuci dengan air panas
pada lapisan kristal gula yang sudah diputar dengan waktu tertentu.
Pencucian ini harus merata dan dapat melarutkan lapisan stroopnya
yang menempel pada kristal gula tadi, untuk putaran gula SHS
digunakan steam yang fungsinya untuk mengeringkan gula setelah
disiram air. PG Tasik Madu ini mempunyai 8 buah batch
centrifugal untuk putaran A dan 5 buah batch centrifugal untuk
putaran SHS.2.
1. Continous Centrifugal.Continous centrifugal merupakan alat yang
bekerja secara continue yang didalamnya terdiri dari sebuah tromol
konis yang berputar dan dindingnya berupa screen (saringan).
Continous centrifugal ini digunakan untuk memutar gula D1,D2, dan C.
A. Stasiun Penyelesaian
Tujuan dari unit penyelesaian adalah untuk menyelesaikan hasil hasil dari putaran
sehingga menghasilkan gula produksi. Tugas utama dari unit adalah
mengeringkan kristal gula, karena gula SHS yang turun dari putaran SHS
masih basah dan ukuran kristal tidak rata.