0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan20 halaman
Dokumen ini membahas perkembangan industri di Indonesia pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, khususnya industri gula di Jawa. Beberapa faktor mendukung berdirinya industri gula modern di Jawa seperti lahan subur, ketersediaan air, tenaga kerja melimpah, iklim mendukung, dan menjadi pusat eksploitasi kolonial. Industri gula di Jawa berkembang dengan adopsi teknologi Eropa, manajemen profesional, dan duk
Dokumen ini membahas perkembangan industri di Indonesia pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, khususnya industri gula di Jawa. Beberapa faktor mendukung berdirinya industri gula modern di Jawa seperti lahan subur, ketersediaan air, tenaga kerja melimpah, iklim mendukung, dan menjadi pusat eksploitasi kolonial. Industri gula di Jawa berkembang dengan adopsi teknologi Eropa, manajemen profesional, dan duk
Dokumen ini membahas perkembangan industri di Indonesia pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, khususnya industri gula di Jawa. Beberapa faktor mendukung berdirinya industri gula modern di Jawa seperti lahan subur, ketersediaan air, tenaga kerja melimpah, iklim mendukung, dan menjadi pusat eksploitasi kolonial. Industri gula di Jawa berkembang dengan adopsi teknologi Eropa, manajemen profesional, dan duk
PENGERTIAN INDUSTRIALISASI 1. Proses mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau jadi 2. Proses pengolahan dengan menggunakan tenaga mesin sehingga dapat memproduksi secara masal 3. Menggunakan manajemen pabrikan 4. Sentralisasi sumber manajemen pabrikan, yaitu Man, Material, Mechine, Methods, Maoney 5. Sentralisasi sumber manajemen ini berpenaruh besar terhadap kehidupan masyarakat PROSES INDUSTRIALISASI 1. Perkembangan kerajinan 2. Persebaran kerajinan dan macam-macamnya 3. Karakteristik Industri awal: a. Industri berbasis Pedesaan (Rural based) - Processing of agricultural crops (sugar, coffee, tobacco, tea, rubber, copra, rice, cassava, sago) - Processing of extractive commodities (oil, coal, tin, timber, lime) b. Industri berbasis perkotaan (Urban based) - Processing of commodities (rice mills, coffee mills, coconuts oil mills - Metal and machinery (manufacture or repair) carriage, ships and electrical goods. - Light Consumer goods (foods, drinks, textils, leather goods, etc) - Printing and Publishing (news paper, magazine, book) - Durable Consumer goods (bicycle, motor bicycle, cars BUDIDAYA TANAMAN TEBU DI JAWA 1. Tanaman tebu sebagai bahan baku gula sejak lama dibudidayakan di Jawa 2. I Tsing, pelancong Cina (859 M) mencatat bahwa, tebu sudah dibudidayakan di Jawa. 3. Marcopolo mencatat hingga memasuki abad 12, di Jawa belum ada industri gula MUNCULNYA INDUSTRI GULA DI JAWA 1. Kedatangan orang-orang Eropa mulai mempengaruhi pengolahan tebu sebagai bahan baku gula 2. Pada abad XVII, di wilayah selatan Batavia (Jakarta), muncul industri gula yang dikelola oleh orang- orang Cina 3. Sifat industri masih tradisional, karena baru menggunakan tenaga manusia dan sapi. 4. Alat penggiling masih menggunakan dua silinder kayu untuk memeras air tebu 5. Dalam catatan kolonial, tahun 1745 terdapat 65 PG, 1750 menjadi 80 PG, akhir 1790 tinggal 55 PG Mengapa Jawa? FAKTOR PENDUKUNG 1. Lahan (tanah) yang subur 2. Ketersediaan air dan pola irigasi 3. Tenaga kerja yang melimpah 4. Iklim yang mendukung 5. Pusat eksploitasi kolonial BERDIRINYA INDUSTRI GULA MODERN 1. Peralihan kekuasaan dari VOC ke pemerintahan kolonial ikut mempengaruhi perkembangan industri gula 2. Pabrik gula pertama yang dikelola oleh orang Eropa dengan menggunakan peralatan modern didirikan di daerah Pamanukan (Jawa Barat) dan Besuki (Jawa Timur). 3. Praktek tanam paksa (cultuurstelsel) menjadi motor penggerak industri gula yang dikuasai pemerintah a. penerapan teknologi modern (adopsi teknologi gula bit Eropa) b. pengelolaan profesional dengan dukungan para ahli Belanda (chemical, teknisi, tanaman, irigasi) c. Dukungan permodalan dari Javasche Bank PERLUASAN INDUSTRI GULA DI JAWA 1. Diberlakukannya politik liberal oleh Pemerintah Kolonial Belanda, berpengaruh dengan membanjirnya modal swasta ke Jawa, khususnya pada industri gula. 2. Wilayah vorstenlanden (daerah kerajaan, Surakarta dan Yogjakarta), sejak awal tidak mengenal tanam paksa, juga dibanjiri modal swasta, melalui sewa menyewa tanah untuk perkebunan. 3. Bahkan penguasa kerajaan di Surakarta, Kasunanan dan Mangkunegaran juga ikut menanamkan modal pada industri gula. 4. Mangkunegara IV mendirikan PG Colomadu (1862) dan PG Tasikmadu (1874) DISTRIBUSI PABRIK GULA DI SURAKARTA 1863
Afdeling Jumlah Luas Jumlah Total Produksi
Perkebunan Area Pekerja (Pikul)
Kartasura 4 2,591 1.575 11.860
Klaten 9 11,722 6.523 40.239
Boyolali 11 8,290 4.527 21.734
Sragen 18 13,710 3.661 13.039
Sumber: Vincent J.H. Houben, hlm. 299.
Luas areal tanam dan produksi gula PG Tasikmadu dan Colomadu
Tahun Luas Areal Tanam (Ha) Produksi Gula (Kw)
Tasikmadu Colomadu Jumlah Tasikmadu Colomadu Jumlah
1890 331 284 615 14.853 14.825 29.678
1891 365 283 648 20.613 18.809 39.422
1892 355 283 638 24.154 14.347 38.501
1893 390 319 709 23.169 20.649 43.818
1894 390 355 745 30.731 22.451 53.182
Sumber: Wasino, Kapitalisme Bumi Putra, hlm. 79
DAMPAK INDUSTRI GULA 1. Dampak Positif a. Meluasnya pembangunan infrastruktur (jalan, irigasi, kereta api) b. Berdirinya pusat penelitian tebu dan pertanian c. Penyerapan tenaga kerja sektor non pertanian d. Meluasnya ekonomi uang e. Alih teknologi dan keterampilan teknis 2. Dampak Negatif a. Persaingan penggunaan lahan pertanian b. Eksploitasi manusia (tenaga kerja) c. Eksploitasi binatang ternak d. Terjadinya involusi pertanian
Perkembangan Industri Tenun Ulos Di Kelurahan Sigulang-Gulang, Kecamatan Siantar Utara Dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Tahun 1998-2005