Anda di halaman 1dari 4

Baskoro Adi Nugroho I 0212028

MUSEUM GULA GONDANG WINANGOEN


Metode Kritik Desktiptif
Depictif static

Museum Gula Gondang Winangoen atau Museum Gula Jawa Tengah terletak di Pabrik Gula
Gondang Winangoen, Jalan Raya Jogja Solo Km. 25, Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten
Jawa Tengah, sekitar 10 km ke arah timur dari Candi Prambanan. Di museum ini disimpan
berbagai benda bersejarah terkait perkembangan industri Gula di seluruh Jawa Tengah. Museum
Gula Gondang Winangoen merupakan museum milik PT Perkebunan Nusantara, BUMN
perkebunan di Kota Klaten. Didirikan atas prakarsa Gubernur Jawa Tengah yang diresmikan pada
tanggal 11 September 1982 oleh Soepardjo Roestam (Gubernur Ja-Teng saat itu).
Di museum ini para pengunjung akan disuguhi berbagai pengetahuan tentang produksi gula,
mulai dari berbagai cara menaman tebu beserta proses pemanenannya, macam-macam
peralatan bertanam tebu, berbagai jenis tebu dan kualitasnya, pengenalan hama dan gulma
tanaman tebu, dan foto-foto bersejarah perkembangan pabrik gula. Berbagai macam teknologi
pengolahan tebu dipamerkan di museum ini, dari mesin dengan teknologi sederhana berupa
pengilingan tebu dari kayu menggunakan tenaga hewan, hingga teknologi pabrikasi tebu
yang mengunakan mesin-mesin besar untuk menghasilkan air gula yang banyak dalam waktu
singkat. Selain itu juga terdapat ruangan untuk menyimpan koleksi peralatan kantor petugas
pengolahan tebu seperti mesin ketik kuno, telepon kuno hingga kalkulator yang dipakai di jaman
pemerintahan Hindia Belanda.
Pada hari-hari ramai pengunjung, suara lokomotif terdaengar meraung-raung membelah
suasana sepi di Pabrik Gula Gondang Baru Klaten. Lokomotif bercat hijau yang bertulis SCHOEMA
DUCROLINDE N.V. ini tidak sedang menarik gerbong pengangkut tebu. Melainkan sedang

mengangkut siswa-siswi SD yang bertamasya berkeliling pabrik. Tampak raut wajah anak-anak ini
begitu ceria dan gembira. Mereka begitu menikmati wisata kereta mengelilingi Pabrik Gula
Di dalam pabrik, beberapa mahasiswa Teknik Mesin sibuk mengamati mesin-mesin produksi gula.
Kepada pemandu, mereka rajin bertanya tentang aneka jenis mesin. Mereka juga menanyai
pekerja pabrik yang sedang merawat dan memperbaiki mesin. Saat itu, pabrik sedang tidak
berproduksi karena bukan musim giling gula. Setiap kali mendapat informasi, para mahasiswa
peneliti ini merekam dan mencatatnya dengan cermat dan teliti. Mahasiswa peneliti ini mengitari
bagian-bagian pabrik seperti Stasiun Gilingan, Stasiun Ketel, Stasiun Puteran, Stasiun Pendingin,
Stasiun Masakan, Stasiun Penguapan dan Stasiun Pemurnian.
Sebuah taman rumput luas yang menghijau terletak di beranda Pabrik Gula. Di sana anak-anak
TK berlari berkejar-kejaran serta berguling-gulingan. Sesekali, mereka pura-pura berkelahi, tapi
seketika dilerai oleh pendampingnya. Di sisi depan taman, terdapat kolam dengan air mancur
yang dikelilingi bunga dan tanaman hias. Beberapa anak dengan didampingi orang tuanya
mengamati ikan-ikan yang riang berkejaran di dalam kolam.
Priiiiiit.. Priiit.. Tiba-tiba suara peluit berbunyi nyaring. Itu tanda berkumpul. Anak-anak TK langsung
berkumpul ke tengah taman. Ternyata, itu adalah instruksi untuk makan siang. Anak-anak
langsung menyerbu gazebo-gazebo di pinggir taman. Di sanalah makan siang dibagikan. Di
bawah pohon-pohon rindang di sekitar taman, mereka begitu nikmat melahap makanan.
Tampaknya mereka kecapekan setelah asyik bermain-main di kawasan Pabrik Gula.
Rombongan ratusan siswa SMP baru tiba di Gondang Baru. Keluar dari bis, siswa-siswi SMP ini
langsung berjalan menuju Museum Gula Jawa Tengah. Sebuah bangunan tua berarsitektur klasik
Eropa yang dikelilingi dengan taman berhiaskan lokomotif, mesin dan alat-alat pabrik gula yang
kuno. Dengan ditemani pemandu, mereka berkeliling menyusuri setiap bagian museum. Siswa-

siswi ini mendapat tugas mencatat benda-benda yang ada di museum lalu mendokumentasikan
dalam bentuk laporan.

Seorang siswi SMP sedang sibuk mencatat


informasi mengenai benda-benda yang dipajang
di museum

Peta interaktif lokasi perkebunan dan pabrik gula di wilayah PTPN IX menyambut petualangan
para pengunjung di Museum Gula. Di sampingnya ada denah Pabrik Gula Gondang Winangoen
Klaten. Ruangan selanjutnya berisikan bibit-bibit tebu yang diawetkan bersanding dengan hama
dan gulma tebu yang juga diawetkan. Sebagian besar benda-benda museum adalah peralatan
lama PG Gondang Winangoen yang digunakan untuk memproduksi tebu dari mentah sampai
menjadi gula. Misalnya, garpu mata, pacul, sabit, alat destilasi, sugar siker shaver, pengering
ampas hingga mesin jahit untuk memproduksi karung.
Di dalam museum, bisa ditemukan juga berbagai foto dokumentasi tradisi upacara selamatan
ketika akan memulai giling tebu. Misalnya, upacara selamatan temanten tebu dengan upacara
pendukungnya seperti pertunjukkan wayang kulit semalam suntuk. Ada juga dokumentasi
penanaman sesaji yang menggunakan kepala kerbau atau sapi demi memohon keselamatan
selama masa dan pascaproduksi.
Koleksi museum yang berukuran besar diletakkan di taman sekitar museum. Ada lori uap tertua
tahun 1818 yang bernama Simbah, buatan Jerman. Selain itu, ada juga sebuah pedati tua, lori
buatan Jerman 1901, gerbong pengangkut tebu, gerigi untuk mesin pabrik, instalasi uap, dan
lain-lain. Sepasang muda-mudi tampak sedang asyik berfoto dengan obyek lori Simbah itu.
Mereka terlihat begitu senang berfoto dengan jejak peninggalan pergulaan di era lampau.
Senyum sang perempuan manis merekah di hadapan kamera. Ciiiis.. Jepreet..
Suasana di atas adalah penggambaran aktivitas wisata yang dilakukan pengunjung di Pabrik
Gula Gondang Baru. Pabrik gula tua yang didirikan tahun 1860 ini berhasil bertransformasi tidak

sekedar sebagai pabrik yang memproduksi gula. Melainkan juga sebagai destinasi pilihan
bertamasya masyarakat. Di Pabrik Gula Gondang Baru, masyarakat bisa melakukan berbagai
macam jenis wisata, yakni wisata sejarah, wisata edukasi, wisata arsitektur hingga wisata budaya.
Secara umum, konsep tempat wisata Pabrik Gula Gondang Baru bisa diterapkan di setiap Pabrik
Gula tua di Indonesia. Setiap pabrik gula tua memiliki ciri khas bangunan-bangunan tua zaman
kolonial. Pabrik gula juga memiliki peralatan-peralatan pabrik yang telah beroperasi semenjak
zaman Belanda dulu. Termasuk memiliki lori pengangkut tebu yang bisa dimanfaatkan untuk
keperluan wisata keliling. Dari segi fisiknya, pabrik gula tua memiliki potensi besar untuk menjadi
sebuah kawasan wisata.

Meski demikian, paling penting adalah pabrik gula memiliki sejarah panjang yang berhubungan
erat dengan perjuangan bangsa Indonesia. Di masa penjajahan Belanda, pabrik gula bisa
dianggap sebagai simbol ketertindasan rakyat yang kemudian menggerakkan rakyat berjuang
melawan penjajah. Ada dimensi nasionalisme yang pekat di pabrik gula. Oleh karena itu, begitu
penting ketika pabrik-pabrik gula ini ditransformasikan menjadi destinasi wisata sejarah. Generasi
bangsa Indonesia pun memiliki tempat belajar untuk merawat memori sejarah bangsanya.

Anda mungkin juga menyukai