Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN

Pelaksanakan kunjungan Industri di PT Madubaru ( PG-PS


MADUKUSMO) pada pukul 09.00 – 12.00 dan disana kami mendapatkan
banyak pengetahuan ilmu baru tentang dunia Industri di antaranya.

a. Sejarah tentang PT Madubaru ( PG-PS MADUKUSMO)


Yogyakarta
b. Fasilitas-fasilitas didalam PT Madubaru ( PG-PS MADUKUSMO)
Yogyakarta

1
2

B. PEMBEKALAN
Sebelum kita berangkat semua siswa diberi pembekalan/pengarahan dari
pihak sekolah.
Pembekalan tersebut antara lain :
1. Berusaha untuk selalu menjaga nama baik sekolah
2. Dilarang mengambil barang yang bukan milik kita
3. Dilarang berkata kotor (disaat kunjungan berlangsung)
4. Selalu menjaga diri, sikap, tingkah laku dan kata-kata
5. Tidak merusak
3

C. KEGIATAN
1. PROSES PRODUKSI GULA TEBU
1) Proses Penimbangan

Proses awal di PG Madukismo dimulai dari penerimaan


bahan baku yang biasanya diangkut menggunakan truk dan
dipindahkan ke lori. Tebu yang masuk harus memiliki SPA
(Surat Perintah Angkut), nama pemilik kebun dari tebu yang
diangkut, nomor SPA, asal kebun, berat bruto, nama sinder,
dan luas kebun. Tebu yang digunakan dalam pembuatan gula di
PG Madukismo berasal dari Pasuruan, Solo, dan Yogyakarta.

Tebu yang masuk menggunakan truk akan melewati


jembatan timbangan di pintu masuk untuk mengnghitung berat
tebu bersama truk. Pada saat menimbang diperhatikan
kepekaan, ketepatan, posisi ketepatan jarum, dan kesamaan
pencatatan angka agar tidak terjadi kesalahan pada saat
perhitungan berat tebu. Tebu yang masuk mengunakan truk,
selanjutnya akan dipindahkan ke lori menggunakan Hoist
crane. Hoist crane merupakan suatu alat yang dapat digerakkan
melingkar 360°. Truk yang telah kosong akan keluar dari
stasiun ini dan akan ditimbang kembali berat kosongnya pada
jembatan penimbangan di pintu keluar.

Lori di PG. Madukismo yang mengangkut tebu ditarik


oleh lokomotif menuju Emplasment tebu. Dari Emplasment
lalu dibawa ke stasiun Penggilingan. Tebu diangkut dari lori
menggunakan crane tebu lalu dipindahkan ke meja tebu.

2) Proses Penggilingan

Penggilingan tebu bertujuan untuk memisahkan nira


dari serabut atau ampas pada batang tebu dan menekan
kehilangan gula dalam ampas sekecil mungkin. Proses
4

pemerasan tebu dilakukan menggunakan rangkaian gilingan.


Kriteria tebu yang baik PG Madukismo adalah manis, bersih,
dan segar.

Setelah proses penimbangan, tebu dipindahkan ke meja


tebu. Meja tebu yang digunakan di PG Madukismo
menggunakan leveller yang berguna dalam mengatur jumlah
tebu yang akan jatuh di crane carrier I kemudian diteruskan
ke unigrator. Untuk memperbesar bidang permukaan tebu agar
semakin efektif mengambil sarinya, tebu dimasukkan ke
unit unigrator yang akan menghancurkan tebu dan dibuat
menjadi serpihan kecil. Tebu yang telah hancur akan diteruskan
ke rol gilingan dan diberikan tekanan yang merata pada rol
gilingan. Dengan demikian akan diperoleh nira secara
maksimal.

PG Madukismo memiliki 1 unit unigrator Mark IV yang


digerakkan oleh turbin dengan daya 1085 HP dan mempunyai
fungsi untuk memotong-motong dan menyayat tebu. Unigrator
ini sebagai pengganti pisau tebu yang mulai tahun 1997 sudah
tidak dipergunakan lagi. Keuntungan penggunaan unigrator
yaitu:

a. Memudahkan dalam pemerahan (semakin banyak yang


terpotong atau tersayat maka akan lebih ringan dalam
pemerahan).
b. Membuka sel-sel sebanyak mungkin sehingga gula yang
dikeluarakan lebih banyak.

Selain memiliki kelebihan, unigrator juga memiliki


kelemahan, yaitu ampas yang dihasilkan lebih halus sehingga
mudah lolos dan terikut ke stasiun pemurnian. Pada stasiun
pemurnian akan terbebani dengan adanya ampas halus.
5

Serpihan-serpihan tebu dari unigrator kemudian diangkut


conveyor miring ke unit gilingan I.

Alat gilingan terdiri dari 3 bagian yaitu rol atas, rol


muka, dan rol belakang. Rol atas dipasang pada bantalan yang
dapat bergerak naik turun, posisi rol ini terhadap rol muka dan
belakang dipasang saling dengan posisi rapat sehingga ampas
yang masuk ke unit gilingan dapat terperah serta menghasilkan
nira sebanyak mungkin. Gilingan yang di PG Madukismo
terdapat 5 unit gilingan yang dirangkai secara seri dan
dilengkapi dengan saringan pasir dan saringan ampas kasar
maupun halus. Rol muka berfungsi sebagai menerima cacahan
tebu yang masuk dan menahan tekanan dari rol atas. Plat ampas
dipasang diantara rol muka dan rol belakang yang berfungsi
meneruskan ampas dari bukaan muka ke bukaan belakang.

Unit gilingan di PG Madukismo diberi tekanan hidrolik


dengan tekanan sebesar 200-300 kg/cm3. Penggunaan pompa
hidrolik berfungsi untuk:

a. lebih mudah mengatur tekanan.


b. tekanan setiap saat dapat diperiksa.
c. tekakanan tetap konstan meskipun ampas masuk dalam
gilingan berkurang.
d. Aman terhadap keretakan bila ampas terlalu tebal.

Adanya tekanan pada rol atas serta adanya alur pada rol
bawah, membuat nira yang diperoleh akan keluar melalui alur-
alur tersebut dan ampas akan keluar dan digunakan sebagai
bahan bakar ketel uap. Menururt Chen & Chou (1993), proses
pemerahan nira perlu mendapat perhatian khusus karena
kemungkinan terjadi kontaminan sangat besar. Walaupun pada
proses selanjutnya akan diproses pada suhu tinggi untuk
6

membunuh mikroorganisme yang ada, namun akan sangat baik


bila nira tidak terkontaminasi sejak awal agar jumlah
mikroorganisme tidak meningkat pada proses selanjutnya.
Salah satu penyebab kontaminasi adalah alat dan mesin yang
digunakan.

Penggilingan tebu di PG Madukismo dilakukan dengan


5 tahap proses penggilingan yaitu:

 Gilingan I

Pada gilingan yang pertama, tebu yang telah dicacah


diperah sampai keluar niranya. Nira hasil gilingan pertama
disebut sebagai Nira Perahan Pertama (NPP). NPP
kemudian ditampung pada bak penampungan nira mentah,
sedangkan ampas yang dihasilkan diperah kembali pada
penggilingan II.

 Gilingan II

Pada tahap penggilingan kedua, ampas dari proses


penggilingan pertama digiling kembali. Hasil perahan pada
gilingan kedua disebut sebagai Nira Perahan Lanjutan
(NPL). Nira hasil perahan giilingan II ini dicampur dengan
NPP dan dinamakan nira mentah. Pada proses penggilingan
kedua ini diberikan nira imbibisi hasil gilingan III.

 Gilingan III

Pada gilingan III dilakukan pemerahan ampas dari


gilingan kedua. Pada gilingan III ditambahkan dengan nira
imbibisi hasil perahan gilingan IV. Nira yang didapatkan
dari gilingan ketiga ini kemudian disaring dengan saringan
goyang (screen) yang terbuat dari tembaga. Ampas gilingan
III diperah lagi pada gilingan IV.
7

 Gilingan IV

Gilingan IV menggunakan ampas dari gilingan


ketiga yang kemudian diperah kembali. Pada penggilingan
keempat ditambahkan nira imbibisi. Nira imbibisi yang
ditambahkan pada proses ini merupakan nira hasil perahan
gilingan V. Selain ditambahkan nira imbibisi, pada proses
ini juga ditambahkan air imbibisi.

 Gilingan V

Gilingan V menggunakan ampas dari gilingan


keempat. Pada saat proses pemerahan ditambahkan air
imbibisi. Air imbibisi yang ditambahkan pada gilingan IV
dan V memiliki suhu sebesar 60-70°C sebanyak 20-30 %
dari jumlah tebu yang digiling. Air imbibisi ini berasal dari
air jatuhan kondensat.

Dari nira gilingan pertama (NPP) dilakukan


pengamatan, didapatkan brix sebesar 15.6 dengan Suhu
30.5 & koreksi suhu 0.20 Brix terkoreksi 15.80 dan drying
56.6. Pada Nira Perahan Lanjut (NPL) atau gilingan kedua
dilakukan pengamatan, didapatkan brix sebesar 12.2, suhu
30.5 & koreksi suhu 0.20 brix terkoreksi 12.4 dan drying
34.7.

Pada proses pemerahan digunakan saringan getar


untuk menyaring nira perahan pertama (NPP), dan nira
pemerahan lanjutan (NPL). Saringan ini digunakan
bergantian dengan DSM Screen. PG. Madukismo memiliki
satu unit saringan getar.

DSM Screen merupakan alat yang digunakan untuk


menyaring ampas halus. DSM screen ini bekerja secara
8

memutar, nira yang masih terdapat ampas halus ini


dialirkan ke penyaring guna memisahkan nira dari ampas
halus. Ampas ini kemudian dijatuhkan ke krepyak ampas
sedangkan nira dialirkan ke saluran nira yang berada di
bawahnya.

Ampas tebu dari unit gilingan V ke ketel diangkut


menggunakan Flight conveyor. Alat ini memiliki panjang
7,7 m dan lebar 1,18 m. Alat ini terdiri dari papan-papan
kayu yang disusun dan digerakkan menuju ke atas.

Sebelum menuju proses pemurnian, nira ditimbang


terlebih dahulu menggunakan timbangan nira mentah untuk
mengetahui berat nira mentah. Kapasitas alat ini adalah 5
ton dalam satu kali timbang. Terdapat 1 buah timbangan
nira mentah di PG. Madukismo.

3) Proses Pemurnian

Produksi gula mulai dari proses penggilingan sampai


proses penyelesaian harus benar-benar baik, terutama pada
proses pemurnian nira di stasiun pemurnian. Hal ini disebabkan
nira yang keluar dari stasiun gilingan masih mengandung
kotoran. Oleh karena itu, nira harus dimurnikan dengan tujuan
untuk menghilangkan kotoran yang terkandung dalam nira
(Fahmie, 2002).

Penghilangan kotoran dilakukan dengan pengaturan


kondisi proses sebaik mungkin, sehingga jumlah sukrosa
maupun monosakarida yang rusak berkurang. Nira mentah
yang berasal dari stasiun penggilingan terdiri dari berbagai
macam komponen. Komponen nira mentah antara lain air, gula
(sukrosa), monosakarida (gula reduksi), asam organik dan
protein, bahan lilin, bahan organik, dan tanah dan pasir. Tujuan
9

dari pemurnian nira adalah untuk menghilangkan kandungan


bukan gula sebanyak mungkin, dengan kerusakan gula dan gula
reduksi sekecil-kecilnya.

Sifat dari sukrosa yaitu akan rusak pada suasana asam


tetapi lebih stabil pada suasana netral atau basa, sedangkan gula
reduksi stabil dalam suasana asam dan akan rusak pada suasana
alkalis. Kerusakan akan semakin besar dengan naiknya suhu
dan bertambahnya waktu. Karena itu dalam proses pemurnian,
ketiga hal yaitu pH, suhu dan waktu tidak boleh bersamaan
dalam kondisi yang ekstrim. Menurut Solomon (1987), sukrosa
merupakan salah satu contoh paling umum dari disakarida yang
bersifat menyebabkan rasa manis dalam buah-buahan dan tebu,
lebih manis dari laktosa. Selain itu, sukrosa sangat mudah larut,
dan bila dipanaskan pada suhu tinggi akan terurai sebagian
dalam bentuk karamel (DeMan, 1997).

Penghilangan kotoran menurut Supriyono (2006)


dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1. Cara Kimia

Penghilangan kotoran secara kimia dengan


menggunakan suatu zat yang dapat bereaksi dengan
niranya. Nira yang bersifat asam harus dinetralkan dengan
suatu basa yang dapat menimbulkan efek pemurnian yang
baik. Reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai
berikut:

      A + B à AB

Produk AB yang terbentuk dari reaksi penetralan


atau penggaraman tersebut diharapkan menghasilkan suatu
bahan yang tidak larut di dalam nira (mengendap), sehingga
komponen A yang terdapat dalam nira dapat mengendap
10

yang berarti terjadi pemurnian terhadap komponen A dari


nira.

2. Cara Kimia Fisika

Proses penghilangan kotoran cara kimia fisika


peristiwanya bersumber dari cara kimia. Suatu peristiwa
yang disebut absorbsi yaitu kemampuan bahan untuk
menarik benda-benda lain di sekitarnya ke permukaan
benda tersebut. Dengan cara kimia tadi dimana terbentuk
endapan AB, endapan ini dapat menyerap partikel-partikel
kecil di sekitarnya dan membawa partikel ke permukaan
endapan sehingga ikut mengendap. Dengan demikian
terjadi penghilangan kotoran lembut dari nira sehingga nira
menjadi jernih.

3. Cara Fisis

Penghilangan kotoran secara fisika digolongkan


menjadi beberapa cara, seperti pengendapan, penyaringan,
dan pengapungan. Keberhasilan proses penghilangan
kotoran secara fisis tergantung dari hasil pekerjaan secara
kimia fisika.

4) Proses Evaporasi

Hasil dari proses pemurnian adalah nira encer. Langkah


selanjutnya dalam proses pengolahan gula adalah proses
penguapan. Penguapan dilakukan dalam bejana evaporator.
Tujuan dari penguapan nira encer ini adalah untuk menaikkan
konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi jenuhnya (Risvan,
2008). Evaporasi dalam industri makanan dapat digunakan
dengan mengkonsentratkan makanan agar menjadi lebih kental.
Biasanya dilakukan dengan menghilangkan kadar airnya
(Potter, 1995).
11

Penguapan adalah proses yang digunakan untuk mengurangi


kadar air yang ada pada nira dengan menggunakan panas,
karena nira dari proses pemurnian merupakan nira yang masih
encer dan masih banyak mengandung air. Tujuan dari
penguapan ini adalah untuk meningkatkan kandungan padatan
dari produk pangan, memberikan kenyamanan bagi konsumen
dan pabrik, serta mengubah flavor dan warna dari suatu produk
pangan (Fellows, 1990).

Menurut Soejardi (2003), komponen terbesar dalam nira encer


adalah air sehingga pada proses evaporasi ini berfungsi untuk
menghilangkan sebagian air yang terdapat pada nira. Pada
proses penguapandilakukanmenggunakanbeberapaalat, yaitu:

 Evaporator

Evaporator merupakan bejana pemanas yang


menguapkan nira yang bekerja secara berurutan.
Peralatan evaporato rterdiri dari centralcondenser,
pompa vaccum yang digerakkan dengan electromotor,
badan evaporator, pipa – pipa uapnira, pipa –
pipa exhauststeam, pipa – pipa pencuci/ pipa – pipa air,
pompa air condensate, pipa – pipa condensate, pompa soda,
tanki dan perpipaan, perpipaan nira. Untuk menguap kan
nira dan dilengkapi ruang vakum untuk menurunkan
titikdidih nira sehingga kerusakan ukrosa dan monosakarida
dapat ditekan. PG Madukismo mempunyai lima buah pan
penguapan yang telah diatur jadwal pembersihannya
sehingga dapat digunakan secara bergantian dan
kemampuan penguapan tetap terjaga.

 TangkiKondensat
12

Untuk menampung air kondensat yang berasal dari


proses penguapan secara keseluruhan yang menghasikan air
kondensat kemudian digunakan sebagai air pengisi ketel
dengan suhu air yang relatif tinggi.

5) Proses Kristalisasi

Proses kristalisasi merupakan salah satu proses yang


penting dalam pembuatan gula di PG Madukismo. Proses
kristalisasi merupakan suatu tahap proses penguapan lebih
lanjut yang digunakan untuk pemasakan ula. Penguapan lebih
lanjut ini dilakukan untuk mengkristalkan nira hasil penguapan
menjadi lebih kental. Kehilangan gula dalam proses ini dapat
meminimalkan waktu proses, sehingga dengan demikian
biayanya pun dapat diminimalkan.

Proses pembentukan kristal gula pada dasarnya adalah


untuk penghilangan air dari larutan sukrosa, sehingga larutan
menjadi jenuh dan akhirnya mengkristal. Apabila kristal yang
terdapat pada nira kental yang satu dengan yang lain saling
tarik – menarik, maka kristal sukrosa yang terdapat di bagian
dalam akan mengalami kesetimbangan antara molekul sukrosa
yang larut dan yang mengkristal. Keadaan ini yang dinamakan
dengan keadaan lewat jenuh.

PG Madukismo menggunakan system kristalisasi


bertahap yaitu tipe masakan A-C-D. Hal ini bertujuan untuk
mencegah karamelisasi dan terbentuknya kerak akibat dari
pemanasan secara kontinyu.Tipe masakan A-C-D disebut juga
dengan tipe masakan Tripple Trap Boiling System. Dari sistem
ACD diperoleh Harga Kemurnian (HK) yang berbeda – bedaya
itumasakan A dengan HK > 80, masakan C dengan HK 70 –
74, dan untuk masakan D dengan HK 56 – 60. Perbedaan
13

tingkat masakan ditentukan dengan tinggi rendahnya


kemurnian (kemurnian berdasarkan kandungan sukrosa pada
gula).

Masakan A menggunakan nira kental sebagai bahan


masakan yang akan menghasilkan campuran Kristal sukrosa
dengan nira yang belum mengkristal, yang disebut juga
dengan stroop. Campuran tersebut diturunkan kepalung
pendingin A dan diputar sehingga menghasilkan gula A
dan stroop A.  Stroop ini dipakai sebagai bahan masakan C,
kemudian diturunkan pada palung pendingin C dan diputar di
putaran C menghasilkan stroop yang digunakan sebagai
masakan D. Masakan D diturunkan pada palungp endingin D,
diputar padaputaran D1 menghasilkangula D1 dantetes. Tetes
tersebut dibawa kepabrik spiritus, dan gula D1 diputar lagi
pada putaran D2. Gula A masuk kedalam mixer dan diputar
pada putaran SHS yang dipakai untuk tambahan masakan A, C,
dan D. 

Anda mungkin juga menyukai