Anda di halaman 1dari 9

BAHAN DAN METODE

a. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam analisis secara mikrobiologi tepung terigu antara
lain, outoklaf , digital balance, bag mixer-interscience, bag filter, vortex, pippetor,
tips steril, pipet mohr, tabung steril, cawan petri steril, botol dengan screw cap,
Bunsen, colony counter, inkubator, laminar air flow, sorender, jarum ose, sedangkan
alat yang digunakan untuk analisis secara kimia yaitu, infratech 1241 grain analyzer
flour module, sendok kecil, kuas, cup sampel, cuvette glass, filling station, cleaning
brush.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam analisis secara mikrobiologi tepung terigu
antara lain, media chromocult agar, total plate agar, yeast extract glucose
chloramphenicol agar (YGCA), buffer phospate, dan secara kimia maupun
mikrobiologi yaitu, tepung terigu Lencana Merah dan Payung.

b. Metode Analisis Kimia


Parameter yang diuji meliputi kadar air, kadar protein, dan kadar abu tepung
terigu Lencana Merah dan Payung. Metode yang digunakan adalah metode analisis
sekunder menggunakan alat near infra red (NIR-infratech). Pertama-tama, dipilih
model analisa berdasarkan jenis yang dianalisis pada main windows layar NIR-
infratech. Kemudian, sample tepung terigu ditempatkan pada sample cup dan
diletakkan dalam hopper NIR-infratech. Selanjutnya tombol analisa ditekan,
kemudian data sample ID dan customer ID dimasukkan sesuai dengan sample yang
dianalisis, lalu dienter. Setelah beberapa saat, hasil analisis akan tampil pada layar.

c. Metode Analisis Mikrobiologi


 Uji Total Plate (TPC)
Peralatan yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Sampel tepung terigu
ditimbang sebanyak 10 gram kemudian dimasukkan dalam bag filter dan
ditambahkan buffer phospate steril sebanyak 90 ml. selanjutnya, bag filter
dimasukkan ke dalam bag mixer dan dijalankan dengan kecepatan rendah selama
1-2 menit atau hingga homogen. Sebanyak 1 ml larutan diambil dari bag filter dan
diinokulasikan ke dalam cawan petri steril. Media agar dituang ke atas sample
yang terlebih dahulu dimasukkan ke dalam cawan petri. Media agar yang
digunakan ialah total plate agar. Setelah memadat, cawan diinkubasi pada suhu
34±1 ℃ selama 48±2 jam dengan posisi terbalik. Setelah proses inkubasi selesai
dihitung semua koloni dari masing-masing cawan petri dan dikalikan dengan
factor pengenceran.
 Uji Khamir dan Kapang
Metode analisis ini sama seperti uji TPC,hanya berbeda jenis media agar yang
digunakan, yaitu YGCA (yeast extract glucose chlorumphenicol agar). Proses
inkubasi dilakukan selama 3-5 hari pada suhu 22-25℃ dan cawan petri tidak
diletakkan terbalik.
 Uji Koliform dan Escherichia coli
Prosedur yang dilakukan sama seperti uji TPC, hanya berbeda pada medium agar.
Medium agar yang digunakan adalah chromocult agar. Cawan petri diinkubasi
pada suhu 34±1 ℃ selama 48±3 jam dengan posisi terbalik.

HASIL

a. Proses Produksi Tepung Terigu


Proses produksi tepung terigu terdiri atas beberapa tahapan, yaitu proses
penerimaan gandum, penyimpanan gandum, cleaning, dampening, milling,dan
packing. Beberapa Negara yang menjalin kerja sama dengan Bogasari adalah India,
Amerika, Kanada, dan Australia. Gandum yang diterima kemudian disimpan di dalam
silo sebelum digiling. Saat akan digiling, gandum harus diproses terlebih dahulu,
yakni dibersihkan dan diperam selama beberapa waktu. Gandum kemudian digiling
melalui beberapa tahapan, yaitu breaking process, purification process, dan reduction
process. Pada beberapa mill, proses pengilingan gandum tidak melalui tahapan
purification karena tidak diperuntukkan untuk menghasilkan semolina. Tepung terigu
yang dihasilkan akan ditransfer ke FAM (Feeding After Mill) untuk kemudian
disalurkan ke Departement flour silo, Bulk, and Packing ataupun flour Mixing and
Packing, tergantung pada permintaan pasar. Tepung terigu kemudian akan dikemas
dalam bentuk consumer pack maupun curah truk (bulk) untuk kemudian di
distribusikan.
 Proses Penerimaan dan Penyimpanan Gandum
Gandum yang berasal dari kapal diangkut menuju wheat silo, yang merupakan
tempat penyimpanan gandum sebelum dikirim ke mill. Pengangkutan gandum dari
kapal dilakukan dengan cara pneumatic atau penyedotan. Kapasitas penyedotan
gandum dari kapal menuju wheat silo kurang lebih 700-800 ton/jam. Sebelum
gandum diangkut ke wheat silo, dilakukan pengecekan terhadap kualitas gandum
oleh laboran quality control untuk mengetahui mutu gandum dan kesesuaian
kualitas gandum dengan sertifikat yang dikirim oleh Negara pengekspor.
Pengecekan gandum dilakukan ditiap palka kapal. Hasil analisis laboratorium
menjadi pertimbamgan untuk penggulangan mutu dan penyimpanan gandum.
Gandum yang terdeteksi mengandung kutu akan diberi fumigan. Selama proses
penyedotan gandum dari kapal menuju silo, dilakukan sampling setiap jamnya
oleh pihak wheat silo. Gandum yang akan disimpan di dalam silo terlebih dahulu
ditimbang dan dipisahkan dari impurities menggunakan separator. Setelah
dilakukan pemisahan dari impurities, gandum ditransfer menuju hopper untuk
ditimbang, memastikan jumlah gandum yang dipesan sesuai dengan yang
diterima. Pengangkutan gandum menuju hopper menggunakan alat transportasi
belt conveyor dan bucket elevator.
Gandum yang selesai ditimbang disimpan dalam silo menggunakan alat
transportasi chain conveyor. Komplek wheat silo yang dimiliki Bogasari dibagi
menjadi dua, yaitu kpmplek wheat silo A dan komplek wheat silo B. wheat silo A
dibuat dari bahan konkrit, sedangkan wheat silo B dari bahan stainless steel.
Wheat silo A dibangun lebih dulu dengan jumlah silo 60. Kapasitas masing-
masing silo A saat ini adalah 2400 metrik ton. Sedangkan wheat silo B memiliki
80 silo dengan kapasitas masing-masing silo 2700 metrik ton. Wheat silo A
memiliki beberapa kelebihan dibanding wheat silo B dari segi penanganan bahan
baku yang lebih mudah karena suhu lingkungan tidak berpengaruh terhadap suhu
didalam silo, karena terbuat dari bahan konkrit, sehingga mutu gandum tetap
terjaga dan juga biaya maintenance yang lebih murah. Namun, wheat silo A juga
memiliki kekurangan dibandingkan dengan wheat silo B, antara lain kapasitas
gandum yang lebih sedikit dibanding wheat silo B, waktu pengerjaan yang lama
dan jumlah pekerja yang dibutuhkan lebih banyak, sehingga biaya pembangunan
lebih mahal. Masalah pengaruh suhu lingkungan terhadap kualitas gandum di
wheat silo B dapat diatasi dengan pemberian fan setiap 2 jam dari atas silo.
Sistem penyimpanan gandum dilakukan dengan menyimpan gandum yang
sejenis dan memiliki kadar protein yang sama dalam 1 silo, dan tidak
mencampurnya dengan gandum yang lain. Selama proses penyimpanan dalam
silo, dilakukan sampling setiap 1 bulan sekali oleh pihak wheat silo untuk
mengecek kondisi gandum apakah berkutu, berulat, bau, dan kopong. Sample
diambil dari 2 titik yang berbeda, yakni dari bagian atas dan bawah silo,
bergantung pada stok gandum yang ada. Pengambilan gandum dilakukan
menggunakan tombak yang ditancapkan dan akan terisi secara otomatis.
Pengukuran jumlah gandum pada silo dilakukan dengan cara sounding, yaitu
menggunakan tambang. Panjang tambang dalam satuan meter tersebut kemudian
dikonversi dalam satuan ton, sehingga diketahui jumlah gandum yang terdapat
pada silo. Gandum yang akan digiling, ditransfer menuju mill menggunakan chain
conveyor. Jumlah gandum yang dikirim bergantung pada permintaan dan
kebutuhan masing-masing mill yang terdapat pada Rencana Target Produksi
(RTP).
 Proses Cleaning
Cleaning merupakan proses pembersihan gandum dari impurities. Dasar-dasar
dari proses cleaning antara lain, pemisahan berdasarkan berat jenis,ukuran, bentuk
dan panjang, dan sifat magnet. Gandum yang diterima dari wheat silo disimpan
dalam raw wheat bin (RWB) pada masing-masing mill. Sebelum masuk ke raw
wheat bin, dilakukan proses pembersihan terhadap gandum dari impurities
berukuran besar dengan menggunakan drum separator. Proses ini disebut
precleaning, yaitu tahapan pembersihan gandum dari wheat silo sebelum masuk
ke raw wheat bin. Tujuan dari pre cleaning, antara lain mencegah kerusakan
mesin-mesin pada proses berikutnya akibat ikutnya impurities yang berukuran
besar, membuat aliran gandum lebih lancer, dan membuat kinerja mesin cleaning
lebih efektif dan efisien. Kapasitas cleaning masing-masing mill di mill HIJ adalah
Gambar

30 ton/jam. Setiap mill memiliki 2 line, sehingga kapasitas cleaning masing-


masing line di mill HIJ ialah 15 ton/jam.

Raw Wheat bin merupakan tempat penampungan sementara gandum yang


berasal dari mill. Masing-masing mill memiliki 3 buah raw wheat bin dengan
kapasitas yang berbeda. Kapasitas masing-masing raw wheat bin mill HIJ adalah
275 ton. Masing-masing RWB biasanya hanya menyimpan 1 jenis gandum untuk
memudahkan pengontrolan, namun pada kondisi tertentu, 1 RWB dapat
digunakan untuk menyimpan 2 jenis gandum. Pencampuran gandum (gristing)
dilakukan saat gandum keluar dari RWB. Komposisi gandum yang dicampurkan
bergantung pada permintaan dan stok gandum yang ada. Gandum dikeluarkan dari
RWB menuju volumetrik yang mengatur jumlah gandum yang keluar. Gandum
yang keluar dari RWB akan ditransfer menggunakan screw conveyor, screw
conveyor dapat membantu proses gristing gandum sehingga homogeny. Gandum
kemudian diangkat menggunakan bucket elevator menuju weigher (WG) untuk
ditimbang.

Gandum yang telah ditimbang kemudian dibawah menuju intake separator,


intake separator merupakan mesin yang digunakan untuk memisahkan gandum
dari offal kasar (impurities yang lebih besar dari gandum) dan offal halus
(impurities yang lebih kecil dari gandum ). Prinsip pemisahan oleh separator
adalah berdasarkan ukuran, intake separator memiliki 2 jenis ayakan, yaitu
ayakan atas (ukuran ayakan lebih besar dari gandum) dan ayakan bawah (ukuran
ayakan lebih kecil dari gandum). Material yang berukuran lebih besar dari
gandum tidak dapat melewati ayakan atas dan akan dibuang melalui pipa offal
kasar. Sedangkan gandum dan material yang berukuran lebih kecil dari gandum
akan lolos (pass through)dan masuk ke dalam pipa offal halus, sedangkan gandum
dan material yang berukuran sama dengan gandum akan menuju magnet
separator. Magnet separator berfungsi untuk menarik benda-benda logam agar
tidak bercampur dengan gandum dan tidak ikut dalam proses selanjutnya. Tahap
ini termasuk critical point, karena logam sangat berbahaya apabila bercampur
dengan tepung terigu dan ikut terkonsumsi .

Setelah melalui magnet separator, gandum dan material yang berukuran sama
dengan gandum akan dibawa menuju dry stoner. Prinsip kerja dry stoner ialah
pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis dengan cara mengambangkan
gandum dengan bantuan aliran udara.

Material-material yang lebih berat dari gandum tetapi berukuran sama dengan
gandum, seperti batu dan biji-bijian akan dipisahkan dari gandum dan dibuang.
Tahapan ini juga termasuk dalam critical poin. Setelah dari dry stoner gandum
dan material yang terbawa bersama gandum akan menuju carter disc. Carter disc
adalah mesin yang berfungsi untuk memisahkan gandum dari partikel lain (offal)
berdasarkan ukuran dan bentuk. Permukaan dalam carter disc dilengkapi dengan
lubang (pocket) yang berfungsi untuk menangkap gandum. Material-material yang
berukuran lebih besar dari gandum tidak akan ditangkap (tailing) dan dibuang
menuju pipa offal kasar, sedangkan gandum dan material berukuran kecil akan
ditangkap oleh carter disc dan dilemparkan ke outlet chamber dengan dibantu
oleh catch through untuk diproses ke tahap selanjutnya.

Gandum selanjutnya dibawa menuju vertical scourer. Vertical scourer


berfungsi untuk membersihkan gandum dari kotoran yang masih menempel pada
permukaan gandum dengan cara menggosok/memoles pada permukaan gandum.
Cara kerja alat ini adalah dengan menyebar gandum ke seluruh perforated screen
pada kecepatan putaran yang cukup tinggi, sehingga kotoran-kotoran dan bakteri
akan terlepas dan pass through melalui perforated screen. Alat ini juga membantu
proses peretakan kulit gandum.

 Proses Dampening
Dampening merupakan proses pemeraman gandum. Hal ini bertujuan
menambah kadar air gandum dengan cara mencampurkan sejumlah air ke dalam
gandum selama selang waktu tertentu, sehingga didapatkan karakteristik milling
yang baik. Gandum yang telah melewati vertical scourer kemudian dibawa
menuju MYFC untuk diukur kadar airnya dan menghitung jumlah air yang harus
ditambahkan untuk mencapai target kadar air gandum. Perhitungan tersebut
dilakukan secara otomatis oleh MYFC berdasarkan jumlah dan laju gandum.
Beberapa mill yang belum dilengkapi MYFC, perhitungan dilakukan
menggunakan rumus dan penambahan air dilakukan secara manual. Setelah itu,
gandum diangkut menggunakan bucket elevator menuju mixer and MoZF. Mixer
berfungsi untuk mencampur gandum dengan air sedangkan MoZF berfungsi untuk
menambahkan air sesuai dengan gandum yang keluar. Rumus menghitung jumlah
air yang diperlukan.

𝑀2−𝑀1
W = 100%−𝑀2 × Q cleaning

Keterangan :
W : Jumlah air yang diperlukan (liter/jam)
M1 : Kadar air (moisture) awal (%)
M2 : Kadar air (moisture) target yang ingin dicapai (%)
Q : Kapasitas cleaning gandum (kg/jam)

Gambar
Contoh perhitungan :
Misalkan untuk memproduksi tepung terigu Lencana Merah diperlukan gristing
gandum ASW 70% dan gandum indian 30%. Kadar air natural gandum ASW 9,2%
dan Indian 10,1%. Target kadar air yang ingin dicapai ialah 16%. Kapasitas
cleaning adalah 15 ton/jam. Maka jumlah air yang harus ditambahkan adalah :

𝑀2−𝑀1
W = 100%−𝑀2 × Q
16%−{𝐴𝑆𝑊 (0,7×9,2%)+𝑖𝑛𝑑𝑖𝑎𝑛 (0,3×10,1%)}
= × 15.000 kg/jam
100%−16%
16−9,47
= × 15.000 kg/jam
84
= 1166 liter/jam

Kemudian MoZF akan mengeluarkan air sejumlah yang dibutuhkan untuk


mencapai target kadar air gandum. Gandum kemudian akan dibawa oleh screw
conveyor dan masuk ke tempering bin. Hal ini bertujuan member waktu agar air
bias masuk/penetrasi ke dalam gandum, atau disebut conditioning. Wheat
conditioning adalah proses menyiapkan gandum pada suatu karakteristik milling
yang optimal, yaitu ekstraksi yang tinggi dan kualitas tepung yang baik. Tujuan
dari conditioning ialah bran menjadi liat dan elastis, endosperm mudah terpisah
dari bran, endosperm menjadi lunak, moisture tepung yang sesuai dengan quality
guide.
Wheat conditioning ditentukan oleh kadar air dan waktu. Kadar air akan
berpengaruh terhadap milling dari segi toughness (keliatan) bran,endosperm, dan
moisture content tepung terigu. Kualitas gandum yang baik ialah apabila
eksosperm gandum memiliki kadar air 2% lebih tinggi dari endospremnya. Waktu
conditioning berbeda-beda untuk setiap jenis gandum. Gandum hard memerlukan
waktu panjang, sedangkan gandum soft memerlikan waktu yang pendek. Waktu
conditioning yang diperlukan untuk gandum soft ialah 12-16 jam, namun
umumnya 14 jam. Sedangkan gandum hard membutuhkan waktu yang lebih lama
sekitar 18-24 jam, karena memiliki eksosprem yang lebih keras sehingga air sulit
masuk. Apabila proses conditioning kurang lama (under conditioning) akan
menyebabkan endosperm masih keras dan bran masih basah, sedangkan apabila
conditioning terlalu lama (over conditioning) mengakibatkan endosperm lunak
dan lengket serta bran menjadi kering.
Masing-masing mill memiliki 6 buah tempering bin dengan kapasitas yang
berbeda-beda. Kapasitas masing-masing tempering bin mill HIJ ialah 175 ton.
Selanjutnya,gandum yang telah di-conditioning akan dikeluarkan dari tempering
bin dengan mengatur bukaan volumetric, lalu dibawa oleh screw conveyor dan
bucket elevator menuju vertical scourer. Gandum yang masuk ke vertical scourer
akan dibersihkan seperti pada proses first cleaning. Tujuannya yaitu untuk
membersihkan kulit dari mikroorganisme yang menempel selama proses
conditioning di tempering bin. Setelah itu, gandum akan dibawa oleh screw
conveyor melewati pre break dampener. Pre break dampener merupakan proses
conditioning kedua yang berfungsi untuk menambahkan air ke gandum apabila
kadar air gandum belum mencapai target yang diinginkan. Tahap ini jarang sekali
dilakukan karena pada umumnya kadar air gandum telah mencapai target pada
proses conditioning pertama. Proses conditioning kedua juga dianggap kurang
efektif dan hanya berpenggaruh sedikit, karena gandum yang melewati pre break
dampener hanya sekitar 10 detik, dan waktu tersebut tidak cukup untuk air
berpenetrasi ke dalam gandum.
Setelah melewati pre break dampener.gandum akan masuk kedalam hopper
besar (penampungan sementara). Kapasitas hopper mill HIJ ialah 14 ton. Gandum
yang keluar dari hopper kemudian akan melewati weigher untuk ditimbang.
Selanjutnya, gandum dibawa oleh screw conveyor dan menuju hopper kecil untuk
kemudian masuk ke dalam mesin roll dan digiling.

 Proses Milling
Milling merupakan proses penggilingan gandum. Prinsip utama dari proses
milling ialah memisahkan endosperm dari bran dan germ dan mereduksi
endosperm tersebut menjadi tepung dengan ekstraksi yang tinggi dan ash content
yang rendah. Tahapan proses milling umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu
breaking process, purification process, dan reduction process. Beberapa mill,
seperti E, F, G, H, I, dan J, proses milling tidak melalui purification, melainkan
diganti menjadi proses sizing. Hal tersebut karena proses purification
diperuntukkan untuk memisahkan semolina dari bran, sedangkan mill E, F, G. H,
I, dan J tidak diperuntukan untuk menghasilkan semolina, sehingga tahapan ini
tidak diperlukan.
Breaking process merupakan proses pemecahan gandum. Tujuannya ialah
memisahkan endosperm dari bran dan germ, memecahkan endosperm menjadi
semolina dan middling, menghasilkan break flour, dan meminimalkan kandungan
bran powder, jenis roll yang umumnya digunakan pada proses breaking ialah
fluted roll, karena digunakan untuk memecah gandum. Proses breaking umumnya
terdiri atas empat tingkatan dan lima tingkatan. Proses breaking pada mill HIJ
melalui empat tingkatan. Macam-macam endosperm yang dipisahkan pada
breaking process berdasarkan ukuran granulasinya, terbagi menjadi sistem tiga
granulasi, sistem empat granulasi, dan sistem lima granulasi. Sistem tiga granulasi
menghasilkan tiga jenis produk pada breaking process,yaitu coarse semolina, fine
semolina, dan middlin. Sistem empat granulasi menghasilkan coarse semolina,
fine semolina, coarse middling, dan fine middling. Sedangkan sistem lima
granulasi menghasilkan coarse semolina, medium semolina, fine semolina, coarse
middling, dan fine middling. Mill HIJ menggunakan sistem lima granulasi pada
proses breaking.
Setelah gandum di-breaking, pecahan gandum tersebut dibawa menuju sifter
secara pneumatic. Setiap roll akan menuju ke sifter-nya masing-masing dan
dipisahkan berdasarkan ukuran granulasinya. Setiap sifter terdiri dari 8 channel,
yang berisikan ayakan bertingkat dengan ukuran ayakan yang berbeda. Setiap
produk yang dihasilkan dari ayakan akan dialirkan menuju pipa yang berbeda.
Produk flour akan langsung ditransfer menuju FAM (Feeding After Mill),
sedangkan produk-produk lain harus melalui tahapan lebih lanjut, diantaranya ada
yang masuk ke roll selanjutnya, diayak kembali, atau dapat langsung dijadikan by
product dan dikirim ke pelletizing Department maupun melalui FAM terlebih
dahulu. Pada mill D, E, F, G, H, I, dan J by product yang dihasilkan harus melalui
FAM terlebih dahulu.
Tahap selanjutnya setelah melewati breaking process pada mill HIJ ialah
sizing process, berbeda dengan mill A, B, D, K, L, M, N dan O yang melewati
proses purification untuk memperoleh semolina. Sizing process bertujuan
mereduksi semolina menjadi middling dan tepung, memisahkan partikel gabungan
(coarse semolina dan middling), serta merubah bran dan germ menjadi flat. Jenis
roll yang digunakan pada tahap ini umumnya adalah smooth roll dan smooth
fluted roll. Smooth fluted roll memiliki permukaan gigi yang lebih kecil,
sedangkan fluted roll memiliki permukaan gigi yang lebih besar dan kasar.
Kemudian setelah melewati sizing process, hasil gilingan akan diayak oleh sifter.
Hasil ayakan berupa flour akan langsung ditransfer ke FAM, sedangkan produk-
produk lainnya ada yang manuju roll selanjutnya untuk mendapatkan flour yang
masih menempel pada bran, atau dapat langsung dijadikan by product. Hasil
ekstraksi tepung terigu pada tahap ini tidak terlalu banyak.
Tahap selanjutnya ialah reduction process. Tujuannya adalah mereduksi
middling yang sudah bersih menjadi tepung dan mencegah bran dan germ ikut
dengan tepung. Jenis roll yang digunakan pada umumnya ada smooth roll. Setelah
melalui reduction process, hasil gilingan akan diayak oleh sifter. Tahap ini
merupakan akhir dari proses milling. Produk-produk yang dihasilkan dari tahapan
ini berupa sedikit tepung terigu, bran, pollard, dan industrial flour. Semua produk
ini akan di transfer ke FAM melalui pipa yang berbeda secara pneumatic.

 Proses Packing
Pengemasan (packing) merupakan bagian akhir dari produksi. Terdapat dua
departemen yang menangani pengemasan, yaitu Departemen Flour Silo, Bulk, and
Packing (FSBP) dan Departemen flour mixing and Packing (FMP). Departemen
FSBP sendiri dibagi menjadi dua seksi, yaitu Flour Silo and Packing dan Flour
and by product Packing. Tepung dari tiap-tiap line dari mill akan masuk ke Flour
Silo terlebih dahulu sebelum dikemas. Transportasi flour dari FAM ke flour silo
menggunakan alat transportasi berupa chain conveyor, elevator, dan feeding chain
conveyor ke flour silo. Jumlah flour silo yang dimiliki sebanyak 56 silo dengan
kapasitas 185 ton/silo.
Departemen FSBP memproduksi tepung terigu dan by product dengan
kemasan karung 25 kg, 50 kg, dan curah truk dengan kapasitas 25 ton. Beberapa
produk tepung terigu yang dikemas diantaranya, Segitiga Biru, Lencana Merah,
Payung, Cakra Kembar, dan Cakra Kembar emas. Produk samping pada
umumnya dikemas dalam ukuran karung 25 kg, 50 kg, dan curah truk. Produk
samping yang dihasilkan dengan kemasan karung 25 kg, yaitu industrial flour
dengan merek Cap Anggrek, yang digunakan sebagai perekat kayu lapis. Produk
samping yang dihasilkan dengan kemasan 50 kg, antara lain pollard dengan merek
Cap Angsa dan bran dengan merek Cap Kepala Kuda, dan tepung aquamarine
dengan merek Cap Arwana.
Departemen Flour Mixing and Packing dibagi menjadi tiga seksi, yaitu Flour
Mixing, Consumer Packing, dan Packing Export. seksi Flour Mixing
diperuntukkan untuk pembuatan tepung premix/tepung special yang merupakan
pesanan beberapa perusahaan, seperti Bread Talk, Khong Guan, dan J.Co. tepung
terigu yang dikirim dari mill belum mengalami penambahan ingredient, sehingga
harus ditambahkan ingredient , ingredient yang ditambahkan bergantung pada
pesanan customer, seksi Coustomer Packing berperan dalam pengemasan tepung
terigu skala rumah tangga dengan ukuran ½ kg, 1 kg, dan 2 kg. terdapat dua jenis
kemasan, yaitu kemasan ekonomi dan premium. Tepung terigu dengan kemasan
ekonomi biasanya dijual di pasar-pasar tradisional dan warung, sedangkan tepung
terigu kemasan premium dijual di supermarket dengan harga yang lebih mahal.
Seksi Packing Export berperan dalam pengemasan tepung terigu untuk dikirim ke
luar negeri. Beberapa Negara mengimpor diantaranya Taiwan, China, Jepang.

Anda mungkin juga menyukai